Anda di halaman 1dari 99

KAJIAN PAPARAN LOGAM BERAT DARI PANGAN DI

INDONESIA

MARISA EFANNY

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kajian Paparan Logam
Berat pada Pangan di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2018

Marisa Efanny
NIM F252150185
RINGKASAN

MARISA EFANNY. Kajian Paparan Logam Berat dari Pangan di Indonesia.


Dibimbing oleh NURI ANDARWULAN dan NANCY DEWI YULIANA.

Cemaran logam berat dapat masuk dalam makanan dari air (air laut, air
irigasi, air baku), tanah pertanian dan udara. Lembanga pangan dunia CODEX
dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia telah menetapkan batas
maksimum untuk 5 jenis logam yaitu timbal, merkuri, kadmium, timah dan arsen.
Kajian paparan dilakukan untuk menduga tingkat paparan logam berat tersebut di
Indonesia. Dalam melakukan kajian paparan diperlukan dua data yaitu data
konsentrasi logam berat dan data konsumsi pangan di Indonesia. Data konsentrasi
logam berat (timbal, merkuri, kadmium, timah dan arsen) pada pangan
menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dari pencarian online pada
beberapa sumber ilmiah online dengan kata kunci “logam berat pada pangan,
cemaran logam berat”. Data tingkat konsumsi diambil dari Laporan Survey
Konsumsi Makanan Individu (SKMI) 2014 yang mengkategorikan konsumen dan
makanan dalam enam kelompok usia dan 17 kelompok pangan. Tingkat paparan
logam beratdihitung dengan pendekatan deterministik yang menggunakan data
konsentrasi logam berat pada pangan (minimum, maksimum dan rerata
berdasarkan perhitungan data pustaka) dan batas maksimum logam berat pada
pangan dari regulasi serta rerata tingkat konsumsi. Karakterisasi risiko dilakukan
dengan membandingkan tingkat paparan dengan Provisional Tolerable Weekly
Intake (PTWI). Karakterisasi risiko dilakukan dengan membandingkan tingkat
paparan logam berat dengan Provisional Tolerable Weekly Intake (PTWI) dan
Provisional Tolerable Monthly Intake (PTMI). Pustaka terbanyak diperoleh untuk
logam timbal dan kelompok ikan, hasil laut dan olahannya. Kadar rerata merkuri,
kadmium dan timah tertinggi terdapat pada kelompok ikan, hasil laut dan
olahannya. Kelompok minuman merupakan kelompok pangan dengan rerata
timbal pustaka tertinggi sedangkan untuk logam arsen, kadar rerata tertinggi
terdapat pada kelompok sayuran dan olahannya. Hasil penelitian menunjukkan
kelompok balita (0-59 bulan) memiliki nilai paparan logam berat tertinggi. Nilai
paparan logam berat berdasarkan batas maksimum regulasi lebih tinggi
dibandingkan nilai paparan logam berat berdasarkan kadar rerata pustaka. Hasil
karakterisasi risiko menunjukkan nilai risiko paparan timbal dan kadmium dari
kadar rerata pustaka berisiko tinggi (>100% PTWI) pada semua kelompok usia.
Pada logam merkuri nilai risiko paparan berdasarkan kadar rerata pustaka berisiko
tinggi pada kelompok balita (0-59 bulan) dan anak-anak (5-12 tahun), sedangkan
nilai risiko paparan timah dan arsen dari kadar pustaka berisiko rendah pada
semua kelompok usia. Kelompok pangan yang paling berkontribusi pada paparan
timbal, merkuri dan timah adalah kelompok ikan, hasil laut dan olahannya,
sedangkan paparan kadmium kelompok pangan yang paling berkontribusi adalah
air minum dan pada paparan arsen, sayur dan olahannya sebagai kontributor
utama. Hasil kajian ini dapat digunakan untuk prediksi awal tingkat risiko
kesehatan masyarakat Indonesia terhadap paparan logam berat dari pangan.
Verifikasi hasil kajian ini masih diperlukan dengan kajian paparan yang
menggunakan pendekatan probabilistik dengan ketepatan hasil yang lebih baik.
Kata kunci: Kajian paparan, deterministik, logam berat, Survey Konsumsi
Makanan Individu (SKMI)

SUMMARY

MARISA EFANNY. Dietary Exposure Assessment of Heavy Metal in Indonesia.


Supervised by NURI ANDARWULAN and NANCY DEWI YULIANA.

Heavy metals contamination is a major threat to ecological intregrity and


human well-being. Heavy metals contamination in food are from water (seawater,
ground water and irrigation water), soil and air. Codex Alementarius and
Indonesian National Agency of Drug and Food Control (NADFC) have
established the maximum levels (ML) of five contaminant, they are lead, mercury,
cadmium, tin and arsenic. An exposure assessment was performed to estimate the
potential of heavy metals dietary intake in Indonesia population. Exposure
assessment study requires information heavy metals (lead, mercury, cadmium, tin
and arcenic) concentration in food and food consumption data. The data of heavy
metals concentration in food was secondary data obtained through online
research from several online scientific resource with keywors “heavy metals in
food, heavy metals contamination”. Food consumption data was obtained from
Food Consumption Survey (IFCS) 2014 that categorized consumers and food into
six age groups and 17 food groups. The dietary intakes of heavy metals were
estimated by the deterministic approached that used heavy metals concentration
in food (minimum, maximum and average level based on data calculation from
references) and maximum level (ML) of heavy metals in food based on Indonesia
regulation with average value of food consumption. Risk characteritation was
conducted by comparing dietary intakes of heavy metals with Provisional
Tolerable Weekly Intake (PTWI) or Provisional Tolerable Monthly Intake (PTMI).
The most scientific references were obtained for lead and fishery products. The
highest mean of mercury, cadmium and tin concentration were in fishery
products. Beverage had the higest mean of lead, while for arsenic was in
vegetables and the product. The results showed infants group (0-59 months) have
the highest dietary intakes of heavy metals. Dietary intakes of heavy metals based
on ML are higer than dietary intakes of heavy metals based on mean
concentration data. Risk characterization results showed dietary exposure of lead
and cadmium were high-risk (>100% PTWI) in all age group. For mercury,
dietary exposures were high-risk in infants and children group, while dietary
exposures of tin and arcenic were low-risk in all age groups. The major
contributor to dietary exposures of lead, mercury and tin were fishery product,
while the major contributor to cadmium was edible water and to arcenic were
vegetables and the product. The result of this study can be used as the initial
prediction of Indonesian’s health risk caused by dietary exposure of heavy metals.
Verification of this study’s result is still needed with a dietary exposure
assessment using propabilistic approach with better outcomes.
Keywords: Exposure assessment, deterministic, heavy metal, Individual Food
Consumption Survey (IFCS)
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2018
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
KAJIAN PAPARAN LOGAM BERAT DARI PANGAN DI
INDONESIA

MARISA EFANNY

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional
pada
Program Studi Profesional Teknologi Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Puspo Edi Giriwono, STP. M.Agr
Judul Tesis : Kajian Paparan Logam Berat dari Pangan di Indonesia
Nama : Marisa Efanny
NIM : F252150185

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

Prof Dr Nuri Andarwulan, M.Si Dr Nancy Dewi Yuliana, STP. MSc


Ketua Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana


Magister Profesional Teknologi Pangan

Dr Ir Nurheni Sri Palupi, MSi Prof Dr Ir Anas Miftah Fauzi, MEng

Tanggal Ujian: 01 September 2018 Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema
penelitian yang dilaksanakan dari bulan Agustus 2017 hingga Januari 2018 ini
ialah keamanan pangan, yang berjudul Kajian Paparan Logam Berat pada Pangan
di Indonesia.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. Nuri Andarwulan, MSi
dan Ibu Dr. Nancy Dewi Juliana, STP, MSc selaku pembimbing. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan MPTP XI yang telah
memberikan dukungan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan studi.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh keluarga atas segala doa
dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2018

Marisa Efanny
DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
1 PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Lingkup Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
2 TINJAUAN PUSTAKA 4
Logam Berat 4
Regulasi Logam Berat 5
Timbal 10
Merkuri 12
Kadmium 13
Timah 13
Arsen 14
Survey Konsumsi Pangan 15
Kajian Paparan 17
3 METODE PENELITIAN 18
Bahan dan Alat 18
Tahapan Penelitian 18
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 22
Profil Responden 22
Tingkat Konsumsi dan Hasil Penyepadanan Kelompok Pangan 23
Kadar Logam Berat pada Pangan di Indonesia 26
Tingkat Paparan Logam Berat pada Pangan di Indonesia 30
Karakterisasi Risiko Paparan Logam Berat 35
5 SIMPULAN DAN SARAN 39
Simpulan 39
Saran 40
DAFTAR PUSTAKA 40
LAMPIRAN 69
RIWAYAT HIDUP 85
DAFTAR TABEL

1 Penggunaan logam berat dalam industri 5


2 Batas maksimum cemaran timbal pada pangan di berbagai negara (ppm) 6
3 Batas maksimum cemaran merkuri pada pangan di berbagai negara (ppm) 7
4 Batas maksimum cemaran kadmium pada pangan di berbagai negara (ppm) 8
5 Batas maksimum cemaran timah pada pangan di berbagai negara (ppm) 9
6 Batas maksimum cemaran arsenpada pangan di berbagai negara (ppm) 9
7 Nilai Provisional Tolerable Weekly Intake (PTWI) dan Provisional Tolerable 10
Monthly Intake (PTMI) logam berat
8 Sumber timbal dan media yang terkontaminasi 11
9 Estimasi hubungan paparan timbal dalam makanan dengan IQ, menggunakan 22
model bilinier dan hill
10 Perbandingan rerata berat badan Indonesia dengan berbagai Negara 23
11 Hasil penyepadanan jenis pangan data pustaka kadar logam berat dan kategori 25
pangan batas maksimum regulasi logam berat di Indonesia (Perka BPOM No
23 Tahun 2017) dengan kelompok pangan Laporan SKMI 2014
12 Perbandingan kadar minimum, maksimum dan rerata timbal dari data pustaka 26
dengan batas maksimum (BM) timbal berdasarkan Perka BPOM No 23 Tahun
2017
13 Perbandingan kadar minimum, maksimum dan rerata merkuri dari data pustaka 27
dengan batas maksimum (BM) merkuri berdasarkan Perka BPOM No 23
Tahun 2017
14 Perbandingan kadar minimum, maksimum dan rerata kadmium dari data 29
pustaka dengan batas maksimum (BM) kadmium berdasarkan Perka BPOM
No 23 Tahun 2017
15 Perbandingan kadar minimum, maksimum dan rerata timah dari data pustaka 29
dengan batas maksimum (BM) timah berdasarkan Perka BPOM No 23 Tahun
2017
16 Perbandingan kadar minimum, maksimum dan rerata arsen dari data pustaka 29
dengan batas maksimum (BM) arsen berdasarkan Perka BPOM No 23 Tahun
2017
17 Perbandingan nilai paparan timbal hasil penelitian ini dengan beberapa kajian 31
paparan lainnya
18 Perbandingan nilai paparan merkuri hasil penelitian ini dengan beberapa kajian 32
paparan lainnya
19 Perbandingan nilai paparan kadmium hasil penelitian ini dengan beberapa 33
kajian paparan lainnya
20 Perbandingan nilai paparan timah hasil penelitian ini dengan beberapa kajian 34
paparan lainnya
21 Perbandingan nilai paparan arsen hasil penelitian ini dengan beberapa kajian 34
paparan lainnya
22 Persentase nilai risiko paparan logam berat di Indonesia 35
23 Penurunan nilai IQ pada balita dan anak-anak berdasarkan nilai paparan rerata 36
dari pustaka dan asumsi kadar timbal berdasarkan batas maksimum (BM)
Perka BPON No 23 Tahun 2017.
DAFTAR GAMBAR
1 Stress oksidatif pada sel akibat logam berat 4
2 Hubungan penurunan nilai IQ dengan Kadar timbal dalam darah (Model 11
bilinear dan hill)
3 Diagram alir kajian paparan logam berat pangan di Indonesia 19
4 Perbandingan rerata konsumsi pangan individu usia dewasa beberapa 24
kelompok pangan di Indonesia (Kemenkes, 2014) dengan Malaysia
(IPH, 2014)
5 Perbandingan tingkat konsumsi kelompok pangan utama manusia dewasa 24
di Indonesia (Kemenkes, 2014) dengan tingkat konsumsi manusia dewasa
global (Micha et al., 2015)
6 Perbandingan kontribusi kelompok pangan terhadap paparan timbal 37
berbagai referensi. Keterangan: *kelompok usia ≥ 17 tahun
7 Perbandingan kontribusi kelompok pangan terhadap paparan merkuri 37
berbagai pustaka. Keterangan: *kelompok usia ≥ 17 tahun
8 Perbandingan kontribusi kelompok pangan terhadap paparan kadmium 38
berbagai pustaka. Keterangan: *kelompok usia ≥ 17tahun
9 Perbandingan kontribusi kelompok pangan terhadap paparan arsen berbagai 39
pustaka. Keterangan: *kelompok usia ≥ 17tahun
1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia sebagai negara berkembang menitikberatkan pada perkembangan


ekonomi dengan pembangunan perindustrian. Semakin banyaknya perindustrian
semakin meningkat pula pendapatan masyarakat dan lapangan pekerjaan. Namun
di sisi lain pembangunan industri dapat memiliki dampak negatif bagi lingkungan
misalnya terjadi pencemaran lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengolahan lingkungan hidup, pencemaran
lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Limbah
industri dapat menyebabkan pencemaran air, tanah dan udara sekitar pembuangan
limbah tersebut jika limbah tidak ditangani dengan baik.
Cemaran logam berat merupakan salah satu jenis cemaran yang banyak
terdapat di lingkungan. Sumber cemaran logam dapat berasal dari limbah industri,
pertambangan, pertanian dan limbah rumah tangga. Namun kontribusi limbah
industri lebih besar mencemari lingkungan dengan logam berat karena logam
berat sering digunakan sebagi bahan baku, bahan tambahan maupun sebagai
katalisator (Hutagalung dan Rozak 1997). Limbah industri yang tidak diolah
dengan baik kemungkinan besar menyebabkan sisa logam berat masuk dan
mencemari lingkungan. Logam berat mencemari lingkungan baik udara, air
maupun tanah. Beberapa penelitian terkait pencemaran logam berat menunjukkan
kadar logam berat yang melebihi ambang batas. Hasil penelitian Rumanta et al.
(2008) menunjukkan kadar timbal air pada perairan di sekitar Jakarta berkisar
0.013 – 0.117 µg/ml pada musim penghujan dan 0.03 – 0.067 µg/ml pada musim
kemarau. Kadar timbal tersebut telah melebihi ambang batas yang ditetapkan
dalam Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 yaitu sebesar
0.008 µg/ml. Penelitian lain yang dilakukan Susanto (2004) menunjukkan
kegiatan penambangan emas menyebabkan kadar merkuri pada air di sungai
Cisadane sebesar 3 ppb telah melebihi batas maksimum yaitu sebesar 1 ppb.
Logam berat dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan,
pencernaan dan penetrasi kulit. Masuknya logam berat melalui pencernaan berasal
dari pangan yang tercemar. Sumber pangan yang ditanam, hidup dan/atau
dibiakan di lingkungan yang tercermar logam berat dapat mengandung logam
berat di dalamnya misalnya ikan yang ditangkap di perairan tercemar logam berat.
Sumber cemaran logam berat pada makanan selain dari limbah industri dapat pula
berasal dari gas buangan kendaraan bermotor selama pangan didistribusi dan juga
kemasan plastik yang mungkin mengandung residu logam berat yang digunakan
sebagai katalisator pada proses pembuatan plastik kemasan tersebut. Menurut
Widowati et al. (2003), penggunaan logam berat sebagi bahan baku berbagai jenis
industri untuk memenuhi kebutuhan manusia akan mempengaruhi kesehatan
manusia melalui dua jalur yaitu kegiatan industri yang akan menambah polutan
dalam lingkungan (air, udara, tanah, dan makanan) dan perubahan biokimia logam
sebagai bahan baku berbagai jenis industri dapat mempengaruhi kesehatan
manusia.
2

Logam pada kadar tertentu dibutuhkan manusia untuk membantu proses


biokimia yang berlangsung dalam tubuh manusia. Namun, beberapa jenis logam
bersifat beracun. Logam berat yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui
makanan tidak dapat diurai oleh tubuh dan akan terakumulasi hingga mencapai
jumlah tertentu akan menyebabkan gangguan kesehatan. Dalam tubuh manusia
ion-ion logam berat berinteraksi dengan enzim-enzim yang memiliki gugus
sulfithidril (S-H). Menurut Yulaifi dan Aunurohim (2013), enzim-enzim yang
memiliki gugus sulfithidril mudah berikatan dengan ion –ion logam dan sehingga
daya kerjanya menurun atau tidak bekerja sama sekali, akibanya sistem
metabolisme dalam tubuh akan terganggu. Selain bereaksi dengan gugus
sulfithidril logam berat dapat bereaksi dengan gugus karboksilat (-COOH) dan
amino (-NH2) pada enzim. Tingkat toksisitas logam berat terhadap manusia dari
yang paling toksik adalah Hg, Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, dan Zn (Widowati et al.
2003).
Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI)
telah mengatur batas maksimum cemaran logam berat pada makanan melalui
Peraturan Kepala Badan POM Nomor 23 Tahun 2017 tentang Batas Maksimum
Cemaran Logam Berat dalam Pangan Olahan dan Lembaga pangan dunia Codex
Alimentarius mengatur hal ini dalam Standar 193-1995 tentang General Standar
for Contaminants and Toxin in Food and Feed. Selain batas cemaran dalam
Codex standar tersebut juga mengatur nilai toksisitas masing-masing jenis logam
berat dengan nilai Provisional Tolerable Weekly Intake (PTWI) dan Provisional
Tolerable Monthly Intake (PTMI) sesuai dengan rekomendasi dari Joint
FAO/WHO Expert Commitee of Food Additive (JECFA) dalam Codex Standar
193-1995. Jenis logam berat yang telah diatur dalam kedua peraturan tersebut
adalah arsen, timbal, kadmium, merkuri, dan timah.
Kajian paparan merupakan salah satu tahapan dari rangkaian tahap kajian
risiko. Kajian paparan adalah penilaian kualitatif dan/atau kuantitatif dari
kemungkinan asupan bahaya biologis, kimia dan fisik melalui makanan serta
paparan dari sumber lain (FAO/WHO 2011a). Kajian paparan logam berat telah
banyak dilakukan dilakukan di berbagai negara di dunia. Menurut Gorchev
(1993), tingkat paparan timbal pada rerata orang dewasa berkisar 1-63 µg/kg
bb/minggu, dengan sumber utama berasal dari makanan dan air minum,
sedangkan untuk merkuri tingkat paparan berkisar 200-300 µg/orang dengan
kontribusi terbesar berasal dari ikan. Kajian paparan yang dilakukan Cid et al.
(2008) di Catalonia, Spanyol menunjukkan tingkat paparan rerata orang dewasa
(asumsi berat 70 kg) untuk As, Cd, Hg dan Pb adalah 261.01, 9.80, 12.61 dan
45.13 µg/orang/hari. Pada logam timah sumber utama paparannya adalah
makanan dan minuman kaleng. Kajian paparan yang dilakukan di Pulau Jeju,
Korea Selatan terhadap anak-anak yang mengonsumsi makanan kaleng, 10%
responde terpapar timah dalam jumlah tinggi sampai 3 mg/hari (Yang et al. 2015).
Dalam melakukan kajian paparan logam berat terdapat dua data yang harus
diketahui yaitu data konsumsi pangan dan konsentrasi logam berat dalam pangan
tersebut. Data konsentrasi logam berat pada makanan didapatkan dengan
mengumpulkan hasil penelitian degan topik konsentrasi cemaran logam berat
dalam makanan di seluruh Indonesia. Pengumpulan data konsentrasi logam berat
dilakukan berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun 2004 sampai 2017.
Penelitian dengan topik cemaran logam berat pada makanan diambil dari jurnal
3

ilmiah nasional maupun internasional, skripsi, tesis dan disetasi tentang logam
berat di wilayah Indonesi. Pada penelitian ini akan melakukan kajian paparan
pada lima jenis logam yaitu timbal, merkuri, kadmium, timah dan arsen.
Pengumpulan data konsumsi pangan individu secara nasional telah
dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian
Kesehatan bekerjasama dengan lembaga lain diantaranya Perguruan Tinggi,
Badan Pusat Statistik, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota serta
dibantu secara teknis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan International
Life Science Institute (ILSI). Data konsumsi pangan individu tersebut diterbitkan
dalam bentuk Buku Studi Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI)
Indonesia 2014.
Perhitungan tingkat paparan dapat dilakukan dengan pendekatan
deterministik (Point estimates) atau probabilistik (distribution) (FAO/WHO
2009). Pendekatan deterministik mengunakan nilai tertentu yang mencerminkan
asumsi tingkat paparan sedangkan pendekatan probabilistik menggunakan
variabel dan faktor ketidakpastian dan dicerminkan sebagai sebuah sebaran.
Berdasarkan data yang digunakan pada penelitian, kajian paparan pada penelitian
ini menggunakan pendekatan deterministik untuk menghitung tingkat paparannya.
Tingkat paparan kemudian digunakan untuk melakukan karakterisasi risiko.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yaitu


bagaimana: (1) konsentrasi logam berat untuk setiap kelompok pangan di
Indonesia; (2) tingkat konsumsi setiap kelompok pangan yang mengandung logam
berat di Indonesia; (3) tingkat paparan logam berat Indonesia dari hasil
perhitungan dengan pendekatan deterministik dan (4) tingkat risiko logam berat di
Indonesia dan jenis pangan apakah yang memiliki risiko paling tinggi.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelirian ini adalah mengkaji paparan logam berat (Pb,
Hg, Cd, Sn dan As) dari pangan di Indonesia menggunakan pendekatan
deterministik. Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain adalah mendapatkan
(1) konsentrasi logam berat untuk setiap kelompok pangan; (2) tingkat konsumsi
pangan yang mengandung logam berat; (3) tingkat paparan logam berat dari
pangan di Indonesia; (4) tingkat risiko paparan logam berat di Indonesia dan
jenis pangan yang berkontribusi paling tinggi terhadap nilai paparan logam berat
di Indonesia.

Lingkup Penelitian

Lingkup penelitian ini terbatas pada data konsentrasi logam berat pangan
dari penelitian tahun 2004-2017 baik jurnal ilmiah, skripsi, tesis dan disertasi di
seluruh Indonesia yang tersedia secara online serta data SKMI pada Buku Studi
Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu Indonesia 2014.
4

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai (1) salah satu model
kajian paparan logam berat pada pangan dengan pendekatan deterministik; (2)
bahan pertimbangan bagi regulator dalam menetapkan batas maksimum logam
berat dalam pangan.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Logam Berat

Terdapat berbagai definisi logam berat yang sering digunakan. Duffus


(2002) mengumpulkan definisi berbagai definisi logam berat diantaranya
berdasarkan bobot jenis, berat atom, nomor atom, sifat kimia, dan toksisitas.
Definisi yang paling sering digunakan adalah berdasarkan bobot jenis dan berat
atom dimana suatu logam dapat dinyatakan sebagai logam berat jika memiliki
bobot jenis lebih besar dari 5 atau 6 g/cm3 dan berat atom lebih besar dari sodium
(23). Menurut BSN (2009), logam berat merupakan elemen kimiawi metalik dan
metaloida, memiliki bobot atom dan bobot jenis yang tinggi yang bersifat racun
bagi makhluk hidup. Meskipun terdapat berbagai variasi definisi Duffus (2002)
menyepakati penggunaan istilah logam berat berkaitan dengan toksisitas yang
dimiliki logam tersebut.
Beberapa logam dalam jumlah kecil bersifat essensial bagi tubuh makhluk
hidup, namun pada jumlah yang berlebihan dapat menjadi racun bagi makhluk
hidup misalnya Zn, Cu, Fe, Co, Mn, Ni dan sebagainya. Logam berat yang tidak
esesnsial biasanya beracun bagi makhluk hidup seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lainya
(Yudo 2006). Keberadaan logam berat pada tubuh manusia menyebabkan
keracunan dengan mekanisme stres oksidatif (Gambar 1) dimana terjadi
ketidakseimbangan radikal bebas dan produksi antioksidan untuk menawar racun
atau memperbaiki kerusakan sel yang terjadi (Jaishankar et al. 2014). Stress
oksidatif mengakibatkan apoptosis yaitu kematian sel yang terprogram.
Cadmium Mercury

Production of ROS Aluminium


- - -
O2 , OH, NO , RO
ONOO-, H2O2

Resulting in
Apoptosis Iron
oxidative stress
SOD, GSH,
GST, Catalase

Defense by antioxidants
Arsenic

Chromium Lead
Gambar 1 Stress oksidatif pada sel akibat logam berat (Jaishankar et al. 2014)
5

Sumber cemaran logam berat pada makanan yaitu dari lingkungan (tanah,
air dan udara) yang tercemar. Beberapa logam berat secara alami terdapat dalam
lingkungan. Peningkatan kadar logam berat pada lingkungan disebabkan oleh
limbah kegiatan manusia seperti penambangan, pembakaran bahan bakar,
perindustrian dan kegiatan rumah tangga. Logam berat digunakan dalam industri
sebagai bahan baku, bahan tambahan maupun katalisator. Beberapa pemanfaatan
logam berat pada industri dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Penggunaan logam berat dalam industri


Logam Berat Pemakaian dalam Industri
Kadmium (Cd) Electroplating, pigmentasi, penstabil termoplastik misalnya pada
PVC, baterai, logam campuran (alloy) dengan titik leleh yang
rendah.
Tembaga (Cu) Industri elektronik, logam campuran (alloy) misalnya: kuningan,
katalis kimia, anti-fouling paint dan pengawet kayu.
Nikel (Ni) Metalurgi, baja dan logam campuran lainnya, electroplating,
katalisator.
Timbal (Pb) Stroge battery, additif BBM, pigmentasi misalnya pada cat
merah, amunisi, solder, pelindung kabel, anti- fouling paint.
Seng (Zn) Logam campur seng, misalnya kuningan, perunggu; galvanasi,
seng gulungan; cat baterai; karet.
Sumber: Bryan (1976) dikutip Khaisar (2006)

Regulasi Logam Berat

Logam berat merupakan kontaminan yang umum terdapat dalam makanan.


Dalam rangka menjamin keamanan pangan pemerintah sebagai regulator harus
menentukan batas maksimum kontaminasi logam berat dalam pangan. Lembaga
pangan dunia CODEX mengatur batas maksimum logam berat dalam Standar
193-1995 amandemen 2016 tentang General Standar for Contaminants and Toxin
in Food and Feed. Di Indonesia diatur dalam Peraturan Kepala Badan POM
Nomor 23 tentang Batas Maksimum Logam Berat dalam Pangan Olahan.
Berdasarkan standar CODEX dan Regulasi logam berat di Indonesia terdapat lima
jenis merkuri (termasuk metil merkuri), timbal, kadmium, timah dan arsen.
Sedangkan di negara-negara Eropa dalam Commission Regulation (EC) No
1881/2006 tentang Setting Maximum Levels for Certain Contaminants in
Foodstuffs hanya mengatur empat jenis logam berat yaitu merkuri, timbal,
kadmium dan timah. Di Amerika serikat, United State Department of Agriculture
(USDA) dalam Technical Regulation on Mycotoxin and Heavy Metal MRLs in
Food Tahun 2013 mengatur lima jenis logam berat yaitu timbal, merkuri
(anorganik dan metil merkuri), kadmium, arsen dan zink. Batas maksimum logam
berat dalam pangan di berbagai negara dapat dilihat pada Tabel 2 sampai Tabel 6.
6

Tabel 2 Batas maksimum cemaran timbal pada pangan di berbagai negara (ppm)
Batas Maksimum (ppm)
No Kategori Pangan BPOM Codex EU USDA
(2017) (2016) (2006) (2013)
1 Produk-produk susu dan analognya 0.02 0.02 0.02 0.02
2 Lemak, minyak dan emulsi minyak 0.10 0.10 0.10 0.10
3 Emulsi lemak terutama tipe emulsi 0.10 (-) (-) (-)
air dalam minyak
4 Es untuk dimakan (edible ice), 0.15 (-) (-) (-)
termasuk sherbet dan sorbet
5 Buah, sayur, biji-bijian dan rumput 0.20 0.10 0.10 0.3 (sayur)
laut 0.1 (buah)
6 Jem, jeli dan marmalad 0.40 (-) (-) 1.0
7 Kembang gula/permen dan coklat 1.0 (-) (-) (-)
8 Serealia, umbi, kacang dan produk 0.25 0.20 0.20 0.2
olahannya 1 (terigu) 0.1 (umbi)
9 Produk bakeri 0.50 (-) (-) (-)
10 Daging dan produk daging 0.50 0.10 0.10 0.10
11 Ikan dan hasil laut 0.20 0.30 0.3 (ikan) 0.3 (ikan)
1.5 (kerang) 0.5 (udang)
0.5 (udang) 1.5 (kerang)
12 Telur dan produk telur 0.25 (-) (-) (-)
13 Pemanis 0.25 (-) (-) (-)
14 Gula Kristal putih 2.0 (-) (-) 2.0
15 Madu 1.0 (-) (-) (-)
16 Garam, rempah, sup, saus, salad 1.0 2 (-) 2.0
dan produk protein 10 (garam)
17 Produk pangan gizi khusus 0.25 (-) (-) (-)
18 Formula bayi 0.01 0.01 0.02 (-)
19 Makanan bayi 0.1 (-) (-) 0.02
20 Makanan diet khusus 0.02 (-) (-) 3.0
21 Minuman (non-diary) 0.05 (-) (-) (-)
22 Air mineral alami 0.02 0.01 (-) 0.001
23 Air minum olahan 0.005 (-) (-) 0.006
24 Sari buah dan sayuran 0.10 0.03 0.05 0.05
25 Nektar buah dan sayuran 0.20 (-) (-) (-)
26 Minuman berperisa, elektrolit dan 0.05 (-) (-) (-)
particulated drinks
27 Kopi, teh, herbal, sereal, minuman 2.0 (-) (-) (-)
bijian kecuali cokelat
28 Minuman beralkohol 0.20 0.2 (wine) 0.2 (wine) 0.2 (wine)
29 Makanan ringan siap santap 0.25 (-) (-) (-)
7

Tabel 3 Batas maksimum cemaran merkuri pada pangan di berbagai negara (ppm)
Batas Maksimum (ppm)
No Kategori Pangan BPOM Codex EU USDA
(2017) (2016) (2006) (2013)
1 Produk-produk susu dan analognya 0.02 (-) (-) 0.05
2 Lemak, minyak dan emulsi minyak 0.05 (-) (-) (-)
3 Emulsi lemak terutama tipe emulsi 0.03 (-) (-) (-)
air dalam minyak
4 Es untuk dimakan (edible ice), 0.03 (-) (-) (-)
termasuk sherbet dan sorbet
5 Buah, sayur, biji-bijian dan rumput 0.03 (-) (-) (-)
laut
6 Jem, jeli dan marmalad 0.03 (-) (-) (-)
7 Kembang gula/permen dan coklat 0.05 (-) (-) (-)
0.03(kakao)
8 Serealia, umbi, kacang dan produk 0.03 (-) (-) (-)
olahannya 0.05(terigu)
9 Produk bakeri 0.05 (-) (-) (-)
10 Daging dan produk daging 0.03 (-) (-) 0.05
11 Ikan dan hasil laut 0.06 0.5 (metil 0.5 (ikan) 1 (ikan
0.4 (ikan merkuri) 1 (ikan predator)
predator) 1 (merkuri) predator) 0.5(udang
& seafood)
12 Telur dan produk telur 0.03 (-) (-) (-)
13 Pemanis 0.03 (-) (-) (-)
14 Gula Kristal putih 0.05 (-) (-) 0.05
15 Madu 0.03 (-) (-) 0.05
16 Garam, rempah, sup, saus, salad 0.05 0.1 (garam) (-) 0.05
dan produk protein 0.1 (garam) 0.1(garam)
17 Produk pangan gizi khusus 0.01 (-) (-) (-)
18 Formula bayi 0.01 (-) (-) (-)
19 Makanan bayi 0.01 (-) (-) (-)
20 Makanan diet khusus 0.01 (-) (-) 0.1
21 Minuman (non-diary) 0.005 (-) (-) (-)
22 Air mineral alami 0.001 0.001 (-) 0.001
23 Air minum olahan 0.001 (-) (-) 0.006
24 Sari buah dan sayuran 0.02 (-) (-) (-)
25 Nektar buah dan sayuran 0.03 (-) (-) (-)
26 Minuman berperisa, elektrolit dan 0.01 (-) (-) (-)
particulated drinks
27 Kopi, teh, herbal, sereal, minuman 0.03 (-) (-) 0.05
bijian kecuali cokelat
28 Minuman beralkohol 0.03 (-) (-) (-)
29 Makanan ringan siap santap 0.03 (-) (-) (-)
8

Tabel 4 Batas maksimum cemaran kadmium pada pangan di berbagai negara


(ppm)
Batas Maksimum (ppm)
No Kategori Pangan BPOM Codex EU USDA
(2017) (2016) (2006) (2013)
1 Produk-produk susu dan 0.05 (-) (-) 1
analognya
2 Lemak, minyak dan emulsi 0.10 (-) (-) (-)
minyak
3 Emulsi lemak terutama tipe 0.10 (-) (-) (-)
emulsi air dalam minyak
4 Es untuk dimakan (edible ice), 0.01 (-) (-) (-)
termasuk sherbet dan sorbet
5 Buah, sayur, biji-bijian dan 0.05 0.05 0.05 0.05
rumput laut 0.2 0.2 0.2
(sayur daun) (sayur daun) (sayur daun)
0.1(polong) 0.1(polong) 0.1(polong)
6 Jem, jeli dan marmalad 0.20 (-) (-) (-)
7 Kembang gula/permen dan 0.50 (-) (-) (-)
coklat 0.85
(kakao)
8 Serealia, umbi, kacang dan 0.05 0.4 (beras) 0.1 0.1
produk olahannya 0.1 0.2l 0.2(beras, 0.2(gandum)
(terigu) (gandum) gandum, 0.4(beras)
kedelai)
9 Produk bakeri 0.20 (-) (-) (-)
10 Daging dan produk daging 0.05 (-) 0.05 0.05
0.5(jeroan)
11 Ikan dan hasil laut 0.1 2 (kerang) 0.05 (ikan) 0.3
0.3(ika 1 (ikan 2(kerang)
n predator) 0.5(udang)
predato 1 (kerang)
r) 0.5(udang)
12 Telur dan produk telur 0.10 (-) (-) (-)
13 Pemanis 0.20 (-) (-) (-)
14 Gula Kristal putih 0.20 (-) (-) 1
15 Madu 0.20 (-) (-) 1
16 Garam, rempah, sup, saus, salad 0.50 0.50 (-) 1
dan produk protein 0.5(garam)
17 Produk pangan gizi khusus 0.01 (-) (-) (-)
18 Formula bayi 0.01 (-) (-) (-)
19 Makanan bayi 0.01 (-) (-) (-)
20 Makanan diet khusus 0.02 (-) (-) (-)
21 Minuman (non-diary) 0.01 (-) (-) (-)
22 Air mineral alami 0.003 0.003 (-) 0.003
23 Air minum olahan 0.003 (-) (-) 0.003
24 Sari buah dan sayuran 0.03 (-) (-) (-)
25 Nektar buah dan sayuran 0.05 (-) (-) (-)
26 Minuman berperisa, elektrolit 0.01 (-) (-) (-)
dan particulated drinks
27 Kopi, teh, herbal, sereal, 0.20 (-) (-) 1
minuman bijian kecuali cokelat
28 Minuman beralkohol 0.20 (-) (-) (-)
29 Makanan ringan siap santap 0.05 (-) (-) (-)
9

Tabel 5 Batas maksimum cemaran timah pada pangan di berbagai negara (ppm)
Batas Maksimum (ppm)
No Kategori Pangan BPOM Codex EU USDA
(2017) (2016) (2006) (2013)
1 Minuman dalam kemasan kaleng 100 150 100 (-)
2 Formula bayi, lanjutan, 10 (-) (-) (-)
pertumbuhan dan kebutuhan
khusus
3 Pangan bayi dan anak masa 40 (-) 50 (-)
pertumbuhan
4 Pangan olahan lain yang tidak 40 50 (-) (-)
dikemas dalam kaleng
5 Pangan olahan lain yang dikemas 250 250 200 (-)
dalam kaleng

Tabel 6 Batas maksimum cemaran arsen pada pangan di berbagai negara (ppm)
Batas Maksimum (ppm)
No Kategori Pangan BPOM Codex EU USDA
(2017) (2016) (2006) (2013)
1 Produk-produk susu dan analognya 0.10 (-) (-) 0.5
2 Lemak, minyak dan emulsi minyak 0.10 0.1 (-) 0.1
3 Emulsi lemak terutama tipe emulsi 0.10 (-) (-) (-)
air dalam minyak
4 Es untuk dimakan (edible ice), 0.20 (-) (-) (-)
termasuk sherbet dan sorbet
5 Buah, sayur, biji-bijian dan rumput 0.15 (-) (-) 1
laut 1 (nori)
6 Jem, jeli dan marmalad 1 (-) (-) (-)
7 Kembang gula/permen dan coklat 1 (-) (-) (-)
8 Serealia, umbi, kacang dan produk 0.1 0.35 (-) 1
olahannya 0.5 (terigu) (beras)
9 Produk bakeri 0.5 (-) (-) (-)
10 Daging dan produk daging 0.25 (-) (-) 1
11 Ikan dan hasil laut 0.25 (-) (-) (-)
12 Telur dan produk telur 0.25 (-) (-) (-)
13 Pemanis 1 (-) (-) (-)
14 Gula Kristal putih 1 (-) (-) (-)
15 Madu 1 (-) (-) (-)
16 Garam, rempah, sup, saus, salad 0.15 0.50 (-) 1
dan produk protein 5(rempah)
17 Produk pangan gizi khusus 0.1 (-) (-) (-)
18 Formula bayi 0.02 (-) (-) (-)
19 Makanan bayi 0.02 (-) (-) (-)
20 Makanan diet khusus 0.02 (-) (-) (-)
21 Minuman (non-diary) 0.05 (-) (-) (-)
22 Air mineral alami 0.01 0.01 (-) 0.01
23 Air minum olahan 0.01 (-) (-) 0.01
24 Sari buah dan sayuran 0.1 (-) (-) (-)
25 Nektar buah dan sayuran 0.1 (-) (-) (-)
26 Minuman berperisa, elektrolit dan 0.05 (-) (-) (-)
particulated drinks
27 Kopi, teh, herbal, sereal, minuman 1 (-) (-) 1
bijian kecuali cokelat
28 Minuman beralkohol 0.1 (-) (-) (-)
29 Makanan ringan siap santap 0.25 (-) (-) (-)
10

Selain menetapkan batas maksimum logam berat dalam pangan CODEX


juga menetapkan nilai toksisitas logam berat bedasarkan rekomendasi dari Joint
FAO/WHO Expert Commitee of Food Additive (JECFA). Nilai toksisitas
didapatkan dari hasil pengujian toksisitas logam berat pada hewan percobaan.
Hasil pengujian pada hewan coba akan menghasilkan nilai NOAEL (No Observed
Adverse Effect Level) yaitu nilai konsentrasi atau dosis tertinggi logam berat yang
tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Untuk mendapatkan nilai toksisitas
selanjutnya NOAEL dibagi dengan variable konversi hewan ke manusia dan
variasi sensitivitas populasi manusia, sehingga akan didapatkan nilai toksisitas
logam berat yang disebut Provisional Maximum Tolerable Daily Intake (PMTDI),
Provisional Tolerable Weekly Intake (PTWI) dan Provisional Tolerable Monthly
Intake (PTMI). Dalam Standar 193-1995 tentang General Standar for
Contaminants and Toxin in Food and Feed yang dikeluarkan CODEX untuk
logam berat rekomendasi JECFA menyatakan nilai toksisitas logam berat dalam
PTWI da nada juga yang menggunakan PTMI. Nilai PTWI logam berat yang
diatur CODEX dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Nilai Provisional Tolerable Weekly Intake (PTWI) dan Provisional


Tolerable Monthly Intake (PTMI) logam berat (CODEX 2016)
Merkuri Timbal Kadmium Timah Arsen
PTWI 4 µg/kg bb 25 µg/kg bb (-) 14 mg/kg bb 15 µg/kg bb
PTMI (-) (-) 25 µg/kg bb (-) (-)
Keterangan: (-) tidak diatur

Timbal (Pb)

Timbal atau yang lebih dikenal sebagai timah hitam memiliki nama ilmiah
Plumbum (Pb). Timbal termasuk golongan IV A dalam sistem periodik,
mempunyai nomor atom 82, berat molekul 207.18 dan berat jenis 11.34 pada
suhu 20oC serta titik didih dan titik lebur masing-masing 1740oC dan 327oC.
Timbal bertekstur lunak mudah dibentuk dan merupakan penghatar listrik yang
baik serta tahan terhadap korosi dengan sifat ini timbal menjadi sangat popular
dan digunakan dibanyak insustri elektronik dan listrik. Sumber utama timbal di
alam adalah batuan sulfide galena, PbS dan batuan karbonat. Timbal juga dapat
berasal dari hasil pembakaran bahan bakar minyak dan limbah industri. Menurut
Gusnita (2012), timbal banyak digunakan sebagai bahan dalam kemasan, saluran
air, alat rumah tangga dan hiasa, serta dalam bentuk oksida timbal digunakan
sebagai pigmen atau zat warna dalam industri kosmetik dan keramik. Sifat tmbal
yang bertekstur lunak, mudah dibentuk, penghatar listrik yang baik dan tahan
korosi juga menjadikan timbal popular digunakan di berbagai industri ekektronik
dan listrik. Beberapa sumber timbal dan media yang terkontaminasi tersaji pada
Tabel 8.
Paparan timbal pada manusia dapat masuk melalui dua cara yaitu
pernafasan dan pencernaan. Masuknya timbal melaului pernafasan berasal dari
asap buangan bahan bakar baik dari industri maupun kendaraan bermotor,
sehingga masyarakat perkotaan memiliki kemungkinan lebih tinggi terpapar
timbal melalui pernafasan dibandingkan dengan masyarakat pedesaan.
11

Tabel 8 Sumber timbal dan media yang terkontaminasi


Sumber timbal Media yang terkontaminasi
Solder timbal / pipa Air minum
Kemasan atau wadah penyimpanan Makanan dan minuman
Cat (pre-1978) Debu dan tanah rumah
Proses produksi Makanan impor, obat, kosmetik, perhiasan
Penambangan dan peleburan Udara luar dan debu
Tempat kerja yang menggunakan timbal Udara dalam dan luar, debu
Bensin (pre-1978) Tanah
Sumber: ASTDR (2010)

Timbal yang masuk melalui pencernaan bersumber dari bahan makanan


atau air yang tercemar timbal. Air minum juga dapat tercemar timbal melalui
instalasi pipa yang mengandung timbal.Menurut Rumanta et al. (2008), toksisitas
timbal tergantung pada jalur pededahan, dosis dan tahap perkembangan makhluk
hidup. Pada anak-anak keracunan timbal dapat menyebabkan penurunan nilai IQ
dan kerusakan otak, sedangkan pada orang dewasa menyebabkan pusing,
kehilangan selera, anemia, gangguan tidur, lemah, tekanan darah tinggi dan
keguguran pada ibu hamil (Gusnita 2012).
Lembaga kesehatan dunia WHO mengidentifikasi timbal sebagai satu dari
10 kimia utama yang menjadi perhatian dan dibutuhkan penanganan bagi negara-
negara anggotanya. Selain itu WHO (2011) juga menyebutkan anak kecil rentan
terpapar timbal empat sampai lima kali lebih banyak disbandingkan dengan orang
dewasa. Hal ini dikarenakan anak-anak pada masa pertumbuhan memiliki rasa
ingin tahu yang lebih besar dimana semua benda yang ada di tangan dimasukan ke
dalam mulut dan memungkinkan masuknya benda yang mengandung timbal
masuk dan tertelan seperti tanah atau debu yang mengandung serpihan cat
bertimbal.
Menurut EFSA (2010) pada anak-anak paparan timbal yang tinggi dapat
menyebabkan gangguan perkembangan syaraf yang diukur dengan penurunan
nilai IQ, sedangkan pada orang dewasa dapat menyebabkan efek kardiovaskuler
dan gangguan ginjal kronis. Paparan timbal dari makanan akan masuk ke dalam
darah dan menganggu sistem kerja otak. Hubungan penurunan nilai IQ dengan
kadar timbal dalam darah dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Hubungan penurunan nilai IQ dengan Kadar timbal dalam darah


(Model bilinear dan hill) (FAO/WHO 2011)
12

Merkuri (Hg)

Merkuri (Hg) merupakan salah satu jenis logam berat yang memiliki bobot
jenis 13,6 g/cm3, nomor atom 80, dan bobot molekul 200.59. Merkuri berbentuk
cair pada suhu 25oC, berwarna perak dan memiliki titik didih 356,6oC. Merkuri
adalah bahan alami dan secara alami terdapat di alam dalam jumlah sedikit. Di
alam merkuri tersebar dikarang-karangan, tanah, air dan udara. Menurut Jalius
(2008), jumlah rata-rata merkuri pada kerak bumi adalah 0,09 ppm; pada tanah
adalah 30 -160 ppm, di sungai adalah 0,07 ug/L dan pada air tanah adalah 0,5-1
ug/L. Di alam merkuri berbentuk logam, garam organic dan garam anorganik.
Merkuri dalam bentuk logam dan anorganik paling banyak ditemukan di alam.
Menurut Zhang dan Wong (2006), pada tahun 1999 emisi merkuri dari
peleburan logam non besi (terutama peleburan seng), pembakaran batu bara,
kegiatan industri (baterai, lampu fluorescent dan semen) menyumbang 45%, 38%
dan 17% dari total emisi merkuri di China. Merkuri juga banyak digunakan
sebagai anti jamur pada industri cat, kertas, pestisida dan fungisida, sedangkan
pada industri plastik, merkuri digunakan sebagai katalis terutama industri vinil-
klorida yang mensintesis plastik. Paparan merkuri pada manusia masuk melalui
proses pernafasan, makanan, dan penetrasi kulit. Sumber paparan merkuri pada
manusia sebagain besar berasal dari udara yang tercemar, proses amalgam emas
atau produk perikanan yang telah terkontaminasi merkuri organik (Bernhoft,
2012).
Merkuri masuk ke dalam rantai pangan melalui pencemaran lingkungan.
ATSDR (1999) menyatakan produk perikanan terutama ikan besar memiliki
potensi mengandung merkuri paling tinggi. Hal ini disebabkan pencemaran
merkuri pada pangan banyak ditemukan di perairan yang tecemar limbah industri.
Pencemaran perairan baik sungai maupun laut akan masuk ke dalam tubuh ikan-
ikan kecil dan terakumulasi dalam organnya, selanjutnya ikan-ikan kecil tersebut
berkemungkinan besar dimakan oleh hewan air lain yang lebih besar. Hewan laut
lain seperti moluska dan krustase dapat terkontaminasi dari air atau sedimen yang
tercemar merkuri. Merkuri juga dapat masuk ke tubuh hewan laut melalui
ingsang. Pada sayuran dan buah merkuri dapat masuk dari sistem irigasi dan
fungisida mengandung merkuri yang digunakan.
Berdasarkan toksisitasnya merkuri termasuk kedalam logam berat yang
sangat beracun. Tingkat keracunan merkuri ditentukan oleh tingginya kemiripan
ion merkuri dengan kelompok asam amino sulfihidril yang menyusun enzim
(O’Reilly, McCarty, Steckling, dan Lettmeier 2010). Merkuri organik adalah
bentuk paling beracun bagi manusia. Merkuri organik dalam bentuk metil merkuri
beracun bagi sistem syaraf baik sensoris maupun motorik dengan gejala
paraesthesia, kepekaan menurun, penglihatan menyempit, myeri, lemah, sulit
berdiri, mudah jatuh, ataksia, tremor, sulit bicara serta gangguan mental (Alfian
2006). Menurut Hadi (2013), keracunan merkuri anorganik dikenal dengan istilah
“hatter’s shakes” (topi bergoyang) dengan gejala tremor yang dapat menyerang
otot muka, jari dan tangan dan apabila berkelanjutan dapat menyebabkan
kesulitan bicara dan berjalan serta kehilangan keseimbangan.
Paparan merkuri tinggi dapat terjadi jika ada kecelakaan industri yang
mencemari lingkungan disekitarnya. Efek kronis dapat terjadi jika manusia
terpapar merkuri dalam jumlah kecil secara rutin. WHO (2011) menyatakan suatu
13

negara yang mata pencahariannya utamanya nelayan maupun petambak akan


memiliki kemungkinan 1.5/1000 dan 17/1000 anak-anak menunjukan gangguan
kognitif (keterbelakangan mental) yang disebabkan oleh konsumsi produk
perikanan yang mengandung merkuri.

Kadmium (Cd)

Kadmium memiliki nomor atom 48, berat jenis 8.6 g/cm3, titik lebur
320.9oC, titik didih 765oC dan berat atom 112.4. Cadmium berwarna putih
keperakan. Keberadaan kadmium di alam bercampur logam lain seperti seng (Zn)
dan timbal (Pb). Menurut ASTDR (2012), kadmium banyak digunakan pada
industri diantaranya baterai (83%), pigmen (8%), pelapis dan palating (7%),
pensabil plastic (1.2%), lainya (0.8%). Masuknya kadmium dalam tubuh manusia
dapat melalui pernapasan dan pencernaan. Masuknya kadmium melalui
pernafasan biasanya dasi emisi industri yang menggunakan kadmium sebagai
bahan baku atau bahan tambahannya sehingga yang paling mungkin terpapar
adalah pekerja indusri tersebut dan masyarakat sekitarnya. Merokok dapat
meningkatkan paparan kadmium dalam tubuh karena daun tembakau secara alami
mengakumulasi kadmium dalam konsentrasi tinggi dan meningkatkan konsentrasi
kadmium dalam ginjal perokok (WHO 2010).
Pencemaran kadmium pada makanan dan minuman berasal dari air dan
tanah. ASTDR (2012) menyatakan sumber utama kadmium di Amerika serikat
adalah bahan makanan terutama sayuran daun, kentang, kacang, kedelai dan biji
bunga matahari yang rata-rata mengandung cadmium 0.05 sampai 0.12 mg/kg.
Pencemaran makanan dan minuman. Data EFSA (2012c), kadmium sering
mencemari produk formulasi alga, produk kakao, produk perikanan (seperti
krustasea, moluska dan rumput laut), jeroan dan oilseed.
Kadmium merupakan salah satu logam berat yang beracun. Keracunan
kadmium menyebabkan efek akur pada paru-paru, hati, ginjal dan testis,
sedangkan pada paparan kronis menyebabkan nefrotoksisitas, imunotoksisitas,
osteotoksisitas dan tumor (Liu et al. 2009). Toksisitas kadmium tergantung pada
rute paparan, kuantitas dan tingkat pemaparan (Bernhoft 2012). Paparan kadmium
melalui sistem pencernaan menargetkan ginjal sebagai organ utama. Menurut
Patra et al. (2001), organ lainnya yang menjadi target keracunan kadmium adalah
testis. Banyak penelitian mengindikasikan paparan kadmium dapat menyebabakn
kerusakan testikular pada berbagai hewan coba seperti tikus, hamster, kelinci,
guinea pig dan anjing.

Timah (Sn)

Timah merupakan logam lembut berwarna putih keperakan dan tidak larut
dalam air. Timah memiliki nama latin Stannum (Sn) dengan nomer atom 50, berat
atom 118.710, berat jenis 7.365 g/cm3, titik lebur 231.93oC dan titik diidih
260.2oC. Timah digunakan sebagai bahan pelapis pada kaleng makanan, minuman
dan aerosol. Menurut ATSDR (2005), timah terdapat dalam bentuk organik dan
nonorganik. Timah yang bergabung dengan senyawa karbon menjadi timah
14

organik biasa digunakan dalam pembuatan plastik, kemasan makanan, pipa


plastik, pestisida, cat, pengawet kayu dan pengusir tikus. Timah dalam bentuk
anorganik terbentuk jika timah bergabung dengan senyawa sulfur, klorin atau
oksigen. Timah anorganik ditemukan pada batuan bumi dan digunakan pada pasta
gigi, minyak wangi, sabun, pewarna, bahan tambahan makanan dan pewarna.
Paparan timah ke dalam tubuh manusia dapat melalui tiga cara yaitu melalui
pernafasan, pencernaan dan kontak langsung dengan kulit. Sumber timah yang
mengontaminasi ikan dan produk perikanan berasal dari pencemaran lingkungan
perairan dari proses penambangan, peleburan dan industri-industri yang
menggunakan timah sebagai bahan baku maupun bahan penolong. Kontaminasi
logam berat timah dalam makanan juga dapat berasal dari makanan kaleng,
dimana timah digunakan sebagai bahan pelapis baja untuk mencegah terjadiya
korosi pada baja.
Tingkat racun timah masih dibawah merkuri, kadmium dan timbal. Data
ATSDR (2005), paparan timah anorganik dalam jumlah besar akan menyebabkan
sakit perut, anemia, gangguan hati dan ginjal. Efek kronis dengan paparan jangka
panjang tidak ditemukan. Timah organik akan menyebabkan iritasi kulit dan mata,
iritasi pernafasan, masalah pencernaan, dan masalah syaraf jika terpapar dalam
jumlah besar. Paparan timah dalam konsentrasi kecil dalam jangka panjang dapat
menyebabkan efek kronis berupa gangguan imunitas dan gangguan sistem syaraf.

Arsen (As)
Arsen merupakan elemen metalloid yang terkenal beracun. Arsen
memiliki nomer atom 33 dengan berat atom 74.92, berat jenis 5.727 g/cm3. Arsen
dalam bentuk padat pada suhu 615oC akan langsung tersublimasi menjadi gas
tanpa melalui fase cair. Di alam arsen secara alami terdapat pada bebatuan, tanah
dan air tanah. Menurut Hughes et al. (2011) dikutip EFSA (2014), aktivitas
manusia seperti penambangan, peleburan logam, dan pembakaran bahan bakar
minyak menjadi sumber cemaran arsen. Arsen juga digunakan pada pupuk,
pengawet kayu, dan pestisida.
Arsen memiliki bentuk organik dan anorganik. WHO (2016) menyatakan
peningkatan kandungan arsen anorganik pada manusia paling besar disebabkan
kontaminasi pada air minum, air untuk preparasi makanan, dan air yang
digunakan untuk irigasi, sedangkan untuk arsen organik ditemukan pada produk
perikanan. Data EFSA (2014) menunjukan di Eropa kontribusi paparan arsen
paling besar adalah pada produk biji-bijian (selain beras), beras, susu dan
olahanya (terutama pada bayi dan balita) dan air minum. Sedangkan di Amerika
menurut ATSDR (2007), sumber arsen paling besar terdapat pada produk
perikanan (terutama ikan dan kekerangan), beras, jamur dan unggas.
Arsen dalam bentuk anorganik memiliki tingkat racun yang lebih
dibandingkan dengan arsen organik. Menurut WHO (2016), arsen memiliki efek
akut berupa muntah, sakit perut dan diare. Pada kasus yang lebih ekstrim arsen
dapat menyebabkan keram otot sampai dengan kematian. Paparan arsen anorganik
dalam jangka panjang ditandai dengan perubahan pigmen kulit, luka kulit dan
hyperkeratosis dan pada akhirnya menyebabkan kanker kulit.
15

Survey Konsunsi Pangan Individu

WHO, FAO dan EFSA pada tahun 2011 bekerjasama mengeluarkan


pedoman untuk melakukan studi diet total untuk diguanakan oleh negara-negara
di dunia dalam melakukan studi diet total untuk mengetahui konsumsi pangan
individu di negaranya. Data studi diet total ini dapat digunakan sebagai:
1. Alat atau metode untuk mengidentifikasi makanan atau kelompok
makanan yang membutuhkan pengawasan.
2. Alat untuk manajemen resiko untuk mengembangkan prioritas dalam
menentukan tindakan untuk menjaga kesehatan masyarakat.
3. Alat untuk mengevaluasi grafik paparan senyawa kimia pada populasi
umum maupun khusus untuk menilai apakah kebijakan yang telah
ditetapkan saat ini masih efektif diterapkan atau tidak. Komplemen
aktivitas keamanan pangan lain untuk menghemat biaya.
4. Pendukung dan komunikasi hasil evaluasi keamanan kimia sebagai bagian
dari proses penilaian risiko.
Survei konsumsi pangan merupakan bagian yang sangat penting dalam
studi diet total. Dari segi Bahasa survei adalah salah satu metode pengumpulan
data primer dengan memberikankan pertanyaan baik lisan maupun tulisan kepada
responden. Konsumsi pangan adalah jumlah dan jenis pangan yang dimakan oleh
individu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Survei konsumsi pangan
dilakukan untuk mendapatkan data tentang asupan pangan untuk setiap kategori
pangan yang telah ditentukan pada suatu populasi tertentu. Menurut Luzzi (2002),
tujuan dari survei konsumsi pangan individu adalah untuk menilai kecukupan
konsumsi makanan mencukupi kebutuhan energi dan gizi, menghubungkan factor
risiko konsumsi dengan kesehatan, atau mengawasi respon pasien terhadap
manipulasi konsumsi untuk tujuan klinis. Dalam melakukan survei konsumsi
individu data informasi responden harus diketahui seperti usia, jenis kelamin,
berat badan, tempat tinggal, pekerjaan dan nformasi lainnya yang dianggap
penting.
Menurut Luzzi (2002), metode – metode yang dapat diguanakan dalam
survei konsumsi individu adalah:
1. Dietary history method. Metode ini terdiri dari tiga tahap yaitu (a)
menetapkan pola makanan dan menentukan makanan yang sering dimakan
sebagai makanan utama; (b) pengecekan ulang melalui wawancara tentang
jenis makanan yang dikonsumsi untuk memastikan tidak ada yang
terlupakan; (3) mencatat semua makanan yang dikonsumsi selama 3 hari
berikutnya.
2. Food frequency questionnaires. Memiliki banyak kesamaan dengan
metode Dietary history method. Kuesioner berisikan pertanyaan tentang
frekuensi (harian, mingguan dan/atau bulanan) responden mengonsumsi
suatu makanan atau kelompok makanan.
3. 24-hour recall. Data yang didapatkan dengan metode ini adalah data harian
konsumsi makanan responden dalam 24 jam terakhir. Data yang dihasilkan
lebih akurat dan lebih mudah digunakan pada responden yang memiliki
tidak pendidikan rendah.
4. Weighed dietary record. Metode ini meliputi pencatatan berat semua
makanan yang dikonsumsi.
16

5. Chemical analysis of diet. Makanan yang dikonsumsi selama survei


dilakukan disediakan dua porsi. Satu porsi untuk dikonsumsi responden
dan datu porsi lagi disimpan dalam wadah bersih dan tertutup di simpan di
lemari pendingin untuk pada akhirnya dibawa ke laboratorium untuk
ditimbang, dihomogenkan dan dianalisa kandungan zat gizinya.

Survei Konsumsi Makanan Individu (SKMI) telah dilakukan oleh Badan


Pengembangan dan Penelitian, Kementrian Kesehatan pada tahun 2014 bekerja
sama dengan Perguruan Tinggi, Badan Pusat Statistik, Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kabupaten/Kota dan dibantu secara teknis oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) dan Institute Life Science International (ILSI) yang mencakup 34
provinsi dengan jumlah rumah tangga 51.127 dan jumlah individu 191.524 orang.
Pengumpulan data konsumsi ngdilakukan menggunakan 3 (tiga) cara yaitu:
1. Kuesioner rumah tangga. Pengumpulan data tingkat rumah tangga
dilakukan dengan teknik wawancara secara tatap muka. Kuesioner rumah
tangga ditujukan terutama untuk mendapatkan informasi proses
penyediaan makanan yang dikonsumsi keluarga. Mulai dari sumber bahan
makanan diperoleh, proses persiapan sebelum pemasakan, cara pengolahan
hingga alat masak dan bahan bakar yang digunakan dalam pemasakan.
2. Kuesioner individu. Pengumpulan data konsumsi individu dilakuka dengan
metode wawancara dan pengukuran berat badan. Kuesioner konsumsi
individu ditujukan terutama untuk mendapatkan informasi jenis dan
kuantitas (berat) makanan dikonsumsi setiap anggota rumah tangga,
termasuk minuman, bumbu, suplemen makanan, gula, garam dan minyak
individu.
3. Teknik wawancara. Teknik wawancara untuk mengumpulkan data jenis
dan kuantitas makanan yang dikonsumsi individu serta proses penyediaan
makanan yang dikonsumsi keluarga, digunakan metode recall 1 x 24 jam.
Merode recall adalah cara pengumpulan data individu dan keluarga yang
prinsipnya meminta anggota rumah tangga mengingat kembali semua
makanan yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu dengan cara probing
(penggalian). Teknik metode recall yang digunakan adalah 5-Step
Multiple-Pass Method.
Data yang terkumpul akan diolah dan dipisahkan berdasarkan kelompok
usia dan kelompok pangan. Adapun pangan dikelompokkan menjadi 17 kelompok
yaitu:
1. Serealia dan hasil olahannya
2. Umbi-umbian dan hasil olahannya
3. Kacang-kacangan, biji
4. Sayuran dan hasil olahannya
5. Buah dan hasil olahannya
6. Daging dan hasil olahannya
7. Jeroan/non daging dan olahannya
8. Ikan, hewan laut lainnya dan hasil olahannya
9. Telur dan hasil olahannya
10. Susu dan hasil olahannya
11. Minyak, lemak dan olahannya
12. Gula, sirup dan konfeksioneri
17

13. Bumbu dan olahannya


14. Minuman
15. Makanan komposit
16. Air
17. Suplemen

Pembagian usia dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelompok yaitu a) bayi


0-59 bulan, b) anak usia sekolah 5-12 tahun, c) remaja 13-18 tahun , d) dewasa
19-55 tahun dan e) lanjut usia (lansia) >55 tahun. Hasil akhir dari pengolahan
data SKMI akan mendapatkan nilai rataan konsumsi untuk masing-masing
kelompok pangan dan kelompok usia dalam satuan g/orang/hari. Data rataan berat
badan responden dibutuhkan untuk mengubah satuan tingkat konsumsi menjadi
g/kg bb/ hari.

Kajian Paparan

Kajian paparan merupakan tahapan ketiga dari 4 tahap kajian risiko.


Tahapan lainnya meliputi identifikasi bahaya, karakterisasi bahaya dan
karakteristik risiko. Kajian risiko merupakan bagaian dari analisis risiko yang
berbasis ilmiah. Menurut FAO/WHO (2006), kajian risiko dapat dilakuakan
dengan 2 jenis pendekatan yaitu:
a. Deterministik (Point estimate) yang mengunakan nilai tertentu yang
mencerminkan asumsi tingkat paparan, misalnya menggunakan nilai
tertinggi (scenario terburuk) dari suatu senyawa terhadap risiko kesehatan.
b. Probabilistik menggunakan variable dan faktor ketidakpastian dan
dicerminkan sebagai sebuah sebaran yang lebih mencerminkan kondisi
sesungguhnya dari tingkat paparan suatu senyawa terhadap manusia.
Kajian paparan adalah penelitian kuatitatif dan/atau kualitatif
kemungkinan konsumsi bahaya biologi, kimia dam fisik melalui makanan atau
sumber lainnya (FAO/WHO 2006). Dalam melakukan kajian paparan terdapat dua
data yang harus diketahui yaitu data konsentrasi dan data konsumsi pangan. Nilai
paparan didapatkan dengan mengalikan kedua data tersebut. Nilai paparan a
didapatkan dalam satuan µg/kg bb/hari. Setelah didapatkan nilai paparan untuk
mengetahui apakah paparan tersebut aman atau tidak harus dilakukan tahapan
selanjutnya yaitu karakteristik risiko. Karakteristik risiko dilakukan dengan
membandingkan nilai paparan dengan nilai toksisitas bahan kimia yang dikaji.
Nilai toksisitas logam berat sebagai kontaminan ditunjukkan dengan nilai
Provisional Maximum Tolerable Daily Intake (PMTDI), Provisional Tolerable
Weekly Intake (PTWI) dan Provisional Tolerable Monthly Intake (PTMI). Risiko
paparan logam berat dianggap tinggi atau tidak aman jika nilai kajian risiko lebih
dari 100% PTWI.
18

3 METODE PENELITIAN

Bahan dan Alat

Penelitian dilakukan dengan menggunakan data Studi Diet Total: Survei


Konsumsi Makanan Individu Indonesia tahun 2014, data penelitian kadar logam
berat pada pangan dari berbagai publikasi ilmiah tingkat nasional dan
internasional berupa jurnal, tesis, disertasi, skripsi, laporan penelitian, prosiding
seminar nasional dan karya ilmiah pada kurun tahun 2004-2017 serta data batas
maksimum logam berat pada pangan di Indonesia dari Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan RI Nomor 23 tahun 2017. Pengolahan data dengan
menggunakan Microsoft Excel 2013.

Tahapan Penelitian

Penelitian dilakukan dalam 10 tahapan yang secara umum dapat dilihat


pada diagram alir kajian paparan logam berat di Indonesia (Gambar 3). Adapun
tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pengambilan data profil responden dari laporan SKMI tahun 2014.


Profil responden dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik responden
yang digunakan pada SKMI tahun 2014 dan dibutuhkan untuk melakukan kajian
paparan. Data yang dibutuhkan adalah kelompok usia dan rerata berat badan
responden per kelompok usia.

Pengambilan data konsumsi pangan dari laporan SKMI Tahun 2014.


Data konsumsi pangan diperoleh dari laporan SKMI 2014. Data konsumsi
tersebut diperoleh dari survei yang dilakukan di 34 provinsi, 497 kabupaten/kota
di Indonesia pada tahun 2014. Populasi yang digunakan dalam SKMI adalah
semua rumah tangga yang sudah didatangi dan terdaftar pada data Riskesdas
2013. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode Food Recall 1 x 24 jam
dengan dua kali kunjungan yang tidak berurutan ke masing-masing rumah tangga.
Pada data SKMI pangan dikelompokan menjadi 17 kelompok pangan sedangkan
usia responden dikelompokkan menjadi enam kelompok. Data konsumsi yang
didapatkan berupa rerata untuk setiap kelompok pangan dan usia dengan satuan
g/orang/hari.
19

Data pustaka cemaran logam berat (Pb, Hg, Sn


Laporan SKMI tahun 2014 dan As) pada pangan di Indonesia 2004 – 2017 Data batas maksimum logam berat
(n = 470) pada pangan sesuai regulasi
- Jurnal nasional dan/atau Internasional (n= 185) Indonesia (Perka BPOM no 23
- Tesis, disertasi dan skripsi (n=217) tahun 2017)
- Laporan penelian dan lainnya (n -68)
Profil responden / subjek Data konsumsi pangan
- Kelompok usia rata-rata
- Berat badan rata-rata - Kelompok pangan
- Kelompok umur Seleksi data logam berat pustaka (n = 353)
- Jurnal nasional dan/atau Internasional, (n= 121)
Pb (n=86), Hg (n=46), Cd (n= 58), Sn (n=1), As (n=7)
- Tesis, disertasi dan skripsi (n=184)
Pb (n=165), Hg (n=87), Cd (n= 145), Sn (n=4), As (n=0)
- Laporan penelian dan lainnya (n =48)
Pb (n=42), Hg (n=5), Cd (n= 16), Sn (n=4), As (n=1)

Pemetaan kadar cemaran logam berat pada pangan


dari pustaka di Indonesia

Pengolahan data kadar logam berat dari pustaka


(minimum, maksimum, dan rerata)

Penyepadanan kelompok pangan pustaka dan regulasi


dengan laporan SKMI 2014

Kajian paparan logam berat di Indonesia

Karakterisasi risiko paparan logam berat di Indonesia


- Nilai risiko paparan logam berat pangan
- Kontribusi kelompok pangan terhadap paparan logam
berat
Gambar 3 Diagram alir kajian paparan logam berat pangan di Indonesia
20

Data batas maksimum logam berat pada pangan sesuai regulasi di Indonesia.
Batas maksimum logam berat di Indonesia telah diatur dalam Peraturan
Kepala BPOM Nomor 23 Tahun 2017 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam
Berat pada pangan olahan.

Pengumpulan data konsentrasi cemaran logam berat (Pb, Hg, Cd, Sn, dan
As) pada pangan di Indonesia.
Data konsentrasi cemaran logam berat pada pangan di dapatkan dari jurnal
ilmiah, tesis, disertasi, skripsi, laporan penelitian, prosiding seminar nasional dan
karya ilmiah. Pencarian data konsentrasi dilakukan secara online dengan cara
menelusuri mesin pencari di internet, situs-situs jurnal ilmiah dan lembaga
penelitian kementrian di Indonesia serta repository atay perpustakaan online 100
besar universitas di Indonesia menurut Kementrian Riset, Teknologi dan
Pendidikan Tinggi RI tahun 2017 terutama yang memiliki fakultas atau jurusan
yang berkaitan dengan topik penelitian. Pencarian dilakukan dengan kata kunci
cemaran logam berat pangan, logam berat pangan, kadar logam berat pangan dan
heavy metal food contaminant. Pustaka yang berhasil dikumpulkan sebanyak 470
dengan jumlah jurnal sebanyak 185; skripsi, tesis dan disertasi sebanyak 217;
serta laporan penelitian dan publikasi lainnya sebanyak 68. Jumlah pustaka untuk
masing-masing jenis logam berturut-turut mulai dari timbal, merkuri, kadmium,
timah dan arsen adalah 377, 138, 265, 9, dan 19 pustaka.

Seleksi data kadar cemaran logam berat pustaka (Pb, Hg, Cd, Sn, As)
Seleksi data dilakukan dengan memisahkan data pustaka yang akan
digunakan dengan kriteria 1) menggunakan metode pengujian Spektrofotometer
Serapan Atom (SSA), 2) sampel pengujian diambil dari wilayah Indonesia, 3)
produk yang diujikan layak untuk dikonsumsi dan 4) data hasil pengujian wajar.
Hasil seleksi pustaka sebanyak 353 dengan jumlah jurnal sebanyak 121; skripsi,
tesis dan disertasi sebanyak 184; serta laporan penelitian dan publikasi lainnya
sebanyak 48. Jumlah pustaka untuk masing – masing jenis logam berturut-turut
mulai dari timbal, merkuri, kadmium, timah dan arsen adalah 293, 102, 219, 9 dan
8.

Pemetaan data konsentrasi cemaran logam berat pada pangan di Indonesia.


Data konsentrasi cemaran logam berat pangan dipetakan dengan cara
mengelompokan data konsentrasi berdasarkan masing-masing jenis logam berat
dan jenis pangan serta pemisahan dan pengecekan data konsentrasi sesuai dengan
34 provinsi di Indonesia. Hasil pemetaan mendapatkan data konsentrasi logam
berat untuk setiap jenis logam berat per jenis pangan serta mengetahui tingkat
cemaran logam berat pada pangan untuk setiap provinsi di Indonesia.

Pengolahan data kadar logam berat dari pustaka.


Data kadar logam berat pustaka hasil pemetaan diolah menggunakan
Microsoft Excel 2013 untuk mendapatkan nilai minimum, maksimum dan rerata
kadar cemaran logam berat pustaka untuk setiap jenis logam berat dan kelompok
pangan. Kadar logam berat pustaka yang dinyatakan tidak terdeteksi akan
menggunakan nilai Limit of Detection (LOD) alat atau jika tidak ada LOD maka
dianggap nol (0). Nilai minimum merupakan kadar terendah logam berat dari
21

semua data kadar yang diperoleh untuk masing-masing kelompok pangan. Nilai
maksimum adalah kadar tertinggi logam berat dari semua data kadar pustaka yang
diperoleh untuk masing-masing kelompok pangan. Nilai rerata didapatkan dengan
menjumlahkan seluruh data kadar logam berat pustaka dibagi jumlah data pustaka
yang dikumpulkan pada masing-masing kelompok pangan. Standar deviasi (SD)
dihitung untuk mengetahui sebaran data kadar logam berat pustaka. Evaluasi
tingkat cemaran dilakukan dengan membandingkan rerata kadar logam berat
dengan Peraturan Kepala BPOM RI nomor 23 tahun 2017 tentang Batas
Maksimum Logam Berat pada Pangan Olahan.

Penyepadanan jenis pangan dari pustaka dan kategori pangan regulasi


cemaran logam berat pada pangan di Indonesia dengan kelompok pangan
laporan SKMI 2014.
Penyepadanan kelompok pangan dilakukan dengan membandingkan jenis
pangan pustaka dan kategori pangan pada Peraturan Kepala BPOM RI nomor 23
tahun 2017 tentang Batas Maksimum Logam Berat pada Pangan Olahan dengan
17 kelompok pangan yang ada dalam laporan SKMI 2014. Jenis pangan. Jika
terdapat perbedaan kelompok pangan hasil pemetaan kadar logam berat dan
regulasi batas maksimum logam berat dengan kelompok pangan Laporan SKMI
2014, maka kelompok pangan mengikuti kelompok pangan laporan SKMI.

Kajian paparan logam berat dengan pendekatan deterministik.


Nilai paparan didapatkan dengan mengalikan nilai konsentrasi logam berat
dengan tingkat konsumsinya seperti di bawah ini.

∑(Tingkat konsumsi × Kadar Logam Berat)


Nilai Paparan =
Berat Badan

Nilai paparan yang didapatkan dalam satuan µg/kg berat badan/hari. Kajian
paparan akan dilakukan untuk setiap jenis logam berat dan kelompok pangan
berdasarkan nilai kadar minimum, nimaksimum dan rerata kada logam berat. Nilai
paparan juga dilakukan dengan asumsi kadar logam berat menggunakan batas
makimum logam berat pada Peraturan Kepala BPOM RI nomor 23 tahun 2017
tentang Batas Maksimum Logam Berat pada Pangan Olahan. Kelompok pangan
yang tidak memiliki kadar logam berat pustaka dan/atau rerata konsumsi bernilai
nol (0) tidak dilakukan perhitungan nilai paparan.

Karakterisasi risiko logam berat dari pangan di Indonesia


Karakterisasi risiko dilakukan dengan menghitung nilai risiko paparan
masing-masing logam berat (Pb, Hg, Cd, Sn dan As) dan identifikasi kelompok
pangan yang berkontribusi terhadap paparan tersebut. Nilai risiko paparan logam
berat akan dihitung dengan membandingkan nilai paparan dengan Provisional
Tolerable Weekly Intake (PTWI) atau rovisional Tolerable Monthly Intake
(PTMI) masing-masing jenis logam berat dalam satuan µg/kg bb/minggu atau
µg/kg bb/bulan . Nilai paparan yang didapatkan pada tahap 8 masih dalam satuan
µg/kg bb/hari sehingga untuk membandingkan dengan PTWI harus dikalikan
tujuh dan untuk PTMI dikalikan 30. Nilai risiko akan didapatkan dalam presentase
dengan rumus perhitungan sebagai berikut:
22

Nilai paparan erat adan


isiko = ×
Nilai PT

Risiko dinyatakan tinggi atau tidak aman jika melebihi 100% nilai PTWI atau
PTMI.
Khusus untuk paparan timbal pada anak-anak dilakukan estimasi
perhitungan poin penurunan IQ akibar paparan timbal sesuai dengan estimasi
hubungan paparan timpal dari makanan dengan nilai IQ pada tabel 9
Tabel 9 Estimasi hubungan paparan timbal dari makanan dengan IQ,
menggunakan model bilinier dan hill.
No Penurunan IQ Pada Anak Paparan dari makanan (µg/hari)*
1 0.5 17 (2-194)
2 1 30 (4-208)
3 1.5 40 (5-224)
4 2 48 (7-241)
5 2.5 55 (9-261)
6 3 63 (11-296)
Keterangan : *Estimasi median dengan 5-95 persentil confidence interval di
dalam kurung (WHO 2010)

Kontribusi masing-masing kelompok pangan untuk setiap logam berat (Pb,


Hg, Cd, Sn, dan As) dihitung menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:
Nilai paparan kelompok pangan
kontri usi = ×
Nilai paparan total

Kelompok pangan kemudian diurutkan sesuai dengan nilai presentase kontribusi


yang paling tinggi. Kelompok pangan yang memiliki nilai presentase kurang dari
lima persen akan dikelompok kan dalam kelompok pangan lainnya.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Responden

Jumlah responden yang disurvei pada laporan SKMI 2014 adalah 145.360
responden (Kemenkes, 2014). Responden tersebut dibagi menjadi enam kelompok
usia. Perbandingan berat badan Indonesia dari Laporan SKMI 2014 dengan berat
badan di berbagai negara (Tabel 10) menunjukkan rerata berat badan setiap
kelompok usia di Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan rerata berat badan
pada pustaka pedoman kajian paparan yang dikeluarkan berbagai lembaga dunia.
Perbedaan berat badan individu di Indonesia dengan Eropa dan Amerika
disebabkan oleh faktor keturunan, ras, budaya dan pola konsumsi.
23

Tingkat Konsumsi dan Hasil Penyepadanan Kelompok Pangan

Data Laporan SKMI 2014 menunjukkan kelompok pangan dengan tingkat


konsumsi tertinggi adalah air minum (60-67%), serealia dan olahannya (11-15%)
serta ikan, hasil laut dan olahannya (3-4%). Perbandingan tingkat konsumsi
beberapa kelompok pangan usia dewasa di Indonesia dan Malaysia (Gambar 3)
menunjukkan rerata konsumsi pangan di Indonesia lebih rendah dibandingkan
dengan Malaysia pada kelompok pangan serealia, sayur, buah, telur, susu, gula,
makanan komposit dan air minum. Median asupan energi usia dewasa di
Indonesia sebesar 1750 kkal per hari dengan proporsi karbohidrat 57.4% (256.8
g), lemak 27.4% (54.4 g) dan protein 14.4% (65 g) (Kemenkes 2014).

Tabel 10 Perbandingan rerata berat badan Indonesia dengan berbagai Negara


Rerata Berat Badan per orang (kg)
No Kelompok usia
Indonesiaa Dunia Eropad Amerikae
b
1 Bayi (0-59 bln) 11.67 6.1 (0-6 bln) 6.1 (0-6 bln) 4.8 (0-1 bln)
8.6 (7-11 bln)b 8.6 (7-11 bln) 5.9 (1-3 bln)
11.9 (1-3 thn)b 11.9 (1-3 thn) 7.4 (3-6 bln)
19.0 (4-6 thn) 9.2 (6-12 bln)
11.4 (1-2 thn)
13.8 (2-3 thn)
18.6 (3-6 thn)
2 Anak (5-12 thn) 27.50 15c 28.7 (7-10 thn) 31.8 (6-11 thn)
44.6 (11-14 thn)
3 Remaja (13-18 thn) 46.33 - 60.3 (15-17 thn) 56.8 (11-16 thn)
4 Dewasa (19–55 thn) 57.87 60c 63.3 (≥ 18 thn) 71.6 (16-21 thn)
55 (Asia)c 78.4 (21-30 thn)
80.8 (30-40 thn)
83.6 (40-50 thn)
5 Lanjut usia (>55 thn) 52.30 - - 83.4 (50-60 thn)
82.6 (60-70 thn)
76.4 (70-80 thn)
68.5 (>80 thn)
6 Semua usia 50.78 - - -
Keterangan: Fanaike (2017), FAO/WHO (2005), FAO/WHO (2014), dEFSA
a b c

(2017), eEPA (2011)

Gambar 4 menunjukan rerata konsumsi malaysia lebih tinggi dibandingkan


dengan Indonesia, namun asupan energi (median) di Malaysia menurut Hasnan
(2014) sebesar 1466 kkal per hari dengan proporsi karbohidrat 54.12% (198.35 g),
lemak 28.93% (47.12 g) dan protein 15.2% (55.71 g). Perbandingan lainnya
dilakukan terhadap tingkat konsumsi usia dewasa beberapa produk pangan utama
di Indonesia dengan tingkat konsumsi global pada Gambar 5 menunjukkan tingkat
konsumsi Indonesia lebih tinggi pada kelompok serealia, kacang dan ikan,
sedangkan untuk kelompok buah, sayuran, dan daging tingkat konsumsi di
Indonesia lebih rendah dari konsumsi global.
Dari 17 kelompok pangan pada SKMI 2014 hanya terdapat dua kelompok
pangan yang tidak ditemukan pustaka kadar untuk semua jenis logam (Pb, Hg,
Cd, Sn dan As) yaitu kelompok telur dan olahannya dan suplemen. Hasil
penyepadanan jenis pangan pustaka kadar logam berat dan kategori pangan pada
regulasi logam berat di Indonesia (Perka BPOM no 23 Tahun 2017) dengan
kelompok pangan Laporan SKMI 2014 disajikan pada Tabel 11.
24

Rerata konsumsi (g/orang/hari) Rerata konsumsi (g/orang/hari)

100
150
200
250
300

50

0
0
1000
1500
2000
2500

500
Serealia dan olahannya 272.6
272.6 553.71
Serealia dan
olahannya 38.4 Kacang dan olahannya 60.8
36.47

(IPH, 2014)
Umbi dan olahannya 28.8
4.12
Kacang dan 60.8 64.5
Sayuran dan olahannya
olahannya 157.24
8.9
Buah dan olahannya 36.8
156.4

Daging dan olahannya 44.4


64.5 58.9
Sayuran dan
olahannya
Indonesia

208.8 Jeroan dan olahannyaa 2.4


2.2

Ikan dan olahannya 85.1


79.6
Buah dan 36.8
19.7
Malaysia

Telur dan olahannya


31.67

manusia dewasa global (Micha et al.2015)


olahannya 81.3
Minyak dan olahannya 40.1
9.1

Indonesia
Susu dan olahannya 4.2
Daging dan 44.4 77.41
olahannya 55.5 Gula dan 15.4
konfeksionari 25.31

Global
Bumbu 21.9
26.97
Ikan dan 85.1
Makanan Komposit 0.6
olahannya 27.9 13.63
1439
kelompok pangan di Indonesia (Kemenkes, 2014) dengan Malaysia
Gambar 4 Perbandingan rerata konsumsi pangan individu usia dewasa beberapa

dewasa di Indonesia (Kemenkes 2014) dengan tingkat konsumsi


Gambar 5 Perbandingan tingkat konsumsi kelompok pangan utama manusia
Air
2121.22
25

Tabel 11 Hasil penyepadanan jenis pangan data pustaka kadar logam berat dan kategori pangan batas maksimum regulasi logam berat di
Indonesia (Perka BPOM No 23 Tahun 2017) dengan kelompok pangan Laporan SKMI 2014.
No Kelompok Pangan Laporan Jenis Pangan Pustaka Kadar Logam Berat Kategori Pangan Regulasi Logam Berat di Indonesia
SKMI 2014
1 Serealia dan olahannya Beras, padi, mie instan dan jagung 06.0 Serealia dan produk serealia 07.0 Produk bakeri
2 Umbi-umbian dan olahannya Ubi kayu, singkong, tepung tapioca dan kentang 04.0 Buah dan sayur (termasuk jamur, umbi, kacang
3 Kacang, biji dan olahannya Kedelai, biji melinjo dan emping termasuk kedelai, lidah buaya, rumput laut dan biji-
4 Sayur dan olahannya Kangkung, daun singkong, bayam, kubis, pakchoi, sawi, daun papaya, pakis, wortel, bijian)
tomat, timun, kacang polong kaleng, kol, kembang kol, rumput laut, sayur paku dan
kacang panjang
5 Buah dan olahannya Papaya, jambu biji, mahkota dewa, leci, apel, pisang 25apid , lengkeng kaleng dan 04.0 Buah dan sayur (termasuk jamur, umbi, kacang
jambu termasuk kedelai, lidah buaya, rumput laut dan biji-
bijian)
6 Daging dan olahannya Daging ayam broiler, ayam negeri, ayam kampong, daging sapi, bakso sapi, kornet 08.0 Daging dan produk daging termasuk daging
sapi, burger sapi dan sosis sapi kaleng dan hewan buruan
7 Jeroan dan olahannya Hati sapi, ginjal sapi, jeroan sapi, hati babi, hati kelinci, ginjal domba, rumen,
abomasum, usus sapi, hati ayam buras, hati ayam ras, ginjal ayam broiler, hati ayam,
jeroan ayam, tulang rawan ayam 25apid a, kulit ayam kampong, kulit ayam negeri,
lemak abdominal, darah 25apid an ceker ayam.
8 Ikan, hewan laut dan olahannya Ikan air laut, ikan air tawar, jeroan ikan, udang, kepiting, cumi, kekerangan, keong, 09.0 Ikan dan produk perikanan termasuk moluska,
ikan kaleng, tepung ikan, kerupuk, pempek, siomay, ikan asin dan olahan hasil laut. krustase dan ekinodermata serta ampifi dan reptil
9 Telur dan Olahannya - 10.0 Telur dan produk telur
10 Susu bubuk dan olahannya Susu kental manis 01.0 Produk-produk susu dan analognya
Susu cair Susu cair segar dan susu pasteurisasi
11 Minyak, lemak dan olahannya Minyak goreng 02.0 Lemak, minyakm dan emulsi minyak
12 Gula, sirup dan konfeksionari Permen, cokelat dan madu 05.0 Kembang gula/permen dan cokelat
13 Bumbu dan olahannya Garam, sambel cabe, bawang merah, kencur, jahe, kunyit dan lengkuas 12.0 Garam, rempah, sup, saus, salad, produk protein
14 Minuman serbuk Daun the 14.1.5 Kopi, kopi subtitusi, teh, seduan herbal,
minuman bijian dan sereal panas kecuali cokelat
Minuman cair Es balok, minuman berkarbonasi dan minuman beralkohol 03.0 Es untuk dimakan (edible ice), 14.1.4 Minuman
berbasis air berperisa, minuman elekrolit dan
particulated drinks 14.2 Minuman beralkohol
115 Makanan komposit Gorengan 15.0 Makanan ringan siap santap
15 Air Air tanah, air sungai, air minum isi ulang dan air minum dalam kemasan 14.1.1.1 Air mineral alami dan sumbernya, 14.1.1.2
Air minum olahan
16 Suplemen - 14.1.5 Kopi, kopi subtitusi, teh, seduan herbal
26

Kadar Logam Berat pada Pangan di indonesia

Kadar logam berat diperoleh dari 353 putaka diolah dan dipetakan
sehingga didapatkan kadar logam berat untuk setiap jenis logam berat, kelompok
pangan dan sub kelompok pangan, serta wilayah atau provinsi dimana sample
yang diujian diambil. Pustaka terbanyak diperoleh untuk logam berat timbal dan
kelompok pangan ikan, hasil laut dan olahannya. Rekapitulasi pustaka dan lokasi
kadar logam berat dari pustaka tersaji pada Lampiran 1.

Kadar timbal pada pangan di Indonesia


Data kadar timbal didapatkan dari 293 pustaka yang mencakup 27 provinsi
dari 34 provinsi di Indonesia yaitu Nangroe Aceh Darusalam, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Lampung, Sumatera Selatan, Kepulauan
Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Tabel 12
menunjukkan kadar rerata timbal tertinggi terdapat pada kelompok minuman
diikuti kelompok pangan ikan, hasil laut dan olahannya. Menurut Penelitian
Othman (2010) di Riyadh, Arab Saudi menunjukkan kadar timbal tertinggi
terdapat pada kelompok pangan konfeksionari, minuman, dan kacang-kacangan.

Tabel 12 Perbandingan kadar minimum, maksimum dan rerata timbal dari data
pustaka dengan batas maksimum (BM) timbal berdasarkan Perka
BPOM No 23 Tahun 2017
Kadar Timbal (mg/kg)
No Kelompok Pangan
Minimum Maksimum Rerata ± SD* BM
1 Serealia dan olahannya 0.001 0.71 0.2528 ± 0.1879 0.25
2 Umbi-umbian dan olahannya 0 0.4543 0.1499 ± 0.1448 0.2
3 Kacang, biji dan olahannya 0.0038 0.0061 0.0053 ± 0.0013 0.2
4 Sayur dan olahannya 0 1.97 0.7525 ± 0.6208 0.2
5 Buah dan olahannya 0 0.72 0.2877 ± 0.2002 0.2
6 Daging dan olahannya 0 1.45 0.4394 ± 0.3951 0.5
7 Jeroan dan olahannya 0 1.8 0.5849 ± 0.5130 0.5
8 Ikan, hewan laut dan 0 7 1.1191 ± 1.5018 0.2
olahannya
9 Telur dan olahannya - - - 0.25
9 Susu dan olahannya 0.0018 1.121 0.3660 ± 0.3766 0.02
10 Minyak, lemak dan olahannya 0.0004 0.533 0.1545 ± 0.1464 0.1
11 Gula, sirup dan konfeksionari 0.05 1.5 0.51 ± 0.4767 1
12 Bumbu dan olahannya 0.004 1.14 0.4256 ± 0.3861 1
13 Minuman 0.0034 4.7595 1.7056 ± 1.6178 0.2
14 Makanan komposit 0.044 0.044 0.044 ± 0 0.25
15 Air 0 0.128 0.0231 ± 0.0279 0.01
16 Suplemen dan jamu - - - 0.02
Keterangan: (-) = tidak tersedia, * Standar Deviasi

Kadar rerata timbal pustaka lebih tinggi dari batas maksimum regulasi
(tabel 12) pada kelompok pangan sayur dan olahannya; buah dan olahannya;
jeroan dan olahannya; ikan, hewan laut dan olahannya; susu dan olahannya;
minyak, lemak dan olahannya; dan minuman. Kontaminasi timbal pada minuman
27

dan makanan kemasan bersumber dari bahan kemasan dimana timbal digunakan
pada proses pembuatannya. Kontaminasi timbal pada produk perikanan berasal
sistem perairan yang telah tercemar limbah industri dan rumah tangga. Pada
produk perkebunan dan pertanian kontaminasi timbal bersumber dari gas buangan
kendaraan bermotor pada saat penanaman dan distribusi (Agustina 2014).
Menurut Jigam et al. (2011), kontaminasi Pb pada susu dipengaruhi oleh area
peternakan yang dekat jalan raya, sampah, makanan ternak, iklim dan penggunaan
pestisida serta air sebagai salah satu sumber yang paling berpengaruh.

Kadar merkuri pada pangan di Indonesia


Jumlah pustaka yang digunakan untuk mendapatkan kadar merkuri adalah
sebanyak 102. Dari 34 provinsi di Indonesia hanya ditemukan data kadar merkuri
pada 18 provinsi yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Lampung,
Sumatera Selatan, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Maluku Utara, Gorontalo, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan
Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Perbandingan
rerata merkuri tiap kelompok pangan dengan regulasi Indonesia (Tabel 13)
menunjukkan rerata kadar merkuri melebihi batas maksimum pada kelompok
umbi dan olahannya, sayur dan olahannya, buah dan olahannya, daging dan
olahannya, jeroan dan olahannya, ikan, hewan laut dan olahannya serta air minum.

Tabel 13 Perbandingan kadar minimum, maksimum dan rerata merkuri dari data
pustaka dengan batas maksimum (BM) merkuri berdasarkan Perka
BPOM No 23 Tahun 2017
Kadar Merkuri (mg/kg)
No Kelompok Pangan Minimum Maksimum Rerata ± SD* BM

1 Serealia dan olahannya - - - 0.03


2 Umbi-umbian dan olahannya 0.027 0.059 0.043 ± 0.023 0.03
3 Kacang, biji dan olahannya - - - 0.03
4 Sayur dan olahannya 0.0006 0.189 0.058 ± 0.047 0.03
5 Buah dan olahannya 0.026 0.307 0.1485 ± 0.144 0.03
6 Daging dan olahannya 0 0.29 0.093 ± 0.122 0.03
7 Jeroan dan olahannya 0 0.64 0.097 ± 0.19 -
8 Ikan, hewan laut dan 0.0000493 4.535 0.262 ± 0.587 0.06
olahannya
9 Telur dan olahannya - - - 0.03
10 Susu dan olahannya - - - 0.02
11 Minyak, lemak dan olahannya 0.004 0.0077 0.0057 ± 0.0015 0.05
12 Gula, sirup dan konfeksionari - - - 0.05
13 Bumbu dan olahannya 0.001 0.006 0.0038 ± 0.0016 0.05
14 Minuman - - - 0.03
15 Makanan komposit - - - 0.03
16 Air 0.0004 0.0031 0.0024 ± 0.001 0.001
17 Suplemen dan jamu - - - 0.03
Keterangan: (-) = tidak tersedia, * Standar Deviasi

Berdasarkan tabel 13, kadar rerata merkuri tertinggi terdapat pada


kelompok ikan, hewan laut dan olahannya diikuti kelompok buah dan olahannya
serta jeroan dan olahannya. Menurut EFSA (2012b), kadar total merkuri paling
tinggi di Eropa ditemukan pada produk perikanan, produk formula khusus dan
makanan komposit. Kadar merkuri dari putaka untuk kelompok ikan, hasil laut
28

dan olahannya berkisar antara 0.0000493-4.535 mg/kg dengan nilai median 0.04
mg/kg. Penelitian Ahmad, Noh, Mahiyuddin, Jaafar, Ishak et al. (2015)
menunjukkan kadar total merkuri di Peninsula, Malaysia berkisar antara 0.207-
1.563 mg/kg dengan median 0.454 mg/kg. Kontaminasi merkuri dalam sistem
perairan menyebabkan akumulasi merkuri dalam tubuh biota air. Sumber
pencemaran merkuri antropogenik yang paling penting dalam sistem perairan
adalah deposisi atmosfer, erosi, limbah rumah tangga, bahan pertanian,
penambangan serta pembakaran dan limbah industri (Wang, Kim, Dionysiou,
Sorial dan Timberlake 2004). Kontaminasi merkuri pada produk pertanian seperti
buah dan sayur dapat berasal dari air irigasi yang tercemar merkuri dan
penggunaan pestisida yang mengandung merkuri. Dalam bidang pertanian,
merkuri digunakan untuk membunuh jamur pada proses pengawetan hasil
pertanian dan pembasmi hama pada tanaman apel, tomat, kentang dan padi
(Alfian 2006). Penggunaan produk pertanian yang tercemar merkuri sebagai
pakan ternak menyebabkan transfer merkuri dari pakan ke dalam tubuh hewan
ternak, yang jika dikonsumsi secara terus-menerus dapat terakumulasi dalam
tubuh hewan ternak. Menurut EFSA (2012b), kadar merkuri pada pakan berkisar
0.01-0.03 mg/kg.

Kadar kadmium dari pangan di Indonesia


Kadmium merupakan logam berat dengan jumlah pustaka hasil seleksi
terbanyak kedua setelah timbal yaitu sebanyak 219 pustaka. Kadar kadmium
tersedia untuk 21 provinsi dari 34 provinsi yang ada di Indonesia yaitu Nangroe
Aceh Darusallam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kep. Riau, Sumatera
Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Kalimantan
Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, dan Sulawesi
Selatan. Tabel 14 menunjukkan kadar rerata kadmium tertinggi terdapat pada
kelompok ikan, hasil laut dan olahannya yaitu sebesar 0.4713 mg/kg.
Kelompok pangan dengan rerata kadmium melebihi batas maksimum
regulasi adalah sayur dan olahannya; jeroan dan olahannya; serta ikan, hasil laut
dan olahannya. Kadmium memiliki sifat yang mudah terserap oleh zat organik
dalam tanah sehingga mudah diserap oleh tanaman dan terakumulasi pada hewan
yang memakan tanaman tersebut (Agustina 2014). ATSDR (2012) menyatakan
sumber utama kadmium di Amerika serikat adalah bahan makanan terutama
sayuran daun, kentang, kacang, kedelai dan biji bunga matahari yang rata-rata
mengandung cadmium 0.05 sampai 0.12 mg/kg. Di Eropa kadmium banyak
dijumpai pada produk formulasi alga, produk kakao, produk perikanan (seperti
krustasea, moluska dan rumput laut), jeroan dan oilseed (EFSA 2012). Pada
produk perikanan pencemaran kadmium berasal dari sistem perairan yang tercmar
oleh limbah industri dan rumah tangga.

Kadar timah dari pangan di Indonesia


Timah merupakan logam berat dengan jumlah pustaka paling sedikit yaitu
sebanyak sembilan pustaka. Sampel pengujian semua pustaka timah yang
diperoleh berupa makanan kaleng. Kadar timah tersedia hanya untuk lima provinsi
yaitu Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Tabel
15 menunjukkan rerata kadar timah pustaka di semua kelompok pangan lebih
29

rendah dibandingkan dengan batas maksimum regulasi di Indonesia. Rerata kadar


timah pustaka tertinggi didapatkan untuk kelompok pangan buah dan olahnnya
serta kelompok ikan, hasil laut dan olahannya. Kontaminasi timah pada berasal
dari kemasan makanan terutama produk makanan yang dikemas dalam kaleng
dimana timah sebagai salah satu komponen penyusunnya.

Tabel 14 Perbandingan kadar minimum, maksimum dan rerata kadmium dari data
pustaka dengan batas maksimum (BM) kadmium berdasarkan Perka
BPOM No 23 Tahun 2017
Kadar Kadmium (mg/kg)
No Kelompok Pangan
Minimum Maksimum Rerata ± SD** BM
1 Serealia dan olahannya 0.01 0.1 0.0375 ± 0.0233 0.05
2 Umbi-umbian dan olahannya 0 0.078 0.0259 ± 0.0257 0.05
3 Kacang, biji dan olahannya - - - 0.05
4 Sayur dan olahannya 0 0.6125 0.0925 ± 0.1478 0.05
5 Buah dan olahannya 0 0.0155 0.0084 ± 0.0067 0.05
6 Daging dan olahannya 0 0.12 0.0423 ± 0.04 0.05
7 Jeroan dan olahannya 0 0.86 0.1235 ± 0.1849 0.05
8 Ikan, hewan laut dan olahannya 0 1.45 0.1568 ± 0.2489 0.1
9 Telur dan olahannya - - - 0.1
9 Susu dan olahannya 0.0048 0.07 0.0206 ± 0.0226 0.05
10 Minyak, lemak dan olahannya 0.0001 0.0005 0.00036 ± 0.0001 0.1
11 Gula, sirup dan konfeksionari 0.03 0.03 0.03 ± 0 0.05
12 Bumbu dan olahannya 0.002 0.002 0.002 ± 0 0.5
13 Minuman 0.0025 0.0053 0.0033 ± 0.0013 0.2
14 Makanan komposit - - - 0.05
15 Air 0 0.11 0.012 ± 0.0243 0.03
16 Suplemen dan jamu - - - 0.2
Keterangan: (-) = tidak tersedia, *Standar Deviasi

Tabel 15 Perbandingan kadar minimum, maksimum dan rerata timah dari data
pustaka dengan batas maksimum (BM) timah berdasarkan Perka BPOM
No 23 Tahun 2017
Kadar Timah (mg/kg)
No Kelompok Pangan
Minimum Maksimum Rerata ± SD* BM
1 Serealia dan olahannya 6.6779 8.1854 7.3468 ± 0.6549 250
2 Umbi-umbian dan olahannya - - - 250
3 Kacang, biji dan olahannya - - - 250
4 Sayur dan olahannya 1.1115 1.9185 1.4799 ± 0.3598 250
5 Buah dan olahannya 40.9649 343.7587 183.008 ± 145.923 250
6 Daging dan olahannya - - - 250
7 Jeroan dan olahannya - - - 250
8 Ikan, hewan laut dan olahannya 63.9 380.8682 163.427 ± 117.985 250
9 Telur dan olahannya - - - 250
9 Susu dan olahannya 25.16 47.44 36.09 ± 10.837 100
10 Minyak, lemak dan olahannya - - - 250
11 Gula, sirup dan konfeksionari - - - 250
12 Bumbu dan olahannya 1.7 3.11 2.405 ± 0.997 250
13 Minuman 6.5532 6.5532 6.5532 ± 0 100
14 Makanan komposit - - - -
15 Air - - - -
16 Suplemen dan jamu - - - -
Keterangan: (-) = tidak tersedia, *Standar Deviasi
30

Kadar arsen dari pangan di Indonesia


Kadar arsen diolah dari delapan pustaka hasil seleksi yang mencakup
enam provinsi diantarannya Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, Maluku Utara,
Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Barat. Perbandingan kadar arsen dengan
batas maksimum regulasi tersaji pada Tabel 16 menunjukkan rerata kadar arsen
melebihi batas maksimum regulasi pada kelompok sayur dan olahannya; buah dan
olahannya; serta daging dan olahannya. Kelompok sayur dan olahannya memiliki
rerata kadar arsen pustaka tertinggi yaitu sebesar 0.4358 mg/kg. Menurut
Notodarmojo (2005), penggunaan arsen sebagai pestisida dalam dunia pertanian
merupakan sumber utama kontaminasi arsen dalam tanah dan air tanah.
Akumulasi arsen pada tanah dapat terdistribusi ke dalam tanaman dan pakan
ternak. Berbeda dengan data ATSDR (2007), di Amerika, sumber arsen paling
besar terdapat pada produk perikanan (terutama ikan dan kekerangan), beras,
jamur dan unggas. Sumber pencemaran arsen lainnya yang paling sering ditemui
pada air baik air minum, air irigasi maupun air yang digunakan sebagai bahan
baku produksi

Tabel 16 Perbandingan kadar minimum, maksimu dan rerata dari data pustaka
dengan batas maksimum (BM) arsen berdasarkan Perka BPOM No 23
Tahun 2017
Kadar Arsen (mg/kg)
No Kelompok Pangan
Minimum Maksimum Rerata ± SD* BM
1 Serealia dan olahannya - - - 0.1
2 Umbi-umbian dan olahannya 0 0 0 0.15
3 Kacang, biji dan olahannya - - - 0.15
4 Sayur dan olahannya 0.294 0.696 0.4358 ± 0.1785 0.15
5 Buah dan olahannya 0.274 0.274 0.294 ± 0 0.15
6 Daging dan olahannya 0.346 0.35744 0.3517 ± 0.008 0.25
7 Jeroan dan olahannya 0 0 0 0.25
8 Ikan, hewan laut dan 0.000088 0.0166 0.0075 ± 0.0065 0.25
olahannya
9 Telur dan olahannya - - - 0.25
10 Susu dan olahannya 0.003 0.011 0.00833 ± 0.00462 0.1
111 Minyak, lemak dan olahannya - - - 0.1
12 Gula, sirup dan konfeksionari - - - 1
13 Bumbu dan olahannya 0.001 0.042 0.01033 ± 0.0166 0.15
14 Minuman - - - 0.1
15 Makanan komposit - - - 0.25
16 Air - - - 0.01
17 Suplemen dan jamu - - - 0.02
Keterangan: (-) = tidak tersedia, *Standar Deviasi

Tingkat Paparan Logam Berat dari Pangan di Indonesia

Tingkat paparan logam berat dihitung menggunakan pendekatan


deterministik. Pendekatan deterministik (point estimates) dipilih untuk penelitian
ini sesuai kerangka kerja kajian paparan FAO/WHO (2009) karena tersedianya
data rerata konsumsi pangan individu dan data konsentrasi bahan kimia yang
dihitung tingkat paparannya (metode budget method). Perhitungan tingkat paparan
dilakukan pada nilai minimum, maksimum, rerata kadar logam berat pada pangan
pustaka. Dilakukan pula perhitungan tingkat paparan dengan menggunakan batas
31

maksimum regulasi logam berat pada pangan di Indonesia (Perka BPOM No 23


Tahun 2017) sebagai kadar logam berat. Rincian perhitungan Tingkat paparan
dapat dilihat pada Lampiran 2.
Tingkat Paparan Timbal
Perhitungan pada tabel 17 menunjukkan paparan timbal dari kadar rerata
timbal pustaka menunjukkan kelompok balita (0-59) dan anak-anak (5-12 tahun)
merupakan yang memiliki paparan paling tinggi, hal sesuai dengan estimasi
paparan timbal Kemenkes (2016) dimana kelompok usia 36–59 bulan memiliki
rerata paparan tertinggi di Indonesia dengan kisaran 1.0577-3.6762 µg/kg bb/hari.
Data FAO/WHO (2011) juga menunjukkan paparan tertertinggi timbal pada anak-
anak di dunia dengan kisaran 0.03 – 9 µg/kg bb/hari. Penelitian Liu et al. (2010)
di Jinhu, Cina nilai paparan timbal anak-anak (11.84 µg/kg bb/minggu) lebih
tinggi dibandingkan nilai paparan timbal pada dewasa (7.70 µg/kg bb/minggu).
Bayi dan anak-anak sangat sensitif terhadap paparan timbal, dalam yang
dapat menyebabkan masalah prilaku, kesulitan belajar dan penurunan IQ (Gillis et
al., 2012). Menurut Jouhadi et al. (2016), pada tingkat paparan yang tinggi timbal
mempengaruhi sistem syaraf pusat yang menyebabkan koma, kejang dan
kematian. Tingkat paparan timbal dari kadar rerata pustaka lebih rendah
dibandingkan tingkat paparan timbal berdasarkan batas maksimum timbal, namun
3-10 kali lebih tinggi dari paparan timbal Kemenkes (2016), 10-15 kali lebih
tinggi dari paparan timbal di Eropa dan 40-50 kali lebih tinggi dari paparan timbal
di Australia.

Tabel 17 Perbandingan nilai paparan timbal hasil penelitian ini dengan beberapa
kajian paparan lainnya.
Rerata Paparan (µg/kg berat badan/hari)
Kelompok Penelitian ini Indonesia Eropa Australia
No
Usia Rer- (Kemenkes, (EFSA, (FSANZ,
Min Maks BM*
ata 2016) 2012a) 2011)
1 Balita 1.20 43.37 10.97 13.15 1.0054 - 3.2638 0.73 - 1.09 0.22-0.24
(0-59 bln) (0-35 bln) (bayi) (9 bln)
1.0577 - 3.6762 1.10 - 1.54 0.26-0.27
(36-59 bln) (balita) (2-5 thn)
2 Anak 0.99 845.4 7.85 9.89 0.6926 - 2.6207 0.87 - 1.18 0.16-0.17
(5-12 thn) (6-12thn)
3 Remaja 0.53 881.9 4.92 6.24 0.4444 - 1.7016 0.46 - 0.63 0.12
(13-18 thn) (13-16 thn)
4 Dewasa 0.35 1056.8 4.52 5.47 0.4215 - 1.5145 0.43 - 0.57 0.12-0.13
(19-55 thn) (≥17 thn)
6 Lanjut usia 0.19 926.4 4.27 5.27 0.3332 - 1.3878 0.42 - 0.55 -
(>55 thn)
7 Seluruh usia 0.39 975.11 4.78 5.85 0.4724 - 1.7355 0.58 - 0.78 -
Keterangan: *Asumsi batas maksimum timbal berdasarkan Perka BPOM No 23 Tahun 2017
sebagai kadar timbal

Tingkat Paparan Merkuri


Nilai paparan merkuri pada Tabel 18 menunjukkan nilai paparan
berdasarkan perhitungan dengan data kadar minimum, maksimum, rerata dari
pustaka dan batas maksimum regulasi semakin menurun seiring meningkatnya
kelompok usia. Nilai paparan berdasarkan kadar rerata dari pustaka di semua
kelompok usia melebihi nilai paparan berdasarkan batas maksimum regulasi.
32

Kelompok usia 0-59 bulan memiliki nilai paparan merkuri tertinggi. Kemenkes
(2016) menunjukkan hal yang sama dimana kelompok balita (36-59 bulan)
memiliki kisaran rerata nilai paparan merkuri sebesar 0.0473 – 0.0580 µg/kg berat
badan/hari. Kajian paparan di Jinju, China juga menunjukkan nilai paparan
merkuri anak-anak (0.11-0.84 µg/kg berat badan/hari) lebih tinggi dibandingkan
nilai paparan merkuri dewasa (0.05-0.46 µg/kg berat badan/hari) (Sun et al.
2011). Menurut O’Reilly et al. (2010), paparan merkuri pada janin dapat
menyebabkan penurunan nilai IQ yang menyebabkan berkurangnya kemampuan
dalam mengingat, menyimak, bahasa dan kognisi spasial. Tabel 18 menunjukkan
perbandingan nilai rerata paparan merkuri penelitian ini hampir sama dengan
paparan eropa, namun lebih tinggi 20-30 kali dari paparan Kemenkes 2014 dan
10-100 kali dari paparan Australia.

Tabel 18 Perbandingan nilai paparan merkuri hasil penelitian ini dengan beberapa
kajian paparan lainnya
Paparan Merkuri (µg/kg berat badan/hari)
Kelompok Penelitian ini Indonesia Eropa Australia
No
Usia Re- BM (Kemenkes (EFSA (FSANZ
Min Max
rata * 2014b) 2012b) 2011)
1 Bayi 0.09 10.93 1.19 2.69 0.0346-0.0442 0.27-1.31 0.01
(0-59 bln) (0-35 bln) (9 bln)
0.0473-0.058 0.08
(36-59 bln) (2-5 thn)
2 Anak 0.05 8.03 0.85 1.95 0.0381-0.0451 0.24-0.89 0.06
(5-12 thn) (6-12 thn)

3 Remaja 0.03 4.76 0.53 1.18 0.0234-0.0277 0.16-0.59 0.05


(13-18 thn) ( 13-16
thn)
4 Dewasa 0.03 4.69 0.54 1.1 0.0213-0.0255 0.14-0.38 0.06
(19–55 thn) (≥17 thn)
5 Lanjut usia 0.04 4.51 0.53 1.06 0.0198-0.0244 0.13-0.33 -
(>55 thn
6 Seluruh usia 0.03 4.92 0.56 1.16 0.0240-0.0288 - -
Keterangan: *Asumsi batas maksimum merkuri berdasarkan Perka BPOM No 23 Tahun 2017
sebagai kadar merkuri

Tingkat Paparan Kadmium


Nilai paparan kadmium setiap kelompok usia (Tabel 19) menunjukan
paparan kadmium berdasarkan rerata kadar pustaka pada setiap kelompok usia
lebih redah nilai paparan berdasarkan batas maksimum regulasi. Kelompok usia 0-
59 bulan memiliki nilai paparan minimum, maksimum, rerata dari pustaka dan
regulasi kadmium tertinggi. Data Kemenkes (2014) menunjukkan hal yang sama
dimana kelompok balita (36-59 bulan) memiliki kisaran rerata nilai paparan
kadmium sebesar 0.2293-0.7301 µg/kg bb/hari. Penelitian Liu et al. (2010) di
Jinhu, Cina nilai paparan kadmium anak-anak (2.20 µg/kg bb/minggu) lebih tinggi
dibandingkan nilai paparan timbal pada dewasa (1.44 µg/kg bb/minggu).
Perbandingan rerata nilai paparan kadmium pada penelitian ini dengan nilai
paparan yang dilakukan pada berbagai negara (Tabel 19) menunjukkan nilai
paparan kadmium berdasarkan rerata kadar pustaka lebih tinggi 5-10 kali dari nilai
paparan kadmium Kemenkes (2016), Eropa dan Australia.
33

Tingkat Paparan Timah


Tabel 20 menunjukan nilai paparan timah dari kadar minimum, maksimum
dan rerata pustaka lebih rendah dari nilai paparan timah berdasarkan batas
maksimum regulasi pada setiap kelompok usia. Nilai paparan timah tertinggi
terdapat pada kelompok balita (0-59 bulan). Di Jepang, nilai paparan timah pada
anak-anak lebih rendah dibandingkan dengan orang dewasa yaitu 0.4-3 µg/hari
untuk anak-anak dan 5.6 µg/hari untuk dewasa (Shimbo et al. 2013 dan Shimbo
et al. 2007). Perbandingan rerata nilai paparan merkuri pada penelitian ini dengan
pustaka berbagai negara (Tabel 20) menunjukkan nilai paparan timah dari kadar
rerata timah pustaka hampir sama dengan paparan di Inggris, hanya pada
kelompok usia >55 tahun paparan lebih tinggi 2 kali dari paparan di Inggris.
Sedangkan jika dibandingkan dengan paparan di Australia, nilai paparan dari
kadar rerata timah pustaka lebih tinggi 3-8 kali.

Tabel 19 Perbandingan nilai paparan kadmium hasil penelitian ini dengan


beberapa kajian paparan lainnya
Paparan Kadmium (µg/kg bb/hari)
Kelompok Penelitian ini Indonesia Eropa Australia
No
Usia Re- (Kemenkes (EFSA (FSANZ
Min Maks BM*
rata 2014) 2012c) 2011)
1 Balita (0- 0.17 13.54 2.28 4.79 0.1949-0.6443 0.28-0.5 0.16-0.21
59 bln) (0-35 bln) (bayi) (9 bln)
0.2293-0.7301 0.54-0.84 0.27-0.32
(36-59 bln) (balita) (2-5 thn)
2 Anak (5-12 0.13 9.13 1.59 3.14 0.1841-0.5592 0.46-0.67 0.19-0.21
thn) (6-12thn)
3 Remaja 0.08 5.93 1.05 2.01 0.1230-0.3724 0.26-0.36 0.13-0.15
(13-18 thn) (13-16
thn)
4 Dewasa 0.07 5.88 1.04 1.89 0.1127-0.3347 0.2-0.28 0.09-0.11
(19-55 thn) (≥17 thn)
6 Lanjut usia 0.06 5.98 1.05 1.86 0.1105-0.3267 0.19-0.22 -
(>55 thn)
7 Seluruh 0.07 6.15 1.08 2.00 0.1262-0.3795 0.24-0.34 -
usia
Keterangan: *Asumsi batas maksimum kadmium berdasarkan Perka BPOM No 23 Tahun 2017
sebagai kadar kadmium

Tingkat Paparan Arsen


Nilai paparan arsen dari kadar rerata arsen pustaka setiap kelompok usia
tidak melebihi nilai paparan regulasi (Tabel 21). Pola paparan arsen pada Tabel 21
menunjukan penurunan nilai paparan seiring dengan meningkatnya kelompok
usia. Kelompok usia balita (0-59 bulan) memiliki nilai paparan arsen tertinggi.
Hal ini sesuai dengan estimasi Kemenkes (2014), dimana kelompok usia 36-59
bulan memiliki kisaran rerata nilai paparan tertinggi yaitu 2.9957-3.7167 µg/kg
bb/hari. Berdasarkan kajian paparan Wilhelm et al. (2003) nilai paparan arsen
pada anak-anak di Sea Island, Jerman berkisar 0.89-6.75 µg/kg bb/hari. Tabel 21
menunjukan nilai paparan arsen dari kadar rerata arsen pustaka lebih rendah dari
estimasi paparan di Indonesia, sedangkan jika dibandingkan dengan paparan
Eropa dan Australia, nilai paparan tersebut lebih tinggi 4-7 dan 2-3 kalinya.
34

Tabel 20 Perbandingan nilai paparan timah hasil penelitian ini dengan beberapa
kajian paparan lainnya
Rerata Paparan (µg/kg bb/hari)
Penelitian ini Inggris
Kelompok Australia
No (UK FSA 2004
Usia (FSANZ
Min Maks Rerata BM* dalam FAO/WHO
2002)
2006)
1 Balita (0-59 37.61 137.80 72.38 2340.36 8.7-9 70
bln) (9 bln)
31-32
(2 thn)
2 Anak (5-12 20.59 104.10 47.52 1397.35 9.1-9.6 38
thn) (wanita)
11
(pria)
3 Remaja 11.70 63.58 28.22 814.59 - -
(13-18 thn)
4 Dewasa 11.70 64.65 28.49 688.18 8.8-9.4 20
(19-55 thn) (pria)
9-9.6
(wanita)
6 Lanjut usia 12.78 71.27 31.31 758.41 -
17
(>55 thn)
7 Seluruh usia 12.60 68.22 30.30 765.66 -
Keterangan: *Asumsi batas maksimum timah berdasarkan Perka BPOM No 23 Tahun 2017
sebagai kadar timah

Tabel 21 Perbandingan nilai paparan arsen hasil penelitian ini dengan beberapa
kajian paparan lainnya.
Rerata Paparan (µg/kg bb/hari)
Kelompok Penelitian ini Indonesia Eropa Australia
No
Usia (Kemenkes (EFSA (FSANZ
Min Maks Rerata BM*
2014) 2014) 2011)
1 Balita 1.12 1.80 1.36 7.81 2.0775-2.7261 0.24-1.37 0.63-0.99
(0-59 bln) (0-35 bln) (bayi) (9 bln)
2.9957-3.7167 0.32-1.17 1-1.39
(36-59 bln) (balita) (2-5 thn)
2 Anak 0.86 1.39 1.06 5.33 2.4018-2.9143 0.2-0.87 0.67-0.89
(5-12 thn) (6-12thn)
3 Remaja 0.56 0.97 0.71 3.20 1.4642-1.7960 0.12-0.48 0.46-0.61
(13-18 thn) (13-16
thn)
4 Dewasa 0.55 1.01 0.71 2.68 1.3564-1.6502 0.11-0.38 0.41-0.55
(19-55 thn) (≥17 thn)
6 Lanjut usia 0.52 1.03 0.70 2.54 1.2794-1.6502 0.09-0.34 -
(>55 thn)
7 Seluruh usia 0.57 1.04 0.74 2.91 1.5294-1.8680 - -
Keterangan: *Asumsi batas maksimum arsen berdasarkan Perka BPOM No 23 Tahun 2017
sebagai kadar arsen
35

Karakterisasi Risiko Paparan Logam Berat

Nilai Risiko Logam Berat


Karakterisasi risiko paparan logam berat dilakukan dengan
membandingkan nilai paparan dengan nilai Provisional Tolerable Weekly Intake
(PTWI) untuk logam timbal, merkuri, timah dan arsen serta nilai Provisional
Tolerable Monthly Intake (PTMI) untuk kadmium. Tabel 22 menunjukkan nilai
risiko paparan berdasarkan batas maksimum regulasi memiliki nilai yang lebih
tinggi dibandingkan nilai risiko paparan dari kadar rerata pustaka di semua jenis
logam berat dan kelompok usia. Tingginya nilai risiko paparan logam berat
berdasarkan batas maksimum regulasi dikarenakan regulasi di Indonesia mengatur
batas maksimum logam berat hampir disemua kelompok pangan. Kelompok usia
balita (0-59 bulan) memiliki nilai risiko tertinggi pada semua jenis logam berat.
Nilai risiko paparan timbal dan kadmium dari kadar rerata pustaka berisiko tinggi
(>100% PTWI) pada semua kelompok usia. Pada logam merkuri nilai risiko
paparan berdasarkan kadar rerata pustaka berisiko tinggi pada kelompok balita (0-
59 bulan) dan anak-anak (5-12 tahun). Nilai prisiko paparan timah dan arsen dari
kadar pustaka berisiko rendah pada semua kelompok usia.

Tabel 22 Persentase nilai risiko paparan logam berat di Indonesia


Kelompok Usia
Data
Seluruh
Perhitungan 0-59 bln 5 - 12 thn 13 - 18 thn 19 - 55 thn >55 thn
umur
Nilai Risiko Paparan Timbal (% PTWI)
Min 33.74 27.62 14.85 9.78 5.33 10.95
Maks 1214.27 23670.24 24693.29 29590.15 25939.23 27303.01
Rerata 307.15 219.69 137.73 126.66 119.56 133.76
BM Regulasi 368.23 276.94 174.70 153.06 147.53 163.76
Nilai Risiko Paparan Merkuri (% PTWI)
Min 15.32 8.15 5.19 5.58 6.25 5.79
Maks 1912.45 1405.95 832.18 821.59 788.92 861.22
Rerata 208.45 148.68 93.31 93.81 93.19 97.72
BM Regulasi 471.42 340.82 205.74 191.69 185.30 203.21
Nilai Risiko Paparan Kadmium (% PTMI)
Min 20.96 15.20 9.18 7.86 6.83 8.40
Maks 1643.64 1110.36 719.41 714.30 725.00 746.96
Rerata 276.66 193.54 127.73 125.61 127.55 131.27
BM Regulasi 574.53 376.75 240.86 226.74 223.65 239.50
Nilai Risiko Paparan Timah (% PTWI)
Min 1.88 1.03 0.59 0.59 0.64 0.63
Maks 6.89 5.21 3.18 3.23 3.56 3.41
Rerata 3.62 2.38 1.41 1.42 1.57 1.51
BM Regulasi 117.02 69.87 40.73 34.41 37.92 38.28
Nilai Risiko Paparan Arsen (% PTWI)
Min 52.06 40.23 26.00 25.50 24.44 26.45
Maks 83.77 64.97 45.39 47.13 47.92 48.32
Rerata 63.47 49.39 33.04 33.31 32.87 34.37
BM Regulasi 364.40 248.78 149.37 125.03 118.64 135.86

Kajian paparan yang dilakukan Kemenkes (2016) di Indonesia,


menunjukkan risiko tinggi pada paparan timbal kelompok balita (102.93 %
PTWI) serta pada paparan arsen pada kelompok balita (173.446 %PTWI) dan
36

anak-anak (136 %PTWI), sedangkan pada logam merkuri dan kadmium nilai
risiko tergolong rendah. Kajian paparan lain yang dilakukan Cid et al. (2008)
menunjukan nilai risiko paparan logam berat di Catalonia, Spanyol berisiko tinggi
untuk arsen yaitu sebesar 174 %PTWI dan berisiko rendah pada logam kadmium,
merkuri dan timbal yaitu sebesar 16.8% PTMI, 31.53 %PTWI dan 18.05 %
PTWI. Nilai risiko paparan logam berat timbal, merkuri, kadmium dan arsen
berdasarkan batas maksimum regulasi berisiko tinggi pada semua kelompok usia.
Pada logam timah risiko tinggi hanya pada kelompok balita (0-59 bulan).

Pengaruh paparan timbal terhadap penurunan IQ


Tingginya nilai risiko paparan timbal pada balita dan anak-anak akan
meningkatkan kemungkinan penurunan IQ pada anak. Setiap tahun, paparan
timbal menyebabkan sekitar 600,000 kasus baru keterbelakangan mental pada
anak-anak dan menyebabkan 143,000 kematian per tahun terutama pada negara
berkembang (Jouhadi et al. 2016). Menurut Lanphear et al. (2005), Penurunan 6.9
poin IQ (95% confidence interval, 4.2-9.4) dipengaruhi oleh kenaikan kadar
timbal darah sebesar 2.4-30 µg/dL. Hubungan kadar timbal dalam darah dengan
paparan timbal dari makanan yaitu berkisar 0.052- 0.16 µg/dL untuk setiap 1
µg/hari paparan timbal dari makanan (WHO 2010). Perhitungan penurunan IQ
akibat paparan logam berat dilakukan pada kelompok usia balita (0-59 bulan)
dengan rerata berat badan 11.67 kg dan anak-anak (5-12 tahun) dengan rerata
berat 27.5 kg. Penurunan nilai IQ pada balita dan anak-anak untuk nilai rerata
paparan dan paparan batas maksimum regulasi tersaji pada Tabel 23 menunjukkan
kemungkinan penurunan nilai IQ yang tinggi baik pada balita maupun anak-anak.
Berdasarkan penelitian Reuben et al. (2017), paparan timbal pada masa kecil
berpengaruh terhadap rendahnya nilai IQ pada saat dewasa (lebih dari 30 tahun
kemudian), rendahnya status sosial ekonomi, dan penurunan mobilitas sosial.

Tabel 23 Penurunan nilai IQ pada balita dan anak-anak berdasarkan nilai paparan
rerata dari pustaka dan asumsi kadar timbal berdasarkan batas maksimum
(BM) Perka BPON No 23 Tahun 2017.
Nilai Paparan timbal berdasarkan kadar
Kelompok Usia Penurunan IQ
rerata timbal dari pustaka(µg/kg bb/hari)
Balita (0-59 bulan)
Rerata 10.97 4.27
BM Regulasi 13.15 5.16
Anak-anak (5-12 tahun)
Rerata 7.85 7.19
BM Regulasi 9.89 9.06

Kontribusi Kelompok Pangan


Kajian paparan dilakukan pada 15 kelompok pangan pada Laporan SKMI
2014. Dari ke 15 kelompok pangan tersebut, kelompok pangan yang paling
berkontribusi pada paparan timbal, merkuri dan timah adalah produk ikan, hasil
laut dan olahannya. Kontributor utama pada paparan kadmium adalah air minum,
sedangkan konributor utama paparan arsen adalah daging dan olahannya. Kajian
paparan lain di Catalonia, Spanyol menyebutkan pangan yang berkontribusi untuk
paparan timbal dan kadmium adalah kelompok sereal dan biji-bijian, sedangkan
37

untuk arsen dan merkuri pangan yang paling berkontribusi adalah ikan dan
kekerangan (Cid et al. 2008).
Gambar 6 menunjukkan perbandingan kontribusi kelompok pangan
terhadap paparan timbal pada penelitian ini berbeda dengan kajian paparan lain.
Sumber pencemaran timbal yang bervariasi dan tingkat konsumsi kelompok
pangan yang berbeda-beda di tiap negara memungkinkan terjadinya perbedaan
kelompok pangan yang berkontribusi pada paparan timbal.

10 14 21 7 53
FSANZ (2011)*
7 16.3 8.4 10.6 17 40.7
EFSA (2012a)
52.31 10.27 6.27 9.65 21.5
Kemenkes (2016)
12.42 24.25 13.74 32.59 17
Penelitian ini

0% 20% 40% 60% 80% 100%


Air Serealia dan olahannya Sayuran dan Olahannya
Susu dan Olahanya Ikan dan Olahannya Minuman
Makanan komposit Lainnya
Gambar 6 Perbandingan kontribusi kelompok pangan terhadap paparan timbal
berbagai referensi. Keterangan: *kelompok usia ≥ 17tahun

Kontribusi kelompok pangan terhadap paparan merkuri kelompok seluruh


usia mulai dari paling tinggi adalah produk ikan, hasil laut dan olahannya
(63.71%) diikuti produk sayur dan olahannya (17.81%), air minum (9.7%) dan
lainnya (8.78%). Perbandingan kontribusi pangan penelitian ini dengan beberapa
kajian paparan merkuri lainnya (Gambar 7) menunjukkan bahwa produk
perikanan merupakan kontributor utama paparan merkuri. Kajian paparan di
Korea Selatan yang dilakukan Kwon, lee, Yoon, Kim, et al. (2009) juga
menunjukan kontributor utama paparan merkuri adalah produk ikan dan
kekerangan sebesar 76%. Menurut Salgovicova dan Pavlovicova (2007),
kontributor terbesar paparan merkuri di Slovakia adalah produk perikanan dan
sayuran.
10 12 6 28 44
FSANZ (2011)*

100
Kemenkes (2016)

9.7 17.81 63.71 8.78


Penelitian ini

0% 20% 40% 60% 80% 100%

Air Serealia dan olahannya Umbi dan olahannya


Sayur dan Olahannya Ikan dan Olahannya Lainnya

Gambar 7. Perbandingan kontribusi kelompok pangan terhadap paparan merkuri


berbagai pustaka. Keterangan: *kelompok usia ≥ 17tahun
38

Urutan kontribusi kelompok pangan terhadap paparan kadmium pada


seluruh usia mulai dari yang terbesar adalah air minum (38.94%), ikan, hasil laut
dan olahannya (23.69%), serta serealia dan olahannya (15.9%). Perbandingan
kontribusi pangan penelitian ini dengan beberapa kajian paparan kadmium lainnya
(Gambar 8) menunjukkan perbedaan baik besar kontribusi maupun urutan jenis
pangan yang berkontribusi. Kajian paparan EFSA (2012c) dan Kemenkes (2016)
menunjukkan serealia dan olahannya sebagai kontributor terbesar paparan
kadmium, sedangkan data FSANZ (2011) menyatakan kontributor terbesar
paparan kadmium adalah umbi dan olahannya.
19 6 27 48
FSANZ (2011)*
26.9 16 13.2 7.5 7.7 28.7
EFSA (2012)

68.27 7.18 17.54 7.01


Kemenkes (2016)

38.94 15.9 14.61 23.69 6.86


Penelitian ini

0% 20% 40% 60% 80% 100%


Air Serealia dan olahannya Sayuran dan Olahannya Umbi dan Olahannya
Ikan dan Olahannya Daging dan olahannya Lainnya

Gambar 8 Perbandingan kontribusi kelompok pangan terhadap paparan kadmium


berbagai pustaka. Keterangan: *kelompok usia ≥ 17tahun

Kontribusi kelompok pangan terhadap paparan timah setiap kelompok usia


menunjukkan ikan, hasil laut dan olahannya (92.41%). Hal ini sesuai dengan
pernyataan FSAI (2009), di Irlandia paparan timah organik paling utama adalah
pada ikan dan produk perikanan. Paparan timah juga sering berasal dari produk
makanan dan minuman yang dikemas dengan kaleng. Kontribusi kelompok
pangan terhadap paparan arsen setiap kelompok usia menunjukkan sayuran dan
olahannya (56.62 %) sebagai kontributor utama diikuti daging dan olahannya
(23.33) serta minuman (14.99). Bila dibandingkan dengan kajian paparan lainnya
(Gambar 8) kontributor terbesar paparan arsen penelitian ini berbeda dengan
kajian paparan Kemenkes (2016) dan FSANZ (2011) yang menyatakan ikan dan
produknya sebagai kontributor utama. Sedangkan data EFSA (2014) menyatakan
serealia dan olahannya sebagai kontributor arsen terbesar di Eropa.
39

70
11 19
FSANZ (2011)*

98.06 1.94

Kemenkes (2016)

56.62 23.33 14.99 5.06


Penelitian ini

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%

Serealia dan olahannya Sayuran dan Olahannya Ikan dan Olahannya


Daging dan olahannya Minuman Lainnya
Gambar 8 Perbandingan kontribusi kelompok pangan terhadap paparan arsen
berbagai pustaka. Keterangan: *kelompok usia ≥ 17tahun

5 SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Pada penelitian ini kelompok pangan dengan tingkat konsumsi tertinggi


adalah air minum (60-67%), serealia dan olahannya (11-15%) serta ikan, hasil laut
dan olahannya (3-4%). Pustaka terbanyak diperoleh untuk logam timbal dan
kelompok ikan, hasil laut dan olahannya. Kadar rerata merkuri, kadmium dan
timah tertinggi terdapat pada kelompok ikan, hasil laut dan olahannya. Kelompok
minuman memiliki kadar timbal rerata tertinggi, sedangkan untuk logam arsen,
kadar rerata tertinggi terdapat pada kelompok sayuran dan olahannya. Kelompok
balita (0-59 bulan) memiliki nilai paparan logam berat tertinggi. Nilai paparan
logam berat berdasarkan batas maksimum regulasi lebih tinggi dibandingkan nilai
paparan logam berat berdasarkan kadar rerata pustaka.
Hasil karakterisasi risiko menunjukkan nilai risiko paparan timbal dan
kadmium dari kadar rerata pustaka berisiko tinggi (>100% PTWI) pada semua
kelompok usia. Pada logam merkuri nilai risiko paparan berdasarkan kadar rerata
pustaka berisiko tinggi pada kelompok balita (0-59 bulan) dan anak-anak (5-12
tahun), sedangkan nilai risiko paparan timah dan arsen dari kadar pustaka berisiko
rendah pada semua kelompok usia. Kelompok pangan yang paling berkontribusi
pada paparan timbal, merkuri dan timah adalah kelompok ikan, hasil laut dan
olahannya, sedangkan paparan kadmium kelompok pangan yang paling
berkontribusi adalah air minum dan pada paparan arsen, sayur dan olahannya
sebagai kontributor utama.
40

Saran

Adanya keterbatasan pada penelitian ini dalam data kadar logam berat yang
diambil dari pustaka online dan data tingkat konsumsi dari laporan SKMI 2014
terbatas pada nilai rerata konsumsi per orang perhari. Perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut sebagai verifikasi hasil kajian ini menggunakan kajian paparan dengan
pendekatan probabilistik dengan ketepatan hasil yang lebih baik. Hasil kajian ini
dapat digunakan untuk prediksi awal tingkat risiko kesehatan masyarakat
Indonesia terhadap paparan logam berat dari pangan.

DAFTAR PUSTAKA

Adila M, Laz T, Yunita E. 2014. Kadar Unsur Timbal pada Tanaman Kangkung
di Tiga Pasar Tradisional Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan. Al-
Kauniyah Jurnal Biologi 7(2): 99-105. Jakarta (ID): Univeritas Islam Negeri
Syarif Hidayahtullah.
Adiwiyono R. 2016. Studi Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Ikan,
Krustasea dan Moluska di Pantai Utara Bangkalan, Madura [skripsi].
Pekanbaru (ID): Universitas Riau.
Affriani J. 2009. Analisis Kadar Logam Timbal (Pb) dalam Mi Instan Secara
Spektofotometri Serapan Atom [karya ilmiah]. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Agustiawan R. 2014. Studi Logam Berat Timbal (Pb) Pada Ikan Gelama (Jognius
spp.) dan Kerang Bambu (Ensis sp) di Perairan Lumpur Gresik [skripsi].
Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Agustina T. 2014. Kontaminasi Logam Berat pada Makanan dan Dampaknya
pada Kesehatan. Teknobuga 1(1):53-65.
Ahmad NI, Noh MFM, Mahiyuddin WEW, Jafar G, Ishak I, Azmi WNFW, Veloo
Y, Hairi MH. 2015. Mercury Levels of Marine Fish Commonly Consumed
in Peninsular Malaysia. Environmental Science and Pollution Research
22(5): 3672-3686. doi: 10.1007/s11356-014-3538-8.
Akbar DA. 2013. Analisis Logam Berat Timbal (Pb) dalam Sarden Kemasan
Kaleng yang Masa Berlakunya akan habis Kurang dari Dua Bulan [skripsi].
Bandung (ID): Universitas Kristen Maranatha.
Aksari YD. 2016. Konsentrasi Logam Berat dan Bioekologi Ikan Sapu-Sapu,
Pterygoplichthys pardalis (Castelnau, 1855) Di Sungai Ciliwung [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Al’Amin, Raza’I TS, Wilian N. 2015. Analsis Kandungan Logam Berat Timbal
(Pb) dan Kadmium (Cd) Pada Kepiting Ranjungan (Portunus pelagicus) Di
Perairan Teluk Riau Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau [laporan
penelitian]. Tanjungpinang (ID): Universitas Maritim Raja Ali Hadi.
Alfian Z. 2005. Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd2+) dari Kerang yang
Diperoleh dari Daerah Belawan Secara Spektrofotometer Serapan Atom.
Jurnal Sains Kimia 9(2): 73-76.
41

Alfian, Z. 2006. Merkuri: Antra Manfaat dan Efek Penggunaan bagi Kesehatan
Manusia dan Lingkungan [Internet]. [diacu 2016 Juni 7]. Tersedia dari:
http://library.usu.ac.id/download/e-book/zul%20alfian.pdf
Ali NA. 2017. Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kerang Di
Perairan Biringkassi Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan [skripsi].
Makasar (ID): Universitas Islam Negeri Alauddin.
Alim DH. 2014. Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) pada Air, Sedimen, dan
Rumput Laut Sargassum polycystum di Perairan Pulau Pari Kepulauan
Seribu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Amansyah M, Syarif AN. 2014. Analisis Kandungan Logam Berat pada Kerang
Ana Dara dari Daerah Hilir Sungai Jeneberang. Al-Sihah Public Health
Science Journal VI(2): 85-98. `
Amin B, Galib M, Nurrachmi I. 2009. Evaluasi Tingkat Pencemaran Logam Berat
di Perairan Dumai dengan Pendekatan Indeks Pencemaran dan Standars
Quality Guidelines [laporan penelitian]. Pekanbaru (ID): Universitas Riau.
Amnur, Arifin. 2005. Korelasi Kandungan Logam Berat (Pb dan Cd) pada
Rajungan (Portunus pelagicus) dan Sedimen di Perairan Pantai Dumai Barat
Riau [laporan penelitian]. Pekanbaru (ID): Universitas Riau.
Amriani, Hendrarto B, Hadiyarto A. 2011. Bioakumulasi Logam Berat Timbal
(Pb) dan Seng (Zn) pada Kerang Darah (Anadara granosa L.) dan Kerang
Bakau (Polymesoda bengalensis L.) di Perairan Teluk Kendari. Jurnal Ilmu
Lingkungan 9(2): 45-50.
Anas. 2014. Analisis Kandungan Merkuri Pada Air Sungai Dan Ikan Akibat
Tambang Emas Tradisional Serta Tata Cara Penggunaan Merkuri Oleh
Penambang Emas Di Desa Hutapungkut Kecamatan Kotanopan Kabupaten
Mandailing Natal [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Andayasari F. 2009. Satus Kecemaran Tanah oleh Kadmium pada Lahan
Budidaya Sawi Putih du Sentra Produksi Holtikultura Lembang Jawa Barat
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Andrew, Sirehar YI, Efriyeldi. 2004. Kandungan Logam Berat Pb, Cu, Zn Pada
Daging dan Cangkang Kerang Hijau (Perna Viridis) di Perairan Tanjung
Balai Asahan [laporan penelitian]. Pekanbaru (ID): Universitas Riau.
Anggraeny YA. 2010. Analisis Kandungan Logam Berat Pb, Cd dan Hg Pada
Kerang Darah (Anadara granosa) Di Perairan Bojonegara, Kecamatan
Bojonegara Kabupaten Serang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Anggraini D. 2016. Kajian Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) dan
Kromium (Cr) Pada Kerang Bulu (Anadara antiquata), Kerang Darah
(Anadara granosa), dan Kerang Hijau (Perna Viridis) Di Pesisir Teluk
Lampung Secara Spektrofotometri Serapan Atom [skripsi]. Lampung (ID):
Universitas Lampung.
Anggriana D. 2011. Analisis Cemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium
(Cd) Pada Air Sumur Di Kawasan PT Kima Dengan Metode
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) [skripsi]. Makasar (ID): Universitas
Islam Negeri Alauddin.
Angkat IF. 2013. Analisa Kandungan Timbal (Pb) pada Terasi Bermerek Dan
Terasi Hasil Olahan Industri Rumah Tangga Yang Dijual di Beberapa Pasar
42

Tradisional di Kota MedanTahun 2013 [skripsi]. Medan (ID): Universitas


Sumatera Utara.
Anindhita MA, Rusmalina S, Soeprapto. 2014. Analisis Logam Berat Timbal (Pb)
Pada Ikan Lele (Clarias sp.) yang Dibudidayakan di Kota Pekalongan
[laporan penelitian]. Pekalongan (ID): Universitas Pekalongan.
Aprilia RR. 2010. Analisis Kandungan Zn dan Pb Dalam Minuman Berkarbonat
Kemasan Kaleng Secara Spektrofotometri Serapan Atom [skripsi]. Medan
(ID): Universitas Sumatera Utara.
Aprilyani F. 2014. Analisis Kandungan Logam Berat pada Ikan Tenggiri
Scomberomorus commersonii (Lacepéde,1800) Di Perairan Pesisir
Tangerang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Ariansyah KA, Yuliati Km Hanggita SRJ. 2012. Analisis Kandungan Logam
Berat (Pb, Hg, Cu dan As) Pada Kerupuk Kemplang di Desa Tebing
Gerinting Utara Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal
Fishtech 1(1): 69-77.
Arifin Z, Fadhlina D. 2009. Fraksinasi Logam Berat Pb, Cd, Cu dan Zn dalam
Sedimen dan Bioavailabilitasnya bagi Biota di Perairan Teluk Jakarta.
Jurnal Ilmu Kelautan 14(1): 27-32.
Aridin Z. 2011. Konsentrasi Logam Berat di Air, Sedimen dan Biota di Teluk
Kelabat Pulau Bangka. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis 3(1):
104-114.
Arjah AM. 2013. Analisis Konsentrasu Gizi dan Logam Berat Pada Berbagai
Jenis Organisme Perairan Kenjeran. [Skripsi], Semarang (ID): Universitas
Trunojoyo.
Aripai M, Daud S, Ane RL. 2012. Analisis Risiko Paparan Kadmium (Cd) Pada
Air Dan Kerang Putih (Anadonta woodiana) Di Sungai Pangkajene Tahun
2012 [laporan penelitian]. Makasar (ID): Universitas Hasanuddin.
Ariska T. 2015. Akumulasi Logam Berat (Pb Dan Cu) Pada Kerang Kepah
(Polymesoda erosa) di Sungai Batu Rusa Merawang [skripsi]. Balunijuk
(ID): Universitas Bangka Belitung.
Aritonang JO. 2015. Pengujian Kandungan Kadmium, Tembaga dan Timbal pada
Pisang Goreng Pinggir Jalan secara Spekrofotometri Serapan Atom
[skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Ariyawan IGNR, Sahara E, Suprohatin IE. 2017. Kandungan Logam Pb dan Cu
Total dalam Air, Ikan, dan Sedimen di Kawasan Pantai Serangan serta
Bioavailabilitasnya. Jurnal Kimia 11(1): 56-63.
Arsad M, Said I, Suherman. 2012. Akumulasi Logam Timbal (Pb) dalam Ilan
Belanak (Liza melinoptera) yang Hidup di Perairan Muara Poboya. Jurnal
Akademika Kimia 1(4): 187-192.
Atikah MN, Sabikis, Kusuma AM. 2012. Analisis Cemaran Logam Timbal (Pb)
dalam Daun Caisin (Brassica juncea L) Ditanam di Lokasi Ramai dan Sepi
Lalu Lintas Kendaraan Bermotor. Jurnal Pharmacy 9(2): 20-30. Purwokerto
(ID): Universitas Muhamadiyah Purwokerto.
[ATSDR] Agency for Toxic Substances and Disease Registry. 1999.
Toxicological Profile for Mercury. Atlanta (US): ATSDR
[ATSDR] Agency for Toxic Substances and Disease Registry. 2005.
Toxicological Profile for Tin and Tin Compounds. Atlanta (US): ATSDR
43

[ATSDR] Agency for Toxic Substances and Disease Registry. 2007.


Toxicological Profile for Arsenic. Atlanta (US): ATSDR.
[ATSDR] Agency for Toxic Substances and Disease Registry. 2010. Case
Studies in Environmental Medicine (CSEM) Lead Toxicity. Atlanta (US):
ATSDR.
[ATSDR] Agency for Toxic Substances and Disease Registry. 2012.
Toxicological Profile for Cadmium. Atlanta (US): ATSDR.
Ashar T, Hasan W, Nainggolan H, Munir E. 2016. Correlation of Cadmium Intake
from Water and Biomarkers in Resident Living Around Namobintang
Dumpsite. Indonesian Journal of Chemical 16(1): 25-31.
Astuti I, Karina A, Dewiyanti I. 2016. Analisis Kandungan Logam Berat Pb Pada
Tiram Crassostrea cucullata di Pesisir Krueng Raya Aceh Besar. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan Perikanan Unsyiah 1(1): 104-113.
Azhar C. 2004. Kandungan Logam Berat Cd (Cadmium), Pb (Timah Hitam), dan
Zn (Seng) dalam Daging Ikan Bandeng, Ikan Baronang, dan Ikan Kakap
Putih yang Diperoleh dari Perairan Belawan. Jurnal Komunikasi Penelitian
16(5): 27-34.
Aziz D, Jumadi O, Wiharto M. 2012. Analisis Kandungan Timbal (Pb) Pada Daun
Tanaman Teh (Camellia sinensis O.K) dan Tanah Perkebunan Teh yang
Berada di Kawasan Puncak Malino. Jurnla Sainsmat 1(1): 13-22.
Bakri SN. 2017. Kandungan Logam Timbal (Pb) Dan Cadmium (Cd) Pada Organ
Kulit, Daging dan Hati Ikan Layang (Decapterus russelli) Di Perairan
Pantai Losari Kota Makassar [skripsi]. Makasar (ID): Universitas Islam
Negeri Alauddin.
Bali S. 2012. Kandungan Logam Berat ( Timbal, Kadmium), Amoniak, Nitrit
Dalam Air Minum Isi Ulang di Pekanbaru. Jurnal Health Care 2(1): 1-4.
Bangun JM. 2005. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd)
Dalam Air, Sedimen dan Organ Tubuh Ikan Sokang (Triacanthus nieuhofi)
Di Perairan Ancol Teluk Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Barus BB. 2016. Kandungan Kadmium (Cd) Tanah dan Tanaman Sawi pada
Berbagai Perbandingan Kompos Sampah Kota dengan Tanah Inceptisol
[skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Basalmah L. 2006. Kandungan Logam Berat Hg, Cd dan Pb Dalam Air dan Ikan
di Perairan Ujungpangkah Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertaniain Bogor.
Baskara RI, Supriyadi, Rejeki ES. 2012. Analisis Timbal, Tembaga, dan Seng
Dalam Susu Sapi Segar yang Beredar di Kecamatan Jebres Kota
SurakartaSecara Spektrofotometri Serapan Atom. [Laporan Penelitiain].
Surakarta (ID): Universitas Setia Budi
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan RI. 2017. Peraturan Kepala Badan
Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 23 tentang Batas
Maksimum Logam Berat pada Pangan. Jakarta (ID): Badan POM RI.
Bernhoft RA. 2012. Mercury Toxicity and Treatment: A Review of the Literature.
Journal of Environmental and Public Health. doi: 10.1155/2012/460508.
Budiarti A, Rosmini Sunoko HR. 2004. Analisis Kandungan Logam Berat Timbal
(Pb), Kadmium (Cd) dan Merkuri (Hg) dalam Cumi-Cumi (Loligo sp.) yang
44

Diperoleh dari Tpi Tambak Lorok Semarang. Jurnal Ilmu Farmasi dan
Farmasi Klinik 5(1): 14-16.
Budiarti A, Susanti RY. 2008. Analisis Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg),
Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Ikan Baung (Hemiarius stornii) yang
Diperoleh dari Sungai Kahayan Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmu Farmasi
dan Farmasi Klinik 5(1): 31-33.
Budiarti A, Listyowati, Soenoko HR. 2010. Analisis Kadar Timbal (Pb) dan
Merkuri (Hg) Pada Ikan Pindang Salem (Scomber australasicus) Yang
Diperoleh Dari Tiga Pasar Tradisional Terbesar Di Kota Semarang [laporan
penelitian]. Semarang (ID): Universitas Wahid Hasyim.
Budiman BTP, Dhahiyat Y, Hamdan H. 2012. Bioakumulasi Logam Berat Pb
(Timbal) dan Cd (Kadmium) Pada Daging Ikan yang Tertangkap di Sungai
Citarum Hulu. Jurnal Perikanan dan Kelautan 3(4): 261-270.
Cahyani N, Batu DFTL. 2016. Kandungan Logam Berat Pb, Hg, Cd, dan Cu pada
Daging Ikan Rejung (Sillago sihama) di Estuari Sungai Donan Cilacap Jawa
Tengah. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia 19(3): 267-276. doi:
10.17844/jphpi.2016.19.3.267
Cahyanto HA. 2015. Kandungan Logam Berat dalam Bahan Baku Produk
Rempah Dari Pasar di Kota Pontianak. Majalah Biam 11(2): 57-62.
Candra YA. 2017. Kandunga Kadmiym (Cd), Seng (Zn) dan Merkuri (Hg) Pada
Udang Ronggeng Harpiosquilla harpac (Stomatopoda) Di Perairan Laut
Utara Jawa Timur Wilayah Kabupaten Tuban Gresik dan Sampang [skripsi].
Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Canfield RL, Jusko TA, Kordas K. 2005. Environmental Lead Exposure and
Children’s Cognitive Function. Riv Ital Pediatr. 31(6): 293-300
Chan M. 2007. Analisis Pencemaran Logam Timbal, Kadmium, Dan Merkuri
Dalam Cumi-Cumi ( Loligo Sp. ) di Laut Belawan Secara Spektrofotometri
Serapan Atom [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Chairunisa. 2013. Uji Kualitas Minyak Goreng Pada Pedagang Gorengan di
Sekitar Kampus UIN Syarid Hidayatullah Jakarta [skripsi]. Jakarta (ID):
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Chandra D. 2012. Studi Tentang Kandungan Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd)
dalam Wortel (Daucus carota L.) di Pasar Kota Medan secara
Spektrofotometri Serapan Atom [skripsi]. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Charisma AM. 2014. Kontaminasi Kandungan Pb, Cd, Cu, dan Zn Pada Beberapa
Jenis Ikan yang Ditangkap di Selat Madura Bagian Barat Serta Batas Aman
Konsumsinya [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Cid RM, Llobet JM, Castell V, Domingo JL. Dietary Intake of Arsenic, Cadmium,
Mercury, and Lead by the Population of Catalonia, Spain. Biological Traxe
Element Research. 125(2): 120-132. doi: 10.1007/s12011-008-8162-3.
Codex Alimentarius. 2016. General Standar for Contaminants and Toxin in Food
and Feed (Codex Stan 193-1995). Roma: FAO/WHO.
Dahlifa, Indrawati E. 2016. Bioakumulasi Logam Berat Timbal Pada Berbagai
Ukuran Kerang Corbicula javanica Di Sungai Maros. Prosiding Seminar
Nasional Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI. Semarang (ID):
Universitas Diponegoro.
45

Dalimunthe LS. 2014. Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) pada Ikan Cencen
(Mystacoleucus Marginatus) di Sungai Batang Gadis Kabupaten Mandailing
Natal [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Damayanti. 2004. Studi Pencemaran Logam Berat (Pb, Cd, Cu, Fe dan Hg) pada
Daun SIngkong di Daerah Pengolahan Emas Tanpa Izin, Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Darmin H, Liong S, Kasim AH. 2013. Analisis Logam Berat Timbal (Pb) dan
Kadmium (Cd) Dalam Kerang Yang Beredar Di Pasar Tradisional
Kotamadya Makassar [laporan penelitian]. Makasar (ID): Universitas
Hasanuddin.
Dewa RP, Hadinoto S, Torry FR. 2015. Analisa Kandungan Timbal (Pb) dan
Kadmium (Cd) Pada Air Minum Dalam Kemasan di Kota Ambon. Majalah
Biam 11(2): 76-82.
Djohan, Tabbu CR. 2015. Akumulasi Timah Hitam dalam Daging dan Tulang
Ayam Kampung dan Ayam Negeri. Jurnal Veteriner 16(4): 542-552. doi:
10.19087/jveteriner.2015.16.4.542.
Duffus JH. 2002. Heavy Metals – A Meaningless Term? (IUPAC Technical
Report). Pure Appl Chem 74(5): 793-807. Schotland (UK): The Edinburgh
Centre for Toxicology.
Dwiloka B, Atmomarsono B. 2007. Kandungan Logam Berat pada Daging Dada
dan Paha Ayam Broiler yang Dipelihara dengan Sistem Kandang Panggung
Setelah Direbus dan Dikukus. Simposium Nasional dan Pameran APISORA
2010.
Dwiyitno, Aji N, Indriati N. 2006. Residu Logam Berat pada Ikan dan Kualitas
Lingkungan Perairan Muara Sungai Barito Kalimantan Selatan. Jurnal
Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 3(2): 147-155.
[EFSA] European Food Safety Authority. 2010. EFSA Panel on Contaminants in
The Food Chain (CONTAM). Scientific opinion. Panama: EFSA.
[EFSA] European Food Safety Authority. 2012a. Lead dietary exposure in the
European population. Scientific report of EFSA. Panama: EFSA.
[EFSA] European Food Safety Authority. 2012b. Mercury dietary exposure in the
European population. Scientific report of EFSA. Panama: EFSA.
[EFSA] European Food Safety Authority. 2012c. Cadmium dietary exposure in the
European population. Scientific report of EFSA. Panama: EFSA.
[EFSA] European Food Safety Authority. 2014. Dietary Exposure to Inorganic
Arsenic in the European Population. Scientific report of EFSA. Panama:
EFSA.
[EFSA] European Food Safety Authority. 2017. Dietary Reference Values for
Nutrients. Technical report of EFSA. Panama: EFSA.
[EPA] U.S. Environmental Protection Agency. 2011. Exposure Factors
Handbook. Washington (US): National Center for Environmental
Assessment.
Emawati E, Aprianto R, Musfiroh I. 2015. Analisis Timbal dalam Kerang Hijau,
Kerang Bulu, dan Sedimen di Teluk Jakarta. Indonesian Journal of
Pharmaceutical Science and Technology 2(3): 105-111.
Erdayanti P, Hanifah TA, Anita S. 2015. Analisis Kandungan Logam Timbal pada
Sayur Kangkung dan Bayam di Jalan Kartama Pekanbaru secara
46

Spektrofotometri Serapan Atom. JOM FMIPA 2(1). Pekanbaru (ID):


Kampus Bina Widya.
Eshmat ME, Mahasri G, Rahardja BS. 2014. Analisis Kandungan Logam Berat
Timbal (Pb) dan Cadmium (Cd) pada Kerang Hijau (Perna viridis L.) di
Perairan Ngemboh Kabupaten Gresik Jawa Timur. Jurnal Ilmiah Perikanan
dan Kelautan 6(1): 101-108.
[EU] European Union. 2006. Commission Regulation (EC) No 1881/2006 -
setting maximum levels for certain contaminants in foodstuffs. Belgia: EU
Fadhlan A. 2016. Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Ikan
Bandeng (Chanos-chanos) Di Beberapa Pasar Tradisional Kota Makassar
[skripsi]. Makasar (ID): Universitas Islam Negeri Alauddin.
Faika S, Khaerunnisa. 2012. Analisis Kandungan Logam Timbal pada Ikan
Beronang (Siganus Sp) Asal Pulau Tanakeke Kabupaten Takalar. Jurnal
Chemica 13(1): 50-54.
Farista LP. 2010. Pengaruh Waktu Pemaparan dan Pencucian Terhadap Kadar
Logam (Pb) pada Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) yang Dijual di
Pinggie Jalan [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Febrianto A. 2016. Pengelolaan Perikanan Cumi-Cumi Berkelanjutan Di Wilayah
Perairan Kabupaten Bangka Selatan [disertasi]. Institut Pertanian Bogor.
Fitrianah L. 2016. Dampak Pencemaran Aktivitas Kendaraan Bermotor terhadap
Kandungan Timbal (Pb) dalam Tanaman Padi dan Beras [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Fitriani AN, Daud A, Ruslan. 2013. Studi Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb)
Dalam Sedimen dan Udang Di Perairan Sungai Pangkajene Kabupaten
Pangkep. [Lporan Penelitian]. Nakasar (ID): Universitas Hasanuddin.
Fitriani A, Sulfikar, Dini I. 2014. Analisis Kandungan Logam Timbal (Pb) pada
Sedimen dan Udang Windu (Penaeus monodon) di Pantai Biringkassi
Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep. Jurnal Sinsmat 3(2): 191-202.
Fitriani Y. 2017. Konsentrasi Logam Berat Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb) Pada
Daging, Insang Dan Hepatopankreas Kepiting Rajungan (Portunus
pelagicus) di Pulau Lae Lae [skripsi]. Makasar (ID): Universitas Islam
Negeri Alauddin.
Florencia M. 2014. Analisis Kalsium, Magnesium, dan Timbal Pada Air Mineral
Dalam Kemasan dan Air Minum Isi Ulang Secara Spektrofotometri Serapan
Atom [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
[FAO/WHO] Food and Agriculture Organization (FAO)/World Health
Organization (WHO). 2005. Dietary Exposure Assessmen of Chemicals in
Food. Report of Join FAO/WHO Consultation. Maryland: FAO/WHO.
[FAO/WHO] Food and Agriculture Organization (FAO)/World Health
Organization (WHO). 2006. Safety Evaluation of Certain Contaminant in
Food. Sixty-fourth meeting of Join FAO/WHO Expert Committee on Food
Additive (JECFA), Inorganic Tin 318-350. Geneva: FAO/WHO.
[FAO/WHO] Food and Agriculture Organization (FAO)/World Health
Organization (WHO). 2009. Principles and Methods for the Risk
Assessment of Chemicals in Food. Joint FAO/WHO Environmental Health
Criteria 240. International Programme on Chemical Safety. Germany:
FAO/WHO.
47

[FAO/WHO] Food and Agriculture Organization (FAO)/World Health


Organization (WHO). 2011a. Towards a Harmonised Total Diet Study
approach: a Guidance document: Joint Guidance of EFSA, FAO and WHO.
Switzerland: FAO/WHO.
[FAO/WHO] Food and Agriculture Organization (FAO)/World Health
Organization (WHO). 2011b. Safety Evaluation of Certain Food Additives
and Contaminant. Sevety-third meeting of Join FAO/WHO Expert
Committee on Food Additive (JECFA), Lead 381-497. Geneva:
FAO/WHO.
[FAO/WHO] Food and Agriculture Organization (FAO)/World Health
Organization (WHO). 2011c. Safety Evaluation of Certain Food Additives
and Contaminant. Sevety-second meeting of Join FAO/WHO Expert
Committee on Food Additive (JECFA), Mercury 605-684. Geneva:
FAO/WHO.
[FAO/WHO] Food and Agriculture Organization (FAO)/World Health
Organization (WHO). 2011d. Safety Evaluation of Certain Food Additives
and Contaminant. Sevety-third meeting of Join FAO/WHO Expert
Committee on Food Additive (JECFA), Cadmium 305-380. Geneva:
FAO/WHO.
[FAO/WHO] Food and Agriculture Organization (FAO)/World Health
Organization (WHO). 2011e. Safety Evaluation of Certain Food Additives
and Contaminant. Sevety-second meeting of Join FAO/WHO Expert
Committee on Food Additive (JECFA), Arsenic 153-316. Geneva:
FAO/WHO.
[FAO/WHO] Food and Agriculture Organization (FAO)/World Health
Organization (WHO). 2014. Guidelines for the Simple Evaluation of
Dietary Exposure to Food Additives. CAC/GL 3-1989. Geneva:
FAO/WHO.
Fransisca M. 2012. Studi Logam Berat Timbal (Pb) Pada Udang Putih (Panaeus
merguiensis) dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Pantai
Kenjeran Surabaya dan Perairab Saronggi Sumenep [skripsi]. Surabaya
(ID): Universitas Airlangga.
[FSAI] Food Safety Authority of Ireland. 2009. Mercury, Lead, Cadmium, Tim
and Arsenic in Food. Toxicology Factsheet Series. Irlandia: FSAI
[FSANZ] Food Standards Australia New Zealand. 2002. The 20th Australian Total
Diet Study. Canberra: FSANZ
[FSANZ] Food Standards Australia New Zealand. 2011. The 23rd Australian Total
Diet Study. Canberra: FSANZ
Fuadiyah N. 2011. Studi Kadar Logam Berat Timbal (Pb) Pada Ikan, Krustasea
dan Mollusca di Perairan Pantai Kenjeran Surabaya dan Pelabuhan
Perikanan Brantas Pamekasan [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas
Airlangga.
Gillis BS, Arbieva Z, Gavin IM. 2012. Analysis of Lead Toxicitu in Human Cells.
Biomedical Central Genomics 13(344). doi: 10.1186/1471-2164-13-344.
Gorchev HG. 1993. Dietary Intake, Level in Food and Estimated Intake of Lead,
Cadmium and Mercury. Journal of Food Additives & Contaminants 10(1):
115-128. doi: 10.1080/02652039309374135
48

Ginting FM. 2010. Analisis Cemaran Logam Berat Pb dan Cd Pada Sotong (Sepia
Sp) Berdasarkan Variasi Ukuran secara Spektrofotometri Serapan Atom
[skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Ginting EM. 2016. Analisis Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd), Merkuri
(Hg), dan Timbal (Pb) Pada Kepiting Bakau (Scylla Serrata) Dan Rajungan
(Portunus Pelagicus) Yang Dijual Di Tpi (Tempat Pelelangan Ikan) Bagan
Deli Belawan Medan Tahun 2016 [skripsi]. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Ginting YF. 2016. Analisis Kandungan Kadmium, Tembaga dan Timbal pada
Daging Ikan Baung (Mystus nemurus) di Sungai Belumai Kabupaten Deli
Serdang Secara Spektrofotometri Serapan Atom. [Skripsi], Universitas
Sumatera Utara.
Gunawan T, Anita S, Itnawita. 2014. Analisis Kandungan Logam Fe, Sn dan Pb
Dalam Ikan Sarden Kemasan Kaleng [laporan penelitian]. Pekanbaru (ID):
Kampus Bina Widya.
Gunawan. 2015. Kualitas Ternak Sapi Potong Sekitar Tambang Nikel di
Kabupaten Halmahera Timur [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Gusnita D. 2012. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) di Udara dan Upaya
Penghapusan Bensin Bertimbal. Berita Dirgantara 13(3): 95-101.
Hadi MC. 2013. Bahaya Merkuri di Lingkungan Kita. Jurnal Skala Husada 10(2):
175-183.
Hafiluddin, Zainuri M, Wahyudi SR. 2012. Analisis Kandungan Gizi dan Logam
Berat Ikan Belanak (Mugil sp.) di Sekitar Perairan Socah. Jurnal Kelautan
5(2): 132-141.
Hakim AL. 2016. Bioakumulasi Logam Berat Kadmium (Cd) Pada Udang Windu
(Panaeus monodon) di Tambak Tradisional Kecamatan Jabon Kabupaten
Sidoarjo [skripsi]. Surabaya (ID): Unversitas Airlangga
Harahap H. 2004. Pengaruh Pencemaran Timbal dari Kendaraan Bermotor dan
Tanah Terhadap Tanaman dan Muti Teh [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Harahap ARI. 2015. Penentuan Kadar Ion Besi (Fe3+), Kadmium (Cd2+), dan Seng
(Zn2+) Pada Air Minum Desa Sukatendel, Desa Surbakti, Dan Desa Ndokum
Siroga Kabupaten Karo Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA) [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Hardianti R, Anita S, Hanifa TA. 2017. Analisis Logam Berat Timbal (II)
Kadmium (II) Dan Kromium (VI) Pada Kerang Bulu (Anadara antiquata
sp) Di Perairan Dumai [laporan penelitian]. Pekanbaru (ID): Universitas
Riau.
Hardinawati. 2017. Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Hati,
Daging dan Kulit Ikan Baronang Di Pulau Lae-Lae [skripsi]. Makasar (ID):
Universitas Islam Negeri Alauddin.
Harlia E, Astuti Y, Marlina ET. 2010. Deteksi Logam Berat Kadmium (Cd) dalam
Hati Ayam Buras dan Upaya Reduksi secara Fisik (Penggorengan) dan
Kimiawi (Pengginaan Filtrat Belimbing Wuluh). Lokakarya Nasional
Keamanan Pangan Produk Peternakan. Bandung (ID): Universitas
Padjadjaran.
49

Harlia E, Suryanto D, Astuti Y, Marlina W, Hamdani RB. 2016. Deteksi Logam


Berat Plumbum dan Kadmium pada Hati Kelinci [laporan penelitian].
Bandung (ID): Universitas Padjadjaran.
Harsojo, Chairul SM. 2011. Kandungan Mikroba Patogen, Residu Insektisida
Organofosfat dan Logam Berat dalam Sayuran. Ecolab 5(2): 89-96. Jakarta
(ID): Badan Tenaga Nuklir Nasional. Jurnal Ilmiah PANNMED 8(3).
Medan (ID): Kementrian Kesehatan Kota Medan.
Harsojo, Darsono. 2013. Studi Kandungan Logam Berat Dan Mikroba Pada Air
Minum Isi Ulang. Jurnal Ecolan 8(2): 53-96.
Harteman E. 2012. Akumulasi Logam Berat dan Efeknya Terhadap Morfologi
Tulang Sirip Keras Ikan Sembilang (Plotosus canius Web & Bia) di Muara
Sungai Kahayan dan Katingan Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmu Hewani
Tropika 1(2): 71-77.
Harteman E, Aunurafik. 2013. Deteksi Timbal (Pb), Kadmium (Cd) Dalam Ikan
Kelabau (Osteochilus melanopleura Bleeker), Ikan Seluang (Rasbora
argyrotaenia Bleeker) dan Ikan Baung (Mystus nemurus C&V) Dari Pasar
Induk Kota Palangka Raya Indonesia. Jurnal Ilmu Hewani Tropika 2(2): 83-
89.
Hartini E. 2011. Kadar Plumbum (Pb) dalam Umbi Bawang Merah di Kecamatan
Kersana Kabupaten Brebes. Jurnal Viskes 10(1): 69-75.
Haruru H. 2013. Analisis Kandungan Logam Berat di Perairan Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Ujong Baroh Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat. Aceh (ID): Universita Teuku Umar.
Hasan S, Natsir A, Ako A, Zakaria FR. 2014. Pengujian dan Evaluasi
Kontaminasi Logam Berat pada Daging dan Organ Tubuh Sapi yang
Dipelihara pada Lahan Pasca Tambang PT. Inco Sorowako. Seminar
Nasional Peternakan Uiversitas Hasanuddin. Makasar (ID): Universitas
Hasanuddin.
Hasibuan R, Hasan W, Naria E. 2012. Analisa Kandungan Timbal (Pb) Pada
Minyak Sebelum dan Sesudah Penggorengan yang Digunakan Pedagang
Gorengan Sekitar Kawasan Traffic Light Kota Medan Tahun 2012 [laporan
penelitian]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Hasibuan DE. 2013. Pemeriksaan Kandungan Timbal dan Kadmium pada Hati
Ayam Buras dan Hati Ayam Ras secara Spektrofotometri Serapan Atom.
[skripsi]. Medan (ID): Universitas Negeri Sumatera Utara.
Hasibuan P. 2016. Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb), Besi (Fe) dan
pH Pada Air Sumur Gali di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sampah Desa Marelan Pulau Nibung Kota Medan [skripsi]. Medan (ID):
Universitas Negeri Medan.
Hasnan M. 2016. Key Finding of Recent Food Consumption and Nutrion Surveys
in ASEAN: Malaysian Adult Nutrition Survey. Symposium on Dietary
Intake. Singapore: ILSI
Hasrat, Jamaluddin, Ibrahim N. 2014. Analisis Logam Timbal (Pb) Pada Ikan
Petek (Leiognathus sp.) dan Ikan Teri (Stelophorus sp.) di Kawasan Laut
Teluk Palu Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Onlinr Jurnal of
Natural Science 3(3): 230-238.
Herni. 2011. Analisis Cemaran Logam Berat Seng ( Zn) Dan Timbal (Pb) Pada
Tiram Bakau (Crassostrea cucullata) Asal Kabupaten Takalar Dengan
50

Metode Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) [skripsi]. Makasar (ID):


Universitas Islam Negeri Alauddin.
Hidayati I. 2005. Kadar Logam Cd (Kadmium) dalam Daging Kerang Thokthok
(Geloina erosa), Air, dan Sedimen Mangrove di Segara Anakan Cilacap
[laporan penelitian]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Hulu ERS. 2016. Analisis Timbal, Kadmium dan Tembaga pada Pokchoi
(Brassica rapa L.) yang Diperoleh dari Lahan Hasil Pertanian Sekitar
Gunung Sinabung secara Spektrofotometri Serapan Atom [skripsi]. Medan
(ID): Universitas Sumatera Utara.
Hutagalung HP dan A Rozak. 1997. Metode Analisis Air Laut Sedimen dan Biota.
Jakarta: LIPI.
Imron M. 2017. Konsentrasi Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kerang Pisau (Solen
sp) DI Kecamatan Modung Kabupaten Bangkalan [skripsi]. Semarang (ID):
Universitas Trunojoyo.
[IPH] Institute for Public Health. 2014. Food Consumption Statistic of Malaysia.
National Health and Morbidity Survey 2014: Malaysia Adult Nutrition
Survey Volume 3. Kuala Lumpur (MY): IPH
Irfandi A, Ashar T, Chahaya I. 2013. Analisis Kandungan Kadmium (Cd) dan
Timbal (Pb) Pada Air Sumur Gali Penduduk Di Sekitar Industri Daur Ulang
Aki dan Gangguan Kesehatan Pada Masyarakat Desa Bandar Khalipah
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013 [laporan penelitian]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Irmawati I. 2011. Kajian Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu)
Pada Benih Ikan Nilai (Oreochromis niloticus) Serta Kualitas Air Di Satker
Pbiat Janti Klaten [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Irsan PR. 2016. Hubungan Kadar Kadmium (Cd) Pada Air Sumur Dengan
Tekanan Darah Masyarakat di Desa Namo Bintang Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2016 [tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Irawan B, Amin B, Thamrin. 2013. Analisis Kandungan Logam berat Cu, Pb dan
Zn pada Air, Sedimen dan Bivalvia di perairan Pantai Utara Pulau
Bengkalis. Dinamika Lingkungan Indonesia 2(1): 40-51.
Ismarti, Amelia F, Ramses. 2015. Kandungan Logam Berat Pb dan Cd Pada
Sedimen Dan Kerang Di Perairan Batam [laporan penelitian]. Pekanbaru
(ID): Universitas Riau.
Jaishankar M, Tseten T, Anbalagan N, Mathew B.B, dan Beeregowda K.N. 2014.
Toxicity, mechanism and health effects of some heavy metals. Interdiscip
toxicol 7(2):60-72. India: Sapthagiri College of Engineering.
Jakfat. 2013. Deteksi Logam Timbal pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di
Sepanjang Sungai Kalimas Surabaya [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas
Airlangga.
Jalaluddin MN, Ambeng. 2005. Analisis Logam Berat (PB, Cd dan Ce) pada
Kerang Laut (Hiatula chinensis, Anadara granosa dan Marcia optima).
Marine Chimica Acta 6(2): 17-20.
Jalius. 2008. Bioakumulasi Logam Berat dan Pengaruhnya terhadap
Gametogenesis Kerang Hijau Perna Viridis: Studi Kasus di Teluk Jakarta,
Teluk Banten dan Teluk Lada [disertasi]. Bogor (ID): IPB.
51

Jigam AA.Dauda BEN, Jimoh T, Yusuf HN, Umar ZT. 2011. Determination of
Copper, Zinc, Lead and Some Biochemical Parameters in Fresh Cow Milk
from Different Locations in Niger State, Nigeria. African Journal of Food
Scirnce 5(3): 156-160.
Johari HS. 2009. Analisis Pencemaran Logam Berat Cu, Cd dan Pb Di Perairan
Kabupaten Seribu Provinsi DKI Jakarta [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Jouhadi Z, Bensabbahia S, Chafiq F, Oukkache B, Guebessi NB, Abdellah EA,
Najib J. 2016. Lead Poisioning in Children: A Case Report. PanAfrican
Medical Journal 24(316). doi:10.11604/pamj.2016.24.316.10352.
Jumiati. 2017. Akumulasi Logam Timbal (Pb) Pada Tiram Crassostrea sp. dan
Hubungannya dengan Parameter Lingkungan Laut di Perairan Kecamatan
Barru Kabupaten Barru [skripsi]. Makasar (ID): Universitas Hasanuddin.
Kafiar FP. 2013. Analisa Pencemaran Bahan Toksik Timbal (Pb) dan Kadmium
(Cd) pada Ternak Sapi Potong di Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
Sampah Putri Cempo Surakarta [tesis]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas
Maret.
Karmila S. 2011. Kandungan Mineral, Vitamin A, B12, dan Komponen Bioaktif
Sotong (Sepia recurvirostra) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Katipana DD. 2015. Uji Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Kangkung
Air (Ipomea aqutica F) di Kampus UNPATTI POKA. Jurnal Biopendix
1(2): 143-149. Ambon (ID): Universitas Pattimura,
Kartini AN. 2011. Analisis Kandungan Seng dan Timbal Dalam Susu Kental
Manis Kemasan Kaleng Secara Spektrofotometri Serapan Atom [skripsi].
Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta.
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2014a. Survey Konsummsi Makanan
Individu. Buku Studi Diet Total: Survei Konsumsi Makanan Individu
Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbitan Litbangkes.
[Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2014b. Analisis Cemaran Kimia Makanan.
Buku Studi Diet Total: Analisis Cemaran Kimia Makanan. Jakarta (ID):
Lembaga Penerbitan Litbangkes.
Kesuma L. 2016. Analisis Cemaran Timbal, Kadmium dan Tembaga Pada Es
Balok Secara Spektrofotometri Serapan Atom [skripsi]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Khaisar O. 2006. Kandungan Timah Hitam (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam Air,
Sedimen dan Bioakumulasi serta Respon Histopatologis Organ Ilkan Alu-
Alu (Sphyraena barracuda) di Perairan Teluk Jakarta [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Khalifa MA. 2014. Kondisi Habitat dan Kehidupan Pesut (Orcaella brevirostris)
Di Teluk Banten [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Komala R. 2010. Analisis Ekobiologi Sebagai Dasar Pengelolaan Sumberdaya
Kerang Darah (Anadara Granosa) di Teluk Lada Perairan Selat Sunda
[disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
52

Komari N, Irawati U, Novita E. 2013. Kandungan Kadmium dan Seng pada Ikan
Baung (Hemibagrus nemurus) di Perairan Trisakti Banjarmasin Kalimantan
Selatan. Jurnal Sains dan Terapan Kimia 7(1): 42-49.
Kulsum U. 2012. Kandunga Logam Berat Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr)
Sera Protein Kerang Air Tawar (Anadonta woodiana Lea.) di Satker PBIAT
Janti Klaten [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Kuntoro B, Maheswari RRA, Nuraini H. 2012. Analisa Cemaran Residu Logam
Berat dan Residu Pestisida Organofosfat pada Daging, Hati dan Ginjal Sapi.
Jurnal Peternakan 9(2): 55-67.
Kusuma I. 2014. Kandungan Logam Berat Pb, Cu, Cd, dan Hg Pada Kerang
Darah Anadara granosa (Linnaeus, 1758) Di Perairan Pesisir Kabupaten
Tangerang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kusumaningrum HP, Herusugondo, Zainuri M, Raharjo B. 2012. Analisis
Kandungan Kadmium (Cd) dalam Tanaman Bawang Merah dari Tegal.
Jurnal Sains dan Matematika 20(4): 98-102.
Kusumaningtiyas F. 2015. Kandungan Logam Berat Kadmiym (Cd) Pada Ikan
Nila (Oreochromis niloticus), Air dan Sedimen Serta Kualitas Air Di Rowo
Jombor Klaten [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.
Kwon YM, Lee HS, Yoon DC, Kim CH, Kim GS, Kim JA,…, Choi DW. 2009.
Dietary Exposure and Risk Assessment of Mercury from the Korean Total
Diet Study. Journal Toxicology and Environmental Health A(72): 21-22.
doi: 10.1080/15287390903213061.
Lahati S, Hartoko A, Haeruddin, Suprapto D. 2016. Biokonsentrasi Logam
Plumbum (Pb) Pada Berbagai Ukuran Panjang Cangkang Kerang Hijau
(Perna viridis) Dari Perairan Teluk Semarang. Prosiding Seminar Nasional
Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI. Semarang (ID):
Universitas Diponegoro.
Laili R. 2016. Penentuan Kadar Logam Timbal (Pb) dalam Kangkung secara
Spektroskopi Serapan Atom (SSA) dengan Variasi Metode Destruksi Basah
dan Zat Pengoksidasi [skripsi]. Malang (ID): Universita Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.
Lanphear BP, Dietrich KM, Auinger P, Cox C. 2000. Cognitive deficits associated
with blood lead concentrations < 10 microg/dL in US children and
adolescents. Public Health Rep. 9: 115-521.
Lestari AP, Utami PU, Rahayu WS. 2010. Identifikasi Cemaran Timbal pada
Wortel (Dautus carota L.) Organik dan Anorganik dengan Metode
Spektrifotometri Serapan Atom. Jurnal Pharmacy 7(3): 84-92. Purwokerto
(ID): Universitas Muhamadiyah Purwokerto.
Lindawanti. 2017. Absorbsi Logam Berat Kadmium (Cd) Pada Cumi-Cumi
(Loligo sp) di Pulau Lae-Lae [skripsi]. Makasar (ID): Universitas Islam
Negeri Alauddin.
Liu P, Wang CN, Song XY, Wu YN. 2010. Dietary intake of lead and cadmium
by children and adults – Result calculated from dietary recall and available
lead/cadmium level in food in comparison to result from food duplicate diet
method. Internasional Jurnal of Hygiene and Environmental Health 213(6)
hal. 450-457. doi: 10.1016/j.ijheh.2010.07.002.
53

Lubis H, Aman C. 2008. Pemeriksaan Kanungan Logam Merkuri, Timbal dan


Kadmium dalam Daging Rajungan Segar yang Berasal dari TPI Gabion
Belawan Secara Spectrofotometri Serapan Atom.
Lubis PSM. 2015. Analisis Kandungan Cadmium (Cd), Timbal (Pb) dan
Formaldehid pada Beberapa Ikan Segar dii KUB (Kelompok Usaha
Bersama) Belawan, Kecamatan Medan Belawan Tahun 2015 [skripsi].
Medan (ID): Universitas Sumatera Utara. Majalah Kedokteran Nusantara
41(1): 39-47.
Lubis RA. 2015. Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu ), Besi
(Fe) dan Seng (Zn) Pada Air Minum Yang Berasal Dari Sumur Bor Desa
Surbakti Gunung Sinabung Kabupaten Karo Dengan Metode
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) [skripsi]. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Luzzi A F. 2002. Individual Food Intake Survey Methods [Internet]. [diacu 2016
Mei 9]. Tersedia dari:
http://www.fao.org/docrep/005/Y4249E/y4249e0a.htm
Madusari BD, Pranggono H, Linayati. 2016. Analisis Kandungan Timbal (Pb),
Cadmium (Cd) pada Air dan Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Tambak
Kota dan Kabupaten Pekalongan. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Ke-
V Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan. Semarang (ID):
Universitas Diponegoro.
Magdianto AC. 2017. Analisis Kadar Timbal (Pb) dan Perilaku Pedagang
Tehadap Pengolahan Siput Langkitang (Fannus ater) yang Dijual di
Kelurahab Rimbo Kaluang Kecamatan Padang Barat Kota Padang Tahun
2017 [skripsi]. Medan (ID): Ubiversitas Sumatera Utara.
Mahalina W, Tjandrakirana, Purnomo T. 2016. Analisis Kandungan Logam Berat
Timbal (Pb) dalam Ikan Nilq (Oreochromis niloticus) yang Hidup di Sungai
Kali Tengah Sidoarjo. Jurnal Lentera Bio 5(1): 43-47.
Mahrina M. 2012. Pengaruh Lokasi Penanaman terhadap Kandungan Timbal dan
Kadmium dalam Ubi Kayu (Manihot utilisima Pohl) di Kota Medan secara
Spektrofotometri Serapan Atom [skripsi]. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Mandyah L. 2012. Analisis Kandungan Kadmium (Cd) pada Ikan Bandeng dan
Keluhan Kesehatan Konsumen di Kecamatan Manyar Kabupaten Gersik
[skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Manggara AB, Prasongko ET. 2015. Analisis Timbal (Pb) pada Ikan Nila Merah
(Oreochromis sp) di Keramba Apung Sungai Brantas Semampir Kediri.
Jurnal Wiyata 2(2): 141-145.
Mardiyono, Hidayati N. 2009. Analisis Kandungan Tembaga (Cu) dan Timbal
(Pb) dalam Beberapa Produk Sayuran Kacang-Kacangan Kaleng secara
Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Biomedika 2(1). Surakarta (ID):
Universitas Setia Budi.
Mardiyono, Hidayati N. 2012. Analisis Kandungan Timah (Sn) dan Kromium
(Cr) dalam Beberapa Produk Sayuran Kacang-Kacangan Kaleng secara
Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Biomedika 5. Surakarta (ID):
Universitas Setia Budi.
54

Marisa. 2012. Penetapan Kadar Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) Pada Garam Yang
Beredar Dipasaran Secara Spektrofotometri Serapan Atom [skripsi]. Medan
(ID): Universitas Sumatera Utara.
Martuti NKT, Sanjivanie HA, Ngabekti S. 2016. Bioakumulasi Kadmium Pada
Ikan Bandeng di Tambak Dukuh Tapak Semarang. Jurnal MIPA 38(2): 92-
97.
Marwah RA, Supriharyono, Haeruddin. 20015. Analisis Konsentrasi Kadmium
(Cd) dan Timbal (Pb) pada Air dan Ikan dari Perairan Sungai Wakak
Kendal. Diponegoro Journal of Maquares 4(3): 37-41.
Melisa R, Basyuni M, Budiyulianto E. 2015. Analisis Kandungan Kadmium (Cd)
dan Timbal (Pb) Pada Air, Sedimen Dan Kerang Bulu (Anadara antiquata)
Di Perairan Pesisir Belawan Provinsi Sumatera Utara [laporan penelitian].
Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Micha R, Khatibzadeh S, Shi P, Andrews KG, Engell RE, Mozaffarian D. 2015.
Global, Regional and National Consumption of Major Food Groups In 1990
and 2010: A Systematic Analysis Including 266 Country-Specific Nutrition
Surveys Worldwide. BMJ Open. doi:10.1136/bmjopen-2015-008705.
Misgiyarta, Usmiati S. 2005. Status Tingkat Cemaran Logam Berat Pada Susu
Segar di Beberapa KUD di Jawa Barat. Seminar Nasional Prospek Industri
Sapi Perah Menuju Perdagangan Bebas 2020 308-315.
Misno, Nirmala A, Winardi. 2014. Kajian Penyebaran Limbah Logam Berat
Mangan (Mn) dan Timbal (Pb) Pada Air Tanah Bebas di Tempat
Pemrosesan Akhir (Tpa) Sampah Di Batu Layang Kota Pontianak [laporan
penelitian]. Pontianak (ID): UNTAN.
Muawanah, Sari N, Triana AK, Hendrianto. 2005. Kandungan Logam Berat Hg,
Pb, Cu dan Cd pada Kerang Darah (anadara granosa) di Perairan Teluk
Hurun Lampung Selatan. Buletin Teknik Litkayasa Akuakultur 4(2): 31-32.
Muhajir A. 2016. Studi Kandungan Logam Berat Kadmiym (Cd) Pada Kerang
Darah (Anadara granosa) Dari Beberapa Pasar Kota Malang [skripsi].
Malang (ID): Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Mulyani R. 2011. Kajian Mutu Produk Susu Pasteurisasi di Unit Pengolahan Susu
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Murtini JT, Ariyani F. 2005. Kandungan Logam Berat Kerang Darah (Anadara
granosa) dan Kualitas Perairan di Tanjung Pasir Jawa Barat. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia 11(8): 39-45.
Murtini JT, Paranginangin R. 2006. Kandungan Logam pada Kerang Kepah
(Meritrix meritrix) dan Air Laut di Perairan Banjarmasin. Jurnal Perikanan
VIII(2): 177-184.
Muslimah H. 2013. Akumulasi Logam Berat Pb, Cd, dan Hg Pada Kerang Bulu
(Anadara antiquata) dan Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan
Pantai Lekok Kabupaten Pasuruan [skripsi]. Malang (ID): Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Muzdaleni. 2011. Analisa Kandungan Logam Beray Pb dan Fe Dengan Metode
Spektrofotometri Serapa Atom Terhadap Ikan Sardine di Pekanbaru
[skripsi]. Pekanbaru (ID): Universitas Islam Negeru Sultan Syarif Kasim.
Naimin N. 2014. Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Kerang Darah (Anadara
granosa) Di Perairan Teluk Bone (Kab. Sinjai) Dengan Menggunakan
55

Metode Spektrofotometer Serapan Atom [skripsi]. Makasar (ID):


Universitas Islam Negeri Alauddin.
Nangkiawa TK, Detha AIR. Ndaong NA. 2015. Identifikasi Kandungan Logam
Berat Kadmium (Cd) pada Sapi Potong yang Dipelihara di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Kecamatan Alak, Kota Kupang. Jurnal Kajian
Veteriner 3(1): 53-61.
Narasiang AA, Lasut MT, Kawung NJ. 2015. Akumulasi Merkuri (Hg) pada Ikan
di Teluk Manado. Jurnal Pesisir dan Laut Tropis 1(1): 8-14.
Nasution N. 2007. Pemeriksaan Cemaran Logam Berat Pb, Cd, Cu, dan Zn Dalam
Daging Rajungan, Ketam Batu, Dan Lokan Segar yang Berasal dari Perairan
Belawan Secara Spektrofotometri Serapan Atom [skripsi]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Nasution BM. 2009. Penetapan Kadar Timbal dan Kadmium dalam Madu Tak
Bermerek Secara Spektrofotometri Serapan Atom [skripsi]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Nasution S. 2011. Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) dan Tembaga (Cu)
pada Sedimen dan Siput Strombus canarium Pantai Pulau Bintan. Jurnal
Natur Indonesia 13(3): 262-268.
Nasution S, Siaka M. 2011. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Sedimen
dan Siput Strombus Canarium di Perairan Pantai Pulau Bintan. Jurnal Ilmu
Lingkungan 5(2): 82-93.
Nasution SB. 2014. Analisa Kadar Timbal pada Sayuran Kubis (Brassica
oleracea L.var.capitata L) yang Ditana di Pinggir Jalan Tanah Karo
Brastagi. Jurnal Ilmiah PANMED 8(3): 291-298.
Natipu WT. 2012. Analisis Kandungan Logam Berat Pb, Cd, dan Cu Pada
Bandeng, Belanak, dan Udang Di Kawasan Silvofishery Blanakan Subang
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nisa NN. 2017. Analisis Kandungan Besi, Seng, Tembaga dan Timbal pada Biji
Melinjo (Gnetum gnemon L.) Segar dan Emping secara Spektrofotometri
Serapan Atom [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Nelvia. 2012. Akumulasi Logam Berat dan Respon Tanaman Padi terhadap
Ameliorasi Gambut dengan Dregs [laporan penelitian]. Riau (ID):
Universitas Riau.
Ningrum PY. 2006. Kandungan Logam Berat (Pb) Serta Struktur Mikroanatomi
Brachiam, Hepar dan Musculus Ikan Belanak (Mugil cephalus) di Perairan
Cilacap [skripsi]. Surakarta (ID): Univeritas Sebelas Maret.
Ningsih FN, Afkar Z, Rizal B. 2013. Analisis Tembaga (Cu) dan Timah (Sn)
dalam Jagung (Zea mays L.) Kemasan Kaleng secara Spektrofotometri
Serapan Atom. Periodic 2 (2). Padang (ID): Universitas Negeri Padang.
Nisurahman A. 2014. Kandungan Logam Berat (Hg, Cd, Pb, Cu) Pada Ikan
Barakuda Sphyraena jello (Cuvier, 1829) di Perairan Pesisir Kabupaten
Tangerang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Notodarmojo S. 2005. Pencemaran air dan air tanah. Bandung (ID): Institut
Teknologi Bandung.
Noegrohati S. 2005. Assessment of Possible Indirect Risk of Naturally Occuring
Mercury And Cadmium Through Mugil sp. and Geloina sp. Consumption in
Segara Anakan Estuarine Ecosystem. Indo J Chem 5(2): 135-142.
56

Noegrohati S. 2005. Heavy Metals Bioaccumulation Pattern od Bivalve Geloina


spp. and Crustaceans Panaeus marguensis and Scylla serrata from the
Southern Central Java Ocean Margin and Its Consumer’s Safety. Indonesian
Food and Nutrition Progress 12(1): 37-46.
Novita E, Irawati U, Komari N. 2014. Kandungan Kadmium (Cd) dan Seng (Zn)
pada Ikan Baung (Hemibagrus nemurus) di Perairan Trisakti Banjarmasin.
Jurnal Sains dan Terapan Kimia 8(2): 69-79.
Nur F, Karneli. 2015. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kerang Kima
Sisik (Tridacna squmosa) di Sekitar Pelabuhan Feri Bira. Prosiding
Seminar Nasional Mikrobiologi Kesehatan dan Lingkungan. Makasar (ID):
Universitas Islam Negeri Alauddin.
Nuraunu, Iqbal, Sabhan. 2015. Analisis Logam Berat Dalam Air Minum Isi Ulang
(AMIU) Dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).
Juurnal Gravitasi 14(1): 36-43.
Nurfitriani S. 2017. Bioakumulasi Logam Berat Timbel (Pb) Pada Ikan Nila (
Oreochromis niloticus Linn. ) Di Tambak Sekitar Muara Sungai Pangkajene
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) [skripsi]. Makasar (ID):
Universitas Hasanuddin.
Nurjanah, Jacoeb AM, Fetrisia RG. 2013. Komposisi Kimia Kerang Pisau (Solens
spp.) dari Pantai Kejawanan Cirebon Jawa Barat. Jurnal Pengolahan Hasil
Perikanan Indonesia 16(1): 22-32.
Nurjana, Jacoeb AM, Asren SM, Hidayat T. 2015. Minerals and Heavy Metals of
Banna Puffer Fish from Sea of Region Gebang, Cirebon, West Java. Journal
of Agricultural Science and Engineering 1(1): 28-33.
Nurrachim I, Amin B, Habibi MN. 2011. Bioakumulasi Logam Cd, Cu, Pb dan Zn
pada Beberapa Bagian Tubuh Ikan Gulama (Sciena russelli) dari Perikanan
Dumai Riau. Maspari Journal 2(2011):1-10.
Nurulhuda R. 2013. Studi Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Ikan,
Krustasea dan Moluska di Pantai Utara Bangkalan, Madura [skripsi].
Pekanbaru (ID): Universitas Riau.
O’Reilly SB, McCarty KM, Steckling N, Lettmeier B. 2010. Mercury Exposure
and Children’s Health. Current Problem in Pediatric and Adolescent Health
Care 40(8): 186-215. doi: 10.1016/j.cppeds.2010.07.002.
Oyhman ZAA. 2010. Lead Contamination in Selected Foods from Riyadh City
Market and Estimation of the Daily Intake. Molecules 15: 7482-7487.
doi:10.3390/molecules15107482.
Pamungkas BS. 2013. Kandungan Timbal (Pb) dan Khromium (Cr) Pada Air dan
Ikan Nilai (Oreochromis niloticus) di Kolam Eks Tambang Batubara Desa
Petangis Kabupaten Paser Kalimantan Timur. Jurnal Wahana Bio 9(1): 77-
97.
Pamungkasari YPR. 2013. Kajian Kadar dan Sebaran Logam Berat Timbal pada
Daging, Hati dan Ginjal Sapi Potong [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Paputungan SA, Lukun A, Bianlangi N. 2011. Analisis Logam Timbal (Pb) dalam
Produk Sayur Kacang Polong Kemasan Kaleng secara Spektrofotomwtri
Serapan Atom. Jurnal Entropi 6(2): 121-240. Gorontalo (ID): Universitas
Gorontalo.
57

Pardi A, Raza’i TS, Viruly L. 2014. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada
Udang Putih (Penaeus merguiensis) Berdasarkan Tempat Penangkapan
Nelayan di Teluk Tanjungpinang Kepulauan Riau [skripsi]. Tanjungpinang
(ID): Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Parinduri BAK. 2016. Analisis Logam Timbal (Pb) dan Timah (Sn) Pada
Minuman Beralkohol Dengan Menggunakan Spektrofotometer Serapan
Atom. [Tugas Akhir]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Pasaribu IH. 2005. Kadar Timbal (Pb) pada Beberapa Tanaman Sayuran Sebelum
dan Sesudah Dimasak di Kota Medan dan Brastagi Tahun 2004 [skripsi].
Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Pasaribu R. 2011. Penentuan Kadar Logam Cadmium(Cd), Tembaga(Cu),
Crom(Cr), Besi(Fe), Nikel(Ni), Dan Zinkum (Zn) dari Beberapa Jenis
Kerang Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Pasaribu YN. 2016. Analisis Kandungan Timbal (Pb) Pada Permen dan Bungkus
Permen Yang Sering Dikonsumsi Oleh Anak-Anak Kecil Secara
Spektroskopi Serapan Atom (SSA) [skripsi]. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Partogi MA, Purnomo PW, Suryanti. 2014. Distribusi Logam Berat Timbal (Pb)
dan Cadmium (Cd) di Sedimen, Air dan Bivalvia di Lingkungan Muara
Sungai Wiso Jepara. Diponegoro Journal of Maquares 3(4): 92-101.
Paundanan M, Riani E, Anwar S. 2015. Kontaminasi Logam Berat Merkuri (Hg)
Dan Timbal (Pb) Pada Air, Sedimen dan Ikan Selar Tetengkek (Megalaspis
cordyla L) di Teluk Palu Sulawesi Tengah. Jurnal Pengolahan Suberdaya
Alam dan Lingkungan 5(2): 161-168. doi: 10.19081/jpsl.5.2.161.
Payung FL, Ruslan, Birawada AB. 2013. Studi Kandungan Dan Distribusi Spasial
Logam Berat Timbal (Pb) Pada Sedimen Dan Kerang (Anadara Sp) Di
Wilayah Pesisir Kota Makassar [laporan penelitian]. Makasar (ID):
Universitas Hasanuddin.
Pertiwi PC, Yusuf W, Jati DR. 2015. Akumulasi Logam Berat Timbal (Pb) pada
Tanaman Kangkung Air (Ipomea aquatic) yang Tumbuh di TPA Sampah
Batu Layang Pontianak. Jurnal Mahasiswa Teknik Lingkungan UNTAN.
Pontianak (ID): Universitas Tanjungpura.
Prabowo R, Purwanto, Sunoko HR. 2016. Akumulasi Cadmium (Cd) Pada Ikan
Wader Merah (Puntius bramoides C.V) di Sungai Kaligarang. Jurnal MIPA
39(1): 1-10.
Pratama AG, Pribadi R, Maslukah L. 2012. Kandungan Logam Berat Pb dan Fe
pada Air, Sedimen, dan Kerang Hijau (Perna viridis) Di Sungai Tapak
kelurahan Tugurejo Kecamatan Tugu Kota Semarang. Journal of Marine
Research 1(1): 118-122.
Prawita A, Murnitasari D, Daemawati A. 2008. Kandungan Logam Berat Timbal
(Pb), Kadmium (Cd), dan Tembaga (Cu) dalam air Kali Wonokromo.
Majalah Farmasi Airlangga 6(1): 29-31.
Priandoko DA, Parwanayoni NMS, Sundra IK. 2013. Kandungan Logam Berat
(Pb dan Cd) pada Sawi Hijau (Brassica rapa l. Subsp. Perviridis bailey) dan
Wortel (Daucus carrota L. Var. Sativa hoffin) yang Beredar di Pasar Kota
Denpasar. Jurnal Simbiosis 1(1): 9-20. Denpasar (ID): Universitas Udayana.
58

Priansyah Z, Amin B, Nedi S. 2012. The Content Of Heavy Metals Pb, Cu, Zn On
Several Types Of Mollusks In Waters Concong Luar Indragiri Hilir district
of Riau province [laporan penelitian]. Pekanbaru (ID): Universitas Riau.
Priatna DE, Purnomo T, Kuswanti N. 2016. Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada
Air dan Ikan Bader (Barbonymus gonionotus) di Sungai Brantas Wilayah
Mojokerto. Jurnal Lentera Bio 5(1): 48-53.
Prillya LT. 2016. Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd), Tembaga (Cu), dan
Zink (Zn) di Dalam Produk Ikan Tuna Kemasan Kaleng Berdasarkan Waktu
Penyimpanan dengan Metode SpektrofotometriSerapan Atom (SSA)
[skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Priyanto N, Murtini JT. 2006. Kandungan Logam Berat pada Ikan yang Ditangkap
dari Muara Sungai Kahayan Kalimantan Tengah. Jurnal Pascapanen dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 1(2): 135-141.
Priyanto N, Dwiyitno, Ariyani F. 2008. Kandungan Logam Berat (Hg, Pb, Cd,
Dan Cu) pada Ikan, Air, dan Sedimen Di Waduk Cirata, Jawa Barat. Jurnal
Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan 3(1): 69-78.
Putra C, Siregae YI, Anita S. 2012. Kandungan Logam Beratkadmium (Cd) dan
Timbal (Pb) Pada Sedimen, Air dan Ikan Tembakul (Periophthalmus sp) Di
Perairan Dumai [laporan penelitian]. Pekanbaru (ID): Universitas Riau.
Putra PDS, Sulistiyani, Budiyono. 2016. Analisis Risiko Kandungan Timah Hitam
(Pb) pada Ikan Belanak di Sungai Tapak Kota Semarang. Jurnal Kesehatan
Masyarakat 4(5): 85-93.
Putra RT. 2014. Perbedaan Jarak Terhadap Kandungan Logam Berat Timbal (Pb)
pada Bandeng (Chanos chanos) dan Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) di Tambak Sekitar Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Kupang
Jabon Sidoarjo [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Purba C, Ridlo A, Suprijanto J. 2014. Kandungan Logam Berat Cd pada Air,
Sedimen dan Daging Kerang Hijau (Perna Viridis) di Perairan Tanjung Mas
Semarang Utara. Journal of Marine Research 3(3): 285-293.
Purbonegoro T. 2014. Kajian Pencemaran Logam Berat (Hg, Cd, dan Pb) Di
Perairan Muara Kapuas Kalimantan Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Purnama A. 2014. Risiko Kontaminasi Logam Berat pada Daging Sapi yang
Merumput dan Hidup di Areal Revegetasi Tambang [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Putri FI. 2010. Kandungan Logam Berat Hg, Cd, dan Pb Pada Kerang Darah
(Anadara granosa) Di Perairan Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang Banten
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Putri WAE, Purwiyanto AIS. 2016. Cu dan Pb Dalam Ikan Juaro (Pangasius
polyuronodon) dan Sembilang (Paraplotosus albilabris) yang Tertangkap
Di Sungai Musi Bagian Hilir Sumatera Selatan. Prosiding Seminar Nasional
Hasil-Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan ke-VI. Palembang (ID):
Universitas Sriwijaya.
Rachmansyah, Tonnek S, Makmur, Kamaruddin, Atmomarsono M. 2005.
Distribusi Logam Berat Merkuri (Hg) di Kawasa Pesisir Teluk Ratatotok
Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara. Jurnal Penelitian Perikanan 11(5):
95-107.
59

Rachmawa AF. 2015. Analisis Logam Berat Timbal (Pb) Pada Kerang Kepah
(Polymesoda erosa) Di Perairan Kamal Kabupaten Bangkalan [skripsi].
Semarang (ID): Universitas Trunojoyo.
Rahmadani R. 2017. Kajian Kandungan Beberapa Logam Berat Pada Ikan
Kembung (Rastreliger kanagurta) di Pesisir Teluk Lampung Secara
Spektofotometru Serapan Atom [skripsi]. Lampung (ID): Universitas
Lampung.
Rahman A, Masmitra KD, Nurliani A. 2016. Analisis Kandungan Merkuri (Hg)
pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus L.) Budidaya Keramba di Sekirar
Waduk Riam Kanan Kecamatan Aranio. Biodidaktika 11(2): 66-76.
Radyid R, Humairah, Zulharmitta. 2013. Analisis Kadmium (Cd), Seng (Zn) dan
Timbal (Pb) Pada Susu Kental Manis Kemasan Kaleng Secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Jurnal Farmasi Higea 5(1): 62-71.
Rambe H. 2012. Analisa Kadar Timbal (Pb) Pada Air Reservoir Sunggal Di Pdam
Tirtanadi Provinsi Sumatra Utara [karya ilmiah]. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Resti A. 2016. Penentuan Kadar Logam Timbal (Pb) pada Duan Bayam
(Amaranthus spp.) Menggunakan Destruksi Basah secara Spektroskopi
Serapan Atom (SSA [skripsi]. Malang (ID): Universita Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim.
Reuben A, Caspi A, Belsky W, Broadbent K, Harrington H, Sugden K, Houts
RM, Ramrakha S, Paulton R, Moffitt TE. 2017. Association of Childhood
Blood Lead Levels with Cognitive Function and Socioeconomic Status at
Age 38 Years and With IQ Change and Socioeconomic Mobility Between
Childhoof anf Adulthood. The Journal of the American Medical Association
317(12):1244-1251. doi: 10.1001/jama.2017.1712.
Ritonga NI. 2010. Analisis Kadar Unsur Nikel (Ni), Kadmium (Cd) dan
Magnesium (Mg) Dalam Air Minum Kemasan Dengan Metode
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) [skripsi]. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Rohmah NAA. 2017. Analisis Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) Pada
Daging Ikan Keting (Mytus nigriceps) di Perairan Sekitar Muara Sungai
Ketingan Siduarjo Jawa Timur [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas
Airlangga.
Rulliadi. 2015. Deteksi Kandungan Asam Lemak dan Residu Logam Berat Pada
Susus Sapi [skripsi]. Pekanbaru (ID): Universitas Islam Negeri Sultan Syarif
Kasim.
Rumampea RTB. 2016. Analisis Logam Kadmium Dan Timbal Pada Ikan Teri
Putih Kering (Stolephorus sp.) Dan Ikan Asin Kepala Batu (Mallotus
villosis) di Perairan Tanjung Leidong Kabupaten Labuhan Batu Utara
Secara Spektrofotometri Serapan Atom [skripsi]. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Rumanta M, Latief A, Rahayu U, Ratnaningsig A, Nurdin G. 2008. Konsesntrasi
Timbal (Pb) pada Perairan di Sekitar Teluk Jakarta. Jurnal Matematika,
Sains dan Teknologi 9(1): 31-36.
Saad M. 2016. Studi Bioakumulasi Logam Berat Timbal (Pb) Pada Ikan Kakap
Putih (Lates calcarifer) Yang Ditangkap di Perairan Utara Kabupaten
Gresik Jawa Timur [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
60

Saenab S, Nurhaedah, Muthiadin C. 2014. Studi Kandungan Logam Berat Timbal


Pada Langkitang (Faunus ater) di Perairan Desa Maroneng Kecamatan
Duampanua Kabupaten Pinrang Sulawesi Selatan. Jurnal Bionature 15(10):
29-34.
Safutri FZ. 2015. Tingkat Efek Kesehatan Linglungan Kandungan Logam Berat
Kadmium (Cd) Pada Kerang Hijau (Perna viridis) yang Dikonsumsi
Masyarakat Kaliadem Muara Angke Jakarta Utara Tahun 2015 [skripsi].
Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Safitri R. 2014. Kandungan Logam Kadmium (Cd), Timbal (Pb) dan Merkuri
(Hg) pada Air Dan Komunitas Ikan di Daerah Aliran Sungai Percut [tesis].
Universitas Sumatera Utara.
Salam A, Sahami FM, Panigoro C. 2016. Nike (Awaous melanocephalus) Fishery
and Mercury Contamination in the Estuary of Bone-Bolango River. Omni-
Akuatika 12(2): 130-136.
Saleh BA. 2014. Studi Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) dan Prediksi
Kandungan Metil Merkuri (CH3Hg) pada Organ Kerang Darah (Anadara
granosa) di Kecamatan Sidayu dan Kecamatan Banyu Urip, Gersik, Jawa
Timur [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Šalgovičová D, Pavlovičová D. 2007. Dietary exposure to mercury in the Slovak
Republic. Journal of Food and Nutrition Research 46(3): 134-143.
Salundik, Suryahadi, Mansjoer SS, Soepandie D, Ridwan W. 2012. Cemaran
Timbal (Pb) dan Arsen (As) pada Susu Sapi Perah yang Diberi Pakan
Limbah Organik Pasar di Peternakan Sapi Perah Kebon Pedes Bogor. Jurnal
Peternakan Indonesia 14(1): 308-317.
Samman A, Batu DTFL, Setyobudiandi I. 2014. Konsentrasi Nerkuri dan
Hubungannya dengan Indeks Kepadatan Keong Popaco (Telescopium
telescopium) di Kao Teluk, Halmahera Utara. Jurnal Depik 3(2): 128-136.
Samosir WS. 2011. Penetapan Kadar Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada Ikan
Kaleng Secara Spektrofotometri Serapan Atom [skripsi]. Universitas
Sumatera Utara.
Sandro SA, Lestari S, Pureiyanto AIS. 2012. Analisa Kandungan Kadar Logam
Berat Pada Daging Kepiting (Scylla serrata) di Perairan Muara Sungai
Banyuasin. Jurnal Fishtech 2(1): 46-52.
Sanra Y, Hanifah TA, Bali S. 2015. Analisis Kandungan Logam Timbal pada
Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum L.) yang Ditanam di Pinggir Jalan
Raya Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh Bukittinggi. JOM FMIPA 2(1):
136-144. Pekanbaru (ID): Universitas Riau.
Saputra A. 2009. Bioakumulasi Logam Berat Pada Ikan Patin Yang
Dibudidayakan di Perairan Waduk Cirata dan Laboratorium [tesis]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Saputri M. 2010. Analisis Cemaran Timbal, Kadmium dan Seng dalam Sawi
(Brassica chinensis L.) yang Ditanam di Sekitar Kawasan Industri Medan-
Belawan secara Spektrofotometri Serapan Atom [skripsi]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Saputro NH. 2009. Residu Logam Berat (Pb dan As) Serta Antibiotika Dalam
Susu Asal Sapi Perah yang Mendapat Hijauan di Berbeda di Peternakan
Sapi Perah Kebon Pedes Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
61

Sari AD. 2011. Analisis Kandungan Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) pada
Kangkung Air (Ipomoea aquatic Forssk) dan Kangkung Darat (Ipomoea
reptans Poir) di Daerah Mabar-Kim secara Spektrofotometri Serapan Atom
[skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Sari KS, Juswono UP, Widodo CS. 2014. Pengukuran Efektivitas Tanaman
Bayam (Amaranthys sp.) dalam Penyerapan Loga Timbal (Pb) pada Lahan
TPA Supit Urang Malang. Brawijaya Pshysics Student Jouenal. Malang
(ID): Universitas Brawijaya.
Sari A. 2017. Kajian Kandungan Logam Berat Timbal (Pb), Kadmium (Cd),
Tembaga (Cu), Kromium (Cr) dan Mangan (Mn) Pada Ikan Teri Kering
(Stolephorus sp.) Di Pesisir Teluk Lampung Secara Spektrofotometri
Serapan Atom [skripsi]. Bandar Lampung (ID): Universitas Lampung.
Sarong MA, Mawardi AL, Muchlisin ZA. 2013. Akumulasi Logam Cadmium
Pada Organ Tiga Species Ikan di Perairan Krueng Keuretoe Kabupaten
Aceh Utara. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi 5(1): 43-37.
Selpiani , Umroh, Rosalina D. 2015. Konsentrasi Logam Berat (Pb, Cu) pada
Kerang Darah (Anadara Granosa) di Kawasan Pantai Keranji Bangka
Tengah dan Pantai Teluk Kelabat Bangka Barat. Jurnal Osetek 9(1): 21-34.
Sembiring R. 2009. Analisis andungan Logam Berat Hg, Cd dan Pb Daging
Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exilis) Dari Perairan Situ Gede Bogor
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Setiawat K. 2016. Analisis Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) Pada Kerang
Merah (Anadara granosa) Di Perairan Pesisir Karang Song Indramayu Jawa
Barat [skripsi]. Bandung (ID): Universitas Pasundan.
Setijaningsih L. 2009. Kajian Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Merkuri
(Hg) Pada Air dan Ikan Budidaya Keramba Jaring Apung (KJA) di Waduk
Cirata Jawa Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Setyaningrum A. 2011. Evaluasi Tingkat Kontaminasi Cu, Zn, Pb, dan Cd pada
Lahan Sawah di Kota Tangerang Provinsi Banten [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Shimbo S, Matsuda IN, Watanabe T, Sakurai K, Date C, Nishimura A, Nakatsuka
H, Saito H, Arisawa K, Ikeda M. 2007. Dietary Intake of Tin in Japan and
The Effects on Intake of Canned Food and Beverage Consumption. Food
Additive and Contaminant Journal 24(5): 535-45. doi:
10.1080/02652030601134517.
Shindu SF. 2005. Kandungan Logam Berat Cu, Zn, dan Pb Dalam Air, Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) dan Ikan Mas (Cyprinus carpio) Dalam Keramba
Jaring Apung Waduk Saguling [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Shimbo S, Watanabe T, Nakatsuka H, Sakurai KY, Ikeda M. 2012. Dietary Tin
Intake and Association with Canned Food Consumption in Japanese
Preschool Children. Environ Health Prev Med 18(3): 230-236. doi:
10.1007/s12199-012-0311-9.
Siagian LTI. 2004. Pengaruh Pencemaran Logam Berat Pb, Cd, Cr Terhadap
Biota Laut dan Konsumennya Di Kelurahan Bagan Deli Belawan [tesis].
Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
62

Siagian L. 2012. Pengaruh Pencemaran Logam Berat Pb Terhadap Biota Laut dan
Konsumennya di Kelurahan Bagan Deli Belawan [laporan penelitian].
Medan (ID): Universitas HKBP Nommensen.
Siaka IM, Suastuti NGAMDA, Mahendra IPB. Distribusi Logam Berat Pb dan Cu
pada Air Laut, Sedimen dan Rumput Laut di Perairan Pantai Pandawa.
Jurnal Kimia 10(2): 190-196.
Siboro NS. 2016. Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) pada Ikan
Pelagis Kecil Yang Didaratkan di PPS Belawan Kecamatan Medan Belawan
Sumatera Utara [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Sihombing ETS, Siregar YI, Nedi S. 2014. The Content Of Heavy Metals Pb, Cu,
and Zn in Organ System Of Parang Fish (Chirocentrus dorab) and Biang
Fish (Setipinna paxtoni) In Air Itam Strait Meranti Island Regency, Riau
Province [laporan penelitian]. Pekanbaru (ID): Universitas Riau.
Sijabat E, Trinuraini RA, Supriyantini E. 2014. Kandungan Logam Berat Timbal
(Pb) pada Air, Sedimen dan Kerang Hijau (Perna viridis) di Perairan
Tanjung Emas Semarang. Journal of Marine Research 3(4): 475-482.
Sikun K. 2009. Kandungan Merkuri pada Air dan Oaku Sayur (Diplazium
esculentum Swartz) di Sungai Sepauk Kalimantan Barat [skripsi].
Yogyakarta (ID): Universitas Atma Jaya.
Silalahi HV, Amin B, Efriyeldi. 2014. Analisis Kandungan Logam Berat Pb, Cu
dan Zn Pada Daging dan Cangkang Kerang Kepah (Meretrix meretrix) Di
Perairan Bagan Asahan Kecamatan Tanjung Balai Asahan [laporan
penelitian]. Pekanbaru (ID): Universitas Riau.
Silitonga I. 2015. Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Dan Kadmium (Cd) Pada
Beberapa Jenis Ikan Asin Yang Diproduksi di Kelurahan Bahari Kecamatan
Medan Belawan Tahun 2015 [skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera
Utara.
Seimange SM, Simbolon D, Jusadi D. 2010. Analisis Kandungan Merkuri (Hg)
Dan Sianida (Cn) Pada Beberapa Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan Di
Teluk Kao, Halmahera Utara [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Simanjuntak R. 2004. Analisa Kandungan Merkuri pada Ikan (Pisces) dan Kerang
(Mollusca) di TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Belawan Tahun 2004 [skripsi].
Universitas Sumatera Utara.
Simanjuntak HPH, Ikhwan Y, Amin B. 2014. Lead, Copper And Zinc Content In
Soft Tissues And Shells Of Blood Cockle (Anadara granosa) From Coastal
Water Of Tanjung Balai Asahan Regency North Sumatera Province [laporan
penelitian]. Pekanbaru (ID): Universitas Riau.
Simbolon AR, Riani E, Wardiatno Y. 2014. Status Pencemaran dan Kandungan
Logam Berat oada Simping (Placuna placenta) di Pesisir Kabupaten
Tangerang. Jurnal Depik 3(2): 91-98.
Sinaga DM. 2015. Analisis Kadar Timbal (Pb) pada Tepung Tapiola dengan
Metode Spektrofotometri Serapan Atom. [Tugas Akhir]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Sinaga FIY. 2015. Analisis Kadar Logam Kadmium (Cd) Pada Air Minum Dalam
Kemasan Galon Isi Ulang Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom.
[Tugas Akhir]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
63

Sirait H. 2013. Analisis Kandungan Logam Berat Pada Beberapa Jenis Ikan di
Sungai Batang Toru, Aek Pahu Tombak dan Aek Pahu Hutamosu Kab.
Tapanuli Selatan [tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Sitepu TM. 2014. Pengaruh Karakteristik Penduduk dan Kadar Kadmium dalam
Beras terhadap Kadar Kadmium Urine Penduduk di Kabupaten Musi Rawas
Tahun 2014 [tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Sitepu DNEB, Amin B, Thamrin. 2015. Concentration of Heavy Metals Pb, Cu
and Zn in Gonggong Snail (Strombus Canarium) From Sungai Enam and
Dompak Marine Waters of Bintan Island Riau Islands Province [laporan
penelitian]. Pekanbaru (ID): Universitas Riau.
Sitinjak NA. 2016. Penentuan Kadar Logam Kadmium (Cd) dan Timah (Sn)
Berdasarkan Waktu Penyimpanan dalam Produk Ikan Sarden Kemasan
Kaleng Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) [skripsi]. Medan
(ID): Universitas Sumatera Utara.
Sitompul RM. 2013. Ikan Batak (Neolissochillus Sumatranus) Sebagai
Bioindikator Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) di
Perairan Sungai Asahan [tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Sitorus H. 2004. Analisis Beberapa Karakteristik Lingkungan Perairan yang
Mempengaruhi Akumulasi Logam Berat Timbal dalam Tubuh Kerang
Darah di Perairan Pesisir Timur Sumatera Utara. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan
dan Perikanan Indonesia 11(1): 53-60.
Soehadi I. 2014. Evaluasi Kesesuaian Kawasan Untuk Budidaya Ikan Kerapu
(Studi Kasus Perairan Pulau Semujur Kabupaten Bangka Tengah). [Teis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sofarini D, Rahman A, Ridwan I. 2009. Studi Analisis Pengujian Logam Beray
pada Badan Air, Biota dan Sedimen di Perairan Muara DAS Barito. Jurnal
Bumi Lestari 10(1): 28-37.
Sofyan I, Sunan IK, Wathoni N. 2008. Pemeriksaan Kandungan Logam Berat
dalam Saus Cabe Industri Rumah Tangga yang beredar di Tasikmalaya
[laporan penelitian]. Bandung (ID): Universitas Padjadjaran.
Stefan D. 2015. Analisis Cemaran Timbal, Kadmium dan Tembaga pada Kubis
Hijau (Brassica oleoracea L.) secara Spektrofotometri Serapan Atom
[skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.
Sun J, Song X, Wu Y, Yuan, Liu P. 2011. Dietary Intake of Mercury by Children
and Adults in Jinji Area of Chine. International Journal of Hygiene and
Environmental Health 214(3): 246-250. doi: 10.1016/j.ijheh.2011.03.002.
Supardi IR, Ramang LM, Bahar R. 2012. Analisis Pb Dalam Beberapa Jenis Ikan
Dari Perairan Suppa Kabupaten Pinrang [laporan penelitian]. Makasar (ID):
Universitas Hasanuddin.
Supriadi, Itnawita, Anita S. 2013. Analisis Kandungan Logam Fe dan Sn Dalam
Susu Kental Manis Kemasan Kaleng dan Plastik [laporan penelitian].
Pekanbaru (ID): Universitas Riau.
Supriatno, Lelifajri. 2009. Analisis Logam Berat Pb dan Cd dalam Sampel Ikan
dan Kerang secara Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Rekayasa Kimia
dan Lingkungan 7(1): 5-8.
Suprijono A, Sulistyowati E, Suryani SD. 2008. Analisa Kadar Logam Pb
(Timbal) dan Zn (Seng) dalam Rajungan (Portunus pelegicus) di Pantai
64

Slamaran Pekalongan secara Spektrofotometer Serapan Atom. Media


Farmasi Indonesia 3(1): 179-185.
Surati, Budiharjo T, Soesanto. 2014. Heavy Metal Residues Of Copper (Cu) and
Timbal (Pb) In The Oyster By Boiling and Frying Process [laporan
penelitian]. Semarang (ID): Poltekes Kemenkes Semarang.
Suryani M, Nursal, Febrita E. 2014. The Measurement Of Heavy Metals Lead
(Pb) And Cadmium (Cd) in Anadara granosa At Nongsa Beach Batam City
For The Preparation Of The Studen Assignment Sheet On The Concept Of
Water Pollution In High School [laporan penelitian]. Pekanbaru (ID):
Universitas Riau.
Susanti CS. 2014. Kandungan Logam Berat (Pb, Cd, dan Hg) Pada Kerang Bulu
(Anadara antiquata) Di Perairan Kronjo Dan Cituis, Kabupaten Tangerang
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Susanti W. 2010. Analisa Kadar Ion Besi, Kadmium Dan Kalsium Dalam Air
Minum Kemasan Galon Dan Air Minum Kemasan Galon Isi Ulang Dengan
Metode Spektrofotometri Serapan Atom [skripsi]. Medan (ID): Unoversitas
Sumatera Utara.
Susanto DH. 2004. Bahaya Pencemaran Merkuri di Indonesia. Meditek 12(30):
32-45.
Sutrisno B. 2004. Pengaruh Pencemaran Kadmium Pada Air Sumur Untuk Minum
dan Memasak Terhadap Kesehatan Wanita Di Desa Bambe Kecamatan
Driyorejo, Gresik. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 3(1): 61-65.
Su’udiyah I. 2015. Perbedaan Kadar Logam Berat Timbal (Pb) Pada Garam di
Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sumenep [skripsi]. Jeber (ID):
Universitas Jember.
Suwardi F. 2011. Study Kandungan Logam Berat Timbal (Pb), Dan Bakteri E.coli
Pada Air Sumur Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang Kota
Makassar [skripsi]. Makasar (ID): Universitas Islam Negeri Alauddin.
Suwarsito, Sarjanti E. 2013. Analisa Spasial Pencemaran Logam Beray pada
Sedimen dan Biota Air di Muara Sungai Serayu Kabupaten Cilacap. Jurnal
Geoedukasi 3(1):30-37.
Suyanto A, Kusmiyati S, Retnaningsih C. 2010. Residu Logam Berat Ikan dari
Perairan Tercemar di Pantai Utara Jawa Tengah. Jurnal Pangan dan Gizi
1(2): 33-38.
Syaiful IF. 2016. Studi Tingkat Pencemaran Logam Hg (Merkuri) Pada Air Laut
di Pantai Sekitar TPI Paotere Ujung Tanah Makasar [skripsi]. Makasar (ID):
Universitas Hasanuddin.
Syaifullah M. 2017. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb), Tembaga (Cu), dam
Kromium (Cr) Udang Mantis Harpiosquilla harpax (Stamotopoda) Hasil
Tangkapan di Perairan Tuban, Gresik dan Sampang Jawa Timur. [Skripsi].
Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Syakri A. 2016. Analisis Logam Berat Kadmium (Cd) dalam Kerang yang
Beredar di Pasar Tradisional Di Kota Makassar. JF FIK UNINAM 4(4):
165-168.
Syawal MS. 2016. Kualitas Air dan Kandungan Logam Berat Dalam Sedimen dan
Moluska Dalam Kaitannya Dengan AKtivitas Antropogenik Di Danau
Maninjau Sumatera Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
65

Taheni MT, Syamsidar HS. 2012. Analisis Kandungan Kadmium (Cd) dan
Timbal (Pb) Pada Air, Sedimen Dan Kerang Bulu (Anadara antiquata) Di
Perairan Pesisir Belawan Provinsi Sumatera Utara [laporan penelitian].
Makasar (ID): Universitas Islam Negeri Alauddin.
Tahubijuluw H, Fransina EG, Pada SS. 2013. Penentuan Kandungan Logam Cd
dan Cu dalam Produk Ikan Kemasan Kaleng Secara Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA). Indonesian E-Jouenal of Applied Chemistry 1(1): 9-
13.
Takarina ND. 2014. Keterkaitan Antara Taurina (Tau), Glisina (Gli), Rasio
Tau/Gli, dan Bioavailibilitas dengan Bioakumulasi Logam Berat (Cd, Pb,
Cu, Zn) pada Jenis Kerang Anadara spp [disertasi]. Institut Pertanian Bogor.
Tampubolon DG, Amin B, Efriyeldi. 2013. Analisis Kandungan Logam Berat Pb,
Cu Dan Zn Pada Daging dan Cangkang Kerang Kepah (Meretrix meretrix)
Di Perairan Batubara Sumatera Utara [laporan penelitian]. Medan (ID):
Universitas Sumatera Utara.
Tanjung Z. 2010. Analisis Timbal dalam Bayam (Amaranthus hybridus L.) yang
Dipanen di Lokasi yang Berbeda di Sekirar Kota Medan [skripsi]. Medan
(ID): Universitas Sumatera Utara.
Tarigan YF, Aida Y, Jati AW. 2014. Kandungan Kadmium (Cd) Pada Air Sungai
dan Ikan Mas (Cyprinus carpio Linnaeus) Di Sungai Code Kota Yogyakarta
[laporan penelitian]. Yogyakarta (ID): Universitas Atma Jaya.
Tih F, Puspasari, Kusumawardani I, Estevania MY, Simanjuntak EAS. 2015.
Kandungan Logam Timbal, Besi dan Tembaga dalam Air Minum Isi Ulang
di Kota Bandung. Jurnal Zenit 4(3): 215-220.
Tresnawati E, Kusdianti R, Solihat R. 2014. Kandungan Klorofil dan Biomasa
Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L) pada Tanah yang Terakumulasi
Logam Berat Cd. Formica Online 1(1). Bandung (ID): Universitas
Pendidikan Indonesia.
Triana L, Nurjazulu, Endah NW. 2012. Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri
pada Air dan Udang di Sungai Mandor Kecamatan Mandor Kabupaten
Landak. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia 11(22): 144-152.
Trisnawari D. 2013. Kajian Kandungan Kadmium (Cd) pada Tanaman Kangkung
Air di Kota Bandung dengan Perlakuan Blansing Menggunakan Metode
AAS [tesis]. Bandung (ID): Universitas Pasundan.
Tulalessy AH. 2005. Studi Pencemaran Merkuri pada Kawasan Penambangan
Emas Rakyat Tatelu Sulawesi Utara [disertasi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Ulmardhiyah EA. 2015. Studi Kandungan Logam Berat Kadmium (Cd) dan
Timbal (Pb) pada Kerang Simping di Tempat Pelelangan Ikan Kabupaten
Gresik [skripsi]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro.
Uly VS. 2011. Analisis Cemaran Timbal dan Kadmium pada Ikan yang Hidup di
Daerah Pesisir dan Laut Dangkal Perairan Belawan Secara Spektrofotometri
Serapan Atom [skripsi]. Universitas Sumatera Utara.
[USDA] United State Department of Agriculture. 2013. Technical Regulation on
Mycotoxin and Heavy Metal MRLs in Food. US: USDA.
Usman PS. 2014. Analisis Kadar Logam Kromium (Cr) Dan Timbal (Pb) Pada
Air Sumur Artesis Daerah Sekitar Pabrik Pengolahan Karet PT Bangkinang
66

Pekanbaru Dengan Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)


[skripsi]. Pekanbaru (ID): Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim.
Usman S, Kadie S, Amalia L. 2014. Analisis Kandungan Logam Berat Merkuri
(Hg) dan Timbal (Pb) Pada Ikan Nike (Awaous melanocephalus) Di Muara
Sungai Bone Kota Gorontalo [laporan penelitian]. Gorontalo (ID):
Universitas Negeri Gorontalo.
Utami AR. 2016. Analisa Timbal (Pb) pada Kornet Kaleng [skripsi]. Bandung
(ID): Universitas Kristen Maranatha.
Utama CAP. 2017. Kandungan Logam Berat Pb Pada Kerang Darah (Anadara
granosa) di Kabupaten Indramayu Jawa Barat [skripsi]. Bandung (ID):
Universitas Pasundan.
Utomo SB. 2012. Kandungan Gizi dan Logam Berat Pada Ikan Rawa Di Perairan
Rawa Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Wahyuni H, Sasongko SB, Sasongko DP. 2013. Konsentrasi Logam Berat Di
Perairan, Sedimen dan Biota Dengan Faktor Biokonsentrasinya Di Perairan
Batu Belubang Kabupaten Bangka Tengah [laporan penelitian]. Bangka
(ID): Unibersitas Bangka Belitung.
Wang Q, Kim D, Dionysiou DD, Soria GA, Timberlake D. 2004. Sources and
Remediation for Mercury Contamination in Aquatic Systems- a Literature
Review. Environmental Pollution 131(2): 323-336. doi:
10.1016/j.envpol.2004.01.010.
Widajanti L, Girsang R, Pradigdo SF. 2004. Studi Keamanan Pangan Kimiawi
dari Logam Berat Timbal pada Euthynnus sp,di Perairan Semarang. Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia 2(2): 66-68.
Widiastuti I, Putro S. 2010. Analisis Mutu Ikan Tuna Selama Lepas Tangkap.
Maspari Journal 1(2010): 22-29.
Widowati LR, Nurhayati LI, Charlena, Dwiningsih S, Adiningsih JS. 2003. Daya
Erap Iceptisol Brebes Terhadap Logam Berat Cadmium (Cd) dan
Serapannya pada Tanaman Indikator Bawang Merah. Jurnal Tanah dan
Iklim 21: 69-77.
Widowati. 2011. Kadar Logam Berat Pb dan Cd pada Organ Hati Ayam Pedaging
yang Dipasarkan di Wilayah Tangerang Selatan [skripsi]. Jakarta (ID):
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah.
Wilhem M, Wittsiepw J, Schrey P, Junge LL, Busch V. 2003. Dietary Intake of
Arsenic, Mercury and Selenium by Children from a German North Sea
Island using Duplicate Portion Sampling. Journal of Trace Elements in
Medicine and Biology 17(2): 123-132. doi: 10.0116/S0946-672x(0)80008-1.
Wijaya AD, Rejeki ES, Harjanti R. 2011. Analisis Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu)
dalam Produk Burger Sapi yang Beredar di Kartasura secara
Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Farmasi Indonesia 8(2): 34-44.
Wijaya YI. 2004. Kajian Kandungan Protein dan Logam Berat Pada Tepung Ikan
yang Diproduksi Di Beberapa Daerah Di Jawa Timur [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Winarna, Sikanna R, Musafira. 2015. Analisi Kandungan Timbal pada Buah Apel
(Pyrus Malus L) yang Dipajangkan di Pinggir Jalan Kota Palu
Menggunakan Metode Spekrofotometri Serpan Atom. Online Jurnal of
Natural Science 4(1): 32-45. Palu (ID): Universitas Tandulako.
67

Wulandari A. 2006. Keterkaitan Akumulasi Logam Berat (Hg, Cd dan Pb) dalam
Sedimen dan Bioakumulasi Pada Beberapa Kerang Laut (Anadara granosa,
Trachycardium sp. dan Meitix meritrix) di Perairan Ujungpangkah Jawa
Timur. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wulandari DAL. 2017. Kadar Logam Berat Air Sumur di Sekitar TPA
Banjardowo Desa Banjardowo Kabupaten Jombang [skripsi]. Surabaya
(ID): Universitas Airlangga.
Yang HR, Kim ES, Ko YS, Jung K, Kim JH, Watanabe T, Nakatsuka H, Moon
CS, Shimbo S, Ikeda M. 2015. Food Intake Survey of Kindergarden
Children in Korea: Part 2 Increased Dietary Intake of Tin Possibly
Associated with Canned Foods. Environmental Health and Preventive
Medicine 20(4): 302-306. doi: 10.1007/s12199-015-0466-2.
Yanti BI. 2010. Pengaruh Pengulangan Pemakaian Minyak Goreng Bekas
Penggorengan Ayam Terhadap Kandungan Logam Pb, Cu dan Hg [skripsi].
Padang (ID): Universitas Andalas.
Yanti NT. 2011. Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) Pada Air Baku dan Air
Reservoir di IPA PDAM Tirtanadi Hamparan Perak Dengan Metode
Spektrofotometri Sinar Tampak. [Tugas Akhir]. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Yudha IG. 2008. Kajian Logam Berat Pb, Cu, Hg dan Cd yang Terkandung Pada
Beberapa Jenis Ikan di Wilayah Pesisir Kota Bandar Lampung [laporan
penelitian]. Bandar Lampung (ID): Universitas Lampung.
Yudo S. 2006. Kondisi Pencemaran Logam Berat di Perairan Sungai di DKI
Jakarta. Jurnal A Indonesia 2(1): 1-15.
Yulaifi S dan Aunurohim. 2013. Bioakumulasi Logam Berat Timbal (Pb) dan
Hubungannya dengan Laju Pertumbuhan Ikan Mujair (Oreochromis
mossambicus). Jurnal sains dan seni pomit 2(3). Surabaya (ID): Institut
Teknologi Surabaya.
Yuliani U. 2010. Kandungan Mineral Dan Logam Berat Lintah Laut (Discodoris
sp.) Dari Perairan Kepulauan Belitung [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Yuliansari D. 2015. Analisis Kandungan Cd dan Pb pada Sedimen dan Berbagai
Jenis Bivalvia Serta Maximum Tolerable Intake pada Penduduk di
Kabupaten Bangkalan Pulau Madura [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas
Airlangga.
Yustisia S. 2010. Pengaruh Analisis Logam Hg, Pn dan Cu Pada Minyak Goreng
Baru dan Minyak Jelantah Ayam [skripsi]. Padang (ID): Universitas
Andalas.
Yusuf M, Nurtjahja K, Lubis R. 2016. Analisis Kandungan Logam Pb, Cu, Cd
dan Zn pada Sayuran Sawi, Kangkung dan Bayam di Areal Pertanian dan
Industri Desa Paya Rumput Tititpan Medan. Jurnal Biolink 3(1): 56-64.
Medan (ID): Universitas Medan Area.
Zaenab, Armin R. 2015. Kadar Timbal (Pb) pada Sayuran di Pasar Tradisional
Kabupaten Gowa. Jurnal Sulolipu 2(30). Makasar (ID): Politekkes
Kementrian Kesehatan Kota Makasar.
Zhang L, Wong MH. 2006. Environmental Mercury Contamination in China:
Sources and impacts. Environmental International Journal 33(1): 108-210.
doi: 10.1016/j.envint.2006.06.022.
68

Zulfikar. 2013. Penetapan Kadar Timbal dan Kadmiuam pada Kentang (Solanum
tuberosum L.) yang Tumbuh di Lahan Gunung Berapi Sinabung dengan
Metode Spektrofotometri Serapan Atom [skripsi]. Medan (ID): Universitas
Sumatera Utara.
Zulfikar M, Birawida AB, Ruslan. 2013. Kandungan Timbal (Pb) Pada Air Laut
Dan Ikan Baronang (Siganus spinus) Di Perairan Pesisir Kota Makassar
[laporan penelitian]. Makasar (ID): Universitas Hasnuddin.
69

LAMPIRAN
Lampiran 1 Rekapitulasi pustaka dan lokasi kadar logam berat
Lampiran 1.1 Rekapitulasi pustaka dan lokasi kadar timbal
No Kelompok Pangan Pustaka Lokasi
1 Serealia dan Olahannya Setyaningrum 2011, Firiananah 2016, Affriani 2009 Banten, Jawa Timur, dan Jawa Barat
2 Umbi dan Olahannya Sinaga 2015, Mahrina 2012, Sundari 2015, Rumanta 2005 Sumatera Utara, Riau, dan DKI Jakarta
3 Kacang dan Olahannya Nisa 2017 Sumatera Utara
4 Sayuran dan Olahannya Pasaribu 2004, Tanjung 2010, Stefan 2015, Nasution 2014, Hulu 2016, Saputri 2010, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau DKI Jakarta,
Sundari 2015, Erdayanti et al. 2015, Rumanta 2005, Damayanti 2004, Katipana 2015, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku, dan
Chandra 2012, Sanra et al. 2015, Lestari et al. 2010, Paputungan et al. 2011, Mardiyono Gorontalo
dan Hidayati 2009
5 Buahan dan Olahannya Farista 2010, Sundari 2015, Dewi 2012, , Winarna et al. 2015, Aritonang 2015, Vera 2011 Sumatera Utara, Riau, Jawa Barat, Jawa Timur dan
Sulawesi Tengah
6 Daging dan Olahannya Djohan et al.2015, Kuntoro et al.2012, Pamungkasari 2013, Gunawan 2015, Harlia dan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa
Balia 2010, Dewi 2012, Habrianti et al. 2013, Wijaya et al. 2011 Timur, Maluku Utara, Sulawesi Selatan
7 Jeroan dan Olahannya Kuntoro et al. 2012, Balia et al. 2007, Pamungkasari 2013, Harlia dan Balia 2010, Sumatera Utara, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa
Gunawan 2015, Hasibuan 2013, Widowati, 2011, Priyono 2013, Djohan et al.2015, Kafiar Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur,
2013 Maluku Utara
8 Ikan, Hasil Laut dan Uly 2011, Siagian 2004, Siagian 2012, Azhar 2004, Safitri 2014, Lubis 2015, Siboro 2016, NAD, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kep.
Olahannya Amin et al. 2009, Nurrachim et al.2011, Sihombing et .al. 2014, Putri et al. 2016, Soehadi Riau, Lampung, Kep. Babel, Sumatera Selatan,
2014, Arifin 2011, Rahmadani 2017, Yudha 2008, Nisurahman 2014, Aprilyani 2014, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Rumanta 2005, Khaisar 2006, Johari 2009, Nurjana et al. 2015, Napitu 2012, Cahyani et Timur, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat,
al. 2016, Madusari et al. 2016, Putra et al. 2016, Ningrum 2006, Widajanti et al. 2004, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Fuadiyah 2011, Hafiluddin et al. 2012, Charisma 2014, Agustiawan 2014, Saad 2016, Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,
Putra 2014, Nurhuda 2013, Aryawan et al.2017, Priyanto dan Murtini 2006, Harteman Gorontalo
2012, Dwiyitno et al 2008, Arsad et al. 2012, Paudanan 2015, Hasrat et al. 2014, Supardi
et al. 2012, Fadlan 2016, Zulfikar et al. 2013, Faika dan Khaerunnisa 2012, usman et al.
2014, Bakri 2017, Suprianto dan Lelifajri 2009, Sitompul 2013, Safitri 2014, Ginting 2016,
Sirait 2013, Rahmawati 2009, Sundari 2015, Suryati 2011, Putra et al. 2012, Rismansyah
et al. 2015, Yudha 2008, Aksari 2016, Budiman et al. 2012, Saputra 2009, Nuraeni 2013,
Priyanto et al. 2008, Mutiara et al. 2013, Setijaningsih 2009, Shindu 2005, Suyanto et al.
2010, Marwah et al. 2015, Anindhita et al. 2014, Irmawati 2011, Manggara dan Prasongko
2015, Priatna et al. 2016, Jakfar 2013, Purbonegoro 2014, Mahalina et al. 2016,
Pamungkas 2013, Harteman dan Aunurafik 2013, Budiarti dan Susanti 2008, Nurfitriani
2017, Rumapea 2016, Samosir 2011, Gunawan et al. 2014, Muzdaleni 2011, Ariansyah et
al.2012, Sari 2017, Akbar 2013, Wijaya 2004, Budiarti et al. 2010, Habrianti et al. 2013,
Ginting 2016, Nasution 2007, Lubis dan Aman 2008, Angkat et al. 2013, Amnur dan
Arifin 2015, Amin et al. 2015, Pardi et al. 2014, Sandro et al. 2013, Suprijono et al. 2008,
Oktavia 2005, Syaifullah 2017, Fransisca 2012, Putra 2014, Sofarini et al. 2009, Fitriani et
70

Lampiran 1.1 Rekapitulasi pustaka dan lokasi kadar timbal


No Kelompok Pangan Pustaka Lokasi
al. 2014, Fitriani et al. 2013, Haruru 2013, Emersida et al. 2014, Astuti et al. 2016,
Ernawati 2010, Melisa et al. 2015, Andrew et al. 2015, Ginting 2014, Sitorus 2004,
Simanjuntak et al. 2015, Chan 2007, Ginting et al. 2013, Tampubolon et al. 2013, Ginting
2010, Maulani et al. 2014, Syawal 2016, Magdianto 2017, Hardianti et al. 2017, Priansyah
et al. 2012, Silalahi et al. 2012, Irawan et al. 2013, Sirait et al. 2015, Ismarti et al. 2015,
Suryani et al. 2014, Kennedy et al. 2013, Sitepu et al. 2015, Nasution dan Siska 2011, Sari
et al. 2015, Selpiani et al. 2015, Ariska 2015, Febrianto 2016, Muawanah et al. 2005,
Susanty 2014, Takarina 2014, Prihatini 2012, Simbolon et al. 2014, Anggraeny 2010, Putri
2010, Kusuma 2014, Komala 2010, Apriadi 2005, Pratidina 2015, Cordova et al. 2011,
Jalius 2008, Arifin dan Fadhlina 2009, Emawati et al. 2015, Murtini dan Ariyani 2005,
Utama 2017, Nurjanah et al. 2013, Sembiring 2009, Suwarsito dan Sarjanti 2013, Partogi
et al. 2014, Surati et al. 2014, Prasetya et al. 2006, Pratama et al. 2012, Sijabat et al. 2014,
Lahati et al. 2016, Muslimah 2013, Yuliansari 2016, Wulandari 2006, Fransisca 2012,
Ulmardhiyah 2015, Rachmawa 2015, Eshmat et al. 2014, Imron 2017, Adiwiyono 2016,
Murtini dan Peranginanngin 2006, Amriani et al. 2011, Daimin et. al. 2013, Dahlifa dan
Indrawati 2016, Jalaluddin dan Ambeng 2005, Meilanty et al. 2005, Bahar 2004, Naimin
2014, Ali 2017, Nurul et al. 2017, Amansyah dan Syarif 2014, Pratiwi et al. 2017, Bahri
2016, Herni 2011, Jumiati 2017, Payung et al. 2013, Saenab et al. 2014, Yuliani 2010, Nur
dan Karneli 2015.
9 Susu dan Olahannya Rasyid et al. 2013, Kartini 2011, Misgiyarta dan Usmiati 2005, Saputro 2009, Salundik Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
2012, Balia et al.2007, Baskara et al. 2012 Yogyakarta
10 Minyak, Lemak dan Hasibuan et al. 2012, Yanti 2010, Chairunisa 2013 Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan DKI Jakarta
Olahannya
11 Gula dan Konfeksionari Pasaribu 2016, Taufiq et al. 2016, Nasution 2009 Sumatera Utara dan Jawa Timur
12 Bumbu Marisa 2012, Su'udiyah 2015, Sofyan et al. 2008, Hartini 2011, Cahyanto 2015 Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan
Barat
13 Minuman Harahap 2004, Aziz et al. 2012, Aprilia 2010, Parinduri 2016, Kesuma 2016 Sumatera Utara, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan
14 Makanan Komposit Habrianti et al. 2013 Sulawesi Selatan
15 Air Minum Hasibuan 2016, Irfandi et al. 2013, Yanti 2011, Rambe 2012, Florencia 2014, Rivai 2007, Sumatera Utara, Riau, DKI Jakarta, Bali, Jawa Barat,
Usman 2014, Harsojo dan Darsono 2014, Rumanta 2005, Tih et al. 2015, Suyono et al. Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat,
2007, Wulandari 2017, Prawita et al. 2008, Misno et al. 2014, Nuraini et al.2014, Suwardi Sulawesi Tengah, Sulawesi Tengah, Maluku
2011, Dewa et al. 2015
71

Lampiran 1.2 Rekapitulasi pustaka dan lokasi kadar merkuri


No Kelompok Pangan Pustaka Lokasi
1 Serealia dan Olahannya - -
2 Umbi dan Olahannya Sundari 2015 Riau
3 Kacang dan Olahannya
4 Sayuran dan Olahannya Sundari 2015, Harsojo dan Chairul 2011, Damayanti 2004, Sikun 2009 Riau, DKI Jakata, Jawa Barat dan Kalimantan Barat
5 Buahan dan Olahannya Sundari 2015 Riau
6 Daging dan Olahannya Kuntoro et al. 2012, Arifin et al. 2005, Purnama 2014, Gunawan 2015 Riau, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan dan Maluku
Utara
7 Jeroan dan Olahannya Kuntoro et al. 2012, Arifin et al. 2005, Gunawan 2015 Riau, Jawa Tengah dan Maluku Utara
8 Ikan, Hasil Laut dan Olahannya Simanjuntak 2005, Safitri 2014, Nisurahman 2014, Aprilyani 2014, Khalifa 2014, Sumatera Utara, Riau, Lampung, Sumatera Selatan,
Widiastuti dan Putro 2010, Cahyani et al. 2016, Arjah 2013, Basalmah 2006, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa
Priyanto dan Murtini 2006, Dwiyitno et al. 2008, Narasiang et al. 2015, Syaiful Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
2016, Paundanan et al. 2015, Salam et al. 2016, Usman et al. 2014, Simange 2010, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Anas 2014, Sirait 2013, Dalimunthe et al. 2014, Yudha 2008, Sundari 2015, Aksari Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku Utara
2016, Setijaningsih 2009, Priyanto et al. 2008, Saputra et al.2009, Noegrohati
2005, Suyanto et al. 2010, Hafilluddin et al. 2012, Purbonegoro 2014, Harteman
2012, Budiarti dan Susanti 2008, Rahman et al. 2016, Silitonga et al. 2015,
Ariansyah et al. 2012, Budiarti et al. 2010, Ginting 2016, Sofarini et al. 2009,
Rachmansyah et al. 2005, Chan 2007, Muawanah et al. 2005, Susanty 2014,
Prihatini 2012, Anggraeny 2010, Putri 2010, Kusuma 2014, Komala 2010, Apriadi
2005, Jalius 2008, Cordova et al. 2011, Murtini dan Ariyani 2005, Nurjanah et al.
2013, Sembiring 2009, Budiarti et al. 2004, Muslimah 2013, Saleh 2014,
Wulandari 2006, Murtini dan Paranginangin 2006, Samman et al.2014, Tulalessy
2005
9 Susu dan Olahannya - -
10 Minyak, Lemak dan Olahannya Yanti 2010, Yustisia 2010 Sumatera Barat
11 Gula dan Konfeksionari - -
12 Bumbu Sopyan et al. 2008 Jawa Barat, Kalimantan Barat
13 Minuman - -
14 Makanan Komposit - -
15 Air Minum Harahap 2015, Rivai 2007, Wulandari 2017 Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Jawa Timur
72

Lampiran 1.3 Rekapitulasi pustaka dan lokasi kadar kadmium


No Kelompok Pangan Pustaka Lokasi
1 Serealia dan Olahannya Sitepu 2014, Setyaningrum 2011 Sumatera Selatan dan Banten
2 Umbi dan Olahannya Mahrina 2012, Sundari 2015, Tresnawati et al. 2014, Zulfikar 2013 Sumatera Utara, Riau dan Jawa Barat
3 Kacang dan Olahannya - -
4 Sayuran dan Olahannya Saputri 2010, Hulu 2016, Sundari 2015, Harsojo dan Chairul 2011, Trisnawari Sumatera Utara, Riau, DKI Jakarta, dan Jawa Barat
2013, Damayanti 2004, Andayasari 2009, Chandra 2012, Stefan 2015
5 Buahan dan Olahannya Sundari 2015, Aritonang 2015, Vera 2011 Sumatera Utara, Riau, dan Jawa Barat
6 Daging dan Olahannya Dwiloka dan Atmomarsono 2007, Kuntoro et al. 2012, Arifin et al. 2005, Riau, Jawa Barat, Jawaa Tengah, dan Maluku Utara
Gunawan 2015, Harlia dan Balia 2010
7 Jeroan dan Olahannya Kuntoro et al. 2012, Harlia et al. 2016, Balia et al. 2007, Arifin et al. 2005, Hasan Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Banten, Jawa
et al. 2014, Gunawan 2015, Hasibuan 2013, Widowati 2011, Haelia et al. 2010, Barat, Jawa Tengah, NTT, Maluku Utara dan Sulawesi
Kafiar 2013, Nangkiawa et al. 2015 Selatan
8 Ikan, Hasil Laut dan Olahannya Siagian 2004, Azhar 2004, Lubis 2015, Safitri 2014, Uly 2011, Rumapea 2016, NAD, Sumatera Utara, Kep. Babel, Riau, Kep. Riau
Soehadi 2014, Arifin 2011, Amin et al. 2009, Nurrachim et al. 2011, Rismansyah Sumatera Selatan, Lampung, Banten, DKI Jakarta,
et al.2015, Yudha 2008, Rahmadani 2017, Aprilyani 2014, Athena et al.2008, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan
Bangun 2005, Johari 2009, Khaisar 2006, Napitu 2012, Widiastuti dan Putro 2010, Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan,
Nurjana et al. 2015, Madusari et al. 2016, Martuti et al. 2016, Cahyani et al. 2016, Sulawesi Selatan, Maluku
Noegrohati 2005, Heriyanto 2011, Lazuardy 2006, Mandyah 2012, Basalmah
2006, Charisma 2014, Priyanto dan Murtini 2006, Dwiyitno et al.2008, Bakri
2017, Suprianto dan Lelifajri 2009, Sarong et al. 2013, Sirait 2013, Sitompul 2013,
Ginting 2016, Putra et al. 2012, Sundari 2015, Aksari 2016, Budiman et al. 2012,
Saputra 2009, Priyanto et al. 2008, Mutiara et al. 2013, Tarigan et al. 2014,
Kusumaningtyas 2015, Suyanto et al. 2010, Marwah et al. 2015, Prabowo et al.
2016, Pranaditia 2011, Rohma 2017, Purbonegoro 2014, Harteman dan Aunurafik
2013, Budiarti dan Susanti 2008, Harteman 2012, Novita et al.2014, Komari et al.
2013, Utomo 2012, Silitonga et al. 2015, Prillya 2016, Sitinjak 2016, Samosir
2011, Sari 2017, Wijaya 2004, Tehubijuluw et al. 2013, Lubis dan Aman 2008,
Nasution 2007, Amnur dan Arifin 2005, Amin et al. 2015, Hakim 2016, Steny
2014, Sofarini et al. 2017, Fitriani 2017, Alfian 2005, Ernawati 2010, Pasaribu
2011, Melisa et al. 2015, Purba et al. 2014, Chan 2007, Syawal 2016, Hardianti et
al. 2017, Suryani et al. 2014, Ismarti et al. 2015, Nasution 2010, Kennedy et al.
2013, Wahyuni et al. 2013, Anggraini 2016, Muawanah et al. 2005, Susanty 2014,
Takarina 2014, Prihatini 2012, Simbolon et al. 2014, Anggraeny 2010, Putri 2010,
Kusuma 2014, Komala 2010, Cordova et al. 2011, Jalius 2008, Arifin dan Fadhlina
2009, Safitri 2015, Karmila 2011, Murtini dan Ariyani 2005, Setiawat 2016,
Nurjanah et al. 2013, Sembiring 2009, Hidayati 2005, Azhar et al. 2012, Suwarsito
dan Sarjati 2013, Partogi et al. 2014, Kulsum 2012, Supriyantini 2016, Budiarti et
al.2004, Ulmardhiyah 2015, Trisnawati 2008, Eshmat et al. 2014, Muslimah 2013,
Yuliansari 2015, Wulandari 2006, Muhajir 2016, Adriyani 2007, Murtini dan
73

Lampiran 1.3 Rekapitulasi pustaka dan lokasi kadar kadmium


No Kelompok Pangan Pustaka Lokasi
Peranginangin 2006, Afriansyah 2009, Syakri 2016, Daimin et al. 2013, Aripai et
al. 2012, Jalaluddin dan Ambeng 2005, Bahar 2004, Fachruddin dan Musbir 2009,
Amalia et al. 2016, Lindawanti 2017, Soehati 2014, Rumahlatu 2012
9 Susu dan Olahannya Rulliadi 2015, Misgiyarta dan Usmiati 2005, Balia et al. 2007 Riau dan Jawa Barat
10 Minyak, Lemak dan Olahannya Chairunisa 2013 DKI Jakarta
11 Gula dan Konfeksionari Nasution 2009 Sumatera Utara
12 Bumbu Cahyanto 2015 Kalimantam Barat
13 Minuman Kesuma 2016 Sumatera Utara
14 Makanan Komposit - -
15 Air Minum Irsan 2016, Lubis 2015, Irfansi et al. 2013, Susanti 2010, Sinaga 2015, Ashar et al. Sumatera Utara, Jawa Timur, Maluku, Sulawesi Selatan
2016, Wulandari 2017, Sutrisno dan Budiyono 2004, Pratiwi et al. 2008,
Anggriana 2011, Ritonga 2010, Susanti 2010, Dewa et al. 2015

Lampiran 1.4 Rekapitulasi pustaka dan lokasi kadar timah


No Kelompok Pangan Pustaka Lokasi
1 Serealia dan Olahannya Ningsih 2013 Sumatera Barat
2 Umbi dan Olahannya - -
3 Kacang dan Olahannya - -
4 Sayuran dan Olahannya Mardiyono dan Hardiyanti 2012 Jawa Tengah
5 Buahan dan Olahannya Vera 2011 Jawa Barat
6 Daging dan Olahannya - -
7 Jeroan dan Olahannya - -
8 Ikan, Hasil Laut dan Olahannya Sitinjak 2016, Gunawan et al. 2014 Sumatera Utara, Riau
9 Susu dan Olahannya Supriaindi et al. 2013 Riau
10 Minyak, Lemak dan Olahannya - -
11 Gula dan Konfeksionari - -
12 Bumbu Sopyan et al. 2008 Jawa Barat
13 Minuman Parinduri 2016 Sumatera Utara
14 Makanan Komposit - -
15 Air Minum - -
74

Lampiran 1.5 Rekapitulasi pustaka dan lokasi kadar arsen


No Kelompok Pangan Pustaka Lokasi
1 Serealia dan Olahannya - -
2 Umbi dan Olahannya Sundari 2015 Riau
3 Kacang dan Olahannya - -
4 Sayuran dan Olahannya Sundari 2015 Riau
5 Buahan dan Olahannya Sundari 2015 Riau
6 Daging dan Olahannya Dwiloka dan Atmomarsono 2007 Jawa Tengah
7 Jeroan dan Olahannya Gunawan 2015 Maluku Utara
8 Ikan, Hasil Laut dan Olahannya Suyatno et al. 2010, Sofarini et al. 2009, Murtini dan Ariyani 2005, Murtini dan Jawa Barat, Jawa Tengah dan Kalimantan Selatan
Peranginangin 2006
9 Susu dan Olahannya Saputri 2009, Salundik 2012, Mulyani 2011 Jawa Barat
10 Minyak, Lemak dan Olahannya - -
11 Gula dan Konfeksionari - -
12 Bumbu Sopyan et al. 2008, Cahyanto 2015 Jawa Barat, Kalimantan Barat
13 Minuman - -
14 Makanan Komposit - -
15 Air Minum - -
75

Lampiran 2 Nilai paparan logam berat berdasarkan kadar minimum, maksimum dan rerata pustaka serta batas maksimum regulasi setiap
kelompok pangan
Lampiran 2.1 Nilai paparan timbal berdasarkan kadar minimum, maksimum dan rerata pustaka serta batas maksimum regulasi setiap
kelompok pangan
Paparan timbal berdasarkan kadar pustaka (µg/orang/ hari) Paparan timbal berdasarkan batas maksimum regulasi (µg/orang/ hari)
Kelompok
No Jenis Seluruh Seluruh
Pangan 0-59 bln 5 12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn 0-59 bln 5-12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn
Dokumen umur umur
1 Serealia dan Min 2.929 7.29 8.099 4.567 1.821 4.855 58.33 113.45 122.45 101.53 72.83 99.68
olahannya Maks 66.06 133.19 155.67 166.78 141.3 154.496
Rerata 25.94 53.91 62.48 62.39 50.54 58.47
2 Umbi dan Min 0.52 0.754 0.858 0.871 0.715 0.819 2.64 4.78 5.48 5.78 5.20 5.44
olahannya Maks 2.95 5.753 6.298 6.088 6.701 6.019
Rerata 1.348 2.459 2.713 2.649 2.757 2.592
3 Kacanng dan Min 0.0004 0.0011 0.0011 0.0023 0.0019 0.0019 3.63 7.90 10.08 12.19 13.89 11.35
olahannya Maks 0.0006 0.0018 0.0018 0.0037 0.0031 0.0031
Rerata 0.0005 0.0016 0.0016 0.0032 0.0026 0.0026
4 Sayuran dan Min 0 0 0 0 0 0 3.64 6.82 9.16 12.90 12.72 11.40
olahannya Maks 34.2496 86.198 121.38 119.68 119.68 107.31
Rerata 10.577 19.816 26.6162 37.4833 36.960 33.126
5 Buahan dan Min 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 3.76 5.19 4.95 7.37 7.29 6.70
olahannya Maks 3.3120 4.7520 4.1760 5.1120 3.4560 4.6800
Rerata 0.9048 1.2982 1.1409 1.3966 0.9442 1.2786
6 Daging dan Min 3.719 6.679 5.887 5.572 3.802 5.425 14.75 25.60 23.10 22.15 14.70 21.40
olahannya Maks 27.441 47.567 42.682 42.362 28.663 40.602
Rerata 8.3902 14.407 12.9877 13.0359 8.7976 12.448
7 Jeroan dan Min 0.0224 0.0359 0.0274 0.0406 0.0265 0.0359 0.60 0.95 0.90 1.20 0.70 1.05
olahanya Maks 1.538 2.442 2.445 3.168 1.75 2.746
Rerata 0.6425 1.0301 0.9908 1.3030 0.7179 1.1235
8 Ikan, hewan Min 0.005 0.0079 0.0082 0.01 0.0033 0.0048 12.32 21.72 21.36 26.28 22.82 24.22
laut dan Maks 234.624 417.31 405.48 501.023 432.131 461.723
olahannya Rerata 39.564 69.697 69.2647 85.4918 73.645 78.592
9 Telur dan - - - - - - - 5.00 6.48 5.48 4.93 3.23 4.93
olahannya
10 Susu dan Min 1.3886 0.6206 0.2646 0.2040 0.1733 0.3076 1.0170 0.3940 0.1440 0.0840 0.0600 0.1500
olahannya Maks 30.086 13.531 5.1318 3.1264 1.9507 5.4681
Rerata 11.383 5.1084 2.0211 1.3540 0.9768 2.2272
76

Lampiran 2.1 Nilai paparan timbal berdasarkan kadar minimum, maksimum dan rerata pustaka serta batas maksimum regulasi setiap
kelompok pangan
Paparan timbal berdasarkan kadar pustaka (µg/orang/ hari) Paparan timbal berdasarkan batas maksimum regulasi (µg/orang/ hari)
Kelompok
No Jenis Seluruh Seluruh
Pangan 0-59 bln 5 12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn 0-59 bln 5-12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn
Dokumen umur umur
11 Minyak, Min 0.0037 0.0071 0.0076 0.0084 0.0074 0.0079 0.95 1.82 1.94 2.14 1.89 2.01
lemak dan Maks 4.9036 9.4341 10.1270 11.1930 9.9138 10.5001
olahannya Rerata 1.4214 2.7347 2.9355 3.2445 2.8737 3.0437
12 Gula dan Min 1.9300 2.0650 1.0200 0.4050 0.2300 0.7050 3.74 4.32 1.9 0.8 0.36 1.38
konfeksionari Maks 2.5450 2.7850 1.3200 0.4800 0.2900 0.8850
Rerata 2.6335 2.7880 1.3020 0.4755 0.2600 0.8940
13 Bumbu Min 0.1317 0.2586 0.2705 0.3247 0.3223 0.3057 22.8 44.1 46.5 55.3 54.1 52.0
Maks 8.3306 15.293 16.7377 20.5031 19.819 18.9820
Rerata 3.3810 6.2322 6.8020 8.3221 8.0572 7.7124
14 Minuman Min 3.3485 9.3196 8.0243 8.0745 2.7770 7.2859 1.7450 4.2290 7.7400 19.3200 18.2750 15.675
Maks 6.2338 16.321 15.6982 14.9182 8.2041 13.9141
Rerata 5.0386 13.399 12.2958 12.0278 5.9268 11.1003
15 Makanan Min 0.0264 0.0352 0.0308 0.0264 0.0088 0.0264 0.15 0.20 0.18 0.15 0.05 0.15
Komposit Maks 0.0264 0.0352 0.0308 0.0264 0.0088 0.0264
Rerata 0.0264 0.0352 0.0308 0.0264 0.0088 0.0264
16 Air Min 0.0375 0.0515 0.0678 0.0974 0.0560 0.0818 6.765 9.220 10.685 13.320 12.360 12.190
Maks 82.792 112.8 129.906 160.6285 152.54 147.752
Rerata 16.764 22.841 26.3222 32.5751 30.86 29.9479
17 Suplemen - - - - - - - 0.04 0.02 0.03 0.11 0.10 0.09
77

Lampiran 2.2 Nilai paparan merkuri berdasarkan kadar minimum, maksimum dan rerata pustaka serta batas maksimum regulasi setiap
kelompok pangan
Paparan merkuri berdasarkan kadar pustaka (µg/orang/ hari) Paparan merkuri berdasarkan batas maksimum regulasi (µg/orang/ hari)
Kelompok
No Seluruh Seluruh
Pangan Jenis Data 0-59 bln 5 12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn 0-59 bln 5-12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn
umur umur
1 Serealia dan - - - - - - - 5.06 9.27 9.98 9.27 7.35 8.93
olahannya
2 Umbi dan Min 0.135 0.2835 0.3078 0.2943 0.3429 0.2943 0.40 0.72 0.82 0.87 0.78 0.82
olahannya Maks 0.2950 0.6195 0.6726 0.6431 0.7493 0.6431
Rerata 0.2150 0.4515 0.4902 0.4687 0.5461 0.4687
3 Kacanng dan - - - - - - - 0.54 1.18 1.51 1.82 2.08 1.70
olahannya
4 Sayuran dan Min 0.0137 0.0259 0.0330 0.0469 0.0464 0.0397 0.5460 1.0230 1.3740 1.9350 1.9080 1.7100
olahannya Maks 3.4237 6.4127 8.6240 12.1422 11.972 10.741
Rerata 1.6101 3.0159 4.0549 5.7094 5.6294 5.0494
5 Buahan dan Min 0.5642 0.5226 0.5252 0.8866 0.8970 0.7774 0.56 0.78 0.74 1.10 1.09 1.01
olahannya Maks 0.7075 0.6387 0.6478 1.1127 1.1427 0.9737
Rerata 0.6359 0.5807 0.5865 0.9997 1.0199 0.8756
6 Daging dan Min 0 0 0 0 0 0 0.89 1.54 1.39 1.33 0.88 1.28
olahannya Maks 2.3490 3.4510 3.2480 3.1030 1.7690 2.9580
Rerata 0.7522 1.1052 1.0401 0.9937 0.5665 0.9473
7 Jeroan dan Min 0 0 0 0 0 0 - - - - - -
olahanya Maks 0.0640 0.0640 0.1920 0.1920 0.1280 0.1920
Rerata 0.0097 0.0097 0.0292 0.0292 0.0195 0.0292
8 Ikan, hewan Min 18.186
laut dan 0.0086 0.0155 0.0161 0.0200 0.0169 0.0182 9.7720 17.128 16.9920 20.8200 0 19.194
olahannya Maks 118.592 206.829 203.5816 250.3793 216.103 230.61
Rerata 9.0572 15.9533 15.9244 19.6527 17.0594 18.066
9 Telur dan - - - - - - - 0.60 0.78 0.66 0.59 0.39 0.59
olahannya
Susu dan - - - - - - - 1.02 0.39 0.14 0.08 0.06 0.15
10
olahannya
11 Minyak, Min 0.0368 0.0708 0.0760 0.0840 0.0744 0.0788 0.48 0.91 0.97 1.07 0.95 1.01
lemak dan Maks 0.0709 0.1363 0.1464 0.1618 0.1433 0.1517
olahannya Rerata 0.0529 0.1017 0.1092 0.1206 0.1069 0.1132
12 Gula dan - - - - - - - 0.50 0.62 0.53 0.81 0.90 0.76
78

Lampiran 2.2 Nilai paparan merkuri berdasarkan kadar minimum, maksimum dan rerata pustaka serta batas maksimum regulasi setiap
kelompok pangan
Paparan merkuri berdasarkan kadar pustaka (µg/orang/ hari) Paparan merkuri berdasarkan batas maksimum regulasi (µg/orang/ hari)
Kelompok
No Seluruh Seluruh
Pangan Jenis Data 0-59 bln 5 12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn 0-59 bln 5-12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn
umur umur
konfeksionari
13 Bumbu Min 0.0063 0.0114 0.0126 0.0155 0.0149 0.0143 0.54 1.01 1.09 1.29 1.23 1.20
Maks 0.0378 0.0684 0.0756 0.0930 0.0894 0.0858
Rerata 0.0241 0.0437 0.0483 0.0594 0.0571 0.0548
14 Minuman - - - - - - - 0.04 0.09 0.13 0.13 0.10 0.12
Makanan - - - - - - - 0.015 0.021 0.021 0.015 0.006 0.015
15
Komposit
16 Air Min 0.2572 0.3504 0.4032 0.4980 0.4744 0.4584 0.71 0.97 1.13 1.42 1.29 1.29
Maks 1.9933 2.7156 3.1248 3.8595 3.6766 3.5526
Rerata 1.5432 2.1024 2.4192 2.9880 2.8464 2.7504
17 Suplemen - - - - - - - 0.006 0.0030 0.0030 0.0150 0.0150 0.0120
79

Lampiran 2.3 Nilai paparan kadmium berdasarkan kadar minimum, maksimum dan rerata pustaka serta batas maksimum regulasi setiap
kelompok pangan
Paparan kadmium berdasarkan kadar pustaka (µg/orang/ hari) Paparan kadmium berdasarkan batas maksimum regulasi (µg/orang/ hari)
Kelompok
No Seluruh Seluruh
Pangan Jenis Data 0-59 bln 5 12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn 0-59 bln 5-12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn
umur umur
1 Serealia dan Min 0.8310 1.6240 1.9150 2.1960 1.9340 2.0130 9.11 16.73 17.92 16.26 12.69 15.74
olahannya Maks 8.3100 16.240 19.1500 21.9600 19.340 20.130
Rerata 3.1138 6.0851 7.1755 8.2284 7.2467 7.5427
2 Umbi dan Min 0 0 0 0 0 0 0.66 1.20 1.37 1.45 1.30 1.36
olahannya Maks 0.1880 0.3948 0.4286 0.4098 0.4775 0.4098
Rerata 0.0785 0.1649 0.1790 0.1711 0.1994 0.1711
3 Kacanng dan - - - - - - - 0.91 1.97 2.52 3.04 3.47 2.83
olahannya
4 Sayuran dan Min 0.0005 0.0009 0.0009 0.0014 0.0014 0.0009 0.91 1.705 2.29 3.225 3.18 2.85
olahannya Maks 11.089 20.768 27.9346 39.3294 38.778 34.795
Rerata 2.2098 4.1391 5.5665 7.8373 7.7275 6.9329
5 Buahan dan - - - - - - - 0.9405 1.2985 1.2370 1.8415 1.8220 1.6750
olahannya
6 Daging dan Min 0.8087 1.4179 1.2536 1.1540 0.7622 1.1296 1.48 2.56 2.31 2.22 1.47 2.14
olahannya Maks 2.9327 4.9708 4.4629 4.2493 2.7689 4.1089
Rerata 1.4548 2.5071 2.2328 2.0834 1.3639 2.0285
7 Jeroan dan Min 0.0085 0.0136 0.0102 0.0153 0.0102 0.0136 0.06 0.10 0.09 0.12 0.07 0.11
olahanya Maks 0.6840 1.0577 1.0449 1.3806 0.8444 1.2307
Rerata 0.2007 0.3183 0.2764 0.3850 0.2386 0.3398
8 Ikan, hewan Min 0.0184 0.0322 0.0329 0.0404 0.0343 0.0370 8.33 14.65 14.46 17.76 15.46 16.37
laut dan Maks 52.4491 92.6151 90.0606 111.0984 95.6246 102.4
olahannya Rerata 5.4855 9.9048 9.8555 12.2327 10.6777 11.243
9 Telur dan - - - - - - - 2.00 2.59 2.19 1.97 1.29 1.97
olahannya
10 Susu dan Min 0.1085 0.0490 0.0173 0.0086 0.0034 0.0173 2.202 0.985 0.36 0.21 0.15 0.375
olahannya Maks 1.5820 0.7140 0.2520 0.1260 0.0490 0.2520
Rerata 0.0465 0.0210 0.0074 0.0037 0.0014 0.0074
11 Minyak, Min 0.0009 0.0018 0.0019 0.0021 0.0019 0.0020 0.95 1.82 1.94 2.14 1.89 2.01
lemak dan Maks 0.0046 0.0089 0.0095 0.0105 0.0093 0.0099
olahannya Rerata 0.0033 0.0064 0.0069 0.0076 0.0067 0.0071
80

Lampiran 2.3 Nilai paparan kadmium berdasarkan kadar minimum, maksimum dan rerata pustaka serta batas maksimum regulasi setiap
kelompok pangan
Paparan kadmium berdasarkan kadar pustaka (µg/orang/ hari) Paparan kadmium berdasarkan batas maksimum regulasi (µg/orang/ hari)
Kelompok
No Seluruh Seluruh
Pangan Jenis Data 0-59 bln 5 12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn 0-59 bln 5-12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn
umur umur
12 Gula dan Min 0.1230 0.1440 0.0600 0.0150 0.0120 0.0360 1.16 1.48 1.70 3.08 3.50 2.72
konfeksionari Maks 0.1230 0.1440 0.0600 0.0150 0.0120 0.0360
Rerata 0.1230 0.1440 0.0600 0.0150 0.0120 0.0360
13 Bumbu Min 0.0126 0.0228 0.0252 0.0310 0.0298 0.0286 4.65 8.55 9.30 11.00 10.40 10.25
Maks 0.0126 0.0228 0.0252 0.0310 0.0298 0.0286
Rerata 0.0126 0.0228 0.0252 0.0310 0.0298 0.0286
14 Minuman Min 0.0022 0.0062 0.0052 0.0052 0.0017 0.0047 0.1890 0.4690 0.8920 2.1920 1.9990 1.7750
Maks 0.0048 0.0133 0.0112 0.0112 0.0037 0.0101
Rerata 0.0030 0.0084 0.0070 0.0070 0.0023 0.0064
Makanan - - - - - - -
15
Komposit
0.03 0.04 0.04 0.03 0.01 0.03
16 Air Min 0.1240 0.1702 0.2239 0.3219 0.1850 0.2701 21.3 29.04 33.87 42.57 38.58 38.76
Maks 70.9290 96.6332 111.2394 137.4668 130.757 126.49
Rerata 10.3285 14.0731 16.2319 20.1103 18.9913 18.475
17 Suplemen - - - - - - - 0.042 0.022 0.024 0.104 0.101 0.083
81

Lampiran 2.4 Nilai paparan timah berdasarkan kadar minimum, maksimum dan rerata pustaka serta batas maksimum regulasi setiap
kelompok pangan
Paparan timah berdasarkan kadar pustaka (µg/orang/ hari) Paparan timah berdasarkan batas maksimum regulasi (µg/orang/ hari)
Kelompok
No Seluruh Seluruh
Pangan Jenis Data 0-59 bln 5 12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn 0-59 bln 5-12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn
umur umur
1 Serealia dan Min 101.504 4225 174.8 136.89 86.25 77.76 8850 9350 6750 5150 4675 5850
olahannya Maks 124.418 138.333 94.1321 66.30174 61.3905 78.58
Rerata 111.671 124.161 84.4882 59.50908 55.101 70.529
2 Umbi dan - - - - - - -
olahannya 2525 4550 4825 4725 4725 4625
3 Kacanng dan - - - - - - -
olahannya 4525 9850 12575 15200 17325 14150
4 Sayuran dan - - - - - - - - - - - - -
olahannya
5 Buahan dan - - - - - - - - - - - - -
olahannya
6 Daging dan - - - - - - - 2225 3150 2625 1600 625 1800
olahannya
7 Jeroan dan - - - - - - - - - - - - -
olahanya
8 Ikan, hewan Min 191.7 440.91 472.86 607.05 607.05 555.93 1275 2525 2675 3450 3025 3125
laut dan Maks 1142.6 2627.99 2818.425 3618.248 3618.25 3313.6
olahannya Rerata 490.281 1127.65 1209.359 1552.556 1552.56 1421.8
9 Telur dan - - - - - - - 25 50 25 75 50 50
olahannya
10 Susu dan Min 236.504 105.672 45.2880 35.2240 30.1920 52.836 4177 1970 720 420 300 750
olahannya Maks 445.936 199.248 85.3920 66.4160 56.9280 99.624
Rerata 339.246 151.578 64.9620 50.5260 43.3080 75.789
Minyak, - - - - - - - 1975 3650 3675 4750 4975 4425
11 lemak dan
olahannya
Gula dan - - - - - - - - - - - - -
12
konfeksionari
13 Bumbu Min 10.710 19.38 21.42 26.35 25.33 24.31 1575 2850 3150 3875 3725 3575
Maks 19.590 35.454 39.186 48.205 46.339 44.473
Rerata 15.152 27.417 30.303 37.2775 35.835 34.392
82

Lampiran 2.4 Nilai paparan timah berdasarkan kadar minimum, maksimum dan rerata pustaka serta batas maksimum regulasi setiap
kelompok pangan
Paparan timah berdasarkan kadar pustaka (µg/orang/ hari) Paparan timah berdasarkan batas maksimum regulasi (µg/orang/ hari)
Kelompok
No Seluruh Seluruh
Pangan Jenis Data 0-59 bln 5 12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn 0-59 bln 5-12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn
umur umur
14 Minuman Min 0.0000 0.1311 2.6213 8.5192 5.8979 6.5532 160 482 720 580 240 530
Maks 0.0000 0.1311 2.6213 8.5192 5.8979 6.5532
Rerata 0.0000 0.1311 2.6213 8.5192 5.8979 6.5532
Makanan - - - - - - - - - - - - -
15
Komposit
16 Air - - - - - - - - - - - - -
17 Suplemen - - - - - - - - - - - - -
83

Lampiran 2.5 Nilai paparan arsen berdasarkan kadar minimum, maksimum dan rerata pustaka serta batas maksimum regulasi setiap kelompok
pangan
Paparan arsen berdasarkan kadar pustaka (µg/orang/ hari) Paparan arsen berdasarkan batas maksimum regulasi (µg/orang/ hari)
No Kelompok Pangan Jenis Seluruh Seluruh
0-59 bln 5 12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn 0-59 bln 5-12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn
Data umur umur
1 Serealia dan - - - - - - - 30.45 56.41 59.00 47.09 33.26 46.95
olahannya
2 Umbi dan - - - - - - - 1.98 3.59 4.11 4.34 3.90 4.08
olahannya
3 Kacanng dan - - - - - - - 2.72 5.91 7.55 9.12 10.40 8.49
olahannya
4 Sayuran dan Min 5.3214 9.9666 13.4064 18.8748 18.6102 16.6992 2.73 5.12 6.87 9.68 9.54 8.55
olahannya Maks 12.5976 23.5944 31.7376 44.6832 44.0568 39.5328
Rerata 7.8871 14.7719 19.8702 27.9752 27.5830 24.7506
5 Buahan dan Min 1.2604 1.8084 1.5892 1.9454 1.3152 1.7810 2.82 3.90 3.71 5.52 5.47 5.03
olahannya Maks 1.2604 1.8084 1.5892 1.9454 1.3152 1.7810
Rerata 1.2604 1.8084 1.5892 1.9454 1.3152 1.7810
6 Daging dan Min 6.2280 11.66 10.5876 10.5184 7.2314 10.034 7.38 12.80 11.55 11.08 7.35 10.70
olahannya Maks 6.4339 12.046 10.9377 10.8662 7.4705 10.366
Rerata 6.3308 11.853 10.7623 10.6920 7.3507 10.199
7 Jeroan dan - - - - - - - 0.30 0.48 0.45 0.60 0.35 0.53
olahanya
8 Ikan, hewan laut Min 0.1341 0.2315 0.2099 0.2579 0.2137 0.2393 9.98 17.68 17.25 21.30 18.40 19.63
dan olahannya Maks 0.1440 0.2480 0.2247 0.2810 0.2269 0.2591
Rerata 0.1401 0.2415 0.2189 0.2720 0.2217 0.2513
9 Telur dan - - - - - - - 5.00 6.48 5.48 4.93 3.23 4.93
olahannya
10 Susu dan Min 0.0678 0.0306 0.0108 0.0054 0.0021 0.0108 4.396 1.962 0.704 0.396 0.244 0.726
olahannya Maks 0.2486 0.1122 0.0396 0.0198 0.0077 0.0396
Rerata 0.1883 0.0850 0.0300 0.0150 0.0058 0.0300
Minyak, lemak - - - - - - - 1.71 3.23 3.37 4.00 3.85 3.74
11
dan olahannya
Gula dan - - - - - - - 12.0 14.6 11.6 16.5 18.1 15.7
12
konfeksionari
13 Bumbu Min 0.0063 0.0114 0.0126 0.0155 0.0149 0.0143 1.40 2.57 2.79 3.30 3.12 3.08
Maks 0.2646 0.4788 0.5292 0.6510 0.6258 0.6006
Rerata 0.0651 0.1178 0.1302 0.1601 0.1539 0.1477
84

Lampiran 2.5 Nilai paparan arsen berdasarkan kadar minimum, maksimum dan rerata pustaka serta batas maksimum regulasi setiap kelompok
pangan
Paparan arsen berdasarkan kadar pustaka (µg/orang/ hari) Paparan arsen berdasarkan batas maksimum regulasi (µg/orang/ hari)
No Kelompok Pangan Jenis Seluruh Seluruh
0-59 bln 5 12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn 0-59 bln 5-12 thn 13-18 thn 19-55 thn >55 thn
Data umur umur
14 Minuman - - - - - - - 0.85 1.95 2.30 2.38 2.35 2.28
Makanan - - - - - - - 0.13 0.18 0.18 0.13 0.05 0.13
15
Komposit
16 Air - - - - - - - 7.10 9.68 11.29 14.19 12.86 12.92
17 Suplemen - - - - - - - 0.20 0.10 0.11 0.51 0.50 0.41
85

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Manggar, 11 Maret 1991, sebagai anak pertama dari tiga
bersaudara dari Bapak Muhammad Effendi dan Ibu Septiani. Pada Juli 2012,
penulis menerima gelas Sarjana Teknologi Pertanian dari Jurusan Teknologi
Industri Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Penulis bekerja di PT. Duta Satya Konsultindo sejak tahun 2016 hingga saat ini.
Kemudian pada bulan Oktober 2015 penulis melanjutkan pendidikannya pada
Program Magister Profesional Teknologi Pangan, Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor. Penulis melakukan penelitian sebagai tugas akhir dengan judul
“Kajian Paparan Logam Berat dari Pangan di Indonesia” di bawah bimbingan
Prof. Dr. Nuri Andarwulan dan Nancy Dwi Juliana, STP. M.Sc.

Anda mungkin juga menyukai