1. Pendahuluan
Penjelasan mengenai pengetahuan, ilmu, teknik, dan teknologi diperlukan untuk memahami
tahapan perubahan dari ilmu ke teknologi dan dari pengetahuan ke alat (teknik). Dalam
pendahuluan ini dibahas mengenai pengertian yang terkait masalah ilmu, teknologi, pengetahuan
dan teknik. Perbedaan dan persamaan antara ilmu dengan teknologi serta ilmuwan dengan insinyur
telah disinggung dalam pengantar (modul 1).
Ilmu dan pengetahuan terletak pada tataran dan memiliki ciri yang berbeda. Ilmu adalah segenap
pengetahuan sistematik (systematic knowledge), yang merupakan produk dari suatu rangkaian
aktivitas yg bersifat intelektual, dan mengarah pada tujuan tertentu. Dalam melakukan aktivitas
intelektual, ilmuwan memerlukan kemampuan berfikir untuk melakukan penalaran logis (sadar)
atas hasil-hasil pengalaman empirik. Tujuan “aktivitas ilmiah” berkembang dari sekedar hasrat
untuk mengerti, menjelaskan, menguasai, dan memanfaatkan alam, sebagaimana tercermin dari
pemunculan ilmu-ilmu ttg alam. Oleh karena itu makna konotatif ilmu merujuk pada serangkaian
aktivitas manusia yang manusiawi (human), bertujuan (purpuseful), dan berhubungan dengan
kesadaran (cognitive).
Sebagaimana ilmu dengan pengetahuan, ada perbedaan antara teknik dengan teknologi. Teknik
adalah “seni praktis” atau “penciptaan alat-alat”. Teknik tidak timbul kebetulan saja, melainkan
sebagai konsekuensi dari pengetahuan. Analog dengan hubungan antara teknik dan pengetahuan.
Teknologi tidak muncul secara kebetulan saja, namun merupakan konsekuensi dari adanya ilmu.
Secara etimologis teknologi (yang berasal dari techne) adalah serangkaian prinsip atau metode
rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu obyek. Dengan kata lain ilmu sebagai “seni untuk
tahu” (the art of knowing), sedangkan teknologi sebagai “seni untuk tahu bagaimananya” (the art
of knowing how). Ilmu merupakan salah satu input teknologi, dan teknologi merupakan sebagian
output ilmu “keahlian ilmiah” yang terkait dengan realitas kehidupan sehari-hari sehingga
teknologi lebih dari sekadar dan berbeda dengan ilmu terapan. Untuk tujuan praktis, dalam bab ini
pengertian teknik dan teknologi disamakan dalam istilah rekayasa.
Pengertian teknologi begitu “luas” dan “kabur”, yang merupakan fenomena yang kompleks.
Berbagai hal termasuk dalam wilayah konotasi “teknologi” baik pada dataran konsepsional
(prosedur, seni, keahlian teknis, tujuan kerja, pengetahuan) maupun dataran faktual (artefak,
pabrik, barang, industri, alat, aktivitas). Berbagai hal “eksternal” juga terkait dengan teknologi,
yakni kepentingan ekonomi, politik, struktur sosial, maupun budaya masyarakat. Skema teknologi
sebagai suatu sistem seni praktis (a system of the practical arts) ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Teknologi sebagai suatu sistem seni praktis
Dari Gambar 1 nampak hubungan antara ilmu dan teknologi meskipun cukup rumit. Masalahnya
adalah dimana posisi desain dalam gambar tersebut.
Modul ini akan membahas lebih jelas kaitan antara ilmu, desain, dan teknologi; serta
membahasnya secara lebih terinci. Pembahasan ketiganya dilakukan secara terpisah meskipun
ketiganya mempunyai kaitan yang rumit. Hal ini dilakukan supaya kaitan ketiganya dan hal-hal
yang terjadi di dalamnya dapat lebih mudah dipahami.
2. Dari Ilmu ke Produk melalui Desain danTeknologi
Penny, R.K. (1970) menjelaskan tahapan dari ilmu sampai produksi sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 2. Untuk sampai pada tahap produksi ilmu harus ditingkatkan menjadi ilmu teknik,
dengan mempertimbangkan desain industri dan aspek sosial menjadi desain rekayasa, kemudian
menjadi rekayasa (teknologi), berakhir pada tahap produksi. Tahap-tahap ini dalam beberapa hal
diadopsi dalam penyusunan kurikulum. Matakuliah yang sifatnya dasar (sains) ada pada semester
awal kemudian diikuti oleh matakuliah dasar teknik, matakuliah pendukung, perancangan, dan
tugas akhir yang berupa perancangan, produksi dan atau uji produk.
Dari tahapan tersebut nampak bahwa desain rekayasa berada pada pusat antara ilmu dengan
produksi setelah mempertimbangkan desain industri dan aspek sosial sedangkan teknologi berada
antara desain rekayasa dengan produksi. Dengan kata lain kualitas produk akan dipengaruhi oleh
rekayasa (teknologi), kualitas teknologi dipengaruhi oleh desain, dan kualitas desain sangat
dipengaruhi oleh ilmu.
3. Metode Ilmiah dan Metode Rekayasa
Ilmu, teknologi, dan produk bersifat dinamis. Ilmu dihaslikan oleh kegiatian sistematik yang
disebut metode ilmiah, demikian juga rekayasa yang dihasilkan melalui metode rekayasa.
Gambar 3 dan Tabel 1 menunjukkan tahapan metode ilmiah dan metode rekayasa.
Input teknologi bermacam-macam, input ilmu adalah pengetahuan sebelumnya. Output ilmu
adalah “pengetahuan baru”, sedangkan teknologi menghasilkan produk berdimensi tiga. Perlu
ditekankan bahwa sebenarnya ada hubungan timbal balik antara ilmu dengan teknologi. Kemajuan
ilmu akan berpengaruh pada kemajuan teknologi, dan kemajuan teknologi juga menentukan
kemajuan ilmu, misalnya dikembangkannya alat-alat ukur yang mempunyai kemampuan
mengukur lebih teliti, dan didesain proses produksi yang menghasilkan produk yang lebih presisi.
Terdapat hubungan dialektis (timbal balik) antara ilmu (teori) dan teknologi (perangkat penelitian).
Gambar 4 menunjukkan hubungan antara ilmu dan teknologi.
Banyak jenis tahapan proses desain rekayasa tapi secara umum tahapan tersebut dapat diwakili
sebagai berikut.
1) Penelitian
2) Persyaratan Desain
3) Kelayakan
4) Konseptualisasi
5) Desain awal
6) Desain detil
7) Perencanaan produksi
1) Penelitian
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada tahap penelitian adalah
a) Beberapa tahapan proses perancangan (bahkan sebelumnya) memerlukan banyak
waktu untuk penelitian.
b) Perlu mempertimbangkan literatur yang ada, masalah dan kesuksesan terkait dengan
solusi yang ada, biaya, dan kebutuhan pasar.
c) Sumber informasi yang relevan termasuk solusi-solusi yang saat ini ada.
d) Reverse engineering bisa jadi sebagai cara yang efektif jika solusi lain ada di pasar.
e) Sumber informasi lain termasuk internet, perpustakaan lokal, dokumen pemerintah,
organisasi profesi, jurnal, katalog vendor dan tenaga ahli.
2) Persyaratan Desain
3) Kelayakan
a) Studi kelayakan merupakan suatu evaluasi dan analisis potensi suatu proyek yag
diajukan untuk mendukung proses pembuatan keputusan.
b) Studi ini menggambarkan dan menganalisis alternatif atau cara-cara pencapaian hasil
yang diperlukan.
c) Studi kelayakan membantu memfokuskan ruang lingkup proyek untuk
mengidentifikasi skenario terbaik.
d) Tujuan suatu studi kelayakan adalah menentukan apakah proyek rekayasa dapat
diproses ke fase desain. Dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomis,
keselamatan, kesehatan, dan lindungan lingkungan.
e) Adalah penting untuk mempunyai insinyur yang berpenga-laman dan bijaksana untuk
dilibatkan dalam bagian studi kelayakan.
4) Konseptualisasi
Hal-hal yang perlu dipertimbangkan pada tahap konseptualisasi adalah
• rigger word – suatu kata atau frasa terkait dengan isu yang dinyatakan.
• Morphological chart – karakteristik desain didaftar dalam suatu peta (grafik), dan solusi
engineering berbeda diajukan untuk setiap solusi. Biasanya, sketsa awal dan laporan
singkat menyertai grafik morfologi.
• Synectics - Engineer membayangkan diri sendiri sebagai suatu item alat dan bertanya
“apakah yang akan saya lakukan jika saya adalah sistem ?” Cara berfikir tidak biasa ini
mungkin mendapatkan solusi untuk masalah yang dihadapi. Aspek penting dari langkah
konseptualisasi adalah sintesis. Sintesis merupakan proses pengambilan unsur dari konsep
dan mengatur mereka dengan cara yang sesuai. Prosess keatif sintesis selalu ada dalam
setiap desain.
• Brainstorming - cara popular ini melibatkan pemikiran ide berbeda, biasanya bagian dari
kelompok kecil, dan pengadopsian ide-ide dalam beberapa bentuk sebagai suatu solusi
terhadap masalah.
• Bermacam-macam ide yang muncul kemudian harus mengalami suatu langkah evaluasi
konsep, yang menggunakan bermacam-macam alat untuk membandngkan dan
mengkontraskan kekuatan dan kelemahan setiap alternatif yang mungkin.
5) Desain awal
a) Preliminary design atau high-level design (juga sering disebut FEED), sering
menjembatani gap antara konsepsi desain dengan desain rinci, khususnya dalam kasus
ketika pada tingkat konseptualisasi yang dicapai selama ideasi tidak cukup untuk
evaluasi menyeluruh.
b) Dalam tahap ini, konfigurasi sistem keseluruhan terdefinisikan (skema, diagram, dan
tata letak proyek).
c) Selama desain rinci (detailed design) dan optimasi, parameter-parameter pada bagian
yang sedang dibuat akan berubah, tetapi preliminary design berfokus pada kreasi
kerangka kerja umum untuk membangun proyek
6) Desain detil
a) Langkah setelah FEED adalah fase Detailed Design (Detailed Engineering) phase, yang
mungkin juga mencakup pengadaan material. Fase berikutnya mengelaborasi tiap
aspek proyek/produk dengan deskripsi.
b) Beberapa contoh spesifikasi diselesaikan termasuk : parameter operasi, persyaratan
pengujian, ketentuan perawatan, dan persyaratan material.
7) Perencanaan produksi
Daftar Referensi
1. Asunda, P.A. and Hill, R.B., 2007, Critical Features of Engineering Design in
Technology Education, Journal of Industrial Teacher Education.
2. Ertas, A. and Jones, J., 1996, The Engineering Design Process. 2nd ed. New York, N.Y.,
John Wiley & Sons, Inc.
3. Hoban, S., 2011, NASA’S BEST Student, Beginning Engineering, Science ,and
Technology,
4. Khandhani, S., 2005, Engineering Design.
5. Penny, R.K., 1970, Principles of Engineering Design, Post Graduate Medical Journal
6. Royal Academy of Engineering , 1999, Principles of Engineering Design