Makalah Kebijakan Praktik Mandiri
Makalah Kebijakan Praktik Mandiri
Makalah Kebijakan Praktik Mandiri
PENDAHULUAN
1
alasan mengapa keperawatan kesehatan di rumah merupakan alternatif yang banyak diminati
masyarakat antara lain, lebih hemat biaya, pemberdayaan keluarga dalam asuhan klien lebih
optimal, lingkungan memberikan efek yang teraspeutik dan memberikan kesempatan bagi kasus
tertentu yang memerlukan rawat lama misalnya penyakit kronis.
Melihat kepada kenyataan – kenyataan yang tergambar di atas maka praktik keperawatan
mandiri dapat dilakukan oleh perawat professional yang mempunyai keterampilan intelektual,
keterampilan teknikal, dan keterampilan interpersonal yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan utamanya kepada individu, masyarakat secara efektif dan terjangkau.
Konsep kebijakan publik sehat didasarkan pada prinsip pelayanan kesehatan primer
dalam mencapai tujuan sehat semua dan kebijakan promosi kesehatan. Prinsip kebijakan promosi
kesehatan mencakup kebijakan multisektoral, ekologik, tanggung jawab dalam meningkatkan
pilihan promosi kesehatan, melibatkan berbagai bidang, berhubungan dengan pelayanban
kesehatan dan peran serta masyarakat. Menurut Hancock (1985) kebijakan publik sehat
didasarkan pada pendekatan multisektoral, keterlibatan masyarakat, teknologi yang memadai
yang ketiganya merupakan komponen pendekatan pelayanan kesehatan primer dari WHO.
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui kebijakan yang mendukung praktik keperawatan mandiri
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Bab ini menjelaskan tentang tempat dan syarat menjalankan praktik keperawatan, syarat
memperoleh SIPP, dan pihak yang berwenang mengeluarkan SIPP
c. Bab 3 (Penyelenggaraan Praktik)
Bab ini menjelaskan tentang penyelenggaraan parktik, meliputi: tempat, sasaran dan lingkup
praktik keperawatan sesuai kewenangan serta tindakan diluar kewenangan pada kondisi
tertentu.dan hak dan kewajiban perawatan.
d. Bab 4 (Pembinan dan Pengawasan)
Bab ini menjelaskan tentang pihak yang membina dan Mengawasi, tujuan pembinaan dan
pengawasan serta tindakan administratif.
e. Bab 5 (Ketentuan Peralihan)
Bab ini menjelaskan tentang SIPP yang sudah dikeluarkan maupun dalam proses perizinan
berdasarkan Kepmenkes nomor 1239/MENKES/SK/IV/2001 masih berlaku.
f. Bab 6 (Penutup)
Bab ini menjelaskan tentang ketentuan pemberlakuan Kepmenkes nomor
HK.02.02/MENKES/1484/I/2010 dan Kempmenkes nomor 1239/MENKES/SK/IV/2001
tidak berlaku.
B. Tujuan Kebijakan
Tujuan Kebijakan ini adalah untuk mengatur perizinan dan penyelenggaraan praktik
perawat, baik mandiri maupun diluar praktik mandiri . Kebijakan ini masih menjadi isu
profesi dan belum menjadi isu publik, karena masalah tersebut masih menjadi wacana dalam
profesi keperawatan dan masyarakat non profesi keperawatan belum mengetahui tentang
perizinan dan penyelenggaraan praktik perawat.
C. Sifat Kebijakan
Kebijakan ini bersifat proaktif karena memiliki suatu kemampuan prediktif terhadap hal-
hal yang kemungkinan dapat terjadi terkait dengan prakyik perawat sehingga perlu di
berlakukan suatu aturan agar hal tersebut tidak terjadi. Keputusan menteri kesehatan ini
disusun untuk menjawab kebutuhan perawat tentang regulasi praktek keperawatan, sehingga
seluruh kegiatan praktek keperawatan memiliki landasan hukum dan melindungi perawat
dalam penyelenggaraan praktek keperawatan. Tindakan pencegahan perlu difikirkan sejak
4
dini agar produk hukum lebih berkualitas, bukan hanya berdasarkan pada masalah yang
sudah terjadi baru disusun suatu aturan, sehingga masalah yang menyangkut keharmonisan
kehidupan dapat lebih terjamin.
D. Karakteristik
Bersifat Protektif
Kebijakan ini dibuat dalam rangka untuk melindungi perawat (pemberi pelayanan
keperawatan) dan penerima layanan keperawatan dalam hal ini masyarakat. Namun dalam
permenkes HK.02.02/MENKES/148/I/2010 secara tertulis belum tertuang tentang
perlindungan terhadap penerima layanan praktek keperawatan, yang tertuang hanya Hak
perawat ps.11(bersifat protektif) dan kewajiban perawat yang bisa dilihat pada pasal 12.
E. Level Kebijakan
Kebijakan ini pada level makro karena berlaku di seluruh wilayah Indonesia dan ditetapkan
oleh Mentri Kesehatan.
5
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebijakan ini sangat penting didalam mengatur penyelenggaraan praktik perawat karena
sifatnya yang regulatif dan protektif sehingga perawat dapat melakukan praktik keperawatan
sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam Permenkes Nomor 02 tahun 2010.
3.2 Saran
1. Pemerintah seharusnya melindungi praktek keperawatan mandiri karena mampu
meningkatkan derajat kesehatan.
2. Praktek keperawatan mandiri seharusnya diberi pelatihan pelatihan supaya dapat
meningkatkan ketrampilan dan skill.
6
DAFTAR PUSTAKA
http://puskesmassungkai.wordpress.com/2009/08/30/undang-undang-keperawatan-hak-perawat-
indonesia-untuk-mendapatkan-legislasi-profesi/
Mustain, (2007). Peran organisasi dalam pengawasan praktik mandiri keperawatan di Kabupaten
Kudus Jawa Tengah. Tesis Magister Hukum Kesehatan Unika Soegijapranata Semarang.
Ramzkesrawan, (2009). Praktik keperawatan mandiri. oleh Cermin Politik Perawat Indonesia di
unggah pada tanggal 31 Maret 2015 https://oknurse.wordpress.com/tag/praktik-mandiri-perawat/
http://dewaadisurya.blogspot.com/2012/04/kebijakan-kesehatan-praktek-keperawatan.html