BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa akibat
Neonatorum adalah keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir
Ikterus neonatorum selama usia minggu pertama terdapat pada sekitar 60%
bayi cukup bulan dan 80% bayi preterm.Di Amerika Serikat, dari 4 juta
neonatus yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% menderita ikterus dalam
mendapatkan 75% bayi baru lahir menderita ikterus dalam minggu pertama
kehidupannya.
yaitu manifestasi klinis yang timbul akibat efek toksis bilirubin pada sistem
2
saraf pusat di ganglia basalis dan beberapa nuklei batang otak. Saat ini angka
kelahiran bayi di Indonesia diperkirakan mencapai 4,6 juta jiwa per tahun,
dengan angka kematian bayi sebesar 48/1000 kelahiran hidup dengan ikterus
B. Tujuan
Sebagai wacana untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit pada pasien
bayi baru lahir, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia)
nilainya lebih dari normal (Suriadi, 2001). Nilai normal bilirubin indirek 0,3 –
Jadi, Hiperbilirubun adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah
ikterus neonatorum merupakan warna kuning pada kulit dan bagian putih dari
mata (sklera) pada beberapa hari setelah lahir yang disebabkan oleh
penumpukan bilirubin.
Gejala ini dapat terjadi antara 25%-50% pada seluruh bayi cukup bulan dan
lebih tinggi lagi pada bayi prematur. Walaupun kuning pada bayi baru lahir
merupakan keadaan yang relatif tidak berbahaya, tetapi pad usia inilah kadar
4
bilirubin yang tinggi dapat menjadi toksik dan berbahaya terhadap sistim saraf
pusat bayi.
B. Klasifikasi
Menurut Kramer, ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Untuk
penilaian ikterus, Kremer membagi tubuh bayi baru lahir dalam lima bagian
yang di mulai dari kepala dan leher, dada sampai pusat, pusat bagian bawah
sampai tumit, tumit pergelangan kaki dan bahu pergelangan tangan dan kaki
tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut, dan lain
lain. Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiap tiap nomor di sesuaikan
dengan angka rata-rata dalam gambar. Cara ini juga tidak menunjukkan
intensitas ikterus yang tepat di dalam plasma bayi baru lahir. Nomor urut
Derajat Perkiraan
ikterus Daerah ikterus kadar
bilirubin
I Kepala dan leher 5,0 mg%
yang mungkin timbul akibat efek toksis bilirubin pada system syaraf pusat
yaitu basal ganglia dan pada berbagai nuclei batang otak. Sedangkan istilah
a. Ikterus Fisiologik
Ikterus fisiologik adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga
b. Kadar bilirubin indirek setelah 2x24 jam tidak melewati 15 mg% pada
b. Ikterus Patologik
bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi untuk
bulan, dan 15 mg% pada bayi kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg%
(Surasmi, 2003) :
5. Ikterus disertai berat lahir < 2000 gr, masa gestasi < 36 minggu,
c. Kern Ikterus
neonatus cukup bulan dengan ikterus berat (bilirubin lebih dari 20 mg%)
dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak
bilirubin pada otak. Kern ikterus secara klinis berbentuk kelainan syaraf
C. Etiologi
merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena
atau toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah
D. Patofisiologi
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat beban bilirubin pada
sel hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein berkurang,
saluran empedu.
Pada derajat tertentu bilirubin akan bersifat toksik dan merusak jaringan
sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan
terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus
sawar darah otak. Kelainan yang terjadi di otak disebut kernikterus. Pada
Mudah tidaknya kadar bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak
melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir
E. Pathways
10
F. Manifestasi Klinis
1. Kulit berwarna kuning sampe jingga
5. Urine pekat
6. Perut buncit
8. Gangguan neurologic
pada bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
13. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada
hari ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice
fisiologi.
G. Komplikasi
hiperaktif, bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang
melengking.
11
H. Pemeriksaan Penunjang
lebih dari 14 mg/dl dan bayi cukup bulan kadar billirubin 10 mg/dl
I. Penatalaksanaan
(pemberian ASI).
d. Fenobarbital
f. Fototerapi
12
terapeutik yang optimal. Tetapi terapi ini cukup aman, dan efeknya dapat
bohlam lampu fluoresense) dan lebih baik dalam keadaan telanjang dengan
dari usia gestasi bayi, penyebab ikterus, berat badan lahir, dan status
g. Transfusi tukar.
yang dilanjutkan dengan pemasukan darah dari donor dalam jumlah yang
h. Terapi Obat-obatan
hati yang menyebabkan sifat indirect menjadi direct, selain itu juga
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Keadaan umum lemah, TTV tidak stabil terutama suhu tubuh (hipertermi).
fisik.
2. Riwayat penyakit
4. Pengkajian psikososial
Dampak sakit anak pada hubungan dengan orang tua, apakah orang tua
5. Hasil Laboratorium :
B. Diagnosa
lingkungan panas.
C. Intervensi
No Diagnosa NOC NIC
1 Kerusakan Setelah dilakukan Pressure
integritas kulit tindakan keperawatan Management
selama …x24 jam 1. Anjurkan pasien
b.d. efek dari
diharapkan integritas untuk
phototerapi. kulit kembali baik / menggunakan
normal. pakaian yang
Tissue Integrity : Skin longgar
and Mucous 2. Hindari kerutan
Membranes pada tempat tidur
Kriteria Hasil : 3. Jaga kebersihan
Integritas kulit kulit agar tetap
yang baik bisa bersih dan kering
dipertahankan 4. Mobilisasi pasien
Tidak ada luka / setiap 2 jam sekali
lesi pada kulit 5. Monitor kulit akan
Perfusi jaringan adanya kemerahan.
baik 6. Oleskan lotion /
Menunjukkan minyak / baby oil
pemahaman dalam pada daerah yang
proses perbaikan tertekan
kulit dan mencegah 7. Mandikan pasien
terjadinya cedera dengan sabun dan
berulang air hangat
Mampu
melindungi kulit
17
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
Indicator Skala :
1. Tidak pernah
menunjukkan.
2. Jarang
menunjukkan
3. Kadang
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Selalu
menunjukkan
2 Resiko tinggi Setelah dilakukan MONITOR CAIRAN
tindakan keperawatan 1. Tentukan riwayat
kekurangan
selama .......x24 jam jumlah dan tipe
volume cairan diharapkan tidak ada intake cairan dan
b.d. phototerapi. resiko kekurangan eliminasi
cairan pada klien. 2. Tentukan
Kriteria Hasil : kemungkinan faktor
1. TD dalam rentang resiko daari
yang diharapkan ketidakseimbangan
2. Tekanan arteri rata- cairan (hipertermia,
rata dalam rentang terapi diuretik,
yang diharapkan kelainan renal,
3. Nadi perifer teraba gagal jantung,
4. Keseimbangan diaporesis, disfungsi
intake dan output hati)
dalam 24 jam 3. Monitor berat badan
5. Suara nafas 4. Monitor serum dan
tambahan tidak ada elektrolit urine
6. Berat badan stabil 5. Monitor serum dan
Indicator Skala : osmolaritas urine
1. Tidak pernah 6. Monitor BP, HR,
RR
menunjukkan.
2. Jarang
menunjukkan
3. Kadang
18
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Selalu
menunjukkan
3 Resiko tinggi Setelah dilakukan Pencegahan jatuh
cedera b.d. tindakan keperawtan 1. Kaji status
selama …x 24 jam neurologis
meningkatnya
diharapkan tidak ada 2. Jelaskan pada
kadar bilirubin resiko cidera. pasien dan keluarga
toksik dan Risk control tentang tujuan dari
Kriteria hasil : metode
komplikasi
1. Klien terbebas dari pengamanan
berkenaan cidera 3. Jaga keamanan
phototerapi. 2. Klien mampu lingkungan
menjelaskan keamanan pasien
metode untuk 4. Libatkan keluiarga
mencegah injuri/ untuk mencegah
cidera bahaya jatuh
3. Klien mampu 5. Observasi tingkat
memodifikasi gaya kesadaran dan TTV
hidup untuk 6. Dampingi pasien
mencegah injuri.
Indicator Skala :
1. Tidak pernah
menunjukkan.
2. Jarang
menunjukkan
3. Kadang
menunjukkan
4. Sering
menunjukkan
5. Selalu
menunjukkan
4 Gangguan Setelah dilakukan Fever treatment
temperature tindakan keperawtan 1. Monitor suhu
selama …x 24 jam sesering mingkin
tubuh
diharapkan suhu dalam 2. Monitor warna
(Hipertermia) rentang normal. dan suhu kulit
Termoregulation 3. Monitor tekanan
19
BAB III
PENUTUP
Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa
kebanyakan kasus ikterus neonatorum, kadar bilirubin tidak berbahaya dan tidak
disebut ikterus fisiologis yang akan menghilang pada akhir minggu pertama
kehidupan pada bayi cukup bulan. Sebagian kecil memiliki penyebab seperti
mengendalikan agar kadar bilirubin serum tidak mencapai nilai yang dapat
langsung ikterus. Dianjurkan agar dilakukan fototerapi, dan jika tidak berhasil
total dalam serum dibawah kadar maksimum pada bayi preterm dan bayi cukup
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufik dan
tulis ini masih banyak kekurangan dibanyak sisinya. Oleh kerena itu penulis
Pringsewu, 2019
Penulis
22
DAFTAR PUSTAKA
2. David C. Dugdale. Medline plus. Oct 2013; [diakses Agustus 2015] Available
fromhttp://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003479.htm
2008.h.147-69.
422-32
7. Depkes RI. Dalam : Buku Bagan MTBM (Manajemen Terpadu Bayi Muda
Sakit). Metode Tepat Guna untuk Paramedis, Bidan dan Dokter. Depkes RI;
2001.
23
OLEH
Ns. AMBARWATI, S.Kep
NIP. 197412102006042012
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui
Presentator