Anda di halaman 1dari 10

TUGAS

Bisnis Industri Telekomunikasi

Risk Management PRINCE2

Oleh :

Willy Sucipto (1881711027)

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS UDAYANA

2019
BAB 1
PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi telekomunikasi membuat para penyedia jaringan


melakukan berbagai inovasi agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan yang
beranekaragam. Hasil dari inovasi tersebut adalah perubahan dari media transmisi
tembaga menjadi media transmisi serat optik. Serat optik memiliki kelebihan seperti
tidak mudah termakan usia,ringan dan fleksibel,komunikasi yang lebih aman, dan
kapasitas bandwidth yang lebih besar dibandingkan dengan media transmisi
tembaga. Masyarakat dengan tingkat mobilitas yang tinggi, selain membutuhkan
teknologi yang berkembang pesat, mereka juga membutuhkan tempat tinggal saat
berpergian. Hotel sebagai sarana akomodasi umum yang sangat membantu
masyarakat yang sedang berkunjung untuk berbisnis atau berwisata. Hotel yang
baik menyediakan segala kebutuhan pelanggan termasuk layanan internet yang ada.
Penerapan kabel serat optik di hotel adalah salah satu solusi dari permasalahan di
atas.
PT.Telekomunikasi Indonesia sebagai mitra instalasi harus melakukan
proyek manajemen yang baik agar mendapatkan hasil instalasi yang baik dan sesuai
dengan kebutuhan mitra Hotel X Bali. Dalam proyek manajemen yang dilakukan
oleh PT.Telekomunikasi Indonesia knowledge area yang akan dibahas adalah
Projek Scope Management untuk melihat semua kegiatan yang dilakukan telah
mencakup semua kebutuhan dan tidak terdapat kegiatan tambahan yang tidak
berhubungan dengan kebutuhan, Project Time Management agar pengerjaan proyek
dapat selesai tepat waktu, Project Quality Management untuk menentukan bahwa
proyek instalasi jaringan di hotel X Bali dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan
yang dikerjakan, dan Project Risk Management untuk mendeteksi masalah yang
ada dan cara mengatasinya.
Dalam tulisan ini akan berfokus pada risk management cycle. Menurut
PRINCE2 sebagai cara melihat resiko yang terjadi dan tindakan untuk segala hal
terkait resiko Proyek. Secara umum yang proses yang dilakukan adalah analisa
resiko dan manajemen resiko tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Serat Optik
Serat optik adalah media transmisi fisik yang terbuat dari serat kaca yang
dilapisi dengan isolator dan pelindung yang berfungsi untuk menyalurkan informasi
dalam bentuk gelombang cahaya. Serat optik membentuk kabel yang sedemikian
halus hingga ketebalan mencapai 1 mm untuk dua puluh helai serat. Serat ini ringan
dan kapasitas kanalnya sangat besar. Serat optik terdiri dari tiga bagian utama yaitu
core, cladding, dan coating. Core merupakan bagian utama dari serat optik karena
pada core informasi yang berupa pulsa cahaya ditransmisikan. Core dan cladding
terbuat dari bahan silika, kaca, atau plastik yang berkualitas tinggi dan bebas dari
air. Core memiliki indeks bias yang lebih besar daripada cladding (n1> n2) hingga
pada batas kritis, sehingga memungkinkan terjadinya pembiasan dalam total (total
internal reflection). Dengan demikian cahaya akan selalu merambat dalam core
hingga ke ujung serat. Coating (jaket) berfungsi sebagai pelindung core dan
cladding dari tekanan fisik luar, terbuat dari bahan plastik yang sangat berkualitas.
Gambar 1 menunjukkan struktur dasar dari serat optik

Gambar 1. Struktur Serat Optik

Jaringan kabel lokal akses fiber paling sedikitnya terdapat dua perangkat aktif yang
dipasang di Central Office dan yang lainnya dipasang di dekat dan atau di lokasi
pelanggan. Berdasarkan lokasi penempatan perangkat aktif yang dipasang di dekat
dan atau dilokasi pelanggan maka terdapat beberapa konfigurasi, antara lain sebagai
berikut:

1. Fiber To The Building (FTTB), TKO (Titik Konverensi Optik) terletak di


dalam gedung dan biasanya terletak pada ruangan telekomunikasi di
basement atau tersebar di beberapa lantai, terminal pelanggan dihubungkan
dengan TKO melalui kabel tembaga indoor atau IKG, FTTB dapat
dianalogikan dengan daerah catu langsung pada jaringan kabel tembaga.
2. Fiber To The Zone (FTTZ), TKO terletak disuatu tempat di luar bangunan,
biasanya berupa kabinet yang ditempatkan di pinggir jalan sebagai mana
biasanya RK (Rumah Kabel), terminal pelanggan dihubungkan dengan
TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa kilometer. FTTZ dapat
dianalogikan sebagai pengganti RK.
3. Fiber To The Curb (FFTC), TKO terletak disuatu tempat di luar bangunan,
baik di dalam kabinet, di atas tiang maupun di manhole, terminal pelanggan
dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga hingga beberapa ratus
meer saja, FTTC dapat dianologikan sebaai pengganti titik pembagi.
4. Fiber To The Tower (FTTT), TKO terletak di dalam shelter dari pada tower,
terminal equipment system GSM/CDMA dihubungkan dengan TKO
melalui kabel tembaga indoor hingga beberapa meter saja. Jaringan kabel
serat optik yang mencatu tower adalah kabel fiber optik drop jika lokasi
tower di perkotaan, dan kabel fiber optik distribusi kalau lokasi tower di
pinggiran kota. Sehingga FTTT dapat dianalogikan sebagai pengganti ODP
(FTTC) atau TB (FTTH).
5. Fiber To The Home (FTTH), TKO terletak di dalam rumah pelanggan,
terminal pelanggan dihubungkan dengan TKO melalui kabel tembaga
indoor atau IKR hingga beberapa puluh meter saja. FTTH dapat
dianalogikan sebagai pengganti Terminal Blok (TB).
2.2 Risk Management
Project Risk Management adalah proses sistematis untuk merencanakan,
mengidentifikasi, menganalisis, dan merespon risiko proyek. Tujuannya untuk
meningkatkan peluang dan dampak peristiwa positif, dan mengurangi peluang dan
dampak peristiwa yang merugikan proyek.
Menurut PRINCE2 risk management mempunyai siklus sebagai berikut:

Risk Analysis Risk Management

Identify
The risk

Evaluate Monitor
The risk And Report

Identify Suitable Plan and


Responses to risk resources

Select
Select

Gambar 2. Risk Management Cycle


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Risk Analysis


3.1.1 Identifikasi resiko
Tahap ini mengidentifikasi resiko yang berpotensi terjadi pada proyek (atau
Peluang). Setelah melakukan uji coba pada instalasi jaringan yang dilakukan oleh
PT. Telekomunikasi Indonesia di Hotel X Bali ada beberapa resiko yang dihadapi
seperti:
1. Nilai Redaman yang tinggi saat melakukan uji coba.
2. Keterlambatan instalasi jaringan dari jadwal yang sudah ditentukan sehingga
menyebabkan pembengkakan biaya.
3. Assesment terhadap kebutuhan dan jaringan eksisting kurang komprehensif
4. Hasil uji terima tidak sesuai spesifikasi.
5. Ketidaklengkapan hasil survey lapangan
6. Perubahan spesifikasi FO, sarana penunjang yang diajukan vendor dibanding
dengan desain/komitmen pengadaan
7. Pengajuan ijin ke dinas PU, Desa Adat, Perhutani maupun instansi terkait: kurang
lengkap, approval lama.
8. Pengajuan proposal proyek ke Management tidak disetujui

3.1.2 Evaluasi resiko


Untuk evaluasi resiko, ke-8 resiko di atas akan dinilai berdasarkan dampak dan
peluang terjadi resiko. Pada Tabel 1 akan ditujukan hasil identifikasinya.
Tabel 1. Probability and Impact
Risk Probability (H/M/L) Impact (H/M/L)
Nilai Redaman yang tinggi saat H M

melakukan uji coba.


Keterlambatan instalasi jaringan dari M H

jadwal yang sudah ditentukan sehingga


menyebabkan pembengkakan biaya.
Assesment terhadap kebutuhan dan L H

jaringan eksisting kurang komprehensif


Hasil uji terima tidak sesuai spesifikasi. L H

Ketidaklengkapan hasil survey lapangan L H

Perubahan spesifikasi FO, sarana L M

penunjang yang diajukan vendor


dibanding dengan desain/komitmen
pengadaan
Pengajuan ijin ke dinas PU, Desa Adat, M H

Perhutani maupun instansi terkait: kurang


lengkap, approval lama.
Pengajuan proposal proyek ke M H

Management tidak disetujui


Ket: H= High, M= Medium, L= Low.

3.1.3 Identifikasi Respon yang sesuai


Identifikasi respon berdasarkan respon yang sesuai terhadap resiko. Respon dapat
berupa prevention (P), Reduction (R), Tranference (T), Acceptence (A),
Contingency (C).
Tabel 2. Identify response
Risk Response
Nilai Redaman yang tinggi saat R

melakukan uji coba.


Keterlambatan instalasi jaringan dari P

jadwal yang sudah ditentukan sehingga


menyebabkan pembengkakan biaya.
Assesment terhadap kebutuhan dan R

jaringan eksisting kurang komprehensif


Hasil uji terima tidak sesuai spesifikasi. A

Ketidaklengkapan hasil survey lapangan P

Perubahan spesifikasi FO, sarana P/T

penunjang yang diajukan vendor


dibanding dengan desain/komitmen
pengadaan
Pengajuan ijin ke dinas PU, Desa Adat, P

Perhutani maupun instansi terkait: kurang


lengkap, approval lama.
Pengajuan proposal proyek ke P

Management tidak disetujui

3.1.4 Select
Respon terhadap resiko harus termasuk ideentifikasi dan evaluasi berbagai
opsi untuk memperlakukan resiko dan menyiapkan serta mengimplementasikan
rencana management resiko. Pada tahap ini akan dibuat keseimbangan anatara
harga aksi terhadap probability dan impact dan dinilai resiko mana yang dipilih
untuk diberikan aksi.
Tabel 3. Tabel Selected with description
Risk Impact to Description
Nilai Redaman yang tinggi saat melakukan Project team Penggunaan sistem yang tidak

uji coba. optimal karena redaman

Keterlambatan instalasi jaringan dari jadwal Hotel terkait dan project Semakin banyak menghabiskan
yang sudah ditentukan team sumber daya dan menyebabkan
pembengkakan biaya.
Assesment terhadap kebutuhan dan jaringan Planing team Ketidaktepatan design

eksisting kurang komprehensif memunculkan perubahan design


dan perubahan permintaan
Hasil uji terima tidak sesuai spesifikasi. Vendor Pengulangan perkerjaan, jadwal uji
terima mundur
Ketidaklengkapan hasil survey lapangan Vendor Potensi perubahan budget

Perubahan spesifikasi FO, sarana penunjang Vendor Penurunan Link budget, uji terima

yang diajukan vendor dibanding dengan gagal.

desain/komitmen pengadaan
Pengajuan ijin ke dinas PU, Desa Adat, Project team Pelaksanaan di lapangan tidak dapat

Perhutani maupun instansi terkait: kurang dimulai

lengkap, approval lama.


Pengajuan proposal proyek ke Management All parts Proyek tidak dieksekusi

tidak disetujui
3.2 Risk Management
3.2.1 Plan and resouurces
Pada tahap ini resiko akan ditanggapi dengan aksi berdasarkan sumberdaya
yang ada. Pada tabel 4 akan di jabarkan aksi terhadap resiko.
Tabel 4. Aksi terhadap resiko
Risk Action and Resources
Nilai Redaman yang tinggi saat melakukan Penggunaan alat dan design yang

uji coba. dikondisikan untuk mengurangi


redaman
Keterlambatan instalasi jaringan dari jadwal Menambah jam kerja jika terjadi
yang sudah ditentukan keterlambatan
Assesment terhadap kebutuhan dan jaringan Memastikan assesment

eksisting kurang komprehensif komprehensif dengan review


lengkap
Hasil uji terima tidak sesuai spesifikasi. Memastikan spesifikasi sesuai
dengan uji terima, team supervisi
harus bekerja dengan baik
Ketidaklengkapan hasil survey lapangan Memastikan laporan detail dan hasil
suvey lengkap
Perubahan spesifikasi FO, sarana penunjang Memastikan vendor menyediakan

yang diajukan vendor dibanding dengan resources sesuai dengan komitmen

desain/komitmen pengadaan awal

Pengajuan ijin ke dinas PU, Desa Adat, Memastikan ijin telah lengkap

Perhutani maupun instansi terkait: kurang


lengkap, approval lama.
Pengajuan proposal proyek ke Management Memastikan proyek sangat strategis

tidak disetujui dengan pencapaian target hotel

3.2.2 Monitor dan report


Harus ada mekanisme monotoring dan reporting pada aksi yang dilakukan pada
resiko. Proses monitoring ini teridiri dari:
• Memastikan eksekusi aksi mempunyai dampak sesuai dengan yang
diharapkan
• Melihat peringatan awal untuk resiko yang berkembang
• Memodelkan tren, memprediksi resiko potensial atau peluang
• Memastikan keseluruhan manajemen resiko bekerja secara efektif.

Anda mungkin juga menyukai