A. Latar Belakang
Pada saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
di Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini merupakan masalah besar bagi bangsa
Indonesia. Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002/2003, AKI adalah 301 untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, dan AKB
adalah 35 untuk setiap 1000 kelahiran hidup. Ini merupakan angka tertinggi di
ASEAN. Untuk itu kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah yang paling
diprioritaskan dalam penurunan AKI dan AKB.
Departemen kesehatan itu sendiri telah mengeluarkan beberapa program
kesehatan untuk upaya itu. Salah satunya ialah dibentuk desa siaga yang
didalamnya terdapat Poskesdes (Pos kesehatan Desa). Untuk tenaga yang ada
dalam Poskesdes itu sendiri ialah tenaga kesehatan yaitu 1 orang bidan dan tenaga
masyarakat yaitu 2 orang kader.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan
masyarakat itu sendiri, departemen Kesehatan membuat program pelatihan untuk
kader kesehatan agar kader-kader kesehatan didesa siaga nantinya mempunyai
pengetahuan yang lebih. Dengan harapan kader dapat menggerakkkan dan
memperdayakan masayarakat agar tercipta masyarakat yang mandiri untuk hidup
sehat terutama pada Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) guna mencapai penurunan
AKI dan AKB di Indonesia.
Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat
kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila
masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehatnya.
Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah
kesehatannya dan menjalankan upaya peecahannya sendiri adalah kelangsungan
pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem
kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat.
Kemampuan masyarakat perlu ditingkatkan terus menerus untuk menolong
dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatan. Kegiatan pembinaan yang di
lakukan oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan dalam
pelayanan agar peran serta ibu, remaja, wanita, keluarga dan kelompok
masyarakat di dalam upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana
meningkat. Ini sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat. Oleh karena itu,
penulis membuat makalah dengan judul “Upaya Pembinaan Pada Kader, Upaya
Pembinaan Peran Serta Masyarakat, Pendataan Sasaran, serta Pencatatan
Kelahiran dan Kematian Bayi dan Ibu”
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja upaya pembinaan pada kader?
2. Bagaimana upaya pembinaan peran serta masyarakat?
3. Bagaimana cara pendataan sasaran?
4. Apa itu pencatatan kelahiran dan kematian bayi dan ibu?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui upaya pembinaan pada kader
2. Untuk mengetahui upaya pembinaan peran serta masyarakat
3. Untuk mengetahui pendataan sasaran
4. Untuk mengetahui pencatatan kelahiran dan kematian bayi dan ibu
BAB II
PEMBAHASAN
c. Pembentukan Kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini
disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan
pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader di desa
yang telah ditetapkan. Sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan persiapan
tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan
bersama untuk terlaksananya acara tersebut. Calon kader berdasarkan
kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap posyandu. Persiapan
dari pelatihan kader ini ialah :
1. Calon kader yang akan dilatih.
2. Waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama.
3. Tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas.
4. Adanya perlengkapan yang memadai.
5. Pendanaan yang cukup.
6. Adanya tempat praktik (lahan praktik bagi kader).
Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sektor. Camat otomatis
bertanggung jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala
puskesmas. Pelaksaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang
mampu melaksanakan. Adapun pelatihnya adalah tenaga kesehatan,
petugas KB (PLKB), pertanian, agama, PKK dan sector lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode
yang digunakan adalah ceramah, diskusi, simulasi/demonstrasi, permainan
peran, penugasan dan praktik lapangan. Jenis materi-materi yang disampaikan
adalah :
1. Pengantar tentang posyandu.
2. Persiapan posyandu.
3. Kesehatan ibu dan anak
4. Keluarga berencana
5. Imunisasi.
6. Gizi.
7. Penanggulangan diare.
8. Pencatatan dan pelaporan.
C. Pendataan Sasaran
Salah satu bentuk pembinaan peran serta masyarakat adalah pendataan
sasaran. Tahap-tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan
oleh bidan komunitas, yaitu :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari PWS
KIA. Data yang di catat per desa/ kelurahan dan kemudian dikumpulkan di tingkat
puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi. Data yang di perlukan dalam
PWS KIA adalah Data Sasaran dan Data Pelayanan.
Proses pengumpulan data sasaran sebagai berikut :
a. Jenis data
Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA adalah
1) Data sasaran:
a) Jumlah seluruh ibu hamil
b) Jumlah seluruh ibu bersalin
c) Jumlah ibu nifas
d) Jumlah seluruh bayi
e) Jumlah seluruh anak balita
f) Jumlah seluruh PUS
2) Data pelayanan :
a) Jumlah K1
b) Jumlah K4
c) Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
d) Jumlah ibu nifas yang dilayani 3 kali (KF 3) oleh tenaga kesehatan
e) Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada
umur 6 – 48 jam
f) Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap
pada umur 0-28 hari (KN 1, KN 2, KN 3)
g) Jumlah ibu hamil, ber sali n dan nifas dengan factor ri siko/
komplikasi yang dideteksi ol eh masyarakat
h) Jumlah kasus komplikasi obstetri yang ditangani
i) Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani
j) Jumlah bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur 29
hari – 11 bulan sedikitnya 4 kali
k) Jumlah anak balita (12 – 59 bulan) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sedikitnya 8 kali
l) Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar
m) Jumlah peserta KB aktif
b. Sumber data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran. Berdasarkan
data tersebut, bidan di desa bersama dukun bersalin/bayi dan kader
melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah kerjanya.
Data pelayanan pada umumnya berasal dari
1) Register kohort ibu
2) Register kohort bayi
3) Register kohort anak balita
4) Register kohort KB
2. Pencatatan data
a. Data Sasaran
Data sasaran diperoleh sejak saat Bidan memulai pekerjaan di
desa/kelurahan. Seorang Bidan di desa/kelurahan dibantu para kader dan
dukun bersalin/bayi, membuat peta wilayah kerjanya yang mencakup
denah jalan, rumah serta setiap waktu memperbaiki peta tersebut dengan
data baru tentang adanya ibu yang hamil, neonatus dan anak balita. Data
sasaran diperoleh bidan di desa/kelurahan dari para kader dan dukun bayi
yang melakukan pendataan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, bayi
dan anak balita dimana sasaran tersebut diberikan buku KIA dan bagi ibu
hamil dipasang stiker P4K di depan rumahnya.
b. Data Pelayanan
Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA di
dalam kartu ibu, kohort Ibu, formulir MTBM, formulir MTBS, kartu bayi,
kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB, dan buku KIA. Pencatatan
harus dilakukan segera setelah bidan melakukan pelayanan. Pencatatan
tersebut diperlukan untuk memantau secara intensif dan terus menerus
kondisi dan permasalahan yang ditemukan pada para ibu, bayi dan anak di
desa/kelurahan tersebut, antara lain nama dan alamat ibu yang tidak datang
memeriksakan dirinya pada jadwal yang seharusnya, imunisasi yang
belum diterima para ibu, penimbangan anak dan lain lain.
3. Pengolahan data
Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku kohort
dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan Koordinator di Puskesmas
menerima laporan bulanan tersebut dari semua bidan desa dan mengolahnya menjadi
laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS KIA.
Informasi per desa/kelurahan dan per kecamatan tersebut disajikan dalam bentuk
grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap Bidan Koordinator. Langkah Pengolahan
Data yaitu:
a. Pembersihan data : melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir
yang tersedia.
Contoh Pembersihan data yaitu melakukan koreksi terhadap laporan yang
masuk dari Bidan didesa/kelurahan mengenai duplikasi nama, duplikasi
alamat, catatan ibu langsung di K4 tanpa melewati K1.
b. Validasi : melihat kebenaran dan ketepatan data.
Contoh Validasi yaitu mecocokkan apabila ternyata K4 & K1 lebih besar
daripada jumlah ibu hamil, jumlah ibu bersalin lebih besar daripada ibu
hamil
c. Pengelompokan : sesuai dengan kebutuhan data yang harus dilaporkan.
Contoh Pengelompokan yaitu mengelompokkan ibu hamil anemi
berdasarkan desa/kelurahan untuk persiapan intervensi, ibu hamil dengan
KEK untuk persiapan intervensi.
Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk : Narasi, Tabulasi, Grafik dan
Peta.
1. Narasi : dipergunakan untuk menyusun laporan atau profil suatu wilayah
kerja, misalnya dalam Laporan PWS KIA yang diserahkan kepada instansi
terkait.
2. Tabulasi: dipergunakan untuk menjelaskan narasi dalam bentuk lampiran.
3. Grafik: dipergunakan untuk presentasi dalam membandingkan keadaan
antar waktu, antar tempat dan pelayanan.
4. Peta: dipergunakan untuk menggambarkan kejadian berdasarkan gambaran
geografis puskesmas yang sudah menggunakan komputer untuk mengolah
data KIA maka data dari kartu-kartu pelayanan bidan di desa/kelurahan,
dimasukkan ke dalam computer sehingga proses pengolahan data oleh
bidan di desa/kelurahan dan bidan coordinator Puskesmas akan terbantu
dan lebih cepat.
4. Pembuatan Grafik PWS KIA
PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai, yang
juga menggambarkan pencapaian tiap desa/kelurahan dalam tiap bulan. Dengan
demikian tiap bulannya dibuat 13 grafik, yaitu :
1) Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-1 (K1).
2) Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-4 (K4).
3) Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn).
4) Grafik cakupan kunjungan nifas (KF).
5) Grafik deteksi faktor risiko/komplikasi oleh masyarakat.
6) Grafik penanganan komplikasi obsetrik (PK).
7) Grafik cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1).
8) Grafik cakupan kunjungan neonatal lengkap (KNL).
9) Grafik penanganan komplikasi neonatal (NK).
10) Grafik cakupan kunjungan bayi (KBy).
11) Grafik cakupan pelayanan anak balita (KBal).
12) Grafik cakupan pelayanan anak balita sakit (BS).
13) Grafik cakupan pelayanan KB (CPR).
Bagi bidan di desa akan sangat penting apabila dapat membuat grafik cakupan
dari PWS KIA diatas di tingkat Poskesdes/Polindes yang diupdate setiap bulannya.
Sedangkan untuk puskesmas, penyajian ke 13 cakupan dalam bentuk grafik maupun
angka akan sangat berguna untuk keperluan analisa PWS lebih lanjut. Langkah-
langkah pokok dalam pembuatan grafik PWS KIA :
a) Penyiapan data
Data yang diperlukan untuk membuat grafik dari tiap indikator diperoleh
dari catatan kartu ibu, buku KIA, register kohort ibu, kartu bayi, kohort
bayi serta kohort anak balita per desa/kelurahan, catatan posyandu, laporan
dari perawat/bidan/dokter praktik swasta, rumah sakit bersalin dan
sebagainya.
b) Penggambaran Grafik.
Langkah – langkah yang dilakukan dalam menggambarkan grafik PWS
KIA (dengan menggunakan contoh indikator cakupan K1) adalah sebagai
berikut :
1) Menentukan target rata–rata per bulan untuk menggambarkan skala
pada garis vertical (sumbu Y).
2) Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 per desa/kelurahan
sampai dengan bulan Juni dimasukkan ke dalam jalur % kumulatif
secara berurutan sesuai peringkat. Pencapaian tertinggi di sebelah kiri
dan terendah di sebelah kanan, sedangkan pencapaian untuk
puskesmas dimasukkan ke dalam kolom terakhir.
3) Nama desa/kelurahan bersangkutan dituliskan pada lajur desa/kelurahan
(sumbu X), sesuai dengan cakupan kumulatif masing-masing
desa/kelurahan yang dituliskan pada butir b diatas.
4) Hasil perhitungan pencapaian pada bulan ini (Juni) dan bulan lalu
(Mei) untuk tiap desa/kelurahan dimasukkan ke dalam lajur masing-
masing.
5) Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila
pencapaian cakupan bulan ini lebih besar dari bulan lalu, maka
digambar anak panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya, untuk
cakupan bulan ini yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu,
digambarkan anak panah yang menunjukkan kebawah, sedangkan
untuk cakupan yang tetap/sama gambarkan dengan tanda (-).
A. Kesimpulan
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan
maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan
tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO, 1995)
Para kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan
pembinaan/pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka dan masalah
yang dihadapinya. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan
kader adalah:
1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan
siaga)
2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
4. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu
5. Promosi tabulin, donor darah berjalan, ambulan desa, suami siaga, satgas
gerakan sayang ibu.
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang
dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka
menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang
dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang
berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat
dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat. Langkah
pembinaan peran serta masyarakat yaitu
1. Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui
dialog untuk mendapatkan dukungan.
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan
masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber daya
yang dimilikinya.
3. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui kader
yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).
Tahap-tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan oleh bidan
komunitas, yaitu :
1. Pengumpulan data
2. Pencatatan data
3. Pengolahan data
4. Pembuatan Grafik PWS KIA
B. Saran
Kita sebaiknya mengetahui upaya pembinaan kader dan pembinaan peran
serta masyarakat agar nantinya kita bisa melakukan mitra dengan kader
(masyarakat) dalam menjalankan tugas kita sebagai petugas kesehatan.
A. Definsi
Kader kesehatan masyarakat adalah laki–laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan
maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan
tempat-tempat pemberian pelayanan.
Secara umum istilah kader kesehatan yaitu kader-kader yang dipilih oleh masyarakat
tadi menjadi penyelenggara Posyandu. Banyak para ahli mengemukakan mengenai
pengertian tentang kader kesehatan antara lain:
Menurut gunawan (kader kesehatan: “kader kesehatan dinamakan juga promotor
kesehtan desa (prokes) adalah tenaga yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas
mengembangkan masyarakat”.
Direktorat bina peran serta masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader:
“Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat
dan dapat bekerja secara sukarela”.
Menurut Santoso Karo-Karo, kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata tingkat
desa teryata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi berguna
bagi masyarakat sekelompoknya meliputi:
Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader
bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah
maupun jenis pelayanan.
a. Kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter kader dan semua pihak dalam
rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut didalam maupun
diluar Posyandu antara lain:
Dr. Ida Bagus, mempunyai pendapat lain mengenai persaratan bagi seorang kader
antara lain:
Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka pembangunan
dilakukan di segala bidang. Pembangunan bidang kesehatan yang merupakan bagian
integral dari penbangunan nasional yang secara keseluruhannya perlu digalakkan
pula. Hal ini telah digariskan dalm sistem kesehatan nasional antara lain disebutkan
bahwa, sebagai tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan
pembangunan nasional.
Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu upaya yang besar, sehingga
tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa adanya keterlibatan masyarakat.
1. Pengertian
Secara umum istilah kader kesehatan yaitu kader-kader yang dipilih oleh masyarakat
tadi menjadi penyelenggara Posyandu.
Banyak para ahli mengemukakan mengenai pengertian tentang kader kesehatan antara
lain : L.A. Gunawan memberikan batasan tentang kader kesehatan : “Kader kesehatan
dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih
oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat”.
Pengertian kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan.
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat
dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun
masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat
pemberian pelayanan kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat,
departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang
dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan
anak. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang
pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis
dan menghitung secara sederhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta
pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka
dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan
kerja dari sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fulltime atau
partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang
atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga
kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa
peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.
Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Padahal ada
beberapa macam kader bisa dibentuk sesuai dengan keperluan menggerakkan
partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam program pelayanan kesehatan.
Kader yang bertugas di pos pelayanan terpadu (posyandu) dengan kegiatan rutin
setiap bulannya melakukan pendaftaran, pencatatan, penimbangan bayi dan balita.
Kader yang bertugas di posyandu lanjut usia (lansia) dengan kegiatan rutin setiap
bulannya membantu petugas kesehatan saat pemeriksaan kesehatan pasien lansia.
Keikut sertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar
terbatasnya daya, dan upaya dalam operasional pelayanan kesehatan masyarakat akan
memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat seoptimal mungkin. Pola pikir
yang semacam ini merupakan penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi,
“Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang
kesehatan”.
Menurut Santoso Karo-Karo, kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata tingkat
desa teryata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi berguna
bagi masyarakat sekelompoknya meliputi :
Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sektor. Camat otomatis bertanggung
jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas.
Pelaksanaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang mampu melaksanakan.
Adapun pelatihannya adalah tanaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian,
agama, pkk, dan sector lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang digunakan
adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran, penugasan, dan
praktik lapangan. Jenis materi yang disampaikan adalah:
Secara disadari bahwa memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan
memdapat dukungan dari kepala desa setempat kadang-kadang tidak gampang.
Namun bagaimanapun proses pemilihan kader ini hendaknya melalui musyawarah
dengan masyarakat, sudah barang tentu para pamong desa harus juga mendukung.
Dibawah ini salah satu persaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk
pemilihan calon kader :
1. Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia.
2. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader.
3. Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan.
4. Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya.
5. Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya dan
berwibawa.
6. Sanggup membina paling sedikit 10 KK untuk meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan.
7. Diutamakan telah mengikuti KPD atau mempunyai keterampilan.
Dr. Ida Bagus, mempunyai pendapat lain mengenai persaratan bagi seorang kader
antara lain :
Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader
bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah
maupun jenis pelayanan.
Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh kader dan semua pihak dalam
rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut didalam maupun
diluar Posyandu antara lain :
Melaksanan pendaftaran.
Melaksanakan penimbangan bayi dan balita.
Melaksanakan pencatatan hassil penimbangan.
Memberikan penyuluhan.
Memberi dan membantu pelayanan.
Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulan diare.
Mengajak ibu-ibu untuk datang para hari kegiatan Posyandu.
Kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang
ada :
Pemberantasan penyakit menular.
Penyehatan rumah.
Pembersihan sarang nyamuk.
Pembuangan sampah.
Penyediaan sarana air bersih.
Menyediakan sarana jamban keluarga.
Pembuatan sarana pembuangan air limbah.
Pemberian pertolongan pertama pada penyakit.
Dana sehat.
Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.
Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan dan melaksanakan survei mawas diri,
membahas hasil survei, menyajikan dalam MMD, menentukan masalah dan kebutuhan
kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan
bersama masyarakat membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja.
Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi wawancara muka (kunjungan), alat peraga
dan percontohan.
Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk gotong royong, memberikan
informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain.
Memberikan pelayanan yaitu, :
Membagi obat.
Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan.
Mengawasi pendatang didesanya dan melapor.
Memberikan pertolongan pemantauan penyakit.
Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya.
Melakukan pencatatan, yaitu:
KB atau jumlah PUS, jumlah peserta aktif, dsb.
KIA : jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya.
Imunisasi : jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang
diimunisasikan.
Gizi : jumlah bayi yang ada, mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan yang naik timbangan.
Diare : jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan dan dirujuk.
Melakukan pembinaan mengenai program keterpaduan KB-kesehatan dan upanya kesehatan
lainnya.
Keluarga pembinaan yang untuk masing-masing untuk berjumlah 10-20 KK atau diserahkan
dengan kader setempat hal ini dilakukan dengan memberikan informasi tentang upanya
kesehatan dilaksanakan.
Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan.
Melakukan pertemuan kelompok.
Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu adanya strategi agar mereka dapat
selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan.
1. Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan oleh bidan desa
maupun petugas lintas sektor yang mengikuti kegiatan posyandu.
2. Adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin tiap bulan
secara bergilir disetiap posyandu.
3. Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua kader di
undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards.
4. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis ke puskesmas untuk kader dan
keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan setiap tahun.
Pembinaan atau pelatihan tersebut dapat berlangsung selama 6-8 minggu atau bahkan
lebih lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran serta
masyarakat adalah melaksanakan pembinaan kader.
1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan (promosi bidan siaga).
2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana.
4. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu.
5. Promosi tabulin, donor darah berjalan, ambulan desa, suami siaga, satgas gerakan sayang ibu.
Pembinaan kader yang dilakukan bidan didalamnya berisi tentang peran kader adalah
dalam daur kehidupan wanita dari mulai kehamilan sampai dengan masa perawatan
bayi. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam persiapan persalinan adalah
sebagai berikut :
1. Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini ditolong oleh bidan atau dokter
2. Suami atau keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan.
3. Ibu dan suami menanyakan ke bidan atau ke dokter kapan perkiraan tanggal persalinan.
4. Jika ibu bersalin dirumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan ruangan yang terang,
tempat tidur dengan alas kain yang bersih, air bersih dan sabun untuk cuci tangan, handuk
kain, pakaian kain yang bersih dan kering dan pakaian ganti ibu.
Pembinaan kader yang dilakukan bidan yang berisi tentang peran kader dalam deteksi
dini tanda bahaya dalam kehamilan maupun hal-hal berikut ini.
Kader unit kesehatan kerja (UKK) adalah pekerja, sukarela, yang bertugas
meningkatkan kesehatan diri dan kelompoknya. Persyaratan yang harus dipenuhi
sebagai kader UKK adalah dipilih dari, oleh masyarakat pekerja, bisa baca tulis,
tinggal di lingkungan tempat bekerja, mau, mampu bekerja sukarela, mempunyai
waktu, sudah dilatih kesehatan kerja dan mengikuti pelatihan kader pos ukk.
Setelah terlatih sebagai kader UKK, ada 13 (tiga belas) tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) yang harus dijalankannya secara optimal, antara lain :
1. Pertemuan tingkat pekerja (PTP) : mengadakan sosialisasi upaya kesehatan kerja di tempat
kerja, merencanakan pelaksanaan survey mawas diri dan musyawarah masyarakat pekerja
2. Survey mawas diri (SMD) : pengenalan, pengumpulan, pengkajian masalah kesehatan pekerja
untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat pekerja mengenai kesehatan kerja
3. Musyawarah masyarakat pekerja (MMP) : mengenal masalah kesehatan dan keselamatan
kerja, dengan pekerja, keluarga pekerja, petugas puskesmas, aparat pemerintah
4. Membentuk pos UKK : menentukan pengurus pos UKK, jadwal kegiatan, rencana kerja
tahunan, target, pembiayaan, lokasi dekat dengan tempat kerja
5. Perencanaan UKK : menentukan masalah kesehatan kerja berdasarkan hasil smd,
menentukan prioritas masalah, perkiraan biaya, jadwal, rencana, dan target kegiatan
6. Penyuluhan ukk : materi tentang gizi, PHBS, kebersihan lingkungan, potensi, risiko bahaya,
penggunaan APD (alat pelindung diri), pengolahan limbah, penyakit dan kecelakaan akibat
kerja
7. Pemeriksaan kesehatan, P3K dan P3P : membantu petugas kesehatan, pemeriksaan ksehatan
umum, pengadaan dan pengelolaan kartu kunjungan, formulir status kesehatan pekerja,
membuat daftar penyakit akibat kerja, pemberian obat bebas pada penyakit ringan
8. Upaya rujukan : merujuk segera pasien kecelakaan, dan penyakit berat yang tidak bisa
tertangani.
9. Pencatatan pelaporan : membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan pelayanan
10. Kerjasama lintas sektoral : pertemuan berkala dengan anggota pos UKK, pertemuan rutin
teratur dengan petugas, kunjungan rumah kepada pekerja, membantu kesulitan pekerja
11. Mengelola sumber keuangan UKK : mengatur sumber pemasukan dan pengeluaran pos ukk
12. Membantu pemberdayaan ekonomi pekerja : integrasi kegiatan ekonomi yang
menguntungkan, pembentukan dan pengelolaan dana simpan pinjam (koperasi), pemberiaan
kredit modal usaha, penyediaan alat kesehatan kerja.
13. Membina kemampuan diri : meningkatkan pengetahuan melalui pelatihan dan penataran,
pertemuan rutin anggota UKK, kunjungan lapangan, melaksanakan kegiatan secara kontinyu
PENUTUP/KESIMPULAN
1. Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat,
departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang dimaksudkan
untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan anak. Para kader
kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup
sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara
sederhana.
2. Secara disadari bahwa memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan memdapat
dukungan dari kepala desa setempat kadang-kadang tidak gampang. Namun bagaimanapun
proses pemilihan kader ini hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat, sudah barang
tentu para pamong desa harus juga mendukung.
3. Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upanya meningkatkan kemampuan
masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu
peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang
dilakukan baik di Posyandu.
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia menjadi responden pada
penelitian ini
Tanda tangan :( )
KUESIONER
DIARE PADA BALITA WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUNGGAL JAYA
KECAMATAN T. TERUJAM KABUPATEN MUKOMUKO TAHUN 2018
PERILAKU
1. Apakah ibu mencuci tangan sebelum memberi makan kepada balita?
1. Ya 2. Tidak
2. Apakah ibu menggunakan sabun saat mencuci tangan sebelum memberi makan
pada balita?
1. Ya 2. Tidak
3. Apakah ibu mencuci tangan setelah buang air besar ?
1. Ya 2. Tidak
4. Apakah ibu menggunakan sabun saat mencuci tangan setelah buang air besar ?
2. Ya 2. Tidak
5. Apakah ibu memberikan susu formula kepada balita ?
1. Ya 2. Tidak
6. Menggunakan apa ibu memberikan susu formula kepada balita?
1. Botol
2. Gelas à (lanjut ke no. 9)
3. Lainnya, sebutkan : …………………. à (lanjut ke no. 9)
7. Apa saja yang ibu gunakan untuk mencuci botol ?
1. Air Mengalir 1. Ya 2. Tidak
2. Sabun 1. Ya 2. Tidak
3. Lainnya, sebutkan:……………………
8. Setelah dicuci, sebelum diisi dengan susu terlebih dahulu dilakukan apa terhadap
botol?
1. Dibilas dengan air panas 1. Ya 2. Tidak
2. Direbus sampai mendidih 1. Ya 2. Tidak
3. Lainnya, sebutkan:……………………
9. Apa saja yang ibu gunakan untuk mencuci peralatan makan ?
1. Air mengalir 1. Ya 2. Tidak
2. Sabun cuci piring 1. Ya 2. Tidak
3. Lainnya, sebutkan:……………………
LEMBAR OBSERVASI
SUMUR GALI
SUMUR POMPA
NO ITEM YANG DIPERIKSA Ya Tidak
1 Jarak dengan sumber pencemar > 10
2 Lantai sumur kedap air
3 Lantai sumur sekurang-kurangnya
dibuat luasnya dengan jarak 1 meter dari
dinding sumur
4 Terdapat saluran pembuangan limbah /
air kotor
5 Permukaan tanah sarana air bersih lebih
tinggi dibandingkan dengan permukaan
tanah sumber pencemar
Catatan :
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………
(………………………….