Anda di halaman 1dari 9

TUGAS PSIKOLOGI PENDIDIKAN

MENGKAJI PERMASALAHAN DALAM KASUS


PROBLEM IN CLASSROOM

ANDRIYANA SUGIYANTO
2285142345

JURUSAN PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG

2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kasus


Belajar merupakan suatu proses yang mengarah kepada perubahan tingkah
laku menuju kea rah yang lebih baik, dalam hal ini tingkah laku yang dimaksud
adalah bahwa setiap peserta didik harus bisa mencapai kepada titik maksimal dari
maksud dan tujuan dari kegiatan belajar yang diselenggarakan kepada setiap peserta
didiknya tersebut.
Namun pada kenyataanya, banyak sekali terjadi hal-hal yang tidak terduga
dalam proses belajar mengajar. Sehingga pada akhirnya proses transformasi ilmu
pengetahuan dari seorang guru kepada peserta didiknya mengalami sedikit kendala
ganguan yang menyebabkan proses belajar mengajar menjadi kurang efektif dan tidak
tercapai tujuannya dengan baik.
Jika kita telaah lebih dalam, banyak sekali penyebab atau hambatan yang bisa
menjadi penyebab siswa mengalami sedikit kesulitan dalam menerima hasil dari
proses belajar mengajar, salah satu ganguan yang berkaitan dengan masalah diatas
adalah “Problem Behavior In The Classroom”. Dalam kajiannya tersebut banyak
membahas mengenai berbagai macam penyebab atau masalah-masalah apa saja yang
yang membuat siswa melakukan suatu prilaku yang bermasalah yang menyimpang
dari kebiasaan orang-orang yang disekitarnya.
Dalam hal ini, saya akan mengkaji suatu kasus permasalahan tentang
“Kesulitan Belajar” dimana dalam hal ini saya akan membahas kasus teman saya
sewaktu saya masih duduk di bangku sekolah menenngah atas, dimana teman saya
tersebut memiliki prilaku menyimpang dari teman-teman saya yang lainnya, yaitu dia
memiliki kesulitan di dalam menghapal dan memahami pelajaran, Setelah ditelusuri
lebih lanjut ternyata teman saya ini adalah seorang yang memiliki sedikit gangguan di
dalam membaca sehingga membuat dia sedikit kesulitan di dalam membaca, dan juga
ia memiliki kebiasaan yang kurang baik yaitu terkadang dia jarang mendengarkan
penjelasan guru ketika sedang menerangkan pelajaran, karena ia mengangap
pelajarannya yang sulit sehingga dia mengambil sikap untuk tidak memperhatikan
dari pada dia mengalami pusing karena harus memperhatikan pelajaran yang tidak
membuatnya menjadi faham.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Prilaku Bermasalah
Prilaku bermasalah adalah tingkah laku siswa yang menyimpang dari
kebiasaan teman-temannya. Lebih lanjut dikatakan bahwa apabila anak tiba-tiba tidak
dapat melakukan apa-apa juga merupakan indikasi bahwa anak mengalami masalah
yang segera harus ditangani oleh gurunya. (Budi Ahmad, 2010).

B. Masalah Belajar
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan
menghambat kelancaran proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Masalah belajar juga
merupakan segala masalah yang terjadi selama proses belajar itu sendiri baik secara
langsung ataupun secara tidak langsung (Udin, 2004)

C. Kesulitan Belajar (Learning Difficulty)


Menurut bejo,2009. Adalah suatu kondisi dimana kompetensi atau prestasi
yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria atau estándar yang telah ditetapkan. Kondisi
ini berkenaan dengan kelainan fungsi otak yang lazim disebut sebagai kesulitan
belajar secara spesifik, serta faktor psikologis yaitu kesultan belajar yang berkenaan
dengan rendahnya motivasi dan minat belajar.
Menurut syarif,2010. Menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kesulitan
belajar adalah “Kesulitan yang dialami siswa-siswi dalam kegiatan belajarnya,
sehingga berakibat pada prestasi belajarnya yang rendah dan perubahan tingkah laku
yang terjadi tidak sesuai dengan partisipasi yang diperoleh sebagaimana teman-teman
sekelasnya.
Berdasarkan pendapat di atas penulis menarik kesimpulan bahwasanya
kesulitan belajar adalah suatu keadaan dalam proses belajar mengajar dimana anak
didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Kesulitan belajar pada dasarnya
adalah suatu gejala yang nampa dalam berbagai manivestasi tingkah laku, baik secara
langsung maupun tidak langsung.

BAB IV
ANALISIS KASUS

Sebelum kita menelaah lebih jauh mengenai pemecahan dan penanganan masalah
dalam kasus kesuitan belajar ini, alangkah baiknya kita membahas menenai faktor-faktor apa
saja yang sekiranya memiliki keterkaitan dengan kasus kesultan belajar yang dialami oleh
teman saya ini. Ternyata setelah dikaji lebih dalam, ada dua faktor yang menyebabkan
masalah dalam kasus kesulitan belajar ini,yaitu faktor internal dan faktor ekstenal. Disini saya
akan membahas kedua faktor tersebut.

A. Faktor-Faktor internal Kesulitan Belajar


1.Sikap Terhadap Belajar
Maksudnya selama melakukan proses pembelajaran sikap siswa akan menentukan
hasil dari pembelajaran tersebut. Pemahaman siswa yang salah terhadap belajar akan
membawa kepada sikap yang salah dalam melakukan pembelajaran. Sikap siswa ini
akan mempengaruhi terhadap tindakan belajar. Sikap yang salah akan membawa siswa
merasa tidak peduli dengan belajar lagi. Akibatnya tidak akan terjadi proses belajar
yang kondusif. Jadi dalam hal ini teman saya memiliki kesalahan dalam memahami
proses didalam belajar, sehingga ia mengangap belajar itu bukan merupakan suatu yang
penting bagi dirinya.
2. Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses
belajar. Lemahnya motivasi atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan
belajar. Selanjutnya mutu belajar akan menjadi belajar. Oleh karena itu motivasi
belajar pada diri sisws perlu diproses dan diperkuat secara terus menerus. Mungkin
dalam hal ini teman saya belum memiliki motivasi yang berarti didalam dirinya,
sehingga dia masih belum menggangap belajar sebagai hal terpenting dalam dirinya,
jika hal ini terus dibiarkan lama kelamaan teman saya ini bisa kehilangan gairah dan
masa depan yang cerah apabila gurunya tidak bisa memberikan motivasi dan
kesadaran tentang pentingnya belajar untuk bekal hidupnya.
3. Konsentrasi belajar
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada
pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses
memperolehnya. Untuk memperkuat perhatian guru perlu melakukan berbagai strategi
belajar mengajar dan memperhatikan waktu belajar serta selingan istirahat. Menurut
seorang ilmuan ahli psikologis kekuatan belajar seseorang setelah tiga puluh menit
telah mengalami penurunan. Ia menyarankan agar guru melakukan istirahat selama
beberapa menit. Dengan memberikan selingann istirahat, maka perhatian dan prestasi
belajar dapat ditiingkatkan lagi. Dalam hal ini,teman saya mungkin mengalami sedikit
kesulitan dalam melakukan konsentrasi dalam belajar, banyak waktu yang terbuang
dikelas pada saat belajar dengan percuma karena ia sering bercanda dan jarang
memperhatikan guru ketika sedang melakukan pelajaran didalam kelas.
4. mengolah Bahan Pelajaran
Mengolah bahan pelajaran merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan
cara pemerolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa, dalam hal ini jelas
teman saya mengalami kendala dalam mengolah bahan pelajaran, terkadang dalam
kesehariannya saja ia malas mengerjakan tugas dan terkadang dia tidak mau
mengkritisi apapun yang berhubungan dengan bahan ajar yang ia peroleh didalam
kelas.
5. Rasa Percaya diri siswa
Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil.
Dalam hal ini, teman saya kurang memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam
belajar,hal ini menjadikannya sebagai murid yang tidak memiliki keinginan untuk
sukses dimasa depannya..
B. Faktor-Faktor Eksternal Kesulitan Belajar

1. Guru sebagai Pembina Belajar Siswa


Guru adalah pengajar yang tidak hanya mengajar mata pelajaran dikelasnya,
tetapi juga harus bisa menjadi pendidik pemuda generasi muda bangsanya. Dalam hal
ini berbanding terbalik dengan hal yang dialami oleh teman saya, bukannya oleh
gurunya diberikan motivasi untuk tetap semangat belajar, tetapi teman saya malah
sering dimarahi dan sering dijelek-jelekan di depan umum gara-gara kebiasaanya yang
sering malas dalam belajar.

2. Sifat Kurikulum yang Kurang Fleksibel


Terlalu berat beban belajar (murid) atau mengajar (guru) dan metode belajar
yang kurang memadai sehingga membuat murid menjadi bosan dan jenuh mungkin
itulah yang dirasakan oleh teman saya dalam menghadapi kegiatan belajar
mengajar yang cenderung monoton karena tidak ada variasi dan metode lain yang
diberikan guru kepada muridnya.
3. Keluarga (Rumah)
Keluarga yang tidak utuh dan kurang harmonis dan sikap orang tua yang tidak
memperhatikan pendidikan anaknya ditambah keadaan ekonomi yang kurang
mendukung, semakin membuat teman saya samakin terbebani dengan hal-hal
tersebut, mungkin ia beranggapan bahwa buat apa belajar jika harus menyusahkan
orang tua dan lain sebagainya, hal ini mempertegas bahwa kesulitan yang selama
ini dialami teman saya merupakan dampak dari masalah keluarga yang kurang
memperhatikan tentang pentingnya dunia pendidikan.

Dari uraian di atas, dapat kita Tarik kesimpulan bahwa dari data-data di atas
dapat kita ambil pelajaran untuk dijadikan sebagai bahan kajian dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh teman saya dalam hal kasus “kesulitan
belajar”. Ternyata masalah ini perlu dukungan dari berbagai pihak dalam upaya
menanggani masalah ini, tidak hanya sekedar teman saya sendiri yang melakukan
perubahan tetapi seharusnya pihak-pihak yang terkait dan memiliki kedekatan
dengan anak pun harus iku berpartisipasi dalam menyelesaikan dan menemukan
alternative pemecahan masalah dalam kasus “kesulitan belajar” yang dialami oleh
teman saya ini.
Jadi pada akhirnya kembali lagi kepada tugas guru yaitu sebagai pendidik
yang berfungsi untuk mempersiapkan generasi bangsa agar mampu menjalani
kehidupan dengan sebaik-baiknya dikemudian hari. Dengan demikian agar peroses
belajar mengajar siswa dapat berlangsung secara optimal, diperlukan pendekatan
yang lebih intensif dari gurunya tersebut, sehingga siswa dapat terus terpantau
bagaimana perkemangannya dalam proses pembelajarannya. Jika hal ini terus
dilakukan, bukan mustahil maslah kesulitan belajar yang dialami oleh teman saya
dapat sedikit terpecahkan dan dapat terselesaikan dengan baik. Dalam hal ini ada
beberapa metode atau cara yang setidaknya dapat dilakukan untuk dapat sedikit
mengatasi masalah kesulitan belajar yang dialami oleh teman saya yang mengalami
kasus tersebut.
1. Melakukan Observasi Kelas
Pada tahap ini observasi kelas dapat membantu menggurangi kesulitan
dalam tingkat pelajaran, misalnya memeriksa keadaan secara fisik bagaimana
kondisi kelas dalam kegiatan belajar, cukup nyaman,segar,sehat dan hidup
suasananya atau tidak. Kalau suasananya sangat nyaman, tenang dan sehat,maka
itu semua dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih semangat lagi. Jika guru
teman saya tersebut melakukan observasi kelas, mungkin ia bisa mengetahui
apa saja penyebab yang menyebabkan teman saya itu mengalami masalah dalam
kesulitan belajar.
2. Pemeriksaan Alat Indera
Dalam hal ini dapat difokuskan lagi pada tingkat kesehatan siswa khusus
mengenai alat indera. Diupayakan minimal dalam sebulan sekali pihak sekolah
melakukan tes atau pemeriksaan kesehatan di puskesmas, karena tingkat
kesehatan yang baik dapat menunjang proses pembelajaran yang baik, ternyata
teman saya mengalami sedikit masalah yaitu ganguan pada pendengarannya.
Alangkah baiknya jika sekolah yang bersangkutan melakukan kegiatan ini agar
kedepannya teman saya merasa lebih nyaman dan lebih siap dalam menerima
pelajaran.
3. Teknik Main Peran
Disini, seorang guru bisa berkunjung ke ruah seorang murid. Di sana
seorang guru dapat dengan leluasa melihat,memperhatikan apa saja aktifitas
yang dilakukan murid. Guru juga dapat melakukan wawancara kepada orang
tuanya mengenai kepribadian anak. Alangkah sebaiknya ada dari pihak sekolah
atau guru yang terkait untuk melakukan kegiatan ini, karena dengan kegiatan ini
seorang guru bisa langsung mengetahui hal-hal apa saja yang terjadi pada teman
saya ini. Disini mungkin guru juga bisa meminta bantuan kepada orang tua
teman saya untuk memberi motivasi pada teman saya itu dan juga bisa
mengontrol masalah pendidikan agar lebih terkontrol lagi untuk kedepannya.
4. Tes Diagnostik Kecakapan/Tes IQ/Psikotes
Dalam hal ini seorang guru dapat mengetahui sejauh mana IQ
seseorang, dan juga dengan latihan psikotes dapat diambil beberapa nilai
kepribadian siswa secara praktis dari segi dasar,logika dan privasi seseorang.
Jadi alangkah baiknya jika pihak sekolah mengadakan kegiatan ini kepada
siswa-siswanya khususnya kepada teman saya ini, dengan demikian kita bisa
mengetahui kadar kemampuannya sehinnga kita dapat menyusun program atau
materi ajar yang disesuaikan dengan kemapuan intelektua yang dimilikinya.
5. Menyusun Program Perbaikan
Pada tahap yang terakhir mengajar adalah suatu proses dalam
memberikan bimbingan,bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar.
Jadi pada hakikatnya proses belajar juga merupakan suatu interaksi antara guru
dengan peserta didik dan antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, serta
dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada diri peserta
didik. Dengan demikian dari proses-proses yang dilakukan diatas hendaknya
seorang guru melakukan evaluasi program pembelajaran dan mementukan
metode pembelajaran apa yang sekiranya tepat diberikan kepada teman saya
yang mengalami masalah dalam :kesulitan belajar” tersebut.

Dan pada akhirnya, dengan metode-metode penyelesaian masalaha belajar di


atas kita dapat mengambil hikmah bahwasanya, kita tidak boleh membiarkan
begitu saja masalah dalam kasus kesulitan belajar ini, karena pada hakikatnya
maslah ini terjadi bukan karena rendahnya kemampuan intekegensi dari teman
saya akan tetapi banyak juga faktor yang menyebabkan teman saya tersebut
mengalami ganguan pembelajaran dalam sekolahnya. Akhirnya pada saat ini
teman saya yang dulunya menglami kesulitan dalam belajar pun menjadi
sembuh akibat metode-metode yang diterapkan oeh guru saya yang sudah
dipaparkan ditas dan kini ia sedang melakukan study di slah satu perguruan
swasta di serang.
DAFTAR PUSTAKA

Sunarto,H,& Hartono, Agung.2008.Perkembanagan Peserta Didik.jakarta:Rineka cipta

Darkir. 2000.Psikologi perkembangan. Yogyakarta: kaliwangi offset

Jurnal psikologi. Desiani Maentiningsih. 2008. Hubungan antara secure attachment dengan
motivasi berprestasi pada remaja.Jakarta: Universitas Gunadarma

Anda mungkin juga menyukai