Latar Belakang
Perkembangan gaya hidup dari social media ini memberikan konsekuensi perusahaan
diwujudkan dengan adanya perkembangan efisiensi (waktu, bahan, tenaga), teknik produksi,
sistem kerja dan adanya peningkatan keterampilan dan tenaga kerja. Masuknya generasi
millenial ke dunia kerja menjadikan dilemma bagi perusahaan dimana adanya kemungkinan
mengalami penurunan produktivitas. Apabila dilihat dari sisi lain social media dapat digunakan
sebagai media jaringan sosial untuk peningkatan hubungan kerja mengunci akses jaringan social
dan memberikan akses yang tidak terbatas (Panjaitan, P.,& Prasetya, A., 2017)
sumber daya manusia yang berkualitas, tanggung jawab, disiplin dan memiliki kinerja yang baik.
Untuk mencapai kinerja yang baik maka perlu adanya perencanaan kerja yang berisi rangkaian
tindakan yang disusun untuk mempersiapkan gambaran besar yang ingin dikerjakan agar lebih
efektif untuk mencapai tujuan dan tingginya efisiensi waktu kerja (Marsal, A., & Hidayati, F,
2018)
Efisiensi waktu kerja merupakan keefektifan pemanfaatan waktu dalam bekerja. Hal ini
sudah tentu sangat berpengaruh terhadap produktivitas atau capaian kerja perusahaan. Setiap
perushaan atau instansi pemerintahan tentunya memiliki jumlah karyawan yang pada dasar
perhitungannya dapat menyelesaikan semua pekerjaan tepat waktu. Namun pada kenyataannya,
sangat banyak pekerjaan di perusahaan atau instansi pemerintahan yang tidak dapat dikerjakan
tepat waktu, yang salah satu penyebabnya adalah tidak efisiennya waktu kerja dari seorang
karyawan atau pegawai (Kreitner, R.,& Angelo, K., 2014). Kurang efektifnya waktu kerja
tersebut disebabkan oleh karena waktu kerja banyak berkurang dengan aktivitas lain seperti
bercerita, berinteraksi dengan yang lain dan yang paling menonjol adalah waktu terbuang karena
Tingkat keefektifan waktu kerja di atas sudah pasti sangat dipengaruhi oleh lama waktu
efektif seorang karyawan atau pegawai dalam bekerja. Sedangkan pada kenyataannya, seorang
karyawan atau pegawai banyak yang mengakses media sosial disaat mereka bekerja. Selain dari
terbuangnya waktu efektif kerja, hal-hal yang diperoleh dalam bermedia sosial tentunya akan
mempengaruhi pisikis seseorang dalam bekerja. Hal itu pastinya akan mengganggu dan
mempengaruhi semangat, motivasi maupun etos kerja (Marsal, A., & Hidayati, F, 2018).
Kinerja perawat yang baik merupakan harapan seluruh pasien. Menurut Mangkunegara
(2015) kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja perawat diukur dari pelayanan
yang diberikan kepada pasien sehingga pasien merasakan puas atau tidak puas (Kurniadih,
2013). Jadi kinerja perawat merupakan produktivitas perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai wewenang dan tanggungjawabnya yang dapat diukur secara kualitas dan
kuantitas. Penilaian kinerja perawat merupakan bentuk penjaminan mutu layanan keperawatan.
Penilaian kinerja merupakan upaya menilai prestasi perawat dalam bekerja. Penilaian
kerja adalah sistem formal untuk mengkaji dan mengevaluasi kinerja seseorang secara berkala
berfungsi sebagai informasi tentang kemampuan individu perawat dan membantu pimpinan
Menurut evaluasi The American Nursing Association di Amerika Serikat terdapat 24,7 %
menyebutkan bahwa penggunaan Gadget itu berpengaruh terhadap kinerja dalam pelayanan
perawat dan tingkat kepuasaan pasien serta 75,3% tidak berpengaruh pada kinerja perawat
Sibuk Main Posel Saat Beri Bantuan Pernapasan Manual Pada Pasien menyatakan bahwa
seorang perawat di sebuah rumah sakit sedang memberikan bantuan pernapasan dengan cara
manual jadi perbincangan publik. Bagaimana tidak, saat salah satu tangannya bekerja
memberikan bantuan pernapasan secara manual, satu tangannya yang lain sibuk dengan ponsel.
pada tangga 28 Januari 2018 dunia kesehatan kembali dibuat gaduh atas beredarnya foto
dokter muda yang tengah asyik bermain game online Mobile Legends (ML) saat menangani
pasien. Diduga, dokter muda tersebut, adalah peserta didik di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali.
Foto tersebut diunggah pemilik akun facebook bernama Gabriel Yosias pada Rabu (24/1) lalu.
Kini foto tersebut viral di sosmed, yang memperlihatkan gayanya bermain game ML di saat ia
mengontrol pasien yang berumur 4,5 tahun di tengah pasien lagi kesakitan, dan dipostingnya
juga. Paramedis diharapkan tidak mencontek aksi dokter muda itu. Pasalnya, melakukan kegiatan
praktik di luar Standar Operasional Prosedur (SOP) sehingga menimbulkan kerugian bagi pasien
akibat kelalaian dapat dikenakan sanksi, baik pidana maupun sanksi administratif sesuai kode
Menurut hasil survei dari Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)
terdapat 37,6% kinerja perawat mengalami perubahan perilaku yang diakibatkan oleh
penggunaan gadget yang berlebihan pada saat melaksanakan tugas. Dimana dalam menjalankan
tugas perawat akan menjadi sarana untuk mengumpulkan informasi pasien (Fathudin, AH., &
Di Provinsi Sumatera Utara melalui hasil studi dari Direktorat Keperawatan dan
Keteknisan Medik Depkes, UGM dan WHO yang melakukan penelitian ditemukan data 39,8%
gadget mempengaruhi perilaku kinerja perawat. Data-data tersebut mengindikasikan bahwa
kinerja perawat masih rendah. Kinerja diartikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seorang karyawan dalam kemampuan melaksanakan tugas-tugas sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan oleh atasan kepadanya (Yulistiana R., dkk, 2013).
Berdasarkan informasi berita dari hetanews.com salah satu rumah sakit swasta di Deli
Serdang Sumatera Utara sedang ramai diperbincangkan karena beredarnya video salah seorang
perawat melakukan tindakan kepada anak dengan usia satu tahun delapan bulan dengan keluhan
dehidrasi sambil menggunakan handphone (gadget), atas tindakan oknum perawat tersebut,
sehingga rumah sakit mengambil tindakan untuk mengistirahatkan onkum perawat tersebut
(Hetanews.com, 2017).
Kinerja perawat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Gibson (2008) terdapat tiga
variabel yang mempengaruhi kinerja individu yaitu 1) Variabel individu terdiri dari kemampuan
dan keterampilan, variabel psikologi terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan
motivasi sedangkan variabel organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan,
struktur dan desain pekerjaan. Menurut Ilyas (2013) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
kinerja meliputi karakteristik pribadi yang terdiri dari usia, jenis kelamin, pengalaman, orientasi
dan gaya komunikasi, motivasi, pendapatan dan gaji, lingkungan, organisasi, supervisi dan
pengembangan karir. Dari beberapa referensi diatas kinerja perawat tidak dapat terlepas dari
faktor yang mempengaruhinya. Kinerja perawat yang optimal tentunya akan memberikan
komunikasi individu. Kini smart-phone sudah menjadi media komunikasi pokok. Hal tersebut
bisa dibuktikan dengan kenyataan di lapangan. Semua orang pasti tidak bisa lepas dari gadget,
baik dalam berkomunikasi ataupun sekadar mengunggah di media sosial. Hal tersebut
Hal ini tentu menjadi faktor penentu berubahnya perilaku individu dalam kegiatan sehari-
hari khususnya dalam berkomunikasi dengan individu lain karena perilaku komunikasi me-
netapkan siapa bicara de-ngan siapa, tentang apa, dan bagaimana. Perubahan mengenai perilaku
individu dapat dipengaruhi salah satunya oleh lingkungan. Untuk menghindari perubahan
perilaku ke arah yang buruk, seseorang harus dapat memosisikan diri dalam suatu lingkungan di
Dari sudut pandang ilmu kesehatan jiwa, penggunaan gadget dapat mengganggu
emosional atau perilaku seseorang secara alami. Hubungan baik antar pegawai / perawat akan
dapat meningkatkan kinerja Perawat sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit. Sebagaimana
diketahui bahwa Instansi juga dituntut untuk dinamis sesuai perkembangan zaman yang begitu
komplek dan kompetitif. Eksistensi sumber daya manusia semakin penting dan mempunyai
peran yang sangat strategis, bahkan dapat dikatakan sebagai kunci keberhasilan Instansi atau
lembaga dalam menjalankan visi dan misinya (Didimus,Indriana Stiani, dkk, 2013).