Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tahun 2010 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% dan

pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,34% (BPS, 1992). Bahkan data Biro

Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami

pertambahan warga lanjut usia terbesar diseluruh dunia pada tahun 1990-

2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella dan Taeuber, 2003).

Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat, jumlah populasi lansia

berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan

diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan

melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun)

Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan

tingkat perkembangan yang cukup baik, maka akan makin tinggi pula angka

harapan hidup penduduknya. Diproyeksikan harapan hidup orang Indonesia

dapat mencapai 75 tahun pada tahun 2020. Perlahan tapi pasti masalah lansai

mulai mendapat perhatian pemerintah dan masyarakat. Hal ini merupakan

konsekuensi logis terhadap berhasilnya pembangunan, yaitu bertambahnya

usia harapan hidup dan banyaknya jumlah lansia di Indonesia. Dengan

meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut dan makin panjangnya usia

harapan hidup sebagai akibat yang telah dicapai dalam pembangunan selama

ini, maka mereka yang memiliki pengalaman, keahlian dan kearifan perlu

1
diberi kesempatan untuk berperan dalam pembangunan. Kesejahteraan

penduduk usia lanjut yang karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak

memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu

mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat (GBHN, 1993).

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah, para profesional

kesehatan, serta bekerjasama dengan pihak swasta dan masyarakat untuk

mengurangi angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) lansia.

Pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, dan lain-lainnya telah

dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu ditingkat individu lansia, kelompok

lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sasana Tresna Wreda

(STW), Sarana Pelayanan Kesehatan Tingkat Dasar (primer), Sarana

Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Pertama (sekunder), dan Sarana

Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan (tersier) untuk mengatasi

permasalahan yang terjadi pada lansia.

Pada sebuah provinsi di Cina disebutkan terdapat populasi lansia yang

sebagian besar berusia lebih dari 100 tahun masih hidup dengan sehat dan

sedikit sekali prevalensi kepikunaannya. Menurut mereka, rahasianya adalah

menghindari makanan modern, banyak mengonsumsi sayur dan buah,

aktivitas fisik yang tinggi, sosialisasidengna warga lainnya, serta hidup

ditempat yang sangant bersih dan jauh dari polusi udara.

Hal ini merupakan tantangan bagi kita semua untuk dapat mempertahankan

kesehatan dan kemandirian para lansia agar tidak menjadi beban bagi dirinya,

keluarga maupun masyarakat.

2
B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk memberikan pengetahuan

kepada perawat khususnya yang bekerja di Puskesmas Gadingrejo agar

mampu memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien

gerontik dan diharapkan sebagai bahan informasi untuk menambah

pengetahuan kesehatan dan dapat bermanfaat sebagai bahan pembanding

tugas serupa.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia (Budi Anna Keliat, 2011). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3),

(4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut

adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

1. Klasifikasi Lansia

a. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

c. Lansia Resiko Tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60

tahun dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)

d. Lansia Potensial

Lansia yagn masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang

dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003)

e. Lansia tidak Potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada orang lain (Depkes RI, 2003)

4
2. Karakteristik Lansia

Menurut Budi Anna Keliat (2011), lansia memiliki karakteristik sebagai

berikut:

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13

tentang Kesehatan)

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta kondisi

adaptif hingga kondisi maladaptif

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervasiasi

3. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, penglaman hidup,

lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho,

2000). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan

perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah

hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi

panutan.

b. Tipe mandiri

Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam

mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

c. Tipe tidak puas

5
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi

pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik,

dan banyak menuntut.

d. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan

melakukan pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal,

pasif, dan acuh tak acuh.

B. Teori-teori Proses Penuaan

Penuaan atau proses terjadinya tua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti

dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan

terhadap infeksi serta memperbaiki keerusakan yang diderita (constantinides,

2004). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai

masalah kesehatan atau yang biasa disebut penyakit degeneratif.

1. Teori Biologi

Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow

theory, teori stress, teori radikal bebas dan teori rantai silang.

 Teori genetik dan mutasi

Menurut teori genetik dan mutasi menua terprogram secara genetik

untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat

perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul DNA

6
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh

yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan

kemampuan fungsi sel).

Terjadi pengumpulan pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut

teori akumulasi dari produk sisa, sebagai contoh adalah adanya

pigmen lipofusin di sel otot jantung dan sel susunan saraf pusat pada

lansia yang mengakibatkan teganggunya fungsi sel itu sendiri.

Pada teori biologi dikenal istilah “pemakaian dan perusakan” (wear

and tear) yang terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang

menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah (pemakaian). Pada teori ini

juga didapatkan terjadinya peningkatan jumlah kolagen dalam tubuh

lansia, tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit, dan

kekurangan gizi.

 Immunology slow theory

Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif

dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh

yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

 teori stress

teori stress mengungkapkan terjadi akibat hilangnya sel-sel yang

biasa yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak

dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan

usaha, dan stress yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah dipakai.

 Teori radikal bebas

7
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya

radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen

bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini

menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.

 Teori rantai silang

Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel

yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya

jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas,

kekacauan dan hilangnya fungsi sel.

2. Teori Psikologi

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara ilmiah seiring dengan

penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan

pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yagn efektif.

Keperibadian individu yagn terdiri atas motivasi dan intelegensi dapat

menjadi karakteristik konsep diri dari seorang lansia. Konsep diri yang

positif dapat menjadikan seorang lansia mampu berinteraksi dengan

mudah terhadap nilai-nilai yang ditunjang dengan status sosialnya.

Adanya penurunan dari inteletualitas yang meliputi persepsi, kemampuan

kognitif, memori dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit

dipahami dan berinteraksi. Persepsi merupakan kemampuan interpretasi

pada lingkungan. Dengan adanya penurunan kemampuan fungsi sistem

sensorik, maka akan terjadi pula penurunan kemampuan untuk

8
menerima, memproses dan merespon stimulus sehingga terkadang akan

muncul aksi atau reaksi yang berbeda dari stimulus yang ada.

Kemampuan kognitif dapat dikaitkan dengan penurunan fisiologis organ

otak. Namun untuk fungsi-fungsi positif yang dapat dikaji ternyata

mempunyai fungsi yang lebih tinggi, seperti simpanan informasi usia

lanjut, kemampuan memberi alasan secara abstrak dan melakukan

penghitungan.

Memori adalah kemampuan daya ingat lansia terhadap suatu kejadian

atau peristiwa baik jangka pendek maupun jangka panjang. Memori

terdiri dari atas tiga komponen sebagai berikut:

 Ingatan paling singkat dan segera. Contohnya pengulangan angka.

 Ingatan jangka pendek. Contohnya peristiwa beberapa menit hingga

beberapa hari yang lalu.

 Ingatan jangka panjang.

Kemampuan belajar yang menurun dapat terjadi karena banyak hal.

Selain keadaan fungsional organ otak, kurangnya motivasi pada lansia

juga berperan. Motivasi akan semakin menurun dengan menganggap

bahwa lansia sendiri merupakan beban bagi orang lain dan keluarga.

3. Teori Sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan yaitu

teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri

(disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori

9
perkembangan (development theory) dan teori stratifikasi usia ( age

stratification theory).

 Teori interaksi sosial

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu

situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.

Mauss (1954), Homans (1961) dan Blau (1964) mengemukakan

bahwa interaksi sosial terjadi berdasarkan atas hukum pertukaran

barang dan jasa. Sedangkan pakar lain Simmons (1945),

mengemukakan bahwa kemampuan lansia untuk terus menjalin

interaksi sosial merupakan kunci untuk mempertahankan status

sosialnya atas dasar kemampuannya untuk melakukan tukar

menukar.

Menurut Dowd (2009), interaksi antara pribadi dan kelompok

merupakan upaya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan

menekan kerugian hingga sesedikit mungkin. Kekuasaan akan

timbul apabila seseorang atau kelompok mendapatkan keuntungan

lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau kelompok lainnya.

Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga

menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa

hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti

perintah.

Pokok-pokok teori interaksi sosial adalah sebagai berikut:

10
 Masyarakat terdiri atas faktor-faktor sosial yang berupaya

mencapai tujuannya masing-masing.

 Dalam upaya tersebut terjadi interaksi sosial yang

memerlukan biaya dan waktu.

 Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor

harus mengeluarkan biaya.

 Aktor senantiasa mencari keuntungan dan mencegah

terjadinya kerugian.

 Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan

olehnya.

 Teori penarikan diri

Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal

dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry (1961).

Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan

mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri

dari pergaulan disekitarnya.

Selain hal tersebut, masyarakat juga perlu mempersiapkan kondisi

agar para lansia tidak menarik diri. Proses penuaan mengakibatkan

interaksi sosial lansia mulai menurun, baik secara kualitas maupun

kuantitas.

Pada lansia juga terjadi kehilangan ganda (triple loss),yaitu:

 Kehilangan peran (loss of roles)

 Hambatan kontak sosial (restriction of contacts and relationship)

11
 Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social

moralres ad values)

Menurut teori ini seorang lansia dinyatakan mengalami proses

penuaan yang berhasil apabila ia menarik diri dari kegiatan terdahulu

dan dapat memusatkan diri pada persoalan pribadi serta

mempersiapkan diri dalam menghadapi kematiannya.

Pokok-pokok teori menarik diri adalah sebagai berikut:

 Pada pria, kehilangan peran hidup terutama terjadi pada masa

pensiun. Sedangkan pada wanita terjadi pada masa ketika peran

dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak menginjak dewasa

serta meninggalkan rumah untuk belajar dan menikah.

 Lansia dan masyarakat mampu mengambil manfaat dari hal ini,

karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial berkurang,

sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih luas.

 Tiga aspek utama dalam teori ini adalah proses yang menarik diri

yang terjadi sepanjang hidup. Proses ini tidak dapat dihindari

serta hal ini harus diterima oleh lansia dan masyarakat.

 Teori aktivitas

Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon et al

(1972) yang menyatakan bahwa penuaan yang suskses bergantung

dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasaan dalam

melakukan aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas

dan aktivitas yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat

12
menurun, akan tetapi disisis lain dapat dikembangkan, misalnya

peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau nenek, ketua RT,

seorang duda atau janda serta ditinggal wafat oleh pasangan

hidupnya.

Dari pihak lansia sendiri terdapat anggapan bahwa proses penuaan

merupakan suatu perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk

mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya.

Pokok-pokok teori aktiivitas adalah:

 Moral dan kepuasan berkaitan dengan interaksi sosial dan

keterlibatan sepenuhnya dari lansia di masyarakat.

 Kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan seorang

lansia.

Penerapan teori aktivitas ini sangat positif dalam penyususnan

kebijakan terhadap lansia, karena memungkinkan para lansia untuk

berinteraksi sepenuhnya di masyarakat.

 Teori kesinambungan

Teori ini dianut oleh pakar sosial. Teori ini mengemukakan adanya

kesinambungan dalam siklus kehiduupan lansia. Pengalaman hidup

seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat

ini menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku,

dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah

menjadi lansia.

13
Menurut teori penarikan diri dan teori aktivitas, proses penuaan

merupakan suatu pergerakan dan proses yang searah, akan tetapi

pada teori kesinambungan merupakan pergerakan dan proses banyak

arah, bergantung dari bagaimana penerimaan seseorang terhadap

status kehidupannya.

Kesulitan untuk menerapkan teori adalah bahwa sulit untuk

memperoleh gambaran umum tentang seseorang karena kasus tiap

orang sangat berbeda.

Pokok-pokok teori kesinambungan adalah sebagai berikut :

 Lansia tak disarankan untuk melepaskan peran atau harus aktif

dalam proses penuaan, tetapi berdasarkan pada pengalamannya

di masa lalu, lansia harus memilih peran apa yang harus

dipertahankan atau dihilalngkan.

 Peran lansia yang hilang tak perlu diganti.

 Lansia berkesempatan untuk memilih berbagai macam cara

untuk beradaptasi

 Teori perkembangan

Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah

dialami oleh lansia pada saat muda hingga dewasa, dengan demikian

perlu dipahami teori Freud, Buhler, Jung dan Erickson. Sigmund

Freud meniliti tentang psikonalisis saerta perubahan psikososial anak

dan balita. Erickson (1930), membagi kehidupan menjadi delapan

fase, yaitu:

14
 Lansia yang menerima apa adanya

 Lansia yang takut mati

 Lansia yang merasakan hidup penuh arti

 Lansia yang menyesali diri

 Lansia yang bertanggung jawab dengan merasakan kesetiaan

 Lansia yang kehidupannya berhasil

 Lansia yang merasa terlambat untuk memperbaiki diri

 Lansia yang perlu menemukan integritas diri melawan

keputusasaan(ego integrity vs despair)

Joan Birchenall, R. N., Med. Dan Mary E. Streight R. N . (1973),

menekankan perlunya mempelajari psikologi perkembangan guna

memahami perubahan emosi dan sosial seseorang selama fase

kehidupannya.

Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua

merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap

berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif maupun

negatif. Akan tetapi, teori ini tidak menggariskan bagaimana cara

menajdi tua yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh

lansia tersebut.

Pokok-pokok dalam teori perkembangan adalah sebagai berikut:

 Masa tua merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa

kehidupannya.

15
 Masa tua merupakan masa penyesuaian diri terhadap kenyataan

sosial yang baru, yaitu pensiun atau menduda/menjanda.

 Lansia harus menyesuaikan diri sebagai akibat perannya yang

berakhir di dalam keluarga, kehilangan identitas, dan hubungan

sosialnya akibat pensiun, serta ditinggal mati oleh pasangan

hidup dan teman-temanya.

 Teori stratifikasi usia

Wiley (1971) menyusun stratifikasi usia berdasarkan usa

kronologisyang menggambarkan serta membentuk adanya perbedaan

kakpasitas, peran, kewajiban dan hak mereka berdasarkan usia.

Dua elemen penting dari model stratifikasi usia tersebut adalah

strruktur dan prosesnya

 Struktur mencakup hal-hal sebagai berikut:bagaimanakah peran

dan harapan menurut penggolongan usia; bagaimanakah

penilaian strata oelh strata itu sendiri dan strata lainnya;

bagaimanakah penyebaran peran dan kekuasaan yang tak merata

pada masing-masing strata, yang didasarkan pada pengalaman

dan kebijakan lansia.

 Proses mencakup hal-hal berikut: bagaimanakah menyesuaikan

kedudukan seseorang dengan peran yang ada; bagaimanakah cara

mengatur transisi peran secara berurutan dan terus menerus.

Keunggulan teori stratifikasi usia adalah sebagai berikut:

 Arti usia dan posisi kelompok usia bagi masyarakat

16
 Terdapatnya transisi yang dialami oleh kelompok

 Terdapatnya mekanisme pengalokasian peran diantara

penduduk.

4. Teori Spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada jpengertian

hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang

arti kehidupan.

James Fowler mengungkapkan tujuh tahap perkembangan kepecayaan

(Wong, et .al, 1999). Fowler juga meyakini bahwa kepercayaan atau

demensia spiritual adalah suatu kekuatan yang memberi arti bagi

kehidupan seseorang.

Fowler menggunakan istilah kepercayaan sebagai suatu bentuk

pengetahuan dan cara berhubungan dengan kehidupan akhir.

Menurutnya, kepercayaan adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu

suatu hubungan aktif antara seseorang dengan orang lain dalam

menanamkan suatu keyakinan, cinta kasih dan harapan.

Fowler meyakini bahwa perkembangan kepercayaan antara orang dan

lingkungan terjadi karena adanya kombinasi antara nilai-nilai dan

pengetahuan. Fowler juga berpendapat bahwa perkembangan spiritual

pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan.

C. Masalah-masalah Pada Lansia

1. Penurunan Fisik

17
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,

diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,

sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria,

endokrin dan integumen.

a. Sistem pernafasan pada lansia.

 Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume

udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal

 Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk

sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.

 Penurunan aktivitas paru (mengembang dan mengempisnya)

sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami

penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.

 Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang (luas

permukaan normal 50m²), menyebabkan terganggunya proses

difusi.

 Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu

prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut

semua kejaringan.

 CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri

juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh

sendiri.

18
 kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret &

corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial

terjadinya obstruksi.

b. Sistem persyarafan

 Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan

 Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.

 Mengecilnya syaraf panca indera.

 Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya

syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu

dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin

c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia

1) Penglihatan

 Kornea lebih berbentuk sferis (bola)

 Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar

 Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)

 Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap

kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap

 Hilangnya daya akomodasi

 Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang

 Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada

skala

2) Pendengaran

19
 Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)

 Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,

terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi,

suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada

usia diatas umur 65 tahun

 Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.

 Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena

meningkatnya kreatin

3) Pengecap dan penghidu

 Menurunnya kemampuan pengecap.

 Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera

makan berkurang

4) Peraba

 Kemunduran dalam merasakan sakit.

 Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

5) cardiovaskuler pada usia lanjut

 Katub jantung menebal dan menjadi kaku

 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun

sesudah berumur 20 tahun Hal ini menyebabkan menurunnya

kontraksi dan volumenya

 Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

 Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,

perubahan posisi dari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa

20
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg

(mengakibatkan pusing mendadak).

 Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi

pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg).

6) Sistem genito urinaria

 Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal

menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai

50 %, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan

mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria

(biasanya + 1)

 Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah,

kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi

BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria

lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin

 Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.

 Atropi vulva.

 Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga

permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi

sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.

 Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi

kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus

7) Sistem endokrin / metabolik pada lansia

 Produksi hampir semua hormon menurun.

21
 Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya

ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH,

TSH, FSH dan LH.

 Menurunnya aktivitas tiriod

 Menurunnya produksi aldosteron.

 Menurunnya sekresi hormon: progesteron, estrogen, testosteron.

 Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi

dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan

jiwa (stress)

8) Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut

 Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang

biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi

kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

 Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput

lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari

syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.

 Esofagus melebar.

 Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam

lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

 Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.

 Fungsi absorbsi melemah (daya absorbsi terganggu).

 Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,

berkurangnya aliran darah.

22
9) Sistem muskuloskeletal

 Tulang rapuh.

 Resiko terjadi fraktur.

 Kyphosis.

 Persendian besar & menjadi kaku.

 Pada wanita lansia > resiko fraktur.

 Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.

 Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi

badan berkurang)

10) sistem kulit & jaringan ikat

 Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

 Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan

hilangnya jaringan adiposa

 Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga

tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.

 Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya

aliran darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.

 Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan

penyembuhan luka luka kurang baik.

 Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.

 Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta

warna rambut kelabu

23
 Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang

menurun.

 Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang

menurun.

 Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas

yang banyak rendahnya akitfitas otot.

11) sistem reproduksi dan kegiatan sexual

 Perubahan sistem reprduksi

 Selaput lendir vagina menurun/kering.

 Menciutnya ovarium dan uterus.

 Atropi payudara.

 Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan

secara berangsur berangsur

 Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal

kondisi kesehatan baik

 Kegiatan sexual

Sexualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi

kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Sexualitas

pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu dengan cara

yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain mengetahui bahwa

ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak yang lebih tua

tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain unutk dapat

bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan lain

24
yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil

alih fungsi hubungan sexualitas dalam pengalaman seks.

2. Penyakit Yang Diderita Lansia

a. Kencing manis (Diabetes Melitus)

 Tipe I: IDDM (Insulin dependent Diabetes melitus) cirinya :

 Banyak menyerang orang muda

 Disebabkan penghacuran total sel-sel beta pankreas

 Sangat mutlak tergantung pada terapi insulin

 Tipe II : NIDDM (Non insulin dependent diabetes melitus) cirinya:

 Paling banyak menyerang orang tua

 Sel beta pankredidas tidak dirusak tidak cukup memproduksi

insulin

 Sehingga hati, otot serta sel lemak tidak beraksi secara wajar

Gejalanya adalah: polipagia, poliuria, polidipsia diikuti tubuh

yang cepat lelah, kurang tenaga, badan kurus, gatal-gatal,

kesemutan dan luka yang sukar sembuh.

b. Osteoporosis

Pada wanita, kekurangan hormon estrogen dapat menyebabkan

khilangan masa tulang dampak terhadap metabolisme kalsium

akhirnya membuat tulang patah. Pada pria, karena defisiensi

testosteron, alkohol, penggunaan kortikosteroid, dan faktor penuaan.

c. Dementia type Alzheimer

25
Dipengaruhi oleh hormon juga, pada wanita estrogen dapat

meningkatkan produksi zat dan aktifitas neorotransmeter, penurunan

testoteron pada laki-laki akan berpengaruh penurunan fungsi memori

dan fungsi kognitif. Kondisi yang sangat berat akan menyebabkan

terjadinya penimbunan protein amiloid di darah otak sehingga terjadi

sindroma alzeimer.

Gejala-gejala Demensia Alzheimer sendiri meliputi gejala yang ringan

sampai berat. Sepuluh tanda-tanda adanya Demensia Alzheimer

adalah:

 Gangguan memori yang memengaruhi keterampilan pekerjaan,

seperti; lupa meletakkan kunci mobil, mengambil baki uang, lupa

nomor telepon atau kardus obat yang biasa dimakan, lupa

mencampurkan gula dalam minuman, garam dalam masakan atau

cara-cara mengaduk air.

 Kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan, seperti; tidak

mampu melakukan perkara asas seperti menguruskan diri sendiri.

 Kesulitan bicara dan berbahasa

 Disorientasi waktu, tempat dan orang, seperti; keliru dengan

keadaan sekitar rumah, tidak tahu membeli barang ke kedai, tidak

mengenali rekan-rekan atau anggota keluarga terdekat.

 Kesulitan mengambil keputusan yang tepat

26
 Kesulitan berpikir abstrak, seperti; orang yang sakit juga

mendengar suara atau bisikan halus dan melihat bayangan

menakutkan.

 Salah meletakkan barang

 Perubahan mood dan perilaku, seperti; menjadi agresif, cepat

marah dan kehilangan minat untuk berinteraksi atau hobi yang

pernah diminatinya.

 Perubahan kepribadian, seperti; seperti menjerit, terpekik dan

mengikut perawat ke mana saja walaupun ke WC.

 Hilangnya minat dan inisiatif

d. Penyakit Jantung

Penyakit jantung yang dijumpai pada orang-orang lanjut usia ada

beberapa macam, yaitu :

 Penyakit Jantung Koroner

Akibat yang besar dari penyakit jantung koroner adalah kehilangan

oksigen dan makanan kembali ke jantung karena aliran darah ke

jantung melalui arteri koroner berkurang. Penyakit jantung koroner

lebih banyak menyerang pria daripada wanita, orang kulit putih dan

separoh baya sampai dengan lanjut usia. Penyebab dari penyakit

jantung koroner ini adalah aterosklerosis, pada aterosklerosis

terjadi plak lemak dan jaringan serat sehingga menyempitkan

bagian dalam arteri jantung. Penyebab lainnya adalah faktor

27
keturunan, hipertensi, kegemukan, merokok, diabetes, stress,

kurang olahraga dan kolesterol tinggi.

Gejala yang muncul pada penyakit jantung koroner ini adalah

angina, yaitu ketidakcukupan aliran oksigen ke jantung. Perasaan

sakit angina terjadi seperti: terbakar, tertekan, dan tekanan berat di

dada kiri yang dapat meluas ke lengan kiri, leher, dagu dan bahu.

Tanda yang khas saat penyerangan adalah timbulnya rasa mual,

muntah, pusing, keringat dingin dan tungkai serta lengan menjadi

dingin.

 Serangan Jantung

Serangan jantung terjadi apabila salah satu arteri jantung tidak

sanggup lagi mensuplai darah ke bagian otot jantung yang

dialirinya. Apabila terjadi keterlambatan dalam pengobatan akan

mengakibatkan kematian. Hampir separoh dari kematian mendadak

karena serangan jantung terjadi sebelum pasein tiba di rumah sakit.

Penyebab dari serangan jantung ini adalah karena pembentukan

arterisklerosis (pengerasan arteri jantung) yang berakibat pada

penurunan aliran darah. Faktor resikonya meliputi: faktor

keturunan, tekanan darah tinggi, merokok, kolesterol tinggi,

diabetes, kegemukan, kurang olahraga, pemakaian obat-obatan

(terutama kokain), umur dan stres.

Gejala utama serangan jantung ini adalah rasa sakit seperti

menusuk-nusuk dan bersifat persisten pada dada kiri, menyebar ke

28
lengan, rahang, leher, dan bahu sampai 12 jam lamanya atau

bahkan lebih. Tanda lain adalah perasaan seperti bingung (bodoh),

lelah, mual, muntah, sesak napas, dingin di lengan dan tungkai,

keringat dingin, cemas dan gelisah.

 Penyakit jantung hipertensi

Kebanyakan dengan bertambahnya usia seseorang, maka tensi atau

tekanan darahnya akan mengalami kenaikan. Berbagai penelitian

telah dilakukan dan disimpulkan bahwa di Indonesia rata-rata

hipertensi (kanaikan tekanan darah) berkisar 5 - 10% dan menjadi

lebih dari 20% jika sudah memasuki usia 50 tahun keatas.

Hipertensi sistolik pada mulanya dianggap suatu gangguan kecil,

akan tetapi sekarang ini telah diakui sebagai pemegang peranan

yang besar sebagai faktor resiko serangan jantung. Pada usia lanjut

tekanan darah cenderung mengalami labilitas dan mudah

mengalami hipotensi (tekanan darah rendah). Untuk itu dianjurkan

selalu mengukur tekanan darah pada waktu periksa maupun saat

kontrol pengobatan. Apabila tidak dilakukan kontrol rutin terhadap

tekanan darah, akan memperbesar terjadinya penyakit jantung

hipertensi.

29
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan

Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.

Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien

mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

2. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati

warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.

Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial

 Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

 Catat bila ada krepitasi

 Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan

 Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang

Ukur kekuatan otot

Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya

Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari

30
3. Riwayat Psiko Sosial

Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi

apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia

merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan

sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap

konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.

Tabel Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem

1 Keluhan nyeri, Distensi jaringan akibat Nyeri Akut

ketidaknyamanan, akumulasi cairan/proses

kelelahan, inflamasi, destruksi sendi

berfokus pada diri

sendiri, Perilaku

distraksi/ respons

autonomic

2 Distensi jaringan deformitas skeletal, Gangguan

akibat akumulasi nyeri, penurunan kekuatan mobilitas fisik

cairan/proses otot berhubungan

inflamasi, dengan.

destruksi sendi

3 Perubahan fungsi deformitas skeletal, Gangguan

dari bagian- nyeri, penurunan kekuatan Citra Tubuh

31
bagian yang sakit. otot

4 Ketidakmampuan kerusakan musculoskeletal, Defisit

untuk mengatur penurunan kekuatan, daya perawatan diri

kegiatan sehari- tahan, nyeri pada waktu

hari. bergerak, depresi

B. Riwayat Klien / Data Biografis

Nama : Ny.M

Alamat : Gadingrejo

Telp :-

TTL : 65 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku : Jawa

Agama : Islam

Status Perkawinan : Janda

Pendidikan : SD

Orang Yang Paling Dekat Dihuungi : Anak

C. Status Kesehatan Saat Ini

1. Keluhan Kesehatan Utama : Ny.M Terasa Linu – linu pada area lutut

2. Status Kesehatan Umum selama 1 tahun: Sering linu-linu di kaki

3. Status kesehatan umum Selama 5 tahun yang lalu : tidak ada.

4. Pengetahuan /pemahaman dan penatalaksanaan masalah Kesehatan :

32
Ny.M mengatakan tidak mengerti penyebab dari linu-linu di kakinya.

Yang Ny.M ketahui penyebabnya karena faktor usianya, tindakan yang

sudah di lakukan Ny.M untuk mengurangi linu – linu adalah meminum

obat yang di berikan oleh puskesmas, Ny.M tidak tau lagi cara untuk

mengurangi sakit linu – linunya. Akibat dari linu-linunya Ny.M sudah

jarang untuk jalan pagi (olah raga).

D.Analisa Data

DATA PROBLEM ETIOLOGI

DS : Gangguan Nyeri akut

- Ny.M mengatakan “saya sering merasa sakit aktivitas fisik pada lutut

pada kaki (lutut)” kaki

- Ny.M mengatakan jika sakitnya parah, susah

berjalan.

- Ny.M mengatakan “kalau ketika saya berkerja

tiba-tiba nyeri lutut, langsung berhenti dulu

duduk mba sampai sakitnya hilang”

- Ny.M mengatakan “ biasanya saya Cuma

minum obat yang di berikan di puskesmas aja

mas, dan sedikit di pijat-pijat saya tidak tau cara

lain untuk mengurangi nyerinya”

DO :

- Grimace (+), tampak memegang lututnya yang

33
sakit

- Skala nyeri 3

DS : Inefektif Kurang

- Ny.M mengatakan “tidak tahu apa itu menejemen pengetahuan

Osteoartritis atau rematik, sebab dan terapeutik tentang

pengaturannya” penyakit, diit

- Ny.M mengatakan “taunya saya Cuma bawaan dan

penyakit sudah tua” penanganan.

- Ny.M mengataka “saya juga jarang untuk olah

raga apa lagi jalan pagi”

- Ny.M mengatakan “ saya sering terasa linu-linu

kalau habis memakai air dingin untuk mandi tau

yg lainnya”

DO :

- Grimace (+), tampak memegang lututnya yang

sakit

- Skala nyeri 3

- Terlihat pasien bingung ketika di tanya

tentang Osteoartritis atau rematik.

34
E. Penentuan Skala Prioritas

1. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan nyeri lutut kaki

No Prioritas Skor / Pembenaran

bobot

1. Sifat Masalah Nyeri yang dirasakan harus diatasi karena

Skala: Aktual 2/3 x 1 = sangat menggangu aktivitas dari Ny.M

2/3 saat ini

2. Kemungkinan Karena sudah menjadi kebiasaan dari

Masalah dapat 1/2 x 2 = Ny.M bila nyerinya timbul, selalu

diubah 1 diabaikan sehingga kemungkinan

Skala: Sebagian masalah dapat diubah sebagian.

3. Potensial masalah 2/3 x 1 = Jika nyerinya tidak segera diatasi maka

untuk di cegah 2/3 nyeri tersebut akan sangat menggangu

Skala: Cukup rasa nyaman dari Ny.M

4. Menonjolnya 2/2 x 1 = Penanganan segera akan menentukan

Masalah 1 hasil serta tindakan keperawatan

Skala: Masalah selanjutnya.

berat, harus

segera ditangani

Jumlah 3 1/3

35
2. Inefektif menejemen terapeutik berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang penyakit, diit dan penanganan.

No Prioritas Skor / bobot Pembenaran

1. Sifat Masalah Bila informasinya tidak segera

Skala: Aktual 3/3 x 1 = 1 disampaikan maka akan

berpengaruh terhadap kesehatan

Ny.M kedepannya.

2. Kemungkinan Perubahan membutuhkan waktu

Masalah dapat 1/2 x 2 = 1 yang tidak singkat

diubah

Skala: Sebagian

3. Potensial masalah Jika tidak segera diinformasikan

untuk di cegah 2/3 x 1 = 2/3 kebiasaan yang tidak sehat akan

Skala: cukup terus berlanjut dan akan

memengaruhi kualitas hidup dari

Ny.M

4. Menonjolnya Krena terkait dengan masalah

Masalah 2/2 x 1 = 1 kesehatan Ny.M maka

Skala: Masalah pemberian informasi harus

berat, harus segera segera disampaikan.

36
ditangani

Jumlah 3 2/3

F. Diagnosa Keperawatan

1. Inefektif menejemen terapeutik berhubungan dengan kurang pengetahuan

tentang penyakit, diit dan penanganan.

2. Gangguan aktivitas fisik berhubungan dengan nyeri lutut kaki

37
G. Intervensi Keperawatan

Tujuan
No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Umum Khusus

1. Inefektif Setelah 3x Setelah kunjungan- Menyebutkan 1. Kaji

menejemen junjungan : ke 3 : Ny.M pengertian, penyebab pengetahuan

terapeutik Ny.M mampu: Osteoartritis atau Ny.M

berhubungan mengetahui - memahami rematik secara verbal2. Jelaskan

dengan kurang tentang tentang - Menyebutkan tentang

pengetahuan Osteoartritis Osteoartritis atau beberapa jenis Osteoartritis atau

tentang atau rematik, rematik makanan yang di rematik

penyakit, diit diit dan - mengetahui anjurkan dan tidak 3. Jelaskan

dan penangananny Penyebab dan boleh dikonsumsi tentang diit

penanganan. a gelaja untuk Osteoartritis atau Osteoartritis atau

- Mengetahui diit rematik (minimal 3 rematik

Osteoartritis atau masing-masing jenis)4. Jelaskan

rematik secara verbal tentang Jenis –

- Melakukan jenis makanan

penanganan yang di anjurkan

dan tidak boleh

dikonsumsi oleh

penderita

Osteoartritis atau

rematik

38
2 Gangguan Setelah di Setelah kunjungan
- Melakukan aktifitas
1. Jelaskan kepada

aktivitas fisik lakukan ke 3 : sehari-hari tanpa keluarga tentang

berhubungan perawatan/ Ny.M mampu : kesulitan (tindakan) penyebab

dengan nyeri kun- jungan - melakukan - Keluarga dapat terjadinya nyeri

lutut kaki sebanyak 3x, aktifitas sehari- mempraktikkan kaki

diharapkan hari tanpa tekhnik kompres (Osteoartritis

Ny.M dpt kesulitan hangat (tindakan) atau rematik)

tetap - Memanagement 2. Ajarkan Ny.M

melakukan aktivitasnya ketika cara kompres

aktifitas kakinya tiba-tiba hangat untuk

sehari-hari nyeri mengurangi linu

tanpa Keluarga dapat: – linunya

kesulitan - memberikan 3. Ajarkan Ny.M

bantuan mobilisasi cara senam

efektif jika tangan

diperlukan 4. Anjurkan Ny.M

- memberikan untuk jalan atau

support kepada Ny olah raga pagi

S setiap hari

5. Mengobservasi

kemampuan

Ny.M dan

39
anggota keluarga

setelah

mendapat

penjelasan dari

perawat

H. Implementasi Dan Evaluasi

No Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

1. Inefektif menejemen 1. Mengkaji pengetahuan S : Ny.M mengatakan paham

terapeutik berhubungan Ny.M dengan Osteoartritis atau

dengan kurang 2. Menjelaskan tentang rematik dan dapat

pengetahuan tentang Osteoartritis atau rematik menyebutkan mulai dr

penyakit, diit dan 3. Menjelaskan tentang diit pengertian sampai diitnya

penanganan. Osteoartritis atau rematik O : Ny.M tampak menjawab

4. Menjelaskan tentang Jenis pertanyaan petugas dan

– jenis makanan yang di antusias dalam pemberian

anjurkan dan tidak boleh pendidikan kesehatan.

dikonsumsi oleh penderita A : Masalah teratasi

Osteoartritis atau rematik P: -

2 Gangguan aktivitas fisik 1. MenJelaskan kepada S : Ny.M mengatakan mulai

berhubungan dengan keluarga tentang penyebab bisa beraktivitas tanpa

nyeri lutut kaki terjadinya nyeri kaki kesulitan dan paham akan

(Osteoartritis atau rematik) cara kompres hangat

40
2. Mengajarkan Ny.M cara O : Ny.M tampak mengerjakan

kompres hangat untuk aktivitas sehari-hari

mengurangi linu – linunya A : Masalah teratasi sebagian

3. Mengajarkan cara senam P: berikan support kepada

tangan. Ny.M agar terus melakukan

4. Menganjurkan Ny.M untuk anjuran petugas

jalan atau olah raga pagi

setiap hari

5. Mengobservasi kemampuan

Ny.M dan anggota keluarga

setelah mendapat penjelasan

dari perawat

41
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan

manusia (Budi Anna Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3),

(4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut

adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

B. Saran

Sebagaimana dalam pandangan islam, orang tua atau orang yang lebih tua

dari kita harus dihormati, dikasihi serta disayangi dan diperhatikan. Betapa

beruntungnya menjadi tua, ada banyak sekali orang yang tidak bisa

menginjak usia tua, ada banyak sekali mereka yang tidak bisa melihat anak

serta cucunya tumbuh menjadi dewasa. Jadi, ketika kita bisa melihat orang

tua kita menjadi tua atau menginjak usia lanjut itulah saatnya kesempatan

untuk kita menyenangkan masa-masa tua mereka dengan kesuksesan anak-

anaknya.

Sebagai perawat yang profesional yang sudah mempelajari ilmu gerontologi

sudah sewajarnya memberikan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya

untuk para lansia tidak hanya memberikan pelayanan terhadap kebutuhan

biologisnya saja tetapi mencakup kebutuhan psikologis dan spiritualnya.

42
DAFTAR PUSTAKA

Beare, Stanley. 2012. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi ke-2. Jakarta: ECG

http://miracleofnursing.blogspot.com/2012/10/faktor-faktor-yang-

mempengaruhi.html?m=1

http://yenitarosaria.blogspot.com/2012/01/masalah-masalah-pada -lanjut-

usia.html?m=1

Maryam, R. Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:

Salemba Medika

43
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA NY. M DI WILAYAH

KERJA UPT PUSKESMAS GADINGREJO

KABUPATEN PRINGSEWU

OLEH
Ns. AMRIH LESTARI, S.Kep
NIP. 19850808 200902 2 004

UPT PUSKESMAS GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU

TAHUN 2019

44
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. M Di Wilayah Kerja

UPT Puskesmas Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun 2019

Penulis : Ns. Amrih Lestari, S.Kep

Nip : 19850808 200902 2 004

Mengetahui

Ka. UPT Gadingrejo

SOBIRIN, S.Kep
NIP.19760113 199703 1 001

45
DAFTAR HADIR PESERTA PRESENTASI ILMIAH

Judul : Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny. M Di Wilayah kerja


UPT Puskesmas Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun 2019
Hari/Tgl : Kamis/14 Maret 2019
Pkl : 10.00 s.d 11.00 WIB

No Nama Tanda Tangan

Presentator

Ns. Amrih Lestari, S.Kep


Nip. 19850808 200902 2 004

46
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan Syukur yang tak henti-hentinya kepada Allah SWT atas

segala limpahan rahmat, karunia, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis yang berjudul Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Ny.

M Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Gadingrejo Kabupaten Pringsewu Tahun

2019. Harapan penulis semoga Karya Tulis ini dapat memberikan masukan bagi

tenaga kesehatan khususnya perawat yang bekerja di Puskesmas Gadingrejo

dalam memberikan Asuhan Keperawatan profesional, sehingga proses Asuhan

Keperawatan dapat diberikan secara optimal sesuai dengan Standard Operasional

(SOP). Semoga karya tulis ini bermanfaat, Amin.

Pringsewu, 2019

Penulis

47

Anda mungkin juga menyukai