Anda di halaman 1dari 5

1.1.

Latar Belakang

Perkembangan gaya hidup dari social media ini memberikan konsekuensi perusahaan

untuk meningkatkan produktivitas dalam organisasi. Adanya peningkatan produktivitas dapat

diwujudkan dengan adanya perkembangan efisiensi (waktu, bahan, tenaga), teknik produksi,

sistem kerja dan adanya peningkatan keterampilan dan tenaga kerja. Masuknya generasi

millenial ke dunia kerja menjadikan dilemma bagi perusahaan dimana adanya kemungkinan

mengalami penurunan produktivitas. Apabila dilihat dari sisi lain social media dapat digunakan

sebagai media jaringan sosial untuk peningkatan hubungan kerja mengunci akses jaringan social

dan memberikan akses yang tidak terbatas (Panjaitan, P.,& Prasetya, A., 2017)

Kerjasama di dalam organisasi akan diperoleh apabila organisasi tersebut memiliki

sumber daya manusia yang berkualitas, tanggung jawab, disiplin dan memiliki kinerja yang baik.

Untuk mencapai kinerja yang baik maka perlu adanya perencanaan kerja yang berisi rangkaian

tindakan yang disusun untuk mempersiapkan gambaran besar yang ingin dikerjakan agar lebih

efektif untuk mencapai tujuan dan tingginya efisiensi waktu kerja (Marsal, A., & Hidayati, F,

2018)

Efisiensi waktu kerja merupakan keefektifan pemanfaatan waktu dalam bekerja. Hal ini

sudah tentu sangat berpengaruh terhadap produktivitas atau capaian kerja perusahaan. Setiap

perushaan atau instansi pemerintahan tentunya memiliki jumlah karyawan yang pada dasar

perhitungannya dapat menyelesaikan semua pekerjaan tepat waktu. Namun pada kenyataannya,

sangat banyak pekerjaan di perusahaan atau instansi pemerintahan yang tidak dapat dikerjakan

tepat waktu, yang salah satu penyebabnya adalah tidak efisiennya waktu kerja dari seorang

karyawan atau pegawai (Kreitner, R.,& Angelo, K., 2014). Kurang efektifnya waktu kerja

tersebut disebabkan oleh karena waktu kerja banyak berkurang dengan aktivitas lain seperti
bercerita, berinteraksi dengan yang lain dan yang paling menonjol adalah waktu terbuang karena

bermedia sosial (Marsal, A., & Hidayati, F, 2018).

Tingkat keefektifan waktu kerja di atas sudah pasti sangat dipengaruhi oleh lama waktu

efektif seorang karyawan atau pegawai dalam bekerja. Sedangkan pada kenyataannya, seorang

karyawan atau pegawai banyak yang mengakses media sosial disaat mereka bekerja. Selain dari

terbuangnya waktu efektif kerja, hal-hal yang diperoleh dalam bermedia sosial tentunya akan

mempengaruhi pisikis seseorang dalam bekerja. Hal itu pastinya akan mengganggu dan

mempengaruhi semangat, motivasi maupun etos kerja (Marsal, A., & Hidayati, F, 2018).

Kinerja perawat yang baik merupakan harapan seluruh pasien. Menurut Mangkunegara

(2015) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai dalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja perawat diukur dari pelayanan

yang diberikan kepada pasien sehingga pasien merasakan puas atau tidak puas (Kurniadih,

2013). Jadi kinerja perawat merupakan produktivitas perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai wewenang dan tanggungjawabnya yang dapat diukur secara kualitas dan

kuantitas. Penilaian kinerja perawat merupakan bentuk penjaminan mutu layanan keperawatan.

Penilaian kinerja merupakan upaya menilai prestasi perawat dalam bekerja. Penilaian

kerja adalah sistem formal untuk mengkaji dan mengevaluasi kinerja seseorang secara berkala

berfungsi sebagai informasi tentang kemampuan individu perawat dan membantu pimpinan

mengambil keputusan dalam pengembangan personalia (Sedarmayanti & Triwibowo, 2013).

Menurut evaluasi The American Nursing Association di Amerika Serikat terdapat 24,7 %

menyebutkan bahwa penggunaan Gadget itu berpengaruh terhadap kinerja dalam pelayanan

perawat dan tingkat kepuasaan pasien serta 75,3% tidak berpengaruh pada kinerja perawat

tersebut (Pramanda,Reditya Putra,dkk, 2015).


Berita yang dimuat di tribunpekanbaru.com dengan judul Viral, Video Perawat Wanita

Sibuk Main Posel Saat Beri Bantuan Pernapasan Manual Pada Pasien menyatakan bahwa

seorang perawat di sebuah rumah sakit sedang memberikan bantuan pernapasan dengan cara

manual jadi perbincangan publik. Bagaimana tidak, saat salah satu tangannya bekerja

memberikan bantuan pernapasan secara manual, satu tangannya yang lain sibuk dengan ponsel.

Berdasarkan informasi dari berita online yang dimuat di parepare, pijarnews.com

pada tangga 28 Januari 2018 dunia kesehatan kembali dibuat gaduh atas beredarnya foto

dokter muda yang tengah asyik bermain game online Mobile Legends (ML) saat menangani

pasien. Diduga, dokter muda tersebut, adalah peserta didik di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali.

Foto tersebut diunggah pemilik akun facebook bernama Gabriel Yosias pada Rabu (24/1) lalu.

Kini foto tersebut viral di sosmed, yang memperlihatkan gayanya bermain game ML di saat ia

mengontrol pasien yang berumur 4,5 tahun di tengah pasien lagi kesakitan, dan dipostingnya

juga. Paramedis diharapkan tidak mencontek aksi dokter muda itu. Pasalnya, melakukan kegiatan

praktik di luar Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga menimbulkan kerugian bagi pasien

akibat kelalaian dapat dikenakan sanksi, baik pidana maupun sanksi administratif sesuai kode

etik dan Undang-undang Kedokteran yang berlaku (Parepare, pijarnews.com, 2018)

Menurut hasil survei dari Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

terdapat 37,6% kinerja perawat mengalami perubahan perilaku yang diakibatkan oleh

penggunaan gadget yang berlebihan pada saat melaksanakan tugas. Dimana dalam menjalankan

tugas perawat akan menjadi sarana untuk mengumpulkan informasi pasien (Fathudin, AH., &

Elsi DH., 2017).

Di Provinsi Sumatera Utara melalui hasil studi dari Direktorat Keperawatan dan

Keteknisan Medik Depkes, UGM dan WHO yang melakukan penelitian ditemukan data 39,8%
gadget mempengaruhi perilaku kinerja perawat. Data-data tersebut mengindikasikan bahwa

kinerja perawat masih rendah. Kinerja diartikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas

yang dicapai oleh seorang karyawan dalam kemampuan melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan oleh atasan kepadanya (Yulistiana R., dkk, 2013).

Berdasarkan informasi berita dari hetanews.com salah satu rumah sakit swasta di Deli

Serdang Sumatera Utara sedang ramai diperbincangkan karena beredarnya video salah seorang

perawat melakukan tindakan kepada anak dengan usia satu tahun delapan bulan dengan keluhan

dehidrasi sambil menggunakan handphone (gadget), atas tindakan oknum perawat tersebut,

sehingga rumah sakit mengambil tindakan untuk mengistirahatkan onkum perawat tersebut

(Hetanews.com, 2017).

Kinerja perawat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Gibson (2008) terdapat tiga

variabel yang mempengaruhi kinerja individu yaitu 1) Variabel individu terdiri dari kemampuan

dan keterampilan, variabel psikologi terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan

motivasi sedangkan variabel organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan,

struktur dan desain pekerjaan. Menurut Ilyas (2013) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

kinerja meliputi karakteristik pribadi yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pengalaman, orientasi

dan gaya komunikasi, motivasi, pendapatan dan gaji, lingkungan, organisasi, supervisi dan

pengembangan karir. Dari beberapa referensi diatas kinerja perawat tidak dapat terlepas dari

faktor yang mempengaruhinya. Kinerja perawat yang optimal tentunya akan memberikan

kontribusi dalam pelayanan keperawatan.

Pada kenyataannya, penggunaan smartphone memang sangat meme-ngaruhi perilaku

komunikasi individu. Kini smart-phone sudah menjadi media komunikasi pokok. Hal tersebut

bisa dibuktikan dengan kenyataan di lapangan. Semua orang pasti tidak bisa lepas dari gadget,
baik dalam berkomunikasi ataupun sekadar mengunggah di media sosial. Hal tersebut

memperlihatkan bahwa intensitas penggunaan smartphone berpengaruh terhadap perubahan

perilaku individu (Gifary Sharen.dkk, 2015).

Hal ini tentu menjadi faktor penentu berubahnya perilaku individu dalam kegiatan sehari-

hari khususnya dalam berkomunikasi dengan individu lain karena perilaku komunikasi me-

netapkan siapa bicara de-ngan siapa, tentang apa, dan bagaimana. Perubahan mengenai perilaku

individu dapat dipengaruhi salah satunya oleh lingkungan. Untuk menghindari perubahan

perilaku ke arah yang buruk, seseorang harus dapat memosisikan diri dalam suatu lingkungan di

era yang kini teknologinya serba canggih (Gifary Sharen.dkk, 2015).

Dari sudut pandang ilmu kesehatan jiwa, penggunaan gadget dapat mengganggu

emosional atau perilaku seseorang secara alami. Hubungan baik antar pegawai / perawat akan

dapat meningkatkan kinerja Perawat sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit. Sebagaimana

diketahui bahwa Instansi juga dituntut untuk dinamis sesuai perkembangan zaman yang begitu

komplek dan kompetitif. Eksistensi sumber daya manusia semakin penting dan mempunyai

peran yang sangat strategis, bahkan dapat dikatakan sebagai kunci keberhasilan Instansi atau

lembaga dalam menjalankan visi dan misinya (Didimus,Indriana Stiani, dkk, 2013).

Anda mungkin juga menyukai