PENDAHULUAN
Tidur adalah suatu proses fundamental yang dibutuhkan oleh setiap manusia.
Manusia dewasa memerlukan tidur rata-rata 6-8 jam/hari. Tidur dapat terbagi atas 2
fase yaitu NREM (non rapid eye movement) sleep yang mengisi 75-80% fase
tidur dan terbagi atas 4 stage, serta REM ( rapid eye movement) sleep mengisi
20-25% dari fase tidur dan terbagi atas 2 stage. Pada dewasa normal kedua
fase ini muncul dalam siklus yang semireguler yang berlangsung sekitar 90-
120 menit dan muncul sebanyak 3-4 kali setiap malam. Gangguan tidur sering
terjadi pada fase REM. Bentuk gangguan tidur yang paling sering ditemukan adalah
sleep apnea (henti napas pada waktu tidur) dan gejala yang paling sering timbul pada
Menurut studi yang ada, mendengkur dan obstructive sleep apnea (OSA)
meningkatkan risiko hipertensi 2-3 kali, serta meningkatkan risiko dua kali lipat
penyakit koroner atau serangan jantung. Pendengkur dan penderita OSA juga berisiko
terserang stroke dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak dengan
Mendengkur dan OSA umumnya terjadi pada orang dewasa, terutama pria,
usia pertengahan dan obesitas. Sekitar 50 juta orang Amerika tidur mendengkur dan
20 juta orang Amerika menderita sleep apnea syndrom. Hal ini menyebabkan
terjadinya peningkatan keluhan dari pasangan dan yang lebih penting membawa
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
udara selama 10 detik atau lebih sehingga menyebabkan 2-4% penurunan saturasi
oksigen) dan hipopnea (pengurangan aliran udara >30% untuk minimal 10 detik
dengan desaturasi oksihemoglobin > 4% atau pengurangan dalam aliran udara > 50%
untuk 10 detik dengan desaturasi oksihemoglobin > 3%) ada sumbatan total atau
sebagian jalan napas atas yang terjadi secara berulang pada saat tidur selama non-
REM atau REM sehingga menyebabkan aliran udara ke paru menjadi terhambat.
Sumbatan ini menyebabkan pasien menjadi terbangun saat tidur atau terjadi peralihan
Obstructive Sleep Apnea merupakan bagian dari sindrom henti nafas. Sindrom
henti napas saat tidur dibagi menjadi 3 tipe yaitu tipe sentral, tipe obstruksi dan tipe
campuran. Pada tipe sentral terjadi aliran udara ini disebabkan berhentinya upaya
bernapas selama beberapa saat akibat otak gagal mengirimkan sinyal ke diafragma
dan otot dada untuk mempertahankan siklus pernapasan. Sedangkan pada tipe
sebagian sehingga aliran udara yang masuk akan menggetarkan palatum molle dan
jaringan lunaknya sekitarnya. Keadaan ini dipermudah dengan relaksasi lidah, uvula,
dan otot di saluran napas bagian atas. Obstruksi dapat terjadi sebagian (hipopnea) atau
total (apnea).
2. ANATOMI FARING
mirip corong dengan bagian atasnya yang lebar terletak dibawah cranium dan
dengan baik oleh udara maupun makanan. Dapat dibagi menjadi nasofaring,
silindris bersilia atau epitel berlapis gepeng yang terdapat pada daerah yang
saluran napas disertai dengan sel goblet. Lamina propria di daerah ini
kelenjar mukosa.
Namun dapat pula dijumpai kelenjar serosa dan kelenjar campuran.
peralihan rongga mulut dan orofaring (tonsila palatina) dan pada akar lidah
gerakan menelan.
bergerak, kecuali palatum mole bagian bawah. Bagian tengah faring, disebut
orofaring, meluas dari batas bawah palatum mole sampai permukaan lingual
epiglottis. Pada bagian ini termasuk tonsila palatine dengan arkusnya dan
tonsila lingualis yang terletak pada dasar lidah. Bagian bawah faring dikenal
berasal dari pars cranialis nervus accessories, yang berjalan melalui cabang
glossopharyngeus.
Persarafan sensorik membrane mucosa nasofaring terutama berasal dari
arteri lingualis.
Sedangkan aliran vena bermuara ke plexus venosus pharyngeus, yang
3. FISIOLOGI FARING
Fungsi faring yang utama ialah untuk respirasi, pada waktu menelan,
Faring adalah bagian dari sistem pencernaan dan juga bagian dari
sistem pernafasan. Hal ini merupakan jalan dari udara dan makanan. Udara
masuk ke dalam rongga mulut atau hidung melalui faring dan masuk ke dalam
turun melewati dasar dari faring dan selanjutnya memasuki laring. Kontrol
tuba auditiva, semua pasase pembuka masuk ke dalam faring dapat ditutup
secara volunter. Kontrol ini sangat penting dalam pernafasan dan waktu
ditutup sewaktu makan dan menelan atau makanan akan masuk ke dalam
4. EPIDEMIOLOGI
dan 1-2% pada wanita. Pria lebih sering mengalami OSA dan seringkali (tetapi
tidak harus) juga menderita obesitas. Prevalensi OSA pada pria 2-3 kali lebih tinggi
dariwanita. Belum diketahui mengapa OSA lebih jarang ditemukan pada wanita.
usia 2 – 5 tahun. Penyebab utama OSA pada anak-anak adalah hipertrofi tonsil dan
adenoid, tetapi dapat juga akibat kelainan struktur kraniofasial seperti pada sindroma
Pierre Robin dan Down. Frekuensi OSA mencapai puncaknya pada dekade ke 5 dan
6. Tetapi secara umum frekuensi OSA meningkat secara progresif sesuai dengan
penambahan usia.
OSA terdapat pada lebih dari 40 % individu dengan IMT 30 kg/m 2 atau
5. ETIOLOGI
Usia
Usia yang semakin tua akan lebih mudah terkena karena adanya perubahan
struktur dari faring, dan otot - otot pernafasan mendapatkan sinyal yang terbatas
dari otak agar tetap kaku sehingga menjadi lemah dan menutup jalan nafas.
Obesitas
Kelebihan berat badan akan mempengaruhi mekanisme dari saluran
pernafasan atas seperti :
Naiknya deposit lemak pada parapharyngeal, menyebabkan sempitnya
pria dibanding wanita. Selain itu, terdapat beberapa hipotesis yang menjelaskan
hubungan jenis kelamin dengan timbulnya OSAS antara lain karena efek
Secara umum, terdapat kelainan pada mandibula, maksila, dan tulang hyoid.
lidah dan jaringan lunak sekitar faring terdorong ke posterior sehingga saluran
nafas akan menyempit. Selain itu, posisi maksila yang terlalu posterior juga dapat
menjadi faktor resiko terjadinya OSAS. Hal ini terjadi karena palatum durum dan
saluran nafas mengecil. Hyoid yang terlalu inferior akan menyebabkan lidah
tertarik ke posterior karena hyoid menjadi salah satu insersio dari otot-otot
pembentuk lidah. Kelainan pada tonsil yang merupakan salah satu jaringan
limfoid di saluran nafas atas dapat menyebabkan OSAS. Hipertrofi tonsil dapat
merupakan ukuran leher yang melewati batas atas membran krikotiroid yang
diukur pada posisi berdiri. Penelitian melaporkan bahwa rata-rata ukuran lingkar
leher pada pasien OSAS adalah 43,7 cm sedangkan pada pasien non OSAS
adalah 39,6 cm. Penelitian lain melaporkan bahwa ukuran lingkar leher (>42,5
hipoksemia pada saat tidur, dan dapat menyebabkan kolaps dari otot
oropharyngeal.
6. PATOFISIOLOGI
Obstruksi pada OSA adalah akibat dari gangguan aliran udara yang
disebabkan oleh dinding faring yang collapse sewaktu tidur. Etiologi dan mekanisme
collapse multifaktorial tetapi dikaitkan dengan interaksi saluran nafas atas yang sangat
mudah collapse dengan relaksasi otot dilator faring yang terjadi sewaktu tidur.
intraluminal pada jaringan disekeliling saluran napas atas. tetapi gangguan struktural
saja pada saluran napas tidak cukup memadai untuk menyebabkan OSA. Pasien tanpa
kelainan anatomi bisa menghadapi OSA, ini karena kompleks jalan reflek dari saraf
pusat ke faring yang mengawal tindakan otot dilator faring bisagagal untuk
mempertahankan patensi faring.
(relaksasi) sehingga ada kecenderungan lumen faring menyempit pada saat inspirasi.
Mengapahal ini terjadi hanya pada sebagian orang, terutama berhubungan dengan
menjadi lebih sempit atau menutup pada waktu tidur. Selain itu obstruksi nasalmenye
yang mengakibatkan usaha pernafasan melalui mulut semasa tidur sehingga terjadi
Suara mendengkur timbul akibat turbulensi aliran udara pada saluran nafas
atas akibat sumbatan. Tempat terjadinya sumbatan biasanya di basis lidah atau
palatum. Sumbatan terjadi akibat kegagalan otot-otot dilator saluran nafas atas
menstabilkan jalan nafas pada waktu tidur di mana otot-otot faring berelaksasi, lidah
yang diperberat oleh edema karena vibrasi yang terjadi pada waktu mendengkur dapat
berperan pada progresivitas mendengkur menjadi sleep apnea pada individu tertentu
Obstructive Sleep Apnea (OSA) ditandai dengan kolaps berulang dari saluran
nafas atas baik komplet atau parsial selama tidur. Akibatnya aliran udara pernafasan
benar-benar terbangun pada saat apnea di mana mereka merasa tercekik. Lebih sering
penderita tidak sampai terbangun tetapi terjadi partial arousal yang berulang,
berakibat pada berkurangnya tidur dalam atau tidur gelombang lambat. Keadaan ini
menyebabkan penderita mengantuk pada siang hari, kurang perhatian, konsentrasi dan
ingatan terganggu. Kombinasi hipoksemia dan partial arousal yang disertai dengan
Banyak penderita OSA tidak merasa mempunyai masalah dengan tidurnya dan datang
ke dokter hanya karena teman tidur mengeluhkan suara mendengkur yang keras (fase
preobstruktif) diselingi oleh keadaan senyap yang lamanya bervariasi (fase apnea
obstruktif).
Prinsip utama pada OSA yaitu terdorongnya lidah dan palatum ke belakang
hingga menempel pada dinding faring posterior menyebabkan oklusi nasofaring dan
akibat pergerakan mandibula, palatum mole dan lidah ke arah belakang. Faktor
struktural dan fungsional berperan penting dalam menentukan tekanan kritis kolaps
tonsil, makroglosia dan akromegali juga dapat meningkatkan risiko terjadinya OSA.
Sistem saraf pusat berperan penting dalam OSA kombinasi aktivitas otot saluran
napas atas yang menurun pada saat tidur disertai struktur faring kecil membentuk
tekanan kritis kolaps saluran napas atas. Aktivasi kemoreseptor oleh hipoksemia dan
Pada pasien obesita terjadi peningkatan deposit lemak disekelilng leher dan
ruang parafaring menyebabkan penyempitan dan kompresi salur napas atas dan
mengganggu otot dilator yang mempertahankan patensi salur napas atas. Obesitas bisa
capacity. Perubahan dalam volume paru secara signifikan menurunkan ukuran faring
salur napas atas melalui efek mekanikal traksi trakea dan toraks yang dikenal ‘tracheal
7. GEJALA KLINIS
Gejala pada pagi atau siang hari
Mengantuk
Pusing saat bangun tidur pagi hari
Refluks gastroesofageal
Tidak ada konsentrasi
Depresi
Penurunan libido
Impotensi
Bangun tidur tidak merasa segar
Gejala malam hari saat tidur
Mengorok
Mengeluarkan air liur saat tidur
Mulut kering
Tidur tidak nyenyak / terbangun saat tidur
Dapat terjadi henti nafas saat tidur
Tersedak atau nafas tersengal saat tidur
8. DIAGNOSIS
Diagnosis OSA dapat ditentukan berdasarkan tanda dan gejala klinis dimulai
tersedak pada saat tidur, rasa ngantuk pada siang hari dan dapat dinali keparahannya
dengan Epworth Sleepiness Scale, sakit kepala pada pagi hari, insomnia,
berkurangnya daya ingat dan konsentrasi, sering atau tidaknya terpapar polusi udara,
nocturia.
penyebabnya dan ada atau tidaknya secondary infection seperti gagal jantung,
polisomnografi. Pada OSA untuk melihat episode berhentinya aliran udara yang
dilakukan pada saat malam hari di laboratorium tidur. Laboratorium tidur biasanya
terdapat di klinik atau rumah sakit tetapi ruangan ini di desain sedemikian rupa
Mendengkur dan obesiti merupakan faktor resiko OSA, tanpa gejala klinis
mengevaluasi gangguan tidur selama rekaman satu malam, beberapa variable yang
direkam selama penelitian tidur adalah stadium tidur, upaya pernafasan, aliran udara,
saturasi oksihemoglobin arteri, posisi tubuh, gerakan anggota badan, irama dan
denyut jantung. Polisomnografi merupakan baku emas diagnosis gangguan tidur, yang
meneliti tidur penderita, analisa tingkat tidur dan saturasi oksigen, aliran udara
melalui mulut dan hidung, gerakan nafas, pola elektrokardiografi, posisi tubuh dan
gerakan anggota badan. Tujuan penelitian tidur ini untuk konfirmasi diagnosis OSA,
beratnya apnea, pemilihan terapi dan evaluasi respon terapi. Tingkat tidur dinilai
dengan EEG, EOG, EMG. Gambaran polisomnogram yang berbeda pada obstructive
apnea.
Kategori beratnya apnea tidur berdasarkan AHI terdiri dari apnea tidur ringan
dengan AHI 5-15, saturasi oksigen 86% dan keluhan ringan, apnea tidur sedang
dengan AHI 15-30, saturasi oksigen 80-85% dan keluhan mengantuk dan sulit
konsentrasi, apnea tidur berat dengan AHI 30, saturasi oksigen kuran dari 80% dan
mengantuk berat sepanjang hari yang tidak dapat dijelaskan karenan sebab lain 2. Dua
atau lebih keadaan seperti tersedak sewaktu tidur, terbangun beberapa kali ketika
tidur, tidur yang tidak menyebabkan rasa segar, perasaan lelah sepanjang hari dan
gangguan konsentrasi 3. Hasil PSG menunjukan AHI ≥5 (jumlah total apnea ditambah
terjadi hypopnea perjam selama tidur) 4. Hasil PSG negative untuk gangguan tidur
lainnya.
9. TERAPI
Terapi Non-Bedah
nCPAP sangat sederhana yaitu dengan pemberian tekanan positif melalui hidung,
maka setiap kecenderungan jalan napas untuk menyempit dan menutup dapat diatasi
dan dinding jalan napas dapat distabilkan, sehingga menekan suara dengkur,
menormalkan kualitas tidur dan menghilangkan gejala pada siang hari. Keuntungan
CPAP adalah teknik yang sering digunakan dalam tatalaksana non surgical
OSA dan merupakan tatalaksana terapi pertama OSA. CPAP mengurangi dengkur dan
apnea dan membaiki gejala ketiduran pada siang. CPAP 90-95% effective dalam
penggunaan pasien.
Pada penderita OSA yang mengalami obesitas dianjurkan penurunan berat
badan. Perlu dilakukan perubahan gaya hidup termasuk diet, olah raga dan
dengan penurunan 50% kejadian apnea dan perbaikan keadaan klinis. Beberapa
laporan kasus menunjukkan gejala OSA dapat diatasi dengan mengurangi berat badan.
Posisi tidur dapat membantu menghilangkan gejala OSA. Beberapa pasien mengalami
advancement dengan beberapa variasinya. Alat ini dipasang pada gigi dan menahan
mandibula dan lidah ke depan (protrusi parsial dari rahang bawah) sehingga dapat
tidur. Alat ini hanya digunakan pada penderita OSA yang tidak dapat menjalani
operasi dan penderita OSA yang ringan sampai sedang khususnya yang tidak gemuk
atau pada penderita yang intoleran terhadap CPAP. Tetapi perlu diingat alat ini dapat
Terapi Bedah
beberapa sebab, di antaranya klaustrofobia, suara bising dari mesin dan karena
timbulnya efek samping seperti hidung tersumbat dan mukosa hidung serta mulut
yang kering. Banyak pasien yang tidak mau penggunakan alat CPAP karena tidak
nyaman dan mengurangi nilai estetika, sehingga diusahakan bentuk lain terapi OSA.
Terapi bedah dapat dilakukan pada regio anatomi tertentu yang menyebabkan
obstruksi saluran napas sesuai dengan hasil pemeriksaan sleep endoscopy. Beberapa
faring bertambah serta membuat kaku dinding faring yang akan mencegah
fungsional dan konkotomi bisa menjadi terapi yang efektif bila sumbatan
setiap sisi akar dari uvula diikuti dengan pengurangan 50% dari uvula distal
uvulopalatal kompleks.
lesi termal akan timbul fibrosis jaringan. Prosedur ini dapat diulang beberapa
kali dan dalam beberapa sasaran situs dari saluran udara bagian atas, termasuk
Implan Pillar atau implan palatal merupakan teknik yang relatif baru,
dengan habitual snoring dan OSA ringan sampai sedang. Prosedur ini
bertujuan untuk memberi kekakuan pada palatum mole. Tiga buah batang kecil
menyebabkan snoring.
by pass obstruksi salur napas atas. Indikasi trakeostomi adalah pasien dengan
10. KOMPLIKASI
OSA dapat menimbulkan dampak pada banyak sistem dari tubuh manusia, di
antaranya:
BAB III
KESIMPULAN
Obstructive Sleep Apnea (OSA) adalah keadaan apnea dan hipopnea akibat
adanya sumbatan total atau sebagian jalan napas atas yang terjadi secara berulang
pada saat tidur selama fase non-REM atau REM sehingga menyebabkan aliran udara
ke paru menjadi terhambat. Gejala utamanya adalah mendengkur. OSA terjadi karena
lidah dan palatum jatuh ke belakang (kolaps) sehingga terjadi obstruksi. Penyebab
etiologi tunggal.
OSA paling banyak dialami oleh pria usia pertengahan dengan obesitas. Gejala
dari OSA antara lain mendengkur, mengantuk yang berlebihan pada siang hari,
tersedak, tidur tidak nyeyak, letih dan lesu sepanjang hari, penurunan konsentrasi,
serta riwayat OSA dalam keluarga. Tanda dari OSA antara lain obesitas, hipoplasia
mandibula atau maksila, penyempitan orofaring, pembesaran tonsil atau lidah, serta
mengetahui kelainan yang mungkin ada sebagai faktor penyebab dan pemeriksaan
penunjang berupa polisomnografi. Terapi OSA dibagi menjadi terapi non bedah dan
terapi bedah. Terapi non bedah dengan mengusahakan tekanan positif untuk
hidup, olah raga serta obat-obatan. Terapi bedah dilakukan sesuai dengan indikasi,
lain neuropsikologis (kantuk berlebihan pada siang hari, kurang konsentrasi dan daya
jantung, angina, penyakit jantung iskemik, gagal jantung kongestif, stroke), respirasi