Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana baik alam
maupun ulah manusia. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya bencana ini
adalah kondisi geografis, iklim, geologis dan faktor – faktor lain seperti keragaman
sosial budaya dan politik. Wilayah Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Secara geografis merupakan Negara kepulauan yang terletak pada
pertemuan empat lempeng tektonik lapis bumi.
2. Terdapat 130 gunung api aktif
3. Terdapat lebih dari 5.000 sungai besar dan kecil
Pulau Jawa sebagai salah satu rangkaian pulau yang terdapat dalam
rangkaian gugus pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTB, dan NTT berada pada satu garis
pertemuan lempeng Euroasia dan Australia yang menjadikan Pulau Jawa
merupakan daerah yang sangat rawan terhadap bencana. Surakarta adalah
merupakan Kota satelit yang dikelilingi oleh Kab. Karanganyar, Kab. Sukoharjo,
Kab.Klaten, Kab.Boyolali sehingga mobilitas penduduk yang sangat cepat antar
daerah maupun manca negara mengingat wilayah Surakarta merupakan daerah
wisata budaya yang cukup digemari di dunia luar, sehingga dapat menimbulkan
kerawanan terhadap bencana biologi, sosial, dan politik.
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta adalah Rumah Sakit yang dapat menjadi
tempat rujukan bagi korban bencana masal yang terjadi di ex-karesidenan Surakarta
khususnya Kota Surakarta. Sebagai tempat rujukan maka diperlukan sebuah
Pedoman Penanganan Bencana yang mengatur kerja dan koordinasi Rumah Sakit
untuk mengoptimalkan pelayanan.
Secara umum Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta telah memiliki tim medis
yang siap menangani bencana, tetapi tim medis tidak akan dapat bekerja optimal
tanpa dukungan semua unsur di Rumah Sakit. Untuk mengatur kinerja dan
koordinasi semua unsur di Rumah Sakit diperlukan sebuah pedoman yang dipahami
bersama.
Manajemen penanganan bencana di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
dituangkan dalam buku pedoman yang menjelaskan tentang Struktur Organisasi
untuk penanganan bencana baik internal maupun eksternal, alur respon bencana
internal dan eksternal, uraian tugas masing – masing unit dan personal petugas,
serta prosedur standar, data pendukung dan formulir yang digunakan untuk
kelengkapan data dan dokumentasi.
Pedoman ini menyediakan framework penanganan bencana internal maupun
eksternal yang kemungkinan bisa terjadi baik di internal Rumah Sakit maupun
eksternal Rumah Sakit. Penanganannya tergantung dari situasi yang ada.

1
B. TUJUAN
a. Sebagai pedoman dalam menanggulangi bencana yang terjadi, baik dari dalam
maupun dari luar rumah sakit yang mengenai pegawai rumah sakit, pasien,
pengunjung dan masyarakat sekitar
b. Menentukan tanggung jawab dari masing – masing personel dan unit kerja pada
saat terjadinya bencana
c. Sebagai acuan dalam penyusunan standar operasional prosedur dalam
penanggulangan kegawatdaruratan, proses pemulihan serta tahap kembali ke
fungsi normal
d. Pembentukan sistem komunikasi, kontrol dan komando dalam waktu cepat ( rapid
system establishment )
e. Mengintegrasikan sistem pengelolaan petugas ( psikologis, social ), pasien dan
pengunjung / tamu.
f. Mengintegrasikan semua aktivitas penanganan bencana dengan standar kualitas
pelayanan tertentu
g. Memberikan pertolongan medis yang optimal dengan waktu yang sesingkat
mungkin di rumah sakit
h. Menyelamatkan jiwa dan mencegah cacat
i. Menurunkan jumlah kesakitan dan kematian korban akibat bencana
j. Mencegah penyakit yang mungkin timbul serta mencegah penyebabnya pasca
bencana
k. Menciptakan dan meningkatkan mekanisme kerja sektoral dan lintas program
dengan mengikutsertakan peran masyarakat dalam penanggulangan bencana /
musibah masal kegawat daruratan sehari – hari
l. Menekan semaksimal mungkin dampak kerusakan peralatan, fasilitas, bangunan
dan lingkungan terhadap pelayanan.

C. DEFINISI
1. Bangunan: wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat
kedudukan baik sebagian maupun seluruhnya berada di atas atau dalam tanah
dan atau air.
2. Bencana: peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam
dan atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,
dan dampak psikologis.

2
3. Darurat: suatu keadaan tidak normal/ tidak diinginkan yang terjadi pada suatu
tempat/kegiatan, yang cenderung membahayakan bagi manusia, merusak
peralatan/ harta-benda, atau merusak lingkungan sekitarnya.
4. Kesiapsiagaan pada bangunan gedung: aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk
meminimalisir kerugian dan kerusakan, mengorganisir pemindahan penghuni
gedung dari lokasi yang terancam ke tempat yang aman dan menyelamatkan
properti secara efektif.
5. Tanggap Darurat : tindakan yang dilakukan oleh orang atau sekelompok orang
dalam menghadapi keadaan darurat.
6. Prosedur Tanggap Darurat : Tata cara/ pedoman kerja dalam menanggulangi
suatu keadaan darurat dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk
menanggulangi akibat dari suatu kondisi yang tidak normal dengan tujuan untuk
mencegah atau mengurangi kerugian yang lebih besar.
7. Organisasi Keadaan Darurat : sekelompok orang yang ditunjuk sebagai
pelaksana penanggulangan Keadaan Darurat.
8. Penghuni bangunan : semua orang yang berada dalam bangunan baik secara
sementara (tamu/pasien/keluarga pasien) atau tetap (pegawai).
9. Peringatan dini kebakaran : proses memonitor situasi-situasi dalam ruangan
bangunan gedung yang rentan terhadap bahaya kebakaran, yang direfleksikan
dengan adanya indikator panas atau asap.
10. Evakuasi : perpindahan penghuni bangunan secara paksa akibat keadaan
darurat dari ruangan menuju ke tempat yang aman.
11. Titik kumpul : area dimana penghuni bangunan gedung berkumpul.
12. Area Pengungsian : area dimana pasien dan keluarganya berkumpul pada setiap
ruang dalam suatu bangunan.
13. Evakuasi Horizontal : evakuasi penghuni bangunan secara lateral pada ruang
yang sama ke area pengungsian yang telah ditentukan.
14. Evakuasi Vertikal : evakuasi penghuni bangunan secara vertikal dari ruang atas
menuju ke titik kumpul yang telah ditentukan.
15. Pos Komando : area dimana jajaran komando berkumpul, yang terletak di area
depan.

D. KEBIJAKAN
1. Keadaan darurat yang disebabkan kegagalan teknologi, manusia, atau alam
dapat terjadi setiap saat dan dimana saja, untuk itu perlu dipersiapkan suatu cara
penanggulangan guna mengurangi dampak kerugian yang mungkin terjadi.
2. Pada kondisi darurat, dibutuhkan waktu dan tindakan segera untuk mengurangi
dampak. Untuk itu, diperlukan proses pelaksanaan penyelamatan secara teknis
dalam waktu singkat. Perencanaan dan persiapan kesiapsiagaan tanggap
darurat merupakan kunci keberhasilan dalam penanganan keadaan darurat
secara efektif.
3. Pelaksanaan penanggulangan keadaan darurat adalah serangkaian kegiatan
yang dilakukan dengan segera setelah terjadi kejadian darurat. Yang termasuk
kegiatan tanggap darurat adalah tindakan penyelamatan penghuni bangunan

3
dan aset rumah sakit, evakuasi penghuni bangunan dan penyelamatan korban
dan pemberian pertolongan pada pasien yang membutuhkan pertolongan
dengan segera, pemenuhan kebutuhan pasien selama proses menunggu sampai
dinyatakan kondisi normal serta pemulihan kegiatan menjadi normal.
4. Pemeran utama dalam pelaksanaan keadaan darurat adalah organisasi tanggap
darurat dengan dipimpin oleh Koordinator Keadaan Darurat dengan dibantu oleh
Koordinator Area Pengungsian, Koordinator Titik kumpul, Koordinator
Penghubung, Koordinator Ruang, Koordinator Tehnik, Koordinator Keamanan
dan Koordinator Logistik.
5. Koordinator Keadaan Darurat dijabat oleh Kepala Instalasi Gawat Darurat untuk
keadaan darurat pada jam kerja, dan Perawat Kontrol untuk di luar jam kerja.
6. Kepala Instalasi Gawat Darurat mempunyai kewenangan untuk menetapkan
nama-nama personil organisasi tanggap darurat, dan akan diperbaharui secara
berkala jika ada penggantian nama. Pencantuman nama personil tanggap
darurat sebagai bagian yang terpisah dari buku ini.
7. Organisasi Tanggap Darurat hanya berfungsi dalam keadaan darurat dan untuk
menjaga kesiagaan terhadap kemungkinan terjadi keadaan darurat maka perlu
dilaksanakan pelatihan simulasi tanggap darurat secara berkala berdasarkan
skenario yang telah ditetapkan dan laporan evaluasi pelaksanaannya.
8. Koordinator Tehnik berkewajiban untuk memastikan bahwa semua sarana
darurat siap pakai dan handal ketika dibutuhkan dalam keadaan darurat. Sarana
darurat adalah rambu-rambu darurat, denah evakuasi dan jalur evakuasi, sistem/
peralatan proteksi kebakaran, sarana komunikasi.
9. Kesiapsiagaan tanggap darurat harus disosialisasikan ke seluruh unit kerja agar
semua pegawai mengerti dan memahami tindakan yang harus dilakukan jika
terjadi keadaan darurat.
10. Pimpinan unit kerja bertanggung jawab untuk memastikan semua pegawai yang
berada dalam pengawasannya telah mengerti dan memahami tindakan yang
harus dilakukan jika terjadi keadaan darurat.
11. Semua pegawai dan mitra kerja di dalam gedung diwajibkan untuk membantu
evakuasi pasien.
12. Semua pegawai gedung rumah sakit berkewajiban untuk mematuhi
Kesiapsiagaan Tanggap Darurat.
13. Setiap pertemuan yang diikuti minimal 15 orang harus dibacakan prosedur
tanggap darurat/ safety briefing sebelum acara dimulai oleh panitia
penyelenggara acara.
14. Semua pegawai diharuskan mempunyai keterampilan memadamkan api dengan
menggunakan Alat Pemadam Api Ringan dan pelatihan praktek pemadaman
akan dilaksanakan secara berkala.

E. GAMBARAN BENCANA INTERNAL DAN EKSTERNAL


1. BENCANA INTERNAL

4
Bencana internal adalah bencana yang terjadi di dalam Rumah Sakit
dan bencana eksternal yang berdampak di dalam rumah sakit. Potensi
jenis bencana ( Hazard ) yang mungkin terjadi di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Surakarta adalah sebagai berikut :
1. Kebakaran
Sumber kebakaran bisa berasal dari dalam gedung bisa juga
terjadi di luar gedung.
2. Gempa Bumi
Lokasi kepulauan di Indonesia berada pada area lempengan
bumi di bawah laut yang sewaktu – waktu dapat bergerak dan
menghasilkan gempa, dan kepulauan di Indonesia memiliki
banyak gunung berapi yang sangat memungkinkan terjadinya
gempa bumi. Dampak terjadinya gempa ini dapat juga terjadi di
Surakarta dan sekitarnya yang akan merupakan bencana
eksternal namun bila dampak gempa pada areal bangunan di
Rumah Sakit maka hal ini merupakan situasi bencana yang
terjadi di Rumah Sakit.
3. Kebocoran Gas
Kebocoran gas dapat terjadi pada tabung – tabung besar gas
maupun central gas Rumah Sakit yang dapat disebabkan
karena adanya kecelakaan maupun kerusakan dan sabotase.
Dan tabung – tabung gas maupun salurannya itu sendiri
merupakan sumber dari kebocoran.

4. Ledakan
Ledakan dapat dihasilkan dari kebocoran gas maupun karena
ledakan bahan berbahaya yang ada di Rumah Sakit.
5. Penyakit Menular
Penyakit menular yang potensial terjadi adalah diare, demam
berdarah, serta new emerging disease akibat pembauran
peradaban global.

2. BENCANA EKSTERNAL
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta sangat memungkinkan untuk
menerima korban bencana eksternal, maupun memberikan bantuan
terhadap korban bencana keluar Rumah Sakit. Potensi bencana

5
eksternal yang berdampak kepada Rumah Sakit adalah : ledakan /
bom, kecelakaan transportasi, gempa bumi, banjir dan kebakaran.
Apabila terjadi bencana eksternal, maka sistem penanggulangan
bencana di Rumah Sakit diaktifkan, antara lain :
 Pusat Komando diaktifkan oleh Komandan Bencana
 Korban hidup dimasukkan melalui satu pintu di Instalasi Gawat
Darurat, sedangkan korban meninggal langsung ke kamar
jenazah
 Semua korban di triage – IGD
 Petugas keamanan bersama dengan kepolisian mengatur alur
lalu – lintas di sekitar Rumah Sakit. Alur menuju IGD akan
dijaga ketat.
 Pengunjung diarahkan ke pusat informasi kehumasan untuk
informasi korban
 Petugas tambahan akan dihubungi oleh masing – masing
penanggung jawabanpa
 Tidak seorangpun dari petugas dapat meninggalkan Rumah
Sakit pada situasi penanganan korban bencana tanpa izin dari
Komandan Bencana
 Semua media / informasi kepada pers hanya melalui
Komandan. Ruang pertemuan dipersiapkan untuk jumpa pers
 Form pemeriksaan, form permintaan obat, alat habis pakai dan
kebutuhan lainnya menggunakan form yang ada. Gudang dan
farmasi dibuka sesuai keperluan untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan.
 Pasien non – disaster yang berada di Triage – IGD tetap
mendapatkan pelayanan sesuai dengan prosedur yang berlaku
 Komunikasi dan informasi untuk situasi yang terbaru akan
disampaikan pada keluarga / yang berkepentingan

F. KOMPONEN PEDOMAN PENANGANAN BENCANA


 Peta lokasi area berkumpul saat bencana internal
 Peta lokasi ruang perawatan pasien pasca emergency
 Peta institusi pelayanan kesehatan di Surakarta
 Kartu Instruksi Kerja
 Kartu Identitas
 Disaster Kit
 Buku Pedoman

G. DASAR HUKUM
1. Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja.
2. Undang-undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagaan.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana.

6
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
5. Kepmenkes No. 106/2004 tentang Tim Pengembangan Sistem
Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) dan Pelatihan
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD)/General Emergency
Life Support (GELS) Tingkat Pusat.
6. Kepmenkes No. 432/2007 tentang Pedoman Manajemen K3 di Rumah
Sakit.
7. Peraturan Menteri PU No 26/2008, Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No.
Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan
Alat Pemadam Api Ringan.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No Per.02/MEN/1983 tentang Instalasi
Alarm Kebakaran Automatik.
10. Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep.186/MEN/1999 tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja.

BAB II
POTENSI BAHAYA

A. POTENSI BAHAYA KEBAKARAN


Kebakaran adalah api yang tidak dikendaki dan tidak dapat dikendalikan yang
dapat menimbulkan kerugian. Api hanya akan terjadi jika tersedia tiga unsur yaitu
adanya bahan bakar padat, cair atau gas, oksigen dan sumber panas sebagai
pemicu. Dalam gedung perkantoran bahan bakar yang ada adalah kertas, kayu,
karpet, meja dan kursi, kain untuk gordin, dan sumber panas dari instalasi listrik.
Berdasarkan Kepmenaker No. 186/1999 tentang unit penanggulangan kebakaran di
tempat kerja, untuk hunian gedung perkantoran dan rumah sakit diklasifikasi
sebagai potensi bahaya kebakaran ringan.

B. POTENSI BAHAYA GEMPA


Indonesia merupakan negara yang rawan terhadap bencana gempa bumi
tektonik. Hal ini didasarkan atas wilayah Indonesia terletak pada jalur paling aktif di
dunia akan gempa, akibat pertemuan lempeng tektonik, yaitu lempeng samudra
Indo-Australia, Lempeng Benua Eurasia dan Lempeng Samudra Pasifik.
Berdasarkan dari data sejarah Gempa yang pernah terjadi di Jakarta
berdasarkan informasi dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika),
intensitas tingkat goncangan gempa pada bangunan adalah sekitar VII-VIII pada

7
skala MMI (tabel skala intensitas dapat dilihat pada tabel berikut). Dimana pada
skala kekuatan gempa tersebut, kerusakan yang terjadi pada konstruksi bangunan
yang dibangun dengan konstruksi tahan gempa akan mengalami sedikit kerusakan,
namun gedung yang dibangun tidak memenuhi persyaratan tahan gempa akan
mengalami rusak parah, barang-barang dalam ruangan akan jatuh jika tanpa
penguatan dan tingkat kepanikan yang tinggi pada penghuni bangunan.

Skala Intensitas Modifikasi Mercalli/MMI (Skala Goncangan) dari FEMA


(Federal Emergency Management Agency-Badan Pengaturan Keadaan Darurat Federal
Amerika)
I. Orang-orang tidak merasakan adanya gerakan bumi.
Orang dalam jumlah sedikit mungkin merasakan gerakan bumi jika
II. mereka dalam keadaan diam atau berada di ruang-ruang atas
bangunan tinggi.
Orang-orang di dalam ruangan merasakan gerakan. Benda-benda
III. menggantung bergoyang-goyang. Orang-orang di luar ruangan
mungkin tidak menyadari bahwa gempa sedang terjadi.
Kebanyakan orang dalam ruangan merasakan gerakan. Benda
tergantung bergoyang-goyang. Alat – alat rumah tangga, pintu, jendela
IV. bergerak tidak karuan. Gempa terasa seperti truk menabrak tembok.
Orang-orang diluar ruang amat sedikit yang menyadari adanya
gerakan. Mobil yang di parkir bergerak.
Hampir semua orang merasakan gerakan. Orang tidur terbangun.
Pintu terbuka dan berputar buka tutup. Peralatan rumah tangga bisa
V. pecah/ rusak. Bingkai gambar bergerak. Benda kecil bergerak atau
terguling. Pohon mungkin bergetar. Bahan cair mungkin tumpah keluar
dari wadah terbuka.
Setiap orang merasakan gerakan. Orang-orang sulit berjalan. Benda-
benda berjatuhan dari tempatnya diletakkan. Bingkai gambar jatuh dari
dinding. Furnitur bergerak. Plesteran di dinding mungkin retak. Pohon
VI.
dan tanaman bergetar. Kerusakan sedikit di gedung yang dibangun
dengan tidak baik. Tidak ada kerusakan struktur pada gedung yang
dibangun dengan baik.
Orang-orang kesulitan berdiri. Supir merasakan mobilnya bergetar.
Beberapa furniture pecah. Bata-bata lepas jatuh dari gedung-gedung.
VII. Kerusakan sedikit hingga menengah pada bangunan yang dibangun
dengan baik; kerusakan akan sangat terlihat di gedung yang tidak
dibangun dengan baik.
VIII. Supir kesulitan mengendarai. Rumah-rumah yang tidak diikat dengan
baik pada pondasinya dapat bergeser. Struktur yang tinggi seperti

8
menara dan chimney dapat terpuntir dan rubuh. Gedung-gedung yang
dibangun dengan baik mengalami kerusakan kecil. Gedung yang tidak
dibangun dengan baik dapat mengalami kerusakan parah. Ranting
pohon patah. Sisi perbuktian mungkin retak jika kondisi tanah basah.
Ketinggian air dalam sumur mungkin berubah.

Gedung yang dibangun dengan baik mengalami kerusakan yang


signifikan. Rumah-rumah yang tidak diikat ke pondasi bergeser dari
IX.
pondasinya. Pipa-pipa di bawah tanah patah. Tanah retak. Tangki-
tangki mengalami kerusakan serius.
Hampir semua gedung dan pondasinya hancur. Beberapa jembatan
hancur. Bendungan rusak serius. Longsor besar terjadi. Air terdesak ke
X.
tepi kanal, sungai, dan danau. Tanah retak pada area yang sangat
luas. Jakur kereta api melengkung sedikit.
Hampir semua gedung rubuh. Beberapa jembatan hancur, Retakan
XI. besar terlihat di tanah. Jalur pipa dalam tanah hancur. Jalur kereta api
mengalami bengkok parah.
Hampir semuanya hancur. Benda-benda terlempar ke udara. Tanah
XII. bergerak bergelombang dan menggelembung. Sejumlah batuan besar
mungkin bergeser.

C. POTENSI BAHAYA BANJIR


Bahaya banjir merupakan bencana alam yang harus diwaspadai jika gedung
dibangun di daerah yang terletak di dataran rendah. Lokasi bangunan yang perlu
diperhatikan jika ada banjir adalah ruang dasar karena letaknya paling bawah.

D. POTENSI ANCAMAN BOM


Ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi ekonomi, sosial dan politik
merupakan ancaman yang diwaspadai. Ancaman ini berupa ancaman perusakan/
meruntuhkan bangunan gedung dan keselamatan jiwa dengan meledakkan bom
dengan kekuatan yang cukup dahsyat. Bangunan Rumah Sakit, mempunyai potensi
acaman bom dan ledakan bom, namun tidak dapat diprediksi tempat dimana bom
akan diledakkan serta kekuatan ledakkannya.

9
BAB III
SARANA PROTEKSI KEBAKARAN,
PENYELAMATAN DAN KOMUNIKASI

A. SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN


Sarana yang sebaiknya tersedia didalam bangunan gedung adalah :
1. Alat pemadam api ringan (APAR) pada tiap ruang dengan jarak antar APAR
adalah 15 m, jenis media pemadam serbuk kimia (chemichal powder).
2. General fire alarm bell/ Emergency Call secara manual untuk seluruh ruang
tersedia di panel kendali.
3. Power listrik dari PLN dan diesel genset.

B. SARANA PENYELAMATAN DAN KELENGKAPAN


Rambu-rambu keluar (exit signs) di tiap ruang berbahan dasar fluorensce yang
menyala bila sumber tenaga listrik dari PLN padam. Kode dan nomor telepon
darurat, Jalur Evakuasi ditempel pada setiap ruang.

C. SISTEM KOMUNIKASI
1. Iphone
Gedung rumah sakit dilengkapi sistem komunikasi internal gedung melalui
iphone.
2. Komunikasi Interpersonal
Untuk komunikasi personal antar tim tanggap darurat dilengkapi dengan sarana
komunikasi bergerak seperti Handy Talkie.
3. Kode Komunikasi Darurat
Kode yang digunakan seperti pada tabel berikut :
No Code (Kode) Kegawat Daruratan
1 Red (Merah) Kebakaran & Asap
2 Blue (Biru) Kegawatan Resusitasi (BLS)
3 Yellow (Kuning) Pasien Lari
4 Black (Hitam) Ancaman Bom
5 Purple (Ungu) Evakuasi
6 White (Putih) Kekerasan, Ancaman Pembunuhan
7 Orange (Oranye) Kedaruratan Massal

10
1. Bencana Alam (Gempa Bumi,
Gunung Meletus dll)
2. Kecelakaan Lalu Lintas Massal
(korban >10 orang)
3. Keracunan Massal akibat
Makanan
4. Keracunan akibat Gas
5. Banjir (air, lahar dingin, panas
dll)
8 Brown (Coklat) Bencana Non Alam (Tumpahan
Bahan Berbahaya, Radiasi, Infeksi)
4. Operator dan Nomor Telepon Darurat
Jika ada kejadian tersebut, segera hubungi (iphone) 200/300, tunggu
jawaban, kemudian sebut “Code ....... Ruang ……..” (2x) dalam bahasa inggris.
Contoh : Jika ada pasien lari di bangsal Sembodro maka sebut “ Code Yellow
Bangsal Sembodro, Code Yellow Bangsal Sembodro”. Jika terjadi keracunan
akibat gas di Genset maka sebut “Code Orange Four Ruang Genset , Code
Orange Four Ruang Genset”.

D. TITIK KUMPUL DAN AREA PENGUNGSIAN


Titik kumpul untuk penghuni bangunan dibagi menjadi 7 yaitu :
1. Titik kumpul I (A) : area di halaman asrama barat untuk tempat berkumpul
penghuni asrama barat, B. Dewi Kunti, Psikologi Eks, Inst Gigi & Mulut dan Inst
Elektroterapi.
2. Titik kumpul II (B) : area di tempat apel / parkir timur yang digunakan untuk
berkumpul Gedung Administrasi Lantai 1 dan 2, Gedung Aula dan Gedung
Rawat Jalan.
3. Titik kumpul III (C) : area di depan IGD untuk berkumpulnya IGD, ECT, Inst
Psikologi, Inst Radiologi, Gedung Administrasi Lantai Dasar/ basement, B.
Sembodro, Kantin Gizi, B. Wisanggeni, Inst Tumbuh Kembang Anak/ Narayana.
4. Titik kumpul IV (D) : area di depan B. Kresna untuk tempat berkumpul Bangsal
VIP (Pandu), Inst Laborat, B. Kresna, Inst Farmasi, Kantin Dharma Wanita, B.
Puntadewa, B. Arjuna, B. Larasati, B. Abimanyu, Kamar Jenazah dan Bangsal
Samba.
5. Titik kumpul V (E) : area di timur Gudang Barang untuk tempat berkumpul B.
Sena, B. Nakula, B. Drupadi, Gedung Olahraga, Kantin Gedung Olahraga, Inst
Laundry, Gudang Barang, Inst Gizi, IPS RS, Garasi, Asrama Utara
6. Titik kumpul VI (F) : area di depan Gedung Tenis untuk tempat berkumpul B.
Sadewa, B. Srikandi, B. Gatotkaca, Tenis, Incinerator, IPAL, Gudang Inventaris I,
Gudang Inventaris II dan Genset.

11
7. Titik kumpul VII (G) : area di halaman Inst Rehabilitasi untuk tempat berkumpul Rehabilitasi dan
Okupasi Terapi
BAB IV
KESIAPSIAGAAN

Dalam penanganan bencana yang terjadi, Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta siap
melakukan penanganan pasien termasuk kesiapan sistem untuk mendukung proses
penanganan tersebut. Sistem ini disusun berupa diberlakukannya Struktur Organisasi
saat aktivasi sistem penanganan bencana oleh Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
Persiapan untuk dibangunnya posko baik berupa tenda maupun pengalihan fungsi
beberapa ruangan sebagai posko penanganan bencana, diaktifkannya Posko Komando
sebagai sentral aktifitas selama proses penanganan bencana, dan proses komunikasi
dengan instansi jejaring untuk proses penanganan korban di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta.

A. STRUKTUR ORGANISASI TIM TAGANA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH


SURAKARTA
(Terlampir)

B. URAIAN TUGAS
Uraian tugas yang dimaksud disini adalah tugas dan tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap
personal dalam sistem penanganan bencana di Rumah Sakit sesuai dengan struktur yang telah
disusun. Struktur ini diaktifkan saat terjadinya situasi bencana baik di dalam Rumah Sakit maupun
penanganan korban bencana dari luar Rumah Sakit.
KOMANDAN RUMAH SAKIT
( DIREKTUR UTAMA / DIREKTUR PELAYANAN )

Bertanggung Jawab kepada : Menteri Kesehatan RI, berkoordinasi dengan


Gubernur
Bertanggung Jawab untuk : Mengatur pengelolaan penanganan bencana dan
korban
bencana di Rumah Sakit

TUGAS :
1. Memberi arahan kepada Komandan Bencana untuk pengelolaan
penanganan korban
2. Melaporkan proses penanganan bencana kepada pihak Departemen
Kesehatan maupun Pemerintah Daerah Propinsi
3. Memberikan briefing kepada Komandan Bencana, ketua medical support dan

12
ketua management support
4. Memberikan informasi terkait proses penanganan bencana kepada pihak lain
di luar Rumah Sakit
5. Mendampingi kunjungan tamu pemerintahan ( Gubernur, Dinas Kesehatan )
6. Mengkoordinasikan permintaan bantuan
7. Melakukan evaluasi pelaksanaan pelayanan bencana Rumah Sakit

KOMANDAN BENCANA
( MANAGER PELAYANAN / MANAGER KEPERAWATAN )

Bertanggung Jawab Kepada : Komandan Rumah Sakit


Bertanggung Jawab Untuk : Mengkoordinir pelaksanaan pelayanan medical support
dan jmanagement support

TUGAS :
1. Merencanakan dan mengendalikan pelayanan medical support dan
managemen support
2. Memberikan laporan kepada Komandan Rumah Sakit terkait proses tersebut
di atas
3. Menindaklanjuti upaya permintaan bantuan oleh Komandan Rumah Sakit
4. Memastikan proses penanganan korban dan sumber pendukungnya
terlaksana dan tersedia sesuai kebutuhan
5. Melakukan koordinasi kerja kepada instansi lain dan rumah sakit jejaring

KETUA MANAGEMENT SUPPORT


( DIREKTUR UMUM DAN OPERASIONAL / MANAGER KEUANGAN )

Bertanggung Jawab Kepada : Komandan Bencana


Bertanggung Jawab Untuk : Memastikan ketersediaan sumber pendukung untuk
pelaksanaan penanganan korban

TUGAS :
1. Mengkoordinir penyediaan logistik, SDM, keuangan dan penunjang medis
2. Menindaklanjuti koordinasi kerja ke instansi luar yang dilakukan oleh
Komandan Bencana sehubungan dengan penyediaan sumber pendukung
penanganan medis
3. Melaporkan pelaksanaan proses penyiapan, kesiapan sumber pendukung
dan sumber bantuan yang diterima kepada Komandan Bencana

13
KETUA MEDICAL SUPPORT
( KEPALA INSTALASI GAWAT DARURAT )

Bertanggung Jawab Kepada : Komando Bencana


Bertanggung Jawab Untuk : Pengendalian penanganan korban bencana hidup dan
mati

TUGAS :
1. Mengendalikan penanganan korban hidup
2. Mengendalikan penanganan korban mati
3. Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas tim medis dan forensik
4. Melaporkan proses penanganan korban hidup dan korban mati kepada
Komandan Bencana
5. Mengkoordinir proses evakuasi korban ke luar Rumah Sakit
6. Memberikan briefing kepada tim pra – hospital dan intra – hospital
7. Menyampaikan laporan proses pelaksanaan penanganan korban dan
evakuasi korban ( data hasil kegiatan ) kepada Komandan Bencana

TIM PRA HOSPITAL

Bertanggung Jawab Kepada : Ketua Medical Support


Bertanggung Jawab Untuk : Melakukan pelayanan pra hospital dan evakuasi
korban ke Rumah Sakit

TUGAS :
1. Melaksanakan Triage dan RHA ( Rapid Health Assesment )
2. Menentukan prioritas dan melakukan evakuasi
3. Melaporkan hasil RHA :
- Jumlah korban
- Kondisi korban
- Kondisi lingkungan sekitar
Kepada Ketua Medical Support

TIM INTRA HOSPITAL

Bertanggung Jawab Kepada : Ketua Medical Support


Bertanggung Jawab Untuk : Melakukan penanganan di dalam Rumah Sakit

TUGAS :
1. Melakukan Triage dan RHA
2. Menentukan prioritas penanganan dan melakukan evakuasi ke Instalasi

14
Gawat Darurat
3. Menentukan jumlah tempat tidur dan ruangan yang diperlukan pasca life
saving
4. Melaporkan hasil penanganan kepada ketua medical support

KETUA TIM KEUANGAN


( DIREKTUR KEUANGAN )

Bertanggung Jawab Kepada : Ketua Management Support


Bertanggung Jawab Untuk : Pengelolaan keuangan baik dari sumber Rumah Sakit

Dinkes maupun donatur

TUGAS :
1. Merencanakan, memobilisasi dan mengevaluasi pengelolaan keuangan
untuk menunjang keperluan penanganan bencana
2. Melakukan koordinasi kerja dengan tim perencanaan, tim pengadaan terkait
pengelolaan dana bencana
3. Melaporkan pengelolaan keuangan baik bersumber RS – Dinkes maupun
donatur kepada Ketua Management Support dan Komandan Bencana

KETUA TIM SDM


( MANAGER HRD )
Bertanggung Jawab Kepada : Ketua Management Support
Bertanggung Jawab Untuk : Penyediaan SDM dari karyawan RS maupun relawan
sesuai
kualifikasi yang diperlukan

TUGAS :
1. Mengkoordinir penyediaan SDM di RS
2. Melakukan koordinasi dengan unit eksternal dalam upaya pemenuhan
kebutuhan, seta merencanakan penugasannya
3. Mengkoordinir proses seleksi relawan berdasarkan keahlian dan kebutuhan,
serta merencanakan penugasannya
4. Mengkoordinir pendokumentasian semua relawan yang bekerja di RS dan
mengelola proses penugasannya
5. Melaporkan kesiapan tenaga kepada Ketua Management Support

15
KETUA TIM LOGISTIK DAN OPERASIONAL
( KEPALA BAGIAN RUMAH TANGGA / ASISTEN MANAGER PENUNJANG )
Bertanggung Jawab Kepada : Ketua Management Support
Bertanggung Jawab Untuk : Penyediaan logistik, penyediaan informasi dan
operasional penanganan bencana

TUGAS :
1. Merencanakan dan mengadakan seluruh kebutuhan dalam penanganan
bencana
2. Mengkoordinir penyediaan dan pengelolaan logistik
3. Menindaklanjuti bantuan logistik dari instansi terkait dan donatur
4. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan logistik
5. Memastikan penyediaan sarana transportasi ( termasuk ambulance ),
kebersihan lingkungan dan keamanan rumah sakit serta ketertiban lalu lintas
6. Mengkoordinir pengelolaan jenazah di kamar jenazah
7. Memastikan berfungsinya gedung dan alat serta melaksanakan
8. Menyelesaikan urusan administrasi bantuan yang di berikan dari luar.

C.
KETUA TIM MEDIS DAN PENUNJANG
C.
( KEPALA BIDANG PELAYANAN MEDIS / ASISTEN MANAGER PELAYANAN
C.
MEDIS )
C.
Bertanggung Jawab Kepada : Ketua Management Support
C.
Bertanggung Jawab Untuk : Penyediaan dan pelaksanaan pelayanan medis,
C.
keperawatan, penunjang serta informasi tentang
C.
keberadaan korban hidup selama di Rumah Sakit
C.
TUGAS :
C.
1. Mengkoordinir kesiapan tim medis, keperawatan dan penunjang
C.
2. Menjamin kesiapan operasional penunjang dan pendukung pelayanan
C.
korban bencana
C.
3. Menyiapkan dukungan konseling dan survailance pasca bencana
C.
4. Melaporkan pelaksanaan pelayanan medis dan penunjang kepada ketua
C.
management support
C.
POS PENANGANAN BENCANA

16
Pengadaan pos penanganan bencana diperlukan untuk mengelola maupun
menampung
beberapa kegiatan dalam mendukung penanganan korban bencana sehingga
penanganan dan pengelolaannya dapat lebih terkoordinasi dan terarah.
PENGALIHAN RUANGAN SEBAGAI POSKO
POS LOKASI

POS KOMANDO Ruang Poli umum (lt.dasar)


POS PENGOLAHAN DATA Ruangan Rekam Medis
POS INFORMASI Ruangan kaca pendaftaran rawat inap (lt. dasar)
POS LOGISTIK DAN Gudang Barang
DONASI
POS PENANGANAN Ruang Jenazah
JENAZAH
POS RELAWAN Ruangan Dokter ( Ruang Komite Medis Lt.II)

 POS KOMANDO
Tempat : Ruangan Poli umum
Fungsi :
1. Pusat koordinasi dan komunikasi baik dengan internal maupun eksternal unit
yang dipimpin oleh Komandan Bencana. Area ini merupakan area khusus,
dimana hanya petugas tertentu yang boleh masuk.
2. Wadah yang melibatkan semua unsur pimpinan pengambil keputusan dan
mengendalikan bencana.
3. Tempat penyimpanan disaster kit, radio komunikasi dan peta – peta yang
diperlukan untuk koordinasi maupun pengambilan keputusan.
Lingkup kerja :
1. Pada bencana yang bersifat eksternal tetapi mengakibatkan gangguan
infrastruktur ( gangguan ekonomi ) maka lingkup kerjanya adalah
menyelesaikan masalah pelayanan medis dan upaya untuk dapat mengatasi
masalah ekonomi dan SDM, dengan melibatkan koordinasi dan kerjasama
lintas program dan lintas sektoral.
2. Pada disaster yang bersifat internal disaster dimana bencana terjadi di dalam
rumah sakit, maka lingkup kerjanya adalah sebatas menyelesaikan masalah
pelayanan medis dan penunjangnya.
3. Pemegang kendali komunikasi medis dan non medis

Fasilitas :
1. Telephone
2. Peta ruangan perawatan pasca emergency
3. Peta instansi pelayanan kesehatan di Jakarta

17
4. Peta area hazard di Rumah Sakit
5. White Board
6. Radio komunikasi
7. Emergency kit medis dan non medis

 POS PENGOLAHAN DATA


Tempat : Ruangan Rekam Medis
Fungsi :
Tempat penerimaan dan pengolahan data yang terkait dengan penanganan
bencana
Lingkup Kerja :
1. Mengumpulkan seluruh data yang terkait dengan bencana
2. Melakukan koordinasi dengan pos – pos penanganan bencana lainnya dan
unit pelayanan terkait baik internal maupun eksternal
3. Mengolah data menjadi informasi yang terbaru untuk menunjang keputusan
komandan bencana
4. Melakukan pengarsipan seluruh data dan informasi dalam bentuk file
sehingga sewaktu – waktu bisa dibuka bila diperlukan
5. Mengirimkan data ke pusat informasi dan ke Komandan Rumah Sakit sebagai
bahan press conference dan informasi ke pihak eksternal

Fasilitas :
1. Telephone
2. Komputer, internet
3. Radio komunikasi

 POS INFORMASI
Tempat : Ruangan Kaca Pendaftaran Rawat Inap
Fungsi :
Tempat tersedianya informasi untuk data korban, data kebutuhan relawan, data
perencanaan kebutuhan obat, alat medis, non medis, barang habis pakai medis /
non medis, perbaikan gedung, data donatur. Informasi yang disiapkan di pos ini
didapatkan dari pos pengolahan data.
Lingkup Kerja :
1. Memberikan informasi data korban, data kebutuhan relawan, data
perencanaan kebutuhan obat, alat medis, non medis, barang habis pakai
medis / non medis, perbaikan gedung, data donatur.

18
2. Mengekspose hanya data korban saja, baik korban sedang di rawat, korban
hilang, korban meninggal, hasil identifikasi jenazah, korban yang telah
dievakuasi ke luar Rumah Sakit.
Fasilitas
1. Telephone ( Lokal / SLI )
2. Komputer / internet
3. Papan Informasi

 POS LOGISTIK DAN DONASI


Tempat : Ruangan Logistik
Fungsi :
1. Menerima dan mendistribusikan semua bantuan logistik dan lainnya dari
pihak luar dalam menunjang operasional penanganan bencana
2. Tempat penyimpanan sementara barang sumbangan, selanjutnya
didistribusikan ke bagian yang bertanggung jawab
Lingkup Kerja :
1. Menerima bantuan / sumbangan logistik dan obat untuk menunjang
pelayanan medis
2. Mengkoordinasikan kepada kepala instalasi terkait tentang sumbangan yang
diterima
3. Membuat laporan penerimaan bantuan dan pendistribusiannya
Fasilitas :
1. Komputer
2. Buku pencatatan dan pelaporan

 POS PENANGANAN JENAZAH


Tempat : Ruangan Jenazah
Fungsi :
1. Tempat penampungan, penyimpanan korban meninggal dan atau body part
serta proses pengeluarannya
2. Tempat identifikasi jenazah
3. Tempat penyimpanan barang bukti
Lingkup kerja :
1. Pada eksternal disaster penekanan pada korban masuk terutama ketepatan
data korban sehingga identifikasi lebih cepat

19
2. Menunjang pelayanan medis dalam mengungkapkan kejadian sehingga
penanganan pelayanan medis lebih tepat ( korban bencana mekanikal /
biologis )
3. Koordinasi dengan jajaran terkait ( tim DVI ) terutama dalam identifikasi
4. Menyiapkan segala hal yang terkait dengan evakuasi jenazah
5. Menjaga barang bukti
6. Membangun komunikasi dengan keluarga korban terkait identifikasi
7. Melakukan penyelesaian jenazah yang tidak ada keluarga
8. Menyiapkan tempat penyimpanan jenazah
9. Membuat laporan yang informatif terutama pada kasus internal disaster yang
melibatkan korban dari pasien dan petugas
Fasilitas :
1. Komputer, internet
2. Telephone
3. Radio komunikasi
4. Papan informasi
 POS RELAWAN
Tempat : Ruangan Dokter Lounge
Fungsi :
1. Tempat pendaftaran dan pengaturan tenaga relawan, baik orang awam,
awam khusus maupun tenaga professional
2. Tempat informasi relawan
Lingkup kerja :
1. Menyiapkan informasi yang dibutuhkan, yang sesuai kompetensinya
2. Mengatur schedule kerja sesuai tempat dan waktu yang diperlukan
3. Menyiapkan ID card relawan
4. Memberikan penjelasan prosedur tetap sesuai keinginan Rumah Sakit

Fasilitas :
1. Komputer, telephone, internet
2. Radio komunikasi
3. Buku pencatatan

D. PENGOSONGAN RUANGAN
Pada keadaan bencana baik internal maupun eksternal, setelah penanganan
emergency korban di triage – IGD maka ruang perawatan untuk melokalisasi
korban yang ada diarahkan ke ruangan perawatan Sembodro, Puntadewa,
Wisanggeni Ruangan yang akan menerima pasien adalah :

20
RUANGAN YANG PEMINDAHAN PASIEN KE
DIKOSONGKAN RUANGAN
Sembodro Samba
Puntadewa Sadewa
Wisanggeni Srikandi

E. AREA DEKONTAMINASI
Area dekontaminasi adalah area / tempat untuk membersihkan korban dari
kontaminasi bahan – bahan yang bersifat iritasi. Area ini berlokasi di lingkungan
IGD dan diperuntukkan bagi korban terkontaminasi bahan kimia dan atau biologis.
Area dekontaminasi yang dimiliki rumah sakit ditujukan untuk melaksanakan
dekontaminasi sekunder, sehingga upaya dekontaminasi primer diasumsikan telah
dilaksanakan di tempat kejadian.

F. AKTIVASI SISTEM BENCANA

INFORMASI KEADAAN
BENCANA
KOMANDAN BENCANA

TIM PENANGGULANGAN BENCANA


MELAKUKAN PENILAIAN TEMPAT KEJADIAN

TIDAK PERLU
DIAKTIFKAN
PENANGGULANGAN
21
BENCANA
AKTIFKAN POSKO
PENANGGULANGAN
BENCANA

EVALUASI PROSES
PENANGGULANGAN
YANG
SUDAH DILAKUKAN

G. GARIS KOMUNIKASI
Garis komunikasi yang dilaksanakan pada situasi bencana adalah :
1. Aktivasi Sistem Penanganan Bencana Rumah Sakit
2. Mobilisasi Team Medis
3. Mobilisasi Team Management
4. Aktivasi Pos Komando
5. Penggunaan media komunikasi yang ada, yaitu radio medis, operator Rumah
Sakit
6. Peran dan tanggung jawab inti pada kartu instruksi kerja, yang dilaksanakan
oleh tiap orang sewaktu – waktu sesuai jabatannya
7. Tetap memberikan informasi yang up to date yang telah disetujui oleh Komando
Rumah Sakit
Agar team penanggulangan bencana dikenal oleh unit internal maupun eksternal,
maka semua yang terlibat langsung memakai identitas berupa name tag Untuk
personal sebagai berikut :
1. Direktur Pelayanan Medis
2. Manajer Pelayanan / Manajer Keperawatan
3. Koordinator IGD
4. Manajer Keuangan
5. Team Medis
6. Ketua Pos
7. Ketua Team di bawah Manajer Keuangan

H. PENGATURAN LALU – LINTAS


BENCANA EKSTERNAL

22
Pengaturan lalu - lintas pada bencana eksternal dilakukan sebagai berikut :
1. Kendaraan korban masuk melalui pintu masuk utama Rumah Sakit
2. Pintu masuk dijaga oleh satpam Rumah Sakit bekerja sama dengan kepolisian,
untuk kemudian diarahkan menuju IGD
3. Di lobby triage petugas satpam dan kepolisian mengatur ketertiban dan
kelancaran proses penurunan korban dari kendaraan, serta mengarahkan
kendaraan untuk keluar Rumah Sakit
4. Korban diterima oleh team medis yang ada di IGD, untuk selanjutnya dilakukan
pertolongan korban
5. Kendaraan pengangkut pasien yang bukan korban bencana, diarahkan menuju
tempat parkir

BENCANA INTERNAL
Pengaturan lalu – lintas pada bencana internal dilakukan sesuai dengan lokasi
bencana. Seluruh kendaraan tidak diijinkan memasuki area Rumah Sakit, kecuali
kendaraan PMK, ambulance dan polisi.

I. PERAN INSTANSI JEJARING


Pada situasi bencana suatu Rumah Sakit diharapkan dapat menyelenggarakan
pelayanan dan mengatasi semua situasi terkait dengan pertolongan korban baik
ketersediaan peralatan medis atau masalah teknis lainnya dalam tempo yang
sesingkat – singkatnya sehingga pelayanan dapat diberikan dengan sebaik –
baiknya, serta dengan seminimal mungkin adanya korban meninggal. Dalam situasi
demikian, maka kemampuan Rumah Sakit diuji untuk mampu mengatasi semua
kejadian / korban yang ada. Sangatlah tidak mungkin jika semua hal tersebut
dibebankan kepada hanya 1 ( satu ) Rumah Sakit, dalm hal ini Rumah sakit Rumah
Sakit Jiwa Surakarta, sehingga sangatlah penting untuk mengembangkan
kerjasama dengan instansi dan Rumah Sakit jejaring sebagai upaya memperluas
dan meningkatkan peran aktif sektor / instansi lain untuk bersama – sama
memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan masing – masing.
Instansi jejaring yang diharapkan perannya pada situasi bancana, antara lain :
1. DINAS PEMADAM KEBAKARAN
Bantuan Pemadam Kebakaran diperlukan apabila bencana yang terjadi tidak
dapat diatasi dengan hanya memakai APAR ( Alat Pemadam Api Ringan ) yang
ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Petugas Satpam menghubungi
nomor telpon 113 untuk meminta bantuan petugas dari Dinas Pemadam
Kebakaran. Selain untuk tujuan memadamkan api, membantu proses evakuasi
korban dan melaksanakan dekontaminasi primer

23
2. PALANG MERAH INDONESIA
PMI diperlukan dalam rangka membantu proses triage dan evakuasi, serta
penggunaan fasilitas yang dimilikinya.
3. KEPOLISIAN
Pengaturan keamanan, ketertiban dan lalu – lintas menuju dan keluar Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta, khususnya akses menuju IGD pada saat kejadian
bencana.
4. SATKORLAK
Kejadian bencana dikoordinasikan kepada Satkorlak Kota Surakarta sebagai
upaya antisipasi diperlukannya bantuan logistik, makanan, dsb.
5. PLN
Kejadian bencana memerlukan penambahan daya listrik termasuk penambahan
titik sambungan listrik di unit yang diperlukan agar pelayanan yang diberikan
tetap optimal.
6. TELKOM
Tambahan sambungan telepon bebas biaya sangat diperlukan pada saat
kejadian bencana, terutama untuk membantu korban / keluarga yang ingi
berhubungan dengan keluarganya. Sambungan telepon diperlukan juga untuk
membuka akses internet guna memberikan informasi tentang bencana yang
terjadi.
7. PDAM
Kontinuitas pengadaan air bersih sangat diperlukan untuk operasional
penanganan bencana.

8. DINAS KESEHATAN KOTA SURAKARTA


Laporan kepada Dinas Kesehatan Kota Surakarta menjadi prioritas pertama
pada saat bencana. Hal ini menjadi jembatan bagi diupayakannya mobilisasi
bantuan dari pihak / instansi terkait, khususnya Pemda dan instansi kesehatan
jejaring lainnya.
9. RUMAH SAKIT JEJARING
Pada situasi korban yang sangat besar dimana Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta tidak mampu menampung untuk penanganannya, maka kerja sama
penanganan dengan Rumah Sakit lain sangat diperlukan. Oleh karena itu perlu
diinformasikan upaya meminta bantuan kepada Rumah Sakit lain yang menjadi
Rumah Sakit jejaring Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.Rumah sakit yang
merupakan jejaring untuk penanganan bencana adalah rumah sakit diseluruh

24
Surakarta, baik negeri maupun swasta ( RSU Dr. Muwardi, RS Hermina, RSU
Dr.Oen Kandang sapi,dll ).
10. SAR : Tim SAR sangat diperlukan untuk membantu proses evakuasi dalam
penenganan bencana.
11. Institusi Pendidikan Kesehatan ,Perhotelan dan lainnya : Pada situasi korban
yang sangat besar dimana Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta tidak mampu
menampung untuk penanganannya,maka kerja sama bantuan relawan untuk
membantu penanganan bencana sangat diperlukan.

BAB V
PENANGANAN BENCANA EKSTERNAL

Pada situasi bencana aspek koordinasi dan kolaborasi diperlukan untuk


mengatur proses pelayanan terhadap korban dan mengatur unsur penunjang yang
mendukung oroses pelayanan sehingga dapat berjalan sebagaimana
mestinya.penanganan bensana di rumah sakit pada sistim penanganan bencana
adalah sebagai berikut.

A. PENANGANAN KORBAN
Proses penenganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya
untuk mencegah risiko kecacatan dan atau kematian,dimulai sejak di lokasi

25
kejadian,proses evakuasi dan proses tranportasi ke IGD atau area
berkumpul.Kegiatan dimulai sejak korban tiba di IGD.
Penanggung jawab : Ketua Tim Medical support (ka IGD)
Tempat : Triage IGD/lokasi kejadian/area berkumpul/tempat perawatan
Prosedur di lapangan :
1. Lakukan triage sesuai dengan berat ringannya kasus (Hijau, Kuning,
Merah)
2. Menentukan prioritas penanganan
3. Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman
4. Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialaminya
5. Tranportasi korban ke IGD
Di Rumah Sakit (IGD) :
1. Lakukan triage oleh tim medik
2. Penempatan korban sesuai hasil triage
3. Lakukan stabilisasi korban
4. Berikan tindakan definitif sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada
(Merah, Kuning, hijau)
5. Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasusnya (ruang perawatan dan
OK)
6. Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan medis maupun
tempat perawatan.

B. PENGELOLAAN BARANG MILIK KORBAN


Barang milik korban hidup baik berupa pakaian, perhiasan, dokumen, dll
ditempatkan secara khusus untuk mencegah barang tersebut hilang maupun
tertukar. Sedangkan barang ,milik korban meninggal, setelah didokumentasikan
oleh koordinator tim forensik selanjutnya diserahkan ke pihak kepolisiaan yang
bertugas di forensik.
Tempat : Ruang Triage IGD
Penanggung jawab : Kepala Ruangan Triage IGD
Prosedur :
1. Catat barang yang dilepaskan dari korban atau dibawa oleh korban.
2. Bila ada keluarga maka barang tersebut diserahkan kepada keluarga
korban dengan menandatangani form catatan.
3. Tempatkan barang milik korban pada kantong plastik dan disimpan
dilemari/locker terkunci.
4. Bila sudah 1 minggu barang milik korban belum diambil baik oleh pasien
sendiri maupun keluarganya, maka barang barang tersebut diserahkan

26
kepada Ka Humas dengan menandatangani dokumen serah terima ,
selanjutnya Ka Humas menghubungi pasien maupun keluarganya.
Apabila dalam waktu 1 bulan barang belum diambil, maka barang tersebut
diserahkan oleh ka Humas ke Polsek setempat.

C. PENGOSONGAN RUANGAN DAN PEMINDAHAN PASIEN


Pada situasi bencana maka ruang perawatan tertentu harus
dikosongkan untuk menampung sejumlah korban dan pasien-pasien diruangan
tersebut harus dipindahkan ke ruangan yang sudah di tentukan.
Tempat : Sembodro, Puntadewa, Wisanggeni
Penanggung jawab :
Prosedur :
1. Ka Bid Keperawatan mengintruksikan ka ruang yang di maksud untuk
mengosongkan ruangan.
2. Ka Ruangan berkoordinasi ke kepala ruangan lain untuk memindahkan
pasiennya
3. Ka Ruangan dan Wakil serta Perawat primer menjelaskan pada
pasien/keluarganya alasan pengosongan ruangan.
4. Ka Ruangan mencatat ruangan-ruangan tempat tujuan pasien pindah dan
menginstuksikan petugas billing.
5. Ka Ruangan melaporkan proses pengosongan ruangan kepada Ka
Bidang Keperawatan.

D. PENGELOLAAN MAKANAN KORBAN DAN PETUGAS


Makanan untuk pasien dan petugas, persiapan dan distribusinya
dikoordinir oleh Instalasi Gizi sesuai dengan permintaan tertulis yang disampaikan
oleh kepala ruangan maupun penanggung jawab pos. Makanan yang dipersiapan
dengan memperhitungkan sejumlah makanan cadangan untuk antisipasi
kedatangan korban baru maupun petugas baru/relawan.
Tempat : Instalasi gizi dan Posko Donasi (Makanan)
Penanggung jawab : Ka Instalasi Gizi
Prosedur :
1. Instalasi Gizi mengkoorinasikan jumlah korban dan petugas yang ada ke
ruangan/posko sebelum mempersiapkan makanan pada setiap waktu
makan.
2. Instalasi Gizi mengumpulkan semua permintaan makanan dari
ruangan/posko.

27
3. Instalasi Gizi mengkoordinir persiapan makanan dan berkolaborasi
dengan posko donasi makanan untuk mengetahui jumlah donasi makanan
yang akan/dapat didistribusikan

E. PENGELOLAAN TENAGA RUMAH SAKIT


Pengaturan jumlah dan kualifikasi tenaga yang di perlukan saat
penanganan bencana. Tenaga yang dimaksud adalah SDM rumah sakit yang
harus disiagakan serta pengelolaannya saat situasi bencana.
Tempat : Ruang Unit Kepegawaian
Penanggung jawab : Wadir Umum
Prosedur :
1. Wadir Umum menginstuksikan Ka Bidang/Bagian/Ka Instalasi yang terkait
untuk kesiapan tenaga.
2. Koordinasi dengan pihak lain bila diperlukan tenaga tambahan/volunteer
dari luar Rumah Sakit.
3. Dokumentasikan semua staff yang bertugas untuk setiap shift

F. PENGENDALIAAN KORBAN BENCANA DAN PENGUNJUNG


Pada situasi bencana internal maka pengunjung yang saat itu berada di
RS ditertibkan dan diarahkan pada tempat berkumpul yang ditenyukan. Demikian
pula korban diarahkan untuk dikumpulkan pada ruangan/area tempat berkumpul
yang ditentukan.
Tempat/area berkumpul :Lihat pembahasan ruangan dan area berkumpul terbuka
Penanggung jawab : Ka Instalasi pengamanan
Prosedur :
1. Umumkan kejadian dan lokasi bencana melalui speaker dan informasikan
agar korban dipindahkan dan diarahkan ke area yang ditentukan.
2. Perintahkan Ka Ruangan untuk memindahkan korban.
3. Koordinir proses pemindahan dan alur pengunjung ke area dimaksud.

G. KOORDINASI DENGAN INSTANSI LAIN


Diperlukannya bantuan dari instansi lain untuk menanggulangi bencana
maupun efek dari bencana yang ada.Bantuan ini diperlukan sesuai dengan jenis
bencana yang terjadi. Instansi terkait yang dimaksud adalah sarkolak, Dinas
Kesehatan Propinsi, Kepolisian,Dinas Pemadam Kebakaran, SAR, PDAM, PLN,
TELKOM, PMI, RS Jejaring, Institusi pendidikan Kesehatan, Perhotelan dan PHRI.
Tempat : Pos Komando
Penanggung jawab : Komandan RS

28
Prosedur :
1. Koordinir persiapan rapat koordinasi dan komunikasikan kejadian yang
sedang dialami serta bantuan yang diperlukan.
2. Hubungi instansi terkait untuk meminta bantuan sesuai kebutuhan.
3. Bantuan instansi terkait dapat diminta kepada Pemerintah Propinsi,
Kabupaten/Kota dan Pusat, termasuk lembaga/instansi/militer/polisi dan
atau organisasi profesi.
H. PENGELOLAAN OBAT DAN BAHAN/ALAT HABIS PAKAI
Penyediaan obat dan bahan/alat habis pakai dalam situasi bencana
merupakan salah satu unsu penunjang yang sangat penting dalam pelayanan
kesehatan, oleh karena itu diperlukan adanya persediaan obat dan bahan/alat
habis pakai sebagai penunjang pelayanan korban.
Tempat : Instalasi Farmasi
Penanggung jawab : Kepala Instalasi farmasi
Prosedur :
1. Menyiapkan persediaan obat&bahan/alat habis pakai untuk keperluaan
penanganan korban bencana.
2. Distribusikan jumlah dan jenis obat & bahan/alat habis pakai sesuai
dengan permintaan unit pelayanan.
3. Membuat permintaan bantuan apabila perkiraan jumlah dan jenis obat &
bahan/alat habis pakai tidak mencukupi kepada Dinas Kesehatan dan
atau Departemen Kesehatan RI.
4. Bantuan obat & bahan/alat habis pakai kepada LSM/lembaga donor darah
pilihan terakhir, namun apabila ada yang berminat tanpa ada permintaan,
buatkan kriteria dan persyaratannya.
5. Siapkan tempat penyimpanan yang memadai dan memenuhi peryaratan
penyimpanan obat & bahan/alat habis pakai
6. Buatkan pencatatan dan pelaporan harian
7. Lakukan pemusnahan/koordinasikan ke pihak terkait apabila telah
kadaluarsa dan atau tidak diperlukan sesuai dengan persyaratan
I. PENGELOLAAN VOLUNTEER ( RELAWAN )
Keberadaan relawan sangat diperlukan pada situasi bencana.
Individu/kelompok organisasi yang berniat turut memberikan bantuan sebaiknya
dicatat dan diregistrasi secara baik oleh bagian SDM, untuk selanjutnya
diikutsertakan dalam membantu proses pelayanan sesuai dengan jenis
ketenagaan yang dibutuhkan.
Tempat : Pos Relawan
Penanggung jawab : Ka.Bag TU dan Hukum

29
Prosedur :
1. Lakukan rapid assessment untuk mengetahui jenis dan jumlah tenaga
yang diperlukan.
2. Umumkan kualifikasi dan jumlah tenaga yang diperlukan.
3. Lakukan seleksi secara ketat terhadap identitas, keahlian dan ketrampilan
yang dimiliki dan pastikan bahwa identitas tersebut benar (identitas
organisasi profesi)
4. Dokumentasikan seluruh data relawan
5. Buatkan tanda pengenal resmi/name tag
6. Informasikan tugas dan kewajibannya
7. Antarkan dan perkenalkan pada tempat tugasnya
8. Pastikan relawan tersebut terdaftar pada daftar jaga ruangan/unit
dimaksud
9. Buatkan absensi kehadirannya setiap shift/hari
10. Siapkan penghargaan/sertifikat setelah selesai melaksanakan tugas

J. PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN


Kesehatan lingkungan tetap dijaga pada situasi apapun termasuk situasi
bencana untuk mencegah terjadinya pencemaran maupun dampak dari bencana.
Tempat : Lingkungan Rumah Sakit
Penanggung jawab : Ka.Instalasi Sanitasi
Prosedur :
1. Pastikan system pembuangan dan pemusnahan sampah dan limbah
medis dan non medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Catat dan laporkan pemakaian bahan bakar dan jumlah sampah medis
yang dibakar serta kulitas hasilnya
3. Kontrol seluruh pipa dan alat yang dipakai untuk pengolahan sampah dan
limbah agar tidak terjadi pencemaran lingkungan
4. Koordinasikan kebersihan ruangan dan pemisahan sampah medis dan
sampah umum dengan petugas ruangan.

K. PENGELOLAAN DONASI
Pada keadaan bencana , rumah sakit membutuhkan bantuan tambahan
baik berupa obat, bahan/alat habis pakai, makanan, alat medis/non medis,
maupun financial.
Tempat : Pos Donasi
Penanggung jawab : Ka.Bag. Rumah Tangga
Prosedur :

30
1. Catat semua asal, jumlah dan jenis donasi yang masuk baik berupa obat,
makanan, barang dan uang maupun jasa.
2. Catat tangal kadaluarsa.
3. Distribusikan donasi yang ada kepada pos-pos yang bertanggung jawab :
- Obat dan bahan/alat habis pakai ke Ka.Instalasi Farmasi
- Makanan/minuman ke Ka.Instalasi Gizi
- Barang medis/non medis ke Ka.Bag Rumah Tangga
- Uang ke Ka.bag Keuangan
- Line telpon,sumbangan daya listrik ke IPSRS
4. Laporkan rekapitulasi jumlah dan jenis donasi (yang termasuk, yang
didistribusikan dan sisanya) kepada Pos Komando
5. Sumbangan yang ditujukan langsung kepada korban akan difasilitasi oleh
kepala ruangan atas sepengetahuaan ketua manajemen support.

L. PENGELOLAAN LISTRIK, TELEPON DAN AIR


Meningkatnya kebutuhan power listrik, instalasi air dan tambahan
sambungan telepon saat disaster membutuhkan kesiap siagaan dari tenaga yang
melaksanakannya. Persiapan pengadaan maupun sambungannya mulai
dilaksanakan saat aktifasi bencana di rumah sakit.
Tempat : Unit Pelayanan di RSJD Surakarta
Penanggung jawab : Ka.Instalasi IPSRS
Prosedur :
1. Pastikan system berfungsi dengan baik dan aman.
2. Siapkan penambahan dan jaga stabilitas listrik agar layak pakai dan
aman.
3. Siapkan penambahan line telepon untuk SLI maupun sambungan keluar
lainnyaa
4. Jaga kualitas air sesuai dengan syarat kualitas maupun kuantitas air
bersih dan hindari kontaminasi sehingga tetap aman untuk digunakan
5. Lakukan Koordinasi dengan instansi terkait ( PLN, PT TELKOM, PDAM )
untuk menambah daya, menambah line dan tetap menjaga ketersediaan
listrik, telepon, maupun air.
6. Distribusikan kebutuhan listrik, telepon dan air ke area yang
membutuhkan
7. Berkoordinasi dengan pengguna/ruangan dan penanggung jawab area.
8. Lakukan monitoring secara rutin.

M. PENANGANAN KEAMANAN

31
Keamanan diupayakan semaksimal mungkin pada area transportasi
korban dari lokasi ke IGD, pengamanan sekitar Triage dan IGD pada umumnya
serta pengamanan pada unit perawatan dan pos-pos yang didirikan.
Tempat : Alur masuk ambulance ke IGD, seluruh unit pelayanan dan
pos.
Penanggung jawab : Kabag Rumah Tangga
Prosedur :
1. Atur petugas sesuai dengan wilayah pengamanan
2. Lakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti kepolisiaan.
3. Atur dan arahkan pengunjung ke lokasi yang ditentukan pada saat
bencana internal
4. Lakukan kontrol rutin dan teratur
5. Dampingi petugas bila ada keluarga yang mengamuk.

N. PENGELOLAAN INFORMASI
Informasi, baik berupa data maupun laporan dibuat sesuai dengan form
yang ditentukan sehingga tidak terjadi kesimpang siuran mengenai jumlah korban
baik korban hidup, korban meninggal, asal Negara, tempat perawatan korban dan
status evakuasi ke luar rumah sakit.Informasi ini meliputi identitas korban, SDM
dan fasilitas yang diperlukn untuk penanganan korban.
Tempat : Pos Informasi
Penanggung jawab : Ka. Instalasi Humas dan Pemasaran
Prosedur :
1. Lengkapi semua data korban yang mencangkup nama pasien, umur, dan
alamat/asal Negara, dari korban rawat jalan, rawat inap dan meninggal
serta evakuasi dan lengkapi dengan data tindakan yang telah dilakukan.
2. Informasi di update setiap 12 jam untuk 2 hari pertama ( jam 08,00 dan
jam 20.00 ) dan 24 jam untuk hari hari-hari berikutnya (jam 08.00)
3. Informasi di tulis pada papan informasi dan dipasang di pos informasi.
4. Setiap lembar informasi yang keluar di tandatangani oleh komandan
bencana dan di serahkan kepada pihak yang membutuhkan oleh
penanggung jawab pos informasi.

O. JUMPA PERS
Informasi dari posko data merupakan sumber informasi yang akan
digunakan pihak rumah sakit pada saat jumpa pers. Pihak RS yang menghadiri
press release adalah Direktur sebagai Komandan RS, Komandan Bencana, Ketua
Medikal support, dan Ketua manajemen support.

32
Tempat : Aula
Penanggung jawab : Ka.Bag.Hukum dan Humas
Prosedur :
1. Jumpa pers dilaksanakan setiap hari jam 11.00 untuk 5 hari pertama, dua
hari sekali untuk hari berikutnya dan seterusnnya bilamana dipandang
perlu.
2. Undangan atau pemberitahuan kepada pers akan adannya jumpa pers
dilakukan oleh Ka. Instalasi Humas dan Pemasaran.
3. Siapkan dan sebelumnya konfirmasikan informasi yang akan disampaikan
pada jumpa pers kepada Direktur.
4. Jumpa pers dipimpin oleh komandan Rumah Sakit

P. PENGELOLAAN MEDIA
Wartawan dari media cetak dan elektronik akan berada hampir 24 jam
disekitar rumah sakit untuk meliput proses pelayanan dan kunjungan tamu ke unit
pelayanan, bukan hanya berasal dari media regional, nasional tetapi juga
internasional sehingga perlu dikelola dengan baik.
Tempat : Ruangan Humas
Penanggung jawab : Ka. Instalasi Humas dan Pemasaran.
Prosedur :
1. Registrasi dan berikan identitas semua media serta wartawan yang
datang
2. Sampaikan bahwa semua informasi dapat diperoleh dari pos informasi.
3. Koordinasikan dengan petugas pengamanan rumah sakit untuk
pengaturannya.
4. Peliputan media hanya diijinkan kepada yang sudah memperoleh kartu
identitas.
5. Peliputan langsung pada korban bencana atas seijin yang bersangkutan.

Q. PENGELOLAAN REKAM MEDIS.


Semua korban bencana yang memerlukan perawatan dibuatkan rekam
medis sesuai dengan prosedur yang berlaku di RS. Pada rekam medis diberikan
tanda khusus untuk mengidentifikasi data korban dengan segera.
Tempat : IGD
Penanggung jawab : Ka.Instalasi Rekam Medis
Prosedur :
1. Siapkan sejumlah form rekam medis korban bencana untuk persiapan
kedatangan korban.

33
2. Kontrol dan pastikan semua korban sudah dibuatkan rekam medis.
3. Registrasi semua korban pada system billing setelah dilakukan
penanganan emergency.

R. IDENTIFIKASI KORBAN
Semua korban bencana yang dirawat menggunakan label ID. Label ID
yang dipasangkan pada pasien berisi identitas dan hasil triage. Setelah dilakukan
tindakan life saving, label ID akan dilepas dan disimpan pada rekam medik yang
bersangkutan.
Tempat : Ruang Triage IGD, Kamar jenazah
Penanggung jawab : Ka.Instalasi Rekam Medik
Prosedur :
1. Pasangkan label ID pada semua lengan atas kanan korban hidup pada
saat masuk ruang triage atau korban meninggal pada saat masuk kamar
jenazah, serta dibuatkan rekam mediknya.
2. Kontrol semua korban bencana dan pastikan sudah menggunakan label
ID.

S. PENGELOLAAN TAMU/KUNJUNGAN
Tamu dan kunjungan ke rumah sakit untuk meninjau pelaksanaan
pelayanan terhadap korban dilakukan berupa kunjungan formal/non formal
kenegaraan atau oleh institusi, LSM, partai politik maupun perseorangan.
Pengelolaannya diatur untuk mencegah terganggunya proses pelayanan dan
mengupayakan privacy korban. Tamu kenegaraan dari Negara lain maupun tamu
kenegaraan RI dan tamu Gubenur akan didampingi oleh Direktur dan para wakil
direktur. Tamu dari organisasi partai politik, LSM, institusi, dll diterima dan
didampingi Direktur RS.
Tempat : Ruangan Humas
Penanggung jawab : Ka. Instalasi Humas dan Pemasaran.
Prosedur :
1. Semua rencana kunjungan tercatat pada bagian Hukum dan Humas
2. Hubungi Direktur dan para wakil direktur, Dewan Pengawas, Pejabat
Struktural terkait untuk menerima kunjungan sesuai jenis kunjungan atau
tamu yang akan hadir.
3. Siapkan ruangan rencana transit dan kebutuhan
lainnya(makanan/minuman) bila dibutuhkan.
4. Siapkan informasi/data korban dan perkembangannya, data kesiapan
rumah sakit dan proses pelayanannya.

34
5. Koordinasikan Ka.Bag.RT dan Bidang Keperawatan untuk kebersihan unit
terkait.
6. Siapkan dokementasi tem dokumentasi RS.

T. PENGELOLAAN JENAZAH
Untuk kejadian bencana, jenazah akan langsung dikirim keruang jenazah
untuk sementara selanjutnya akan dikirim ke RSDM. Pengelolaan jenazah seperti
identifikasi, menentukan sebab kematian dan menentukan jenis musibah yang
terjadi, penyimpanan dan pengeluaran jenazah dilakukan di RSDM.
Tempat : Kamar jenazah
Penanggung jawab : Ka.IGD
Proses :
1. Registrasi semua jenasah korban bencana yang masuk ke RS melalui
kamar jenazah
2. Bila diperlukan, dilakukan identifikasi pada korban untuk menentukan sebab
kematian, jenasah akan dikirim ke RSDM bagian forensik
3. Identifikasi sesuai dengan guide line dari DV-Interpil
4. Siapkan surat-surat yang diperlukan, penyerahan ke polisi dari rumah sakit
ke RSDM bagian forensik
5. Buat laporan jumlah dan status jenasah kepada ketua medical support dan
pos pengelolaan data.

U. EVAKUASI KORBAN KE LUAR RUMAH SAKIT


Atas indikasi medis, social, politik dan hukum, maupun permintaan Negara yang
bersangkutan atau atas permintaan keluarga pasien/korban pindah ataupun keluar dari
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta untuk dilakukan perawatan di rumah sakit tertentu
di luar Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Perpindahan/Evakuasi korban ini dilakukan
atas persetujuan tim medis dengan keluarga maupun Negara yang bersangkutan bila
korban adalah warga Negara asing. Kelengkapan dokumen medik serta persetujuan
keluarga/Negara yang bersangkutan diperlukan untuk pelaksanakan proses evakuasi.
Tempat : IGD, Unit Perawatan
Penanggung jawab : Ketua Medical Sopport
Prosedur :
a. Pastikan adanya persetujuan medis, maupun persetujaan keluarga/Negara yang
bersangkutan sebelum proses evakuasi dilakukan.
b. Koordinasikan rencana evakuasi korban kepada pihak/rumah sakit penerima.
c. Pastikan pasien dalam keadaan stabil dan siap untuk dievakuasi

35
d. Siapkan ambulance sesuai standar untuk evakuasi pasien
e. Bila diperlukan hubungi pihak penerbangan untuk kesiuapan tranportasi pasien.
f. Pastikan adanya tim medis yang mendampingi selama proses evakuasi.

BAB IV
PENANGANAN BENCANA INTERNAL

Kemungkinan bencana yang terjadi di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta


adalah : Kebakaran, gempa bumi, ancaman bom, kecelakaan oleh karena zat
berbahaya, kejadian luar biasa penyakit. Penanganan tiap-tiap jenis bencana adalah
sebagai berikut :

A. KEBAKARAN
Pada saat kebakaran kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi adalah : Luka
bakar, trauma, sesak nafas ,hysteria (gangguan psikologis) dan korban meninggal.
Langkah-langkah yang dilakukan ketika terjadi kebakaran :
1. Pindahkan korban ke tempat yang aman (lihat pembahasan area berkumpul)
2. Hubungi petugas satpam (aiphone 200/300 ) untuk menghubungi petugas
kebakaran :

36
 Ada kebakaran
 Lokasi kebakaran
 Sebutkan nama pelapor
3. Jika memungkinkan batasi penyebaran api, dengan menggunakan APAR
4. Padamkan api jika memungkinkan dan jangan mengambil risiko.
Bila terjadi kebakaran selalu ingat :
1. Kejadian kebakaran harus dilaporkan
2. Bila bangunan bertingkat, gunakan tangga dan jangan gunakan lift,
3. Biarkan lampu selalu menyala untuk penerangan
4. Matikan alat-alat lain seperti :mesin anestesi, suction, alat-alat elektronik, dll
5. Tetap tenang dan jangan panik.
6. Tempat yang rendah memiliki udara yang lebih bersih.

Agar proses penanggulangan bencana kebakaran dapat berjalan dengan baik


kita harus tahu :
1. Tempat meletakkan alat pemadam kebakaran dan cara menggunakannya.
2. Nomor pemadam kebakaran (telp. 113 ) atau satpam (200/300)
3. Rute evakuasi dan pintu-pintu darurat.
4. Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaimana
penanggulangan bencana kebakaran pada setiap shift jaga.
5. Kepala ruangan shift pagi/hari kerja dan Ketua tim pada jaga sore atau
malam yang memegang kendali/mengkoordinir bila terjadi bencana.

B. GEMPA BUMI
Jenis korban yang dapat timbul pada saat terjadinya gempa bumi adalah :
trauma, luka bakar, sesak nafas dan meninggal.
Penanganan jika terjadi gempa bumi
Jika terjadi gempa bumi menguncang secara tiba-tiba yang dapat
dijadikan pegangan :
 Di dalam ruangan :Merunduklah, lindungi kepala anda dan bertahan di
tempat aman.Beranjaklah beberapakah menuju tempat aman terdekat.
Tetaplah didalam ruangan sampai goncangan berhenti dan yakin telah
aman untuk keluar , menjaulah dari jendela. Pasien yang tidak bias
mobilisasi lindungi kepala pasien dengan bantal.
 Di luar gedung : Cari titik aman yang jauh dari bangunan, pohon dan
kabel. Rapatkan badan ke tanah. Jangan menyebabakan kepanikan atau
korban dari kepanikan.Ikuti semua petunjuk dari petugas atau satpam.

37
C. ANCAMAN BOM
Ancaman bom bisa tertulis dan juga bias lisan atau lewat telepon.
Ancaman bom ada 2 jenis.:
1. Ancaman bom yang tidak spesifik : pengancam tidak menyebutkan secara
detail tentang ancaman bom yang disampaikan
2. Ancaman bom yang spesifik : pengancam menyebutkan tempat di
taruhnya bom, jenis bom yang digunakan, kapan bom akan diledakkan
dan lain-lain.
Semua ancaman bom harus ditanggapi secara serius sampai ditentukan oleh tim
penjinak bom bahwa situasi aman.

Jika anda menerima ancaman bom :


1. Tetap tenang dan dengarkan pengancam dengan baik karena informasi
yang diterima dari pengancam sangat membantu tim penjinak bom.
2. Jangan tutup telepon sampai pengancam selesai berbicara.
3. Panggil teman lain untuk ikut mendengarkan telepon ancaman, atau jika
memungkinkan gunakan Hp anda untuk menghubungi orang lain.
4. Hubungi satpam ( ext 200/300) bahwa :
 Ada ancaman bom
 Tempat/ruangan yang menerima ancaman
 Nama petugas yang melaporkan adanya ancaman bom.

Ancaman bom tertulis :


1. Simpan kertas yang berisi ancaman dengan baik.
2. Laporkan kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan
kepada ketua tim saat shift sore atau malam.
Ancaman bom lewat telepon :
1. Usahakan tetap bicara dengan penelepon
2. Beri kode teman yang terdekat dengan anda bahwa ada ancaman bom.

Bila ada benda yang dicurigai sebagai bom :


1. Jangan menyentuh atau memperlakukan apapun terhadap benda
tersebut.
2. Sampaikan kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan
kepada ketua tim shift sore atau malam bahwa ada benda yang
mencurigakan.
3. Lakukan evakuasi diruangan tersebut dan ruangan sekitarnya segera

38
4. Buka pintu dan jendela segera
5. Lakukan evakuasi sesuai prosedur

D. KECELAKAAN OLEH KARENA ZAT-ZAT BERBAHAYA


Kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya meliputi kebocoran atau tumpahan
atau sengaja mengeluarkan caiaran dan gas yang mudah terbakar, zat-zat yang
bersifat korosif, beracun, zat-zat radioaktif. Kemungkinan jenis korban yang
terjadi adalah : Keracunan, luka bakar, trauma dan meninggal.

Pada setiap kecelakaan oleh karena zat-zat berbahaya selalu diperhatikan :


1. Keamanaan adalah yang utama
2. Isolasi areal terjadinya tumpahan atau kebocoran
3. Evakuasi korban dilakukan pada area yang berlawanan dengan arah
angin di lokasi kejadian.
4. Hubungi operator untuk menyiagakan tim penanggulangan bencana
rumah sakit.
5. Tanggulangi tumpahan atau kebocoran , jika anda pernah mendapat
pelatihan tentang hal tersebut, tapi jangan mengambil risiko jika anda
tidak pernah mendapatkan pelatihan tentang cara menanggulangi
tumpahan atau kebocoran zat-zat berbahaya.
6. Lakukan dekontaminasi sebelum penanganan korban.

E. KEJADIAAN LUAR BIASA ( KLB ) PENYAKIT


Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah suatu kejadian kesakitan/kematiaan
dan atau meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna
secara epidemiologi pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu.
(Peraturan Menteri Kesehatan No.949/Menkes/SK/VIII/2004)

Kriteria KLB penyakit adalah :


1. Timbulnya penyakit yang sebelumnya tidak ada di suatu daerah.
2. Adanya peningkatan kejadiaan kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan
jumlah kesakitan yang biasa terjadi pada kurun waktu yang sama tahun
sebelumnya.

Tindakan yang harus dilakukan bila terjadi KLB penyakit :


1. Catat dan laporkan jumlah kejadiaan/penyakit yang terjadi diruangan kepada
Direktur Medik dan Keperawatan bila shift pagi atau pada hari kerja dan ke
Pengamat Keperawatan bila diluar jam kerja.

39
2. Tingkatkan standart umtuk mencegah penularan ke pasien lain atau ke
petugas kesehatan.
3. Sub Komite Pengendaliaan Infeksi Nosokomial melakukan penyelidikan
epidemiologi terhadap terjadinya KLB untuk mengetahui penyebab terjadinya
KLB dan membuat rekomendasi untuk mengambil tindakan selanjutnya

BAB VI
PROSEDUR OPERASIONAL BAKU

A. PROSEDUR OPERASIONAL BAKU

1. Prosedur Penyelamatan Penghuni Bangunan dan Evakuasi


Di bawah ini disajikan tabel mengenai prosedur tindakan yang harus diambil
dalam rangka memindahkan penghuni bangunan karena bangunan gedung yang
ditempati tidak layak huni sementara atau tetap. Prosedur ini dilaksanakan mulai
adanya perintah evakuasi sampai semua penghuni telah keluar dari area/
bangunan yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi penghuni.

LANGKAH INSTRUKSI KERJA PENANGGUNG JAWAB


I PRINSIP EVAKUASI
1 Tetap tenang Petugas Evakuasi
2 Berjalan cepat tetapi jangan lari Seluruh Pegawai
3 Jangan membawa barang yang Seluruh Pegawai
lebih besar dari tas kantor/ tas

40
tangan
Jangan kembali ke ruangan kerja Seluruh Pegawai
4 untuk mengambil barang berharga
yang tertinggal
Jangan kembali masuk gedung Seluruh Pegawai
sampai ada pemberitahuan lebih
5
lanjut dari Kepala Ruang/Perawat
Kontrol
Berilah panduan kepada Tamu Petugas Evakuasi
6
Pasien dan Pegawai
7 Ikuti instruksi Petugas Evakuasi Seluruh Pegawai
Petugas Evakuasi bertanggung Petugas Evakuasi
jawab memeriksa dan menghitung
semua pegawai/pasien dan
8
meyakinkan semua telah
meninggalkan tempat dan menutup
pintu ruangan
Petugas Evakuasi melaporkan Petugas Evakuasi
9
semua tugasnya ke Kepala Ruang
Petugas Cleaning Service Petugas Cleaning
10
membantu evakuasi pasien Service
Dokter Staf Medik membantu Koordinator Titik Kumpul
11 tindakan perawatan medis dengan
menggunakan troley emergency
Seorang perawat untuk bersiaga di Koordinator Titik Kumpul
Area Pengungsian atau Titik kumpul
12 untuk memantau dan melaporkan
kondisi pasien ke Koordinator Titik
kumpul/Area Pengungsian
Koordinator Ruang Staf Medik Koordinator Titik Kumpul
mencatat dokter yang
13 diperbantukan ke Titik kumpul/Area
Pengungsian berkoordinasi dengan
Koordinator Titik kumpul

LANGKAH INSTRUKSI KERJA PENANGGUNG JAWAB

II METODA EVAKUASI PASIEN DENGAN MENGGUNAKAN


ALAT BANTU
2.1 Evakuasi pasien dengan tempat tidur ke titik kumpul/area
pengungsian

41
Siapkan empat orang petugas Petugas Evakuasi
evakuasi, tempat tidur dan pasien,
1 jika memungkinkan satu tempat
tidur digunakan oleh beberapa
pasien dengan posisi duduk
Dua orang petugas di kepala tempat Petugas Evakuasi
tidur dan dua orang lagi di kaki
tempat tidur (jika hanya ada dua
2
petugas, maka satu orang didepan
dan satu orang dibelakang, dengan
posisi silang)
Dorong tempat tidur sampai ke titik Petugas Evakuasi
3 kumpul atau area pengungsian
tempat yang telah disiapkan
Petugas Evakuasi kembali ruangan Petugas Evakuasi
4
untuk evakuasi pasien lainnya

LANGKAH INSTRUKSI KERJA PENANGGUNG JAWAB


II METODA EVAKUASI PASIEN DENGAN MENGGUNAKAN
ALAT BANTU
2.2. Evakuasi pasien dengan menggunakan kursi roda
1 Dudukkan pasien di kursi roda Petugas Evakuasi
Pasang pengaman sehingga tidak Petugas Evakuasi
2 merosot dan terjatuh pada saat
didorong
Satu orang petugas di belakang, Petugas Evakuasi
mendorong kursi roda dan satu
3
orang lagi di samping depan kursi
roda
4 Dorong dengan tenang dan hati-hati Petugas Evakuasi
Dorong kursi roda sampai ke tempat Petugas Evakuasi
5
yang telah ditentukan

PENANGGUNG
LANGKAH INSTRUKSI KERJA
JAWAB
III EVAKUASI PADA DARURAT KEBAKARAN
3.1. PRINSIP EVAKUASI PASIEN PADA SAAT TERJADI
KEBAKARAN
1 Pasien yang dapat berjalan sendiri Petugas Evakuasi
(mobile) dan Pasien Gerak Terbatas
(limited mobile) dengan digiring/diarahkan
menuju Titik Kumpul. Awasi jangan sampai

42
pasien lari.
Pasien yang bergerak perlu alat bantu Petugas Evakuasi
2 seperti : kursi roda/tempat tidur, (not
mobile). Didorong sampai ke titik kumpul

43
LANGKAH INSTRUKSI KERJA PENANGGUNG JAWAB

IV EVAKUASI DARURAT GEMPA


4.1. PRINSIP EVAKUASI PASIEN PASKA GEMPA
Pasien yang dapat berjalan sendiri Petugas Evakuasi
(mobile) dan Pasien Gerak Terbatas
(limited mobile) dengan
1
digiring/diarahkan menuju Titik
Kumpul. Awasi jangan sampai
pasien lari.
Pasien yang bergerak perlu alat Petugas Evakuasi
bantu seperti : kursi roda/tempat
2
tidur, (not mobile). Didorong sampai
ke titik kumpul
4.2. Instruksi Kerja Evakuasi
Jika merasakan adanya gempa Semua penghuni
1
segera berhenti untuk aktifitas Pegawai
Segera menuju ke tempat yang Semua penghuni
2 aman sementara sesuai dengan Pegawai
peta aman
Jika ada perintah evakuasi, segara Petugas Evakuasi
evakuasi pasien dengan mengikuti
3
prinsip evakuasi pasien paska
gempa

44
VI EVAKUASI DARURAT BANJIR
LANGKAH INSTRUKSI KERJA PENANGGUNG JAWAB
1 Bila melihat adanya banjir Semua Pegawai

B. khususnya di ruang dasar, segera P


V EVAKUASI DARURAT ANCAMAN BOM
1 selamatkan barang-barang
Bila mendengar yang Semua Pegawai
informasi adanya R
menjadi
paket bomtangggung
atau jawabnya
ancaman bom, O
2 Evakuasi menuju ke tempat yang Semua Pegawai
tetap tenang S
aman dariperintah
Jika ada ketinggian air banjirsegera Petugas Evakuasi
evakuasi,
E
evakuasi sesuai arahan dari Regu
2 D
Pengamanan/Koordinator
U
Keamanan
R
DARURAT KEBAKARAN
Berikut adalah tabel mengenai prosedur tindakan yang harus diambil jika terjadi
darurat Kebakaran
LANGKAH INSTRUKSI KERJA PENANGGUNG JAWAB
I Jika melihat api kecil dalam ruangan pasien
1 Evakuasi pasien Semua perawat
Ambil APAR Petugas Pemadam
2
Ruang
Padamkan dengan APAR Petugas Pemadam
3
Ruang
Pastikan api telah padam dan tutup Petugas Pemadam
4 pintu kamar agar asap tidak keluar Ruang
ruangan
Jika api padam, laporkan ke Petugas Pemadam
5 Koordinator Ruang, jika api tidak Ruang
padam ikuti instruksi kerja api besar
II Jika melihat api kecil di luar ruangan pasien
Tutup pintu kamar pasien yang Semua perawat
1
terdekat dengan api
Ambil APAR Petugas Pemadam
2
Ruang
Padamkan dengan APAR Petugas Pemadam
3
Ruang
Pastikan api telah padam Petugas Pemadam
4
Ruang
Jika api padam, laporkan ke Petugas Pemadam
5 Koordinator Ruang, jika api tidak Ruang
padam ikuti instruksi kerja api besar

III Bila melihat api besar, tetaplah tenang

45
Pencet fire alarm / bunyikan Seluruh Pegawai
1
kentongan kebakaran
Telepon ke nomor telepon darurat Seluruh Pegawai
2
(200/300) Code Red
Evakuasikan pasien di sekitar area • Petugas Evakuasi
3 terbakar dan ikuti instruksi kerja • Petugas Penyelamat
evakuasi Dokumen
Amankan semua dokumen pasien,
• Koordinator Titik Kumpul
4 ikuti instruksi kerja penyelamatan
dokumen evakuasi
Matikan semua peralatan yang
menggunakan tenaga listrik dan
5
cabut semua steker dari stop
kontaknya
Padamkan api dengan Regu Pemadam
menggunakan air pemadam dan
6
sebelumnya aliran listrik pada
ruang dipadamkan lebih dahulu
Koordinator Keamanan segera Koordinator Keadaan
menghubungi Dinas Pemadam dan Darurat
7
ikuti instruksi kerja pemadaman Koordinator Keamanan
kebakaran oleh Dinas Kebakaran
IV Bila mendengar alarm
Hentikan kegiatan sementara, Semua Pegawai
1 sambil menunggu instruksi lebih
lanjut
Bel fire alarm akan berbunyi dan Petugas Keamanan
lokasi kebakaran akan di
2
indikasikan pada panel kebakaran di
ruang kendali tehnik
Bila bel fire alarm berbunyi dan atau Petugas Keamanan
menerima telepon mengenai
3 kebakaran, petugas keamanan
segera menuju ke ruang alarm
berbunyi
Bila petugas tidak menemukan Petugas Keamanan
kebakaran, segera memberitahukan
4
semua penghuni gedung mengenai
sinyal alarm palsu
Bila ada api ikuti instuksi kerja Petugas Keamanan
5
pemadaman api kecil atau besar
6 Bila ada instruksi evakuasi ikuti Pemadam Ruang/zona

46
instruksi kerja evakuasi
V Bila Dinas Pemadam Kebakaran tiba
Koordinator Keamanan/ Petugas Koordinator Keamanan
Keamanan memberikan petunjuk Petugas Keamanan
1
kepada petugas Dinas Pemadam ke
ruang yang terbakar
Petugas keamanan memberikan Petugas Keamanan
informasi pada petugas mobil unit
2
Dinas Pemadam mengenai lokasi
sumber air
Petugas Dinas Kebakaran Dinas Kebakaran
memadamkan kebakaran Petugas Keamanan
3
menggunakan air dibantu oleh
petugas keamanan
Petugas Pemadam Kebakaran Dinas Kebakaran
menggunakan mobil unitnya
4
memadamkan api dari luar gedung
melalui jendela
Pimpinan Dinas Kebakaran Pimpinan Dinas
memutuskan bilamana kebakaran Kebakaran
5
telah dapat dipadamkan Koordinator Keadaan
Darurat

C. PROSEDUR MENGHADAPI GEMPA


Berikut adalah tabel mengenai prosedur tindakan yang harus diambil jika terjadi darurat gempa.

LANGKAH INSTRUKSI KERJA PENANGGUNG JAWAB

I Bila berada didalam bangunan


Jika merasakan gempa, semua Seluruh penghuni
pegawai, kelurga pasien dan tamu bangunan
segera menuju ke tempat aman,
1
bagi pasien yang berada di tempat
tidur tetap berada di tempat tidur
masing-masing.
Tunggu sampai guncangan
2
berhenti.
Bila gempa bumi mengakibatkan Koordinator
3 terjadinya kebakaran, ikuti instruksi Ruang, Regu
kerja kebakaran. Pemadam
4 Bila evakuasi diinstruksikan oleh Petugas Evakuasi

47
Koordinator Keadaan Darurat &
Kepala Ruang/Perawat Kontrol
tetaplah tenang
dan ikuti instruksi kerja evakuasi.
Jika bangunan mengalami Semua pegawai
keruntuhan segera keluar dan jika
5
terjebak reruntuhan segera minta
pertolongan
II Bila berada diluar bangunan
Jika merasakan adanya gempa Semua pegawai
segera mencari tempat yang aman
1
dari reruntuhan sampai goncangan
berhenti
Jika berada didalam mobil segera Semua pegawai
keluar dari mobil dan mencari
2
tempat yang aman dari reruntuhan
sampai goncangan berhenti
Jika sedang mengendarai mobil di Semua pegawai
area parkir segera hentikan mobil
namun jangan hentikan mobil diatas
3 jembatan. Segera keluar dari mobil
dan mencari tempat yang aman dari
reruntuhan sampai goncangan
berhenti

D. PROSEDUR MENGHADAPI ANCAMAN BOM


Berikut adalah tabel mengenai prosedur tindakan yang harus diambil jika terjadi darurat ancaman
bom.

LANGKAH INSTRUKSI KERJA PENANGGUNG JAWAB


I Bila pegawai melihat paket atau bungkusan tak bertuan dan
dicurigai sebagai suatu bahan peledak di area rumah sakit
1 Segera lapor ke Petugas Keamanan Pegawai
2 Jangan disentuh Pegawai
Petugas Keamanan akan Petugas Keamanan
3 membatasi area dan mengecek
benda tersebut
Laporkan Ke Koordinator Keadaan Petugas Keamanan
4
Darurat
Laporkan Ke Koordinator Koordinator Keadaan
5 Keamanan Korporat, dan konsultasi Darurat & Koordinator
dengan Kepolisian Keamanan
6 Mempertimbangkan untuk Koordinator Keadaan

48
mengevakuasikan penghuni gedung Darurat & Koordinator
Keamanan
Kepolisian akan memeriksa paket Polisi
7
atau barang tersebut
Jika tidak ada bom yang ditemukan Koordinator Keadaan
di gedung, Koordinator Keadaan Darurat & Koordinator
Darurat mengumumkan gedung Keamanan
8
aman dan meminta penghuni
gedung untuk kembali ke tempat
semula
Jika bom ditemukan dalam gedung, Polisi
9 Polisi akan menjinakan di tempat
aman
Jika bom meledak dan Koordinator Keadaan
mengakibatkan kebakaran, ikuti Darurat, Koordinator
10
instruksi kerja kebakaran Ruang, Petugas
Pemadam
Bila menerima suatu telepon
II
ancaman atau peringatan
Bertanya kepada penelepon Semua pegawai
1
informasi sebanyak mungkin
2 Segera lapor ke Petugas Keamanan Semua pegawai
Laporkan Ke Koordinator Keadaan Koordinator Keadaan
Darurat, Koordinasikan Koordinator Darurat & Koordinator
3
Keamanan Korporat, Telepon & dan Keamanan
konsultasi dengan Kepolisian
Mempertimbangkan evakuasi Koordinator Keadaan
4 penghuni pada area yang dicurigai, Darurat & Koordinator
ikuti instruksi kerja evakuasi Keamanan
5 Kepolisian akan memeriksa gedung Polisi
Jika tidak ada bom yang ditemukan Koordinator Keadaan
di gedung, Koordinator Keadaan Darurat & Koordinator
Darurat mengumumkan gedung Keamanan
6
aman dan meminta penghuni
gedung untuk kembali ke tempat
semula
Jika bom ditemui di gedung, Polisi Polisi
7 mengevakuasi bom dan menjinakan
di tempat yang aman
8 Jika bom meledak dan Koordinator Keadaan
mengakibatkan kebakaran ikuti Darurat, Koordinator
instruksi kerja kebakaran Ruang, Petugas

49
Pemadam

E. PROSEDUR DARURAT BANJIR


Berikut adalah tabel mengenai prosedur tindakan yang harus diambil jika terjadi darurat ancaman
banjir.
LANGKAH INSTRUKSI KERJA PENANGGUNG JAWAB
Jika terjadi banjir dan air mulai Petugas Penyelamat
menggenangi ruang dasar, petugas Dokumen
1 penyelamat dokumen bersiap untuk
memilah dokumen penting untuk
diselamatkan
Jika air mulai meninggi : Petugas Penyelamat
• Segera bawa dokumen menuju ke Dokumen
2 tempat yang aman Petugas Tehnik
• Matikan aliran listrik pada ruang
dasar
Bila evakuasi diinstruksikan ikuti Petugas Evakuasi
4
instruksi kerja evakuasi.

50
REFERENSI

1. OSHA Training Institute-Region IX. Hazard and vulnerability assessment.


University of Califormia, San Diego (UCSD). 2010.
2. Schwartz B, Henry B. Hazard risk assessment tool for medixal facilities. The
Centre for Excellence in Emergency Preparedness. 2009.
3. NFPA. Hazardous material code identification. 1996.
4. OHSW&IM Service. Hazard management procedure. University OHSW&IM.
2011.
5. WorkCover Tasmania, Workplace Standards Tasmania. Hazard management:
play it safe. WorkSafe Tasmania. 2012.
6. O’Loughlin P. Hazard management procedure. Government of South Australia.
2011.
7. OSH manual. Hazard management procedure. Albany: OSH; 2010.
Ref.Pedoman Penanggulangan Bencana Rumah Sakit
(Hospital Disaster Plan)
RSUP. Sanglah Denpasar.

51

Anda mungkin juga menyukai