Anda di halaman 1dari 33

Pelatihan kader kesehatan desa

1. 1. Pelatihan kader kesehatan desa Pelatihan kader kesehatan


merupakan kegiatan dalam rangka mempersiapkan
kaderkesehatan agar mau dan mampu berperan serta dalam
mengembangkan programkesehatan di desanya. Pengetahuan dan
ketrampilan yang di perlukan keder kesehatanharus di sesuaikan
dengan tugas mereka dalam mengembangkan program
kesehatandi desanya. Sedangakan tugas kader kesehatan perlu di
sesuaikan denganpermasalahan yang telah di sepakati untuk di
tanggulangi MMD.Tugas kader kesehatan sebagai tenaga sukarela
yang melakukan kegiatan programkesehatan desa adalah: 1.
Memotivasi masyarakat desa untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan dan menyukseskanya. 2. Bersama masyarakat
merencanakan kegiatan pelayanan di tingkat desa 3.
Melaksanakan penyuluhan kesehatan secara terpadu 4. Mengelola
kegiatan antara lain penimbangan bulaan, distribusi oralit, vitamin
A atau zat besi, distribusi alat kontrapsepsi, pemberian makanan
tambahan, pelayanyan kesehatan sederhana, pencatatan dan
rujkan, serta kegiatan lain sesuai dengan hasil MMD. 5.
Menyelenggarakan pertemuan bulanan dengan dasawisma untuk
membahas perkembngan program dan masalah yang di hadapi
keluarga. 6. Melakukan kunjungan rumah pada keluarga binaanya.
7. Membina kemampuan diri melalui pertukaran pengalaman
antar kader

Upaya Pembinaan Pada Kader dan Upaya Pembinaan Peran Serta


Masyarakat,
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
di Indonesia masih sangat tinggi. Hal ini merupakan masalah besar bagi bangsa
Indonesia. Menurut survey demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2002/2003, AKI adalah 301 untuk setiap 100.000 kelahiran hidup, dan AKB
adalah 35 untuk setiap 1000 kelahiran hidup. Ini merupakan angka tertinggi di
ASEAN. Untuk itu kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah yang paling
diprioritaskan dalam penurunan AKI dan AKB.
Departemen kesehatan itu sendiri telah mengeluarkan beberapa program
kesehatan untuk upaya itu. Salah satunya ialah dibentuk desa siaga yang
didalamnya terdapat Poskesdes (Pos kesehatan Desa). Untuk tenaga yang ada
dalam Poskesdes itu sendiri ialah tenaga kesehatan yaitu 1 orang bidan dan tenaga
masyarakat yaitu 2 orang kader.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan
masyarakat itu sendiri, departemen Kesehatan membuat program pelatihan untuk
kader kesehatan agar kader-kader kesehatan didesa siaga nantinya mempunyai
pengetahuan yang lebih. Dengan harapan kader dapat menggerakkkan dan
memperdayakan masayarakat agar tercipta masyarakat yang mandiri untuk hidup
sehat terutama pada Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) guna mencapai penurunan
AKI dan AKB di Indonesia.
Kesehatan merupakan kebutuhan dengan hak setiap insan agar dapat
kemampuan yang melekat dalam diri setiap insan. Hal ini hanya dapat dicapai bila
masyarakat, baik secara individu maupun kelompok, berperan serta untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehatnya.
Kemandirian masyarakat diperlukan untuk mengatasi masalah
kesehatannya dan menjalankan upaya peecahannya sendiri adalah kelangsungan
pembangunan. GBHN mengamanatkan agar dapat dikembangkan suatu sistem
kesehatan nasional yang semakin mendorong peningkatan peran serta masyarakat.
Kemampuan masyarakat perlu ditingkatkan terus menerus untuk menolong
dirinya sendiri dalam mengatasi masalah kesehatan. Kegiatan pembinaan yang di
lakukan oleh bidan sendiri antara lain mempromosikan kesehatan dalam
pelayanan agar peran serta ibu, remaja, wanita, keluarga dan kelompok
masyarakat di dalam upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana
meningkat. Ini sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat. Oleh karena itu,
penulis membuat makalah dengan judul “Upaya Pembinaan Pada Kader, Upaya
Pembinaan Peran Serta Masyarakat, Pendataan Sasaran, serta Pencatatan
Kelahiran dan Kematian Bayi dan Ibu”

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja upaya pembinaan pada kader?
2. Bagaimana upaya pembinaan peran serta masyarakat?
3. Bagaimana cara pendataan sasaran?
4. Apa itu pencatatan kelahiran dan kematian bayi dan ibu?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui upaya pembinaan pada kader
2. Untuk mengetahui upaya pembinaan peran serta masyarakat
3. Untuk mengetahui pendataan sasaran
4. Untuk mengetahui pencatatan kelahiran dan kematian bayi dan ibu

BAB II
PEMBAHASAN

A. Upaya Pembinaan Pada Kader


a. Pengertian Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih
oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan
perseorangan maupum masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang
amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan
(WHO:1995).
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat
dengan masyarakat. Departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai
pelatihan untuk kader yang dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan,
menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Para kader
kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang
cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan
menghitung secara sederhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab terhadap masyarakat
setempat serta pimpinan-pimpinan yang ditunjuk oleh pusat-pusat pelayanan
kesehatan. Diharapkakn mereka dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan
oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat itu mungkin saja bekerja secara full-
time atau part-time dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak
dibayar dengan uang atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh
puskesmas.

b. Peran Fungsi Kader


Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat antara
lain adalah
1. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
2. Pengamatan terhadap masalah kesehatan di desa.
3. Upaya penyehatan lingkungan.
4. Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan anak balita.
5. Pemasyarakatan keluarga sadar gizi (Kadarzi).
Kader ditunjuk oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan
tugas-tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama
tugasnya dibeberapa Negara, yaitu:
1. Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penangan penyakit yang ringan.
2. Melakukan pengobatan sederhana.
3. Pemberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah
melahirkan.
4. Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak.
5. Memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi (program UPGK).
6. Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan.
7. Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan.
8. Melakukan penyuntikan imunisasi (Kolumbia, Papua New Guinea dan
Sudan).
9. Pemberian motivasi KB.
10. Membagikan alat-alat KB
11. Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dan
kebiasaan sehat secara umum
12. Pemberian motivasi tentang penyakit menular, pencegahan dan perujukan.
13. Pemberian motivasi tentang perlunya follow up pada penyakit menular dan
perlunya memastikan diagnosis
14. Membantu kegiatan di klinik.
15. Merujuk penderita ke puskesmas atau ke rumah sakit
16. Membina kegiatan UKS secara teratur
17. Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu
pencatatan dan pelaporan.

c. Pembentukan Kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini
disebabkan karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan
pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader di desa
yang telah ditetapkan. Sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan persiapan
tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan
bersama untuk terlaksananya acara tersebut. Calon kader berdasarkan
kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap posyandu. Persiapan
dari pelatihan kader ini ialah :
1. Calon kader yang akan dilatih.
2. Waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama.
3. Tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas.
4. Adanya perlengkapan yang memadai.
5. Pendanaan yang cukup.
6. Adanya tempat praktik (lahan praktik bagi kader).
Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sektor. Camat otomatis
bertanggung jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala
puskesmas. Pelaksaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang
mampu melaksanakan. Adapun pelatihnya adalah tenaga kesehatan,
petugas KB (PLKB), pertanian, agama, PKK dan sector lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode
yang digunakan adalah ceramah, diskusi, simulasi/demonstrasi, permainan
peran, penugasan dan praktik lapangan. Jenis materi-materi yang disampaikan
adalah :
1. Pengantar tentang posyandu.
2. Persiapan posyandu.
3. Kesehatan ibu dan anak
4. Keluarga berencana
5. Imunisasi.
6. Gizi.
7. Penanggulangan diare.
8. Pencatatan dan pelaporan.

d. Syarat Untuk Menjadi Kader


Syarat untuk menjadi seorang kader harus mempunyai latar belakang
pendidikan yang cukup, yaitu :
1. Bisa membaca
2. Bisa menulis
3. Bisa menghitung secara sederhana
4. Mau menjadi seorang kader

e. Strategi Untuk Menarik Minat Menjadi Kader


Untuk menarik minat Toma dan Toga menjadi kader, yang perlu kita
lakukan, yaitu :
1. Mengumpulkan Toma dan Toga dalam suatu pertemuan. Tujuannya agar
kita lebih mudah dalam memberikan pengarahan tentang kader tersebut.
2. Menjelaskan bahwa menjadi kader itu merupakan suatu tindakan yang
sangat mulia, karena perannya sangat penting dimasyarakat.
3. Menjelaskan bahwa kader merupakan suatu tugas tanpa pamrih, dimana
seorang kader menjalankan tugasnya untuk kepentingan seluruh
masyarakat yang ada di lingkungannya.

f. Strategi Menjaga Eksistensi Kader


Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu adanya strategi agar
mereka dapat selalu eksis membantu masyarakat di bidang kesehatan.
Beberapa upaya yang dapat dilaksanakan adalah :
1. Refreshing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan

oleh bidan maupun petugas lintas sector yang mengikuti kegiatan


posyandu.
2. Adanya paguyuban kader posyandu tiap desa dan dilaksanankan pertemuan
rutin tiap bulan secara bergilir di setiap posyandu.
3. Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana
semua kader diundang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan
bisa juga diberikan rewards.
4. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis ke puskesmas
untuk kader dan keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang
diberikan setiap tahun.
Para kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan
pembinaan/pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka dan
masalah yang dihadapinya. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan
peran serta masyarakat adalah melaksanakan pembinaan kader. Adapun hal-hal
yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah:
1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan
siaga)
2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3. Penyuluhan gizi dan keluarga berencana
4. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu
5. Promosi tabulin, donor darah berjalan, ambulan desa, suami siaga, satgas
gerakan sayang ibu.

B. Upaya Pembinaan Peran Serta Masyarakat


Peran serta masyarakat adalah proses dimana individu, keluarga,
lembaga, lembaga swadaya masyarakat, dunia usaha dan masyarakat luas pada
umumnya :
1. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan dan kesejahteraan dirinya sendiri,
keluarga dan masyarakat
2. Mengembangkan kemampuan untuk berkontribusi dalam upaya peningkatan
kesehatan mereka sendiri dan masyarakat sehingga termotivasi untuk
memecahkan masalah kesehatan yang di hadapinya
3. Menjadi perintis pembangunan kesehatan dan memimpin dalam
perkembangan kegiatan masyarakat dibidang kesehatan yang dilandasi dengan
semangat gotong royong ( Depkes RI 1997 ).
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang
dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka
menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang
dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang
berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat
dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat
Tujuan pembinaan peran serta masyarakat yang dilakukan
oleh bidan adalah terwujudnya upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk
meningkatkan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana menuju keluarga sehat dan
sejahtera. Untuk mencapai tujuan tersebut berbagai upaya dilakukan oleh bidan,
seperti :
1. Peningkatan peran pemimpin di masyarakat untuk mendorong dan mengarahkan
masyarakat dalam setiap upaya kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.
2. Peningkatan dan kesadaran serta kemauan masyarakat dalam pemeliharaan,
perbaikan dan peningkatan keluarga terutama kesehatan ibu, anak dan
keluarga berencana.
3.Dorongan masyarakat untuk mengenali potensi tersedia yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung kesehatan masyarakat ( Melani N, 2009 ).
Selain itu juga, tujuan peran serta masyarakat adalah tujuan program peran
serta masyarakat yang meningkatkan peran dan kemandirian dan kerja sama
dengan lembaga – lembaga non pemerintah yang memiliki visi sesuai, yaitu
meningkatkan kuantitas dan kualitas kelembagaan dan organisasi non pemerintah
dan masyarakat, memperkuat peran aktif masyarakat dalam setiap tahap dalam
proses pembangunan melalui peningkatan jaringan kemitraan dengan masyarakat
(Laluna A, 2008). Langkah pembinaan peran serta masyarakat antara lain
1. Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui
dialog untuk mendapatkan dukungan.
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan
masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber daya
yang dimilikinya.
3. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui kader
yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).

Faktor – faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat antara lain


adalah
1. Manfaat kegiatan yang dilakukan
Jika kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat yang nyata dan jelas bagi
masyarakat maka kesediaan masyarakat untuk berperan serta menjadi lebih besar.
2. Adanya kesempatan
Kesediaan juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan atau ajakan untuk berperan serta
dan masyarakat melihat memangg ada hal – hal yang berguna dalam kegiatan yang
akan dilakukan.
3. Memiliki keterampilan
Jika yang dilaksanakan membutuhkan keterampilan tertentu dan orang mempunyai
keterampilan sesuai dengan keterampilan tersebut maka orang tertarik untuk berperan
serta.
4. Rasa memiliki
Rasa memiliki sesuatu akan tumbuh jika sejak awal kegiatan masyarakat sudah
diikutsertakan jika rasa memiliki ini bisa ditumbuhkembangkan dengan baik maka
peran serta akan dapat di lestarikan.

5. Faktor tokoh masyarakat


Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh – tokoh
masyarakat atau pimpinan kader yang disegani ikut serta maka mereka akan tertarik
pula berperan serta ( Depkes RI, 1997 ).

C. Pendataan Sasaran
Salah satu bentuk pembinaan peran serta masyarakat adalah pendataan
sasaran. Tahap-tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan
oleh bidan komunitas, yaitu :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari PWS
KIA. Data yang di catat per desa/ kelurahan dan kemudian dikumpulkan di tingkat
puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi. Data yang di perlukan dalam
PWS KIA adalah Data Sasaran dan Data Pelayanan.
Proses pengumpulan data sasaran sebagai berikut :
a. Jenis data
Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA adalah
1) Data sasaran:
a) Jumlah seluruh ibu hamil
b) Jumlah seluruh ibu bersalin
c) Jumlah ibu nifas
d) Jumlah seluruh bayi
e) Jumlah seluruh anak balita
f) Jumlah seluruh PUS
2) Data pelayanan :
a) Jumlah K1
b) Jumlah K4
c) Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
d) Jumlah ibu nifas yang dilayani 3 kali (KF 3) oleh tenaga kesehatan
e) Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada
umur 6 – 48 jam
f) Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap
pada umur 0-28 hari (KN 1, KN 2, KN 3)
g) Jumlah ibu hamil, ber sali n dan nifas dengan factor ri siko/
komplikasi yang dideteksi ol eh masyarakat
h) Jumlah kasus komplikasi obstetri yang ditangani
i) Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani
j) Jumlah bayi yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur 29
hari – 11 bulan sedikitnya 4 kali
k) Jumlah anak balita (12 – 59 bulan) yang mendapatkan pelayanan
kesehatan sedikitnya 8 kali
l) Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar
m) Jumlah peserta KB aktif
b. Sumber data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran. Berdasarkan
data tersebut, bidan di desa bersama dukun bersalin/bayi dan kader
melakukan pendataan dan pencatatan sasaran di wilayah kerjanya.
Data pelayanan pada umumnya berasal dari
1) Register kohort ibu
2) Register kohort bayi
3) Register kohort anak balita
4) Register kohort KB
2. Pencatatan data
a. Data Sasaran
Data sasaran diperoleh sejak saat Bidan memulai pekerjaan di
desa/kelurahan. Seorang Bidan di desa/kelurahan dibantu para kader dan
dukun bersalin/bayi, membuat peta wilayah kerjanya yang mencakup
denah jalan, rumah serta setiap waktu memperbaiki peta tersebut dengan
data baru tentang adanya ibu yang hamil, neonatus dan anak balita. Data
sasaran diperoleh bidan di desa/kelurahan dari para kader dan dukun bayi
yang melakukan pendataan ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, bayi
dan anak balita dimana sasaran tersebut diberikan buku KIA dan bagi ibu
hamil dipasang stiker P4K di depan rumahnya.
b. Data Pelayanan
Bidan di desa/kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA di
dalam kartu ibu, kohort Ibu, formulir MTBM, formulir MTBS, kartu bayi,
kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB, dan buku KIA. Pencatatan
harus dilakukan segera setelah bidan melakukan pelayanan. Pencatatan
tersebut diperlukan untuk memantau secara intensif dan terus menerus
kondisi dan permasalahan yang ditemukan pada para ibu, bayi dan anak di
desa/kelurahan tersebut, antara lain nama dan alamat ibu yang tidak datang
memeriksakan dirinya pada jadwal yang seharusnya, imunisasi yang
belum diterima para ibu, penimbangan anak dan lain lain.
3. Pengolahan data
Setiap bulan Bidan di desa mengolah data yang tercantum dalam buku kohort
dan dijadikan sebagai bahan laporan bulanan KIA. Bidan Koordinator di Puskesmas
menerima laporan bulanan tersebut dari semua bidan desa dan mengolahnya menjadi
laporan dan informasi kemajuan pelayanan KIA bulanan yang disebut PWS KIA.
Informasi per desa/kelurahan dan per kecamatan tersebut disajikan dalam bentuk
grafik PWS KIA yang harus dibuat oleh tiap Bidan Koordinator. Langkah Pengolahan
Data yaitu:
a. Pembersihan data : melihat kelengkapan dan kebenaran pengisian formulir
yang tersedia.
Contoh Pembersihan data yaitu melakukan koreksi terhadap laporan yang
masuk dari Bidan didesa/kelurahan mengenai duplikasi nama, duplikasi
alamat, catatan ibu langsung di K4 tanpa melewati K1.
b. Validasi : melihat kebenaran dan ketepatan data.
Contoh Validasi yaitu mecocokkan apabila ternyata K4 & K1 lebih besar
daripada jumlah ibu hamil, jumlah ibu bersalin lebih besar daripada ibu
hamil
c. Pengelompokan : sesuai dengan kebutuhan data yang harus dilaporkan.
Contoh Pengelompokan yaitu mengelompokkan ibu hamil anemi
berdasarkan desa/kelurahan untuk persiapan intervensi, ibu hamil dengan
KEK untuk persiapan intervensi.
Hasil pengolahan data dapat disajikan dalam bentuk : Narasi, Tabulasi, Grafik dan
Peta.
1. Narasi : dipergunakan untuk menyusun laporan atau profil suatu wilayah
kerja, misalnya dalam Laporan PWS KIA yang diserahkan kepada instansi
terkait.
2. Tabulasi: dipergunakan untuk menjelaskan narasi dalam bentuk lampiran.
3. Grafik: dipergunakan untuk presentasi dalam membandingkan keadaan
antar waktu, antar tempat dan pelayanan.
4. Peta: dipergunakan untuk menggambarkan kejadian berdasarkan gambaran
geografis puskesmas yang sudah menggunakan komputer untuk mengolah
data KIA maka data dari kartu-kartu pelayanan bidan di desa/kelurahan,
dimasukkan ke dalam computer sehingga proses pengolahan data oleh
bidan di desa/kelurahan dan bidan coordinator Puskesmas akan terbantu
dan lebih cepat.
4. Pembuatan Grafik PWS KIA
PWS KIA disajikan dalam bentuk grafik dari tiap indikator yang dipakai, yang
juga menggambarkan pencapaian tiap desa/kelurahan dalam tiap bulan. Dengan
demikian tiap bulannya dibuat 13 grafik, yaitu :
1) Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-1 (K1).
2) Grafik cakupan kunjungan antenatal ke-4 (K4).
3) Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn).
4) Grafik cakupan kunjungan nifas (KF).
5) Grafik deteksi faktor risiko/komplikasi oleh masyarakat.
6) Grafik penanganan komplikasi obsetrik (PK).
7) Grafik cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1).
8) Grafik cakupan kunjungan neonatal lengkap (KNL).
9) Grafik penanganan komplikasi neonatal (NK).
10) Grafik cakupan kunjungan bayi (KBy).
11) Grafik cakupan pelayanan anak balita (KBal).
12) Grafik cakupan pelayanan anak balita sakit (BS).
13) Grafik cakupan pelayanan KB (CPR).
Bagi bidan di desa akan sangat penting apabila dapat membuat grafik cakupan
dari PWS KIA diatas di tingkat Poskesdes/Polindes yang diupdate setiap bulannya.
Sedangkan untuk puskesmas, penyajian ke 13 cakupan dalam bentuk grafik maupun
angka akan sangat berguna untuk keperluan analisa PWS lebih lanjut. Langkah-
langkah pokok dalam pembuatan grafik PWS KIA :
a) Penyiapan data
Data yang diperlukan untuk membuat grafik dari tiap indikator diperoleh
dari catatan kartu ibu, buku KIA, register kohort ibu, kartu bayi, kohort
bayi serta kohort anak balita per desa/kelurahan, catatan posyandu, laporan
dari perawat/bidan/dokter praktik swasta, rumah sakit bersalin dan
sebagainya.
b) Penggambaran Grafik.
Langkah – langkah yang dilakukan dalam menggambarkan grafik PWS
KIA (dengan menggunakan contoh indikator cakupan K1) adalah sebagai
berikut :
1) Menentukan target rata–rata per bulan untuk menggambarkan skala
pada garis vertical (sumbu Y).
2) Hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 per desa/kelurahan
sampai dengan bulan Juni dimasukkan ke dalam jalur % kumulatif
secara berurutan sesuai peringkat. Pencapaian tertinggi di sebelah kiri
dan terendah di sebelah kanan, sedangkan pencapaian untuk
puskesmas dimasukkan ke dalam kolom terakhir.
3) Nama desa/kelurahan bersangkutan dituliskan pada lajur desa/kelurahan
(sumbu X), sesuai dengan cakupan kumulatif masing-masing
desa/kelurahan yang dituliskan pada butir b diatas.
4) Hasil perhitungan pencapaian pada bulan ini (Juni) dan bulan lalu
(Mei) untuk tiap desa/kelurahan dimasukkan ke dalam lajur masing-
masing.
5) Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Bila
pencapaian cakupan bulan ini lebih besar dari bulan lalu, maka
digambar anak panah yang menunjuk ke atas. Sebaliknya, untuk
cakupan bulan ini yang lebih rendah dari cakupan bulan lalu,
digambarkan anak panah yang menunjukkan kebawah, sedangkan
untuk cakupan yang tetap/sama gambarkan dengan tanda (-).

D. Pencatatan Kelahiran dan Kematian Bayi dan Ibu


a. Pengertian
Pencatatan adalah suatu kegiatan pokok baik di dalam maupun di luar gedung
puskesmas, puskesmas pembantu dan bidan di desa harus di catat. Kematian ibu
adalah kematian seorang perempuan saat hamil atau dalam 42 minggu setelah
berhentinya kehamilan, tanpa memandang durasi atau lokasi kehamilan, karena
berbagai penyebab yang berhubungan dengan distimulasi oleh kehamilan dan
penanganannya, tetapi tidak dari kasus – kasus kecelakaan atau incidental (Depkes RI,
1998 ).
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian ibu (15 – 49 tahun) per
100.000 perempuan per tahun. Ukuran ini merefleksikan, baik resiko kematian ibu
hamil dan baru saja hamil, serta proporsi perempuan menjadi hamil pada tahun
tersebut ( Depkes RI, 1998 ). Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian
bayi sebelum mencapai umur tepat satu tahun per 1000 kelahiran hidup (BPS, 2003)
b. Tingginya AKI dan AKB di Indonesia
AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi. Tingginya angka kematian ibu dan
kematian bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan.
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia pada tahun 2007 (SDKI
2007). AKI di Indonesia sebesar 228 kematian / 100.000 kelahiran hidup. Target yang
ingin dicapai sesuai tujuan MDGs pada tahun 2015 AKI turun menjadi 102 kematian /
100.000 kelahiran hidup.
c. Penyebab Kematian Ibu dan Bayi
Penyebab Kematian Ibu diantaranya adalah perdarahan (42%), eklampsia
(13%), aborsi (11%), infeksi (10%), partus lama (9%), dan lain-lain (15%).
Sedangkan AKB berdasarkan BPS (2003) adalah 35 per 1.000 kelahiran hidup,
dengan penyebab gangguan perinatal 34,7%, sistem pernapasan 27,6%, diare 9,4%,
sistem pencernaan 4,3%, tetanus 3,4%, syaraf 3,2%, dan gejala tidak jelas 4,1%.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan
maupun masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan
tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan (WHO, 1995)
Para kader kesehatan yang bekerja di pedesaan membutuhkan
pembinaan/pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka dan masalah
yang dihadapinya. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan
kader adalah:
1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan
siaga)
2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana
4. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu
5. Promosi tabulin, donor darah berjalan, ambulan desa, suami siaga, satgas
gerakan sayang ibu.
Peran serta masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang
dilakukan berdasarkan gotong royong dan swadaya masyarakat dalam rangka
menolong mereka sendiri, mengenal, memecahkan masalah, dan kebutuhan yang
dirasakan masyarakat, baik dalam bidang kesehatan maupun dalam bidang yang
berkaitan dengan kesehatan agar mampu memelihara kehidupannya yang sehat
dalam rangka meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan masyarakat. Langkah
pembinaan peran serta masyarakat yaitu
1. Melaksanakan penggalangan, pemimpin dan organisasi di masyarakat melalui
dialog untuk mendapatkan dukungan.
2. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengenal dan memecahkan
masalah kesehatan keluarga dengan menggali dan menggerakkan sumber daya
yang dimilikinya.
3. Melaksanakan kegiatan kesehatan keluarga untuk masyarakat melalui kader
yang telah terlatih ( Depkes RI, 1997 ).
Tahap-tahap dalam pendataan sasaran yang harus dilakukan oleh bidan
komunitas, yaitu :
1. Pengumpulan data
2. Pencatatan data
3. Pengolahan data
4. Pembuatan Grafik PWS KIA

B. Saran
Kita sebaiknya mengetahui upaya pembinaan kader dan pembinaan peran
serta masyarakat agar nantinya kita bisa melakukan mitra dengan kader
(masyarakat) dalam menjalankan tugas kita sebagai petugas kesehatan.

Peran Kader Kesehatan


16 Maret 2011

ruseff Artikel Tinggalkan komentar

A. Definsi
Kader kesehatan masyarakat adalah laki–laki atau wanita yang dipilih oleh
masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan
maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan
tempat-tempat pemberian pelayanan.

Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab terhadap masyarakat setempat serta


pimpinan yang ditunjuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka
dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan
kerja dari sebuah tim kesehatan.

Secara umum istilah kader kesehatan yaitu kader-kader yang dipilih oleh masyarakat
tadi menjadi penyelenggara Posyandu. Banyak para ahli mengemukakan mengenai
pengertian tentang kader kesehatan antara lain:
Menurut gunawan (kader kesehatan: “kader kesehatan dinamakan juga promotor
kesehtan desa (prokes) adalah tenaga yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas
mengembangkan masyarakat”.
Direktorat bina peran serta masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader:
“Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat
dan dapat bekerja secara sukarela”.

B. Tujuan Pembentukan kader

Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusus dibidang kesehatan,


bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah
sebagai objek akan tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri. Pada
hakekatnya kesehatan dipolakan mengikut sertakan masyarakat secara aktif dan
bertanggung jawab. Keikut sertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi
pelayanan adalah atas dasar terbatasnya daya dan adaya dalam operasional pelayanan
kesehatan masyarakat akan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat
seoptimal mungkin. Pola pikir yang semacam ini merupakan penjabaran dari karsa
pertama yang berbunyi, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong
dirinya dalam bidang kesehatan.

Menurut Santoso Karo-Karo, kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata tingkat
desa teryata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi berguna
bagi masyarakat sekelompoknya meliputi:

1. Pengobatan/ringan sederhana, pemberian obat cacing pengobatan terhadap


diare dan pemberian larutan gula garam, obat-obatan sederhan dan lain-lain.
2. Penimbangan dan penyuluhan gizi.
3. Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi,
pemberian distribusi obat/alat kontrasepsi KB penyuluhan dalam upaya
menanamkan NKKBS.
4. Peyediaan dan distribusi obat/alat kontasepsi KB penyuluhan dalam upaya
menamakan NKKBS.
5. Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan lingkungan,
pembuatan jamban keluarga da sarana air sederhana.
6. Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain-lain.
C. Tugas kegiatan kader

Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader
bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah
maupun jenis pelayanan.

a. Kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter kader dan semua pihak dalam
rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut didalam maupun
diluar Posyandu antara lain:

1. Kegiatan yang dapat dilakukan kader di Posyandu adalah:


a) Melaksanan pendaftaran.
b) Melaksanakan penimbangan bayi dan balita.
c) Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan.
d) Memberikan penyuluhan.
e) Memberi dan membantu pelayanan.
f) Merujuk.
2. Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar Posyandu KB-kesehatan adalah:
a) Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulan
b) diare.
c) Mengajak ibu-ibu untuk datang para hari kegiatan Posyandu.
d) Kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan
yang ada:
• Pemberantasan penyakit menular.
• Penyehatan rumah.
• Pembersihan sarang nyamuk.
• Pembuangan sampah.
• Penyediaan sarana air bersih.
• Menyediakan sarana jamban keluarga.
• Pembuatan sarana pembuangan air limbah.
• Pemberian pertolongan pertama pada penyakit.
• P3K
• Dana sehat.
• Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.
3. Peranan Kader diluar Posyandu KB-kesehatan:
Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan dan melaksanakan survey mawas diri,
membahas hasil survei, menyajikan dalam MMD, menentukan masalah dan kebutuhan
kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan

 Penanggulangan masalah kesehatan bersama masyarakat, membahas Pembagian tugas


menurut jadwal kerja.
 Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi wawan muka (kunjungan), alat peraga dan
percontohan.
 Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk gotong ronyong, memberikan
informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain.
 Memberikan pelayanan yaitu, :
• Membagi obat
• Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan
• Mengawasi pendatang didesanya dan melapor
• Memberikan pertolongan pemantauan penyakit
• Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya.
 Melakukan pencatatan, yaitu:
• KB atau jumlah Pus, jumlah peserta aktif dsb
• KIA : jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya
• Imunisasi : jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita
• yang diimunisasikan
• Gizi: jumlah bayi yang ada, mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan
• yang naik timbangan
• Diare: jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan dan
• dirujuk
 Melakukan pembinaan mengenai laima program keterpaduan KB-kesehatadan upanya
kesehatan lainnya. Keluarga pembinaan yang untuk masing-masing untuk berjumlah 10-20KK
atau diserahkan dengan kader setempat hal ini dilakukan dengan memberikan informasi
tentang upanya kesehatan dilaksanakan.
 Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan.
 Melakukan pertemuan kelompok.

4. Persyaratan menjadi kader

Bahwa pembangunan dibidang kesehatan dapat dipengaruhi dari keaktifan masyarakat


dan pemuka-pemukanya termasuk kader, maka pemilihan calon kader yang akan
dilatih perlu mendapat perhatian.
Secara disadari bahwa memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan
memdapat dukungan dari kepala desa setempat kadang-kadang tidak gampang.
Namun bagaimanapun proses pemilihan kader ini hendaknya melalui musyawarah
dengan masyarakat, sudah barang tentu para pamong desa harus juga mendukung.
Dibawah ini salah satu persaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk
pemilihan calon kader. Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia.

 Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader


 Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan.
 Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya
 Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya dan
berwibawa
 Sanggup membina paling sedik 10 KK untuk meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan
 Diutamakan telah mengikuti KPD atau mempunayai keterampilan

Dr. Ida Bagus, mempunyai pendapat lain mengenai persaratan bagi seorang kader
antara lain:

 Berasal dari masyarakat setempat.


 Tinggal di desa tersebut.
 Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama.
 Diterima oleh masyarakat setempat.
 Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain. Sebaiknya yang
bisa baca tulis.
 Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli diatas dapatlah
disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain, sanggup bekerja secara
sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat.
Pengertian, Peran dan Fungsi
Kader Kesehatan
Pengertian Kader Kesehatan
Seorang kader kesehatan adalah warga tenaga sukarela dalam bidang kesehatan yang
langsung dipilih oleh dan dari para masyarakat yang tugasnya membantu dalam
pengembangan kesehatan masyarakat. Kader kesehatan disebut juga sebai promotor
kesehatan desa atau disingkat prokes. Batasan pengertian kader kesehatan menurut
Departemen Kesehatan RI di bidang Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat yaitu
kader kesehatan adalah warga dari masyarakat lingkungan setempat yang dipilih
masyarakat dan juga ditinjau oleh masyarakat serta dapat bekerja dengan sukarela.

Tujuan Pembentukan Kader Kesehatan


Adapun tujuan dari pembentukan kader kesehatan adalah untuk menyukseskan
pembangunan nasional di bidang kesehatan, dimana prinsip dari pelayanan kesehatan
menunjukkan bahwa masyarakat itu bukan objek akan tetapi masyarakat adalah
subjek dari suatu pembangunan nasional. Dalam hal ini masyarakat berperan serta
secara aktif dan juga mempunyai tanggung jawab dalam menyukseskan pembangunan
dalam bidang kesehatan. Disinilah peran kader yang sangat penting untuk
memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai hal itu.

Peran & Fungsi Kader Kesehatan


Fungsi kader adalah mampu melaksanakan sejumlah kegiatan yang ada di
lingkungannya. Kegiatan yang dilakukan sifatnya sederhana akan tetapi juga harus
berguna untuk masyarakat dan kelompok. Adapun berbagai macam kegiatan yang
dapat dilakukan oleh kader kesehatan, misalnya:

 Pemberian obat cacing, diare, larutan gula garam, dan lain-lain.


 Melakukan kegiatan penimbangan bayi dan balita serta memberikan penyuluhan tentang gizi
masyarakat secara rutin.
 Melakukan pemberantasan terhadap berbagai penyakit menular, mendata kasus kesehatan,
memberikan laporan mengenai vaksinasi, pendistribusian obat atau alat kontrasepsi KB, juga
pemberiuan berbagai bentuk penyuluhan tentang pentingnya Norma Keluarga Kecil Bahagia
dan Sejahtera (NKKBS).
 Memberi dan membimbing materi kesehatan tentang lingkungan, pembuatan jamban
keluarga dan sarana air sederhana.
 Melakukan program dana sehat, pos kesehatan desa, dan berbagai program kesehatan
lainnya.

PEMBINAAN KADER KESEHATAN


Published 12 Agustus 2014 by nurulekow
1. Pendahuluan

Dalam rangka menuju masyarakat yang adil dan makmur maka pembangunan
dilakukan di segala bidang. Pembangunan bidang kesehatan yang merupakan bagian
integral dari penbangunan nasional yang secara keseluruhannya perlu digalakkan
pula. Hal ini telah digariskan dalm sistem kesehatan nasional antara lain disebutkan
bahwa, sebagai tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan
pembangunan nasional.

Selanjutnya pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti yang penting dalam


kehidupan nasional, khususnya di dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan.
Untuk mencapai kebehasilan tersebut erat kaitannya dengan pembinaan dan
pengembangan sumber daya manusia sebagai modal dasar pembangunan nasional.

Pengembangan sumber daya manusia merupakan suatu upaya yang besar, sehingga
tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa adanya keterlibatan masyarakat.

1. Pengertian

Secara umum istilah kader kesehatan yaitu kader-kader yang dipilih oleh masyarakat
tadi menjadi penyelenggara Posyandu.

Banyak para ahli mengemukakan mengenai pengertian tentang kader kesehatan antara
lain : L.A. Gunawan memberikan batasan tentang kader kesehatan : “Kader kesehatan
dinamakan juga promotor kesehatan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih
oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat”.

Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader :


“Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat
dan dapat bekerja secara sukarela”.

Pengertian kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk
masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan.

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat
dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun
masyarakat untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat
pemberian pelayanan kesehatan.

Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat,
departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang
dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan
anak. Para kader kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang
pendidikan yang cukup sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis
dan menghitung secara sederhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta
pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka
dapat melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan
kerja dari sebuah tim kesehatan.

Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fulltime atau
partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang
atau bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga
kader kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa
peralatan secukupnya oleh masyarakat setempat.

Dengan terbentuknya kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang selama ini


dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Dengan
demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapi juga
merupakan mitra pembangunan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanya kader, maka
pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna berkat adanya kader,
jelaslah bahwa pembentukan kader adalah perwujudan pembangunan dalam bidang
kesehatan.

1. Macam Kader Kesehatan Dalam Pelayanan Puskesmas

Keberadaan kader sering dikaitkan dengan pelayanan rutin di posyandu. Padahal ada
beberapa macam kader bisa dibentuk sesuai dengan keperluan menggerakkan
partisipasi masyarakat atau sasarannya dalam program pelayanan kesehatan.

1. Kader Posyandu Balita

Kader yang bertugas di pos pelayanan terpadu (posyandu) dengan kegiatan rutin
setiap bulannya melakukan pendaftaran, pencatatan, penimbangan bayi dan balita.

1. Kader Posyandu Lansia

Kader yang bertugas di posyandu lanjut usia (lansia) dengan kegiatan rutin setiap
bulannya membantu petugas kesehatan saat pemeriksaan kesehatan pasien lansia.

1. Kader Masalah Gizi

Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan pendataan,


penimbangan bayi dan balita yang mengalami gangguan gizi (malnutrisi).

1. Kader Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Kader yang bertugas membantu bidan puskesmas melakukan pendataan, pemeriksaan


ibu hami dan anak-anak yang mengalami gangguan kesehatan (penyakit).

1. Kader Keluarga Berencana (KB)

Kader yang bertugas membantu petugas KB melakukan pendataan, pelaksanaan


pelayanan KB kepada pasangan usia subur di lingkungan tempat tinggalnya.
1. Kader Juru Pengamatan Jentik (Jumantik)

Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan pendataan dan


pemeriksaan jentik nyamuk di rumah penduduk sekitar wilayah kerja puskesmas

1. Kader Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

Kader yang membantu petugas puskesmas melakukan pendataan dan pemeriksaan


kesehatan tenaga kerja di lingkungan pos tempat kerjanya

1. Kader Promosi Kesehatan (Promkes)

Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan penyuluhan kesehatan


secara perorangan maupun dalam kelompok masyarakat

1. Kader Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)

Kader yang bertugas membantu petugas puskesmas melakukan penjaringan dan


pemeriksaan kesehatan anak-anak usia sekolah pada pos pelayanan UKS.

1. Tujuan Pembentukan Kader

Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusus di bidang kesehatan,


bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah
sebagai objek akan tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri. Pada
hakekatnya kesehatan dipolakan mengikut sertakan masyarakat secara aktif dan
bertanggung jawab.

Keikut sertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar
terbatasnya daya, dan upaya dalam operasional pelayanan kesehatan masyarakat akan
memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat seoptimal mungkin. Pola pikir
yang semacam ini merupakan penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi,
“Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang
kesehatan”.

Menurut Santoso Karo-Karo, kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata tingkat
desa teryata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi berguna
bagi masyarakat sekelompoknya meliputi :

1. Pengobatan/ringan sederhana, pemberian obat cacing pengobatan terhadap diare dan


pemberian larutan gula garam, obat-obatan sederhan dan lain-lain.
2. Penimbangan dan penyuluhan gizi.
3. Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi, pemberian distribusi
obat/alat kontrasepsi KB penyuluhan dalam upaya menanamkan NKKBS.
4. Penyediaan dan distribusi obat/alat kontrasepsi KB penyuluhan dalam upaya menamakan
NKKBS.
5. Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan lingkungan, pembuatan jamban
keluarga dan sarana air sederhana.
6. Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain-lain.
1. Pembentukan Kader

Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan


karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader.
Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader didesa yang telah ditetapkan.
Sebelumnya telah dilaksanakan kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan
desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk terlaksanakan acara tersebut.
Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap
posyandu. Persiapan dari pelatihan kader ini adalah:

1. Calon kader yang kan dilatih.


2. Waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama.
3. Tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas.
4. Adanya perlengkapan yang memadai.
5. Pendanaan yang cukup.
6. Adanya tempat praktik (lahan praktik bagi kader).

Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sektor. Camat otomatis bertanggung
jawab terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas.
Pelaksanaan harian pelatihan ini adalah staf puskesmas yang mampu melaksanakan.
Adapun pelatihannya adalah tanaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian,
agama, pkk, dan sector lain.

Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang digunakan
adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran, penugasan, dan
praktik lapangan. Jenis materi yang disampaikan adalah:

1. Pengantar tentang posyandu.


2. Persiapan posyandu.
3. Kesehatan ibu dan anak.
4. Keluarga berencana.
5.
6.
7. Penangulangan diare.
8. Pencatatan dan pelaporan.
9. Persyaratan Menjadi Kader

Bahwa pembangunan dibidang kesehatan dapat dipengaruhi dari keaktifan masyarakat


dan pemuka-pemukanya termasuk kader, maka pemilihan calon kader yang akan
dilatih perlu mendapat perhatian.

Secara disadari bahwa memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan
memdapat dukungan dari kepala desa setempat kadang-kadang tidak gampang.
Namun bagaimanapun proses pemilihan kader ini hendaknya melalui musyawarah
dengan masyarakat, sudah barang tentu para pamong desa harus juga mendukung.

Dibawah ini salah satu persaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk
pemilihan calon kader :
1. Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia.
2. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader.
3. Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan.
4. Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya.
5. Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya dan
berwibawa.
6. Sanggup membina paling sedikit 10 KK untuk meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan.
7. Diutamakan telah mengikuti KPD atau mempunyai keterampilan.

Dr. Ida Bagus, mempunyai pendapat lain mengenai persaratan bagi seorang kader
antara lain :

1. Berasal dari masyarakat setempat.


2. Tinggal di desa tersebut.
3. Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama.
4. Diterima oleh masyarakat setempat.
5. Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain.
6. Sebaiknya yang bisa baca tulis.

Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli diatas dapatlah


disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain, sanggup bekerja
secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta mempunyai kredibilitas
yang baik dimana perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa
pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup
membina masyarakat sekitarnya.

Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upanya meningkatkan


kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan
dengan melalui kegiatan yang dilakukan baik di Posyandu.

1. Tugas Kegiatan Kader

Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader
bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan.
Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah
maupun jenis pelayanan.

Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh kader dan semua pihak dalam
rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut didalam maupun
diluar Posyandu antara lain :

1. Kegiatan yang dapat dilakukan kader di Posyandu adalah:

 Melaksanan pendaftaran.
 Melaksanakan penimbangan bayi dan balita.
 Melaksanakan pencatatan hassil penimbangan.
 Memberikan penyuluhan.
 Memberi dan membantu pelayanan.

1. Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar Posyandu KB-kesehatan adalah:

 Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulan diare.
 Mengajak ibu-ibu untuk datang para hari kegiatan Posyandu.
 Kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang
ada :
 Pemberantasan penyakit menular.
 Penyehatan rumah.
 Pembersihan sarang nyamuk.
 Pembuangan sampah.
 Penyediaan sarana air bersih.
 Menyediakan sarana jamban keluarga.
 Pembuatan sarana pembuangan air limbah.
 Pemberian pertolongan pertama pada penyakit.

 Dana sehat.
 Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.

1. Peranan Kader di luar Posyandu KB-kesehatan:

 Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan dan melaksanakan survei mawas diri,
membahas hasil survei, menyajikan dalam MMD, menentukan masalah dan kebutuhan
kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan
bersama masyarakat membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja.
 Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi wawancara muka (kunjungan), alat peraga
dan percontohan.
 Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk gotong royong, memberikan
informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain.
 Memberikan pelayanan yaitu, :
 Membagi obat.
 Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan.
 Mengawasi pendatang didesanya dan melapor.
 Memberikan pertolongan pemantauan penyakit.
 Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya.
 Melakukan pencatatan, yaitu:
 KB atau jumlah PUS, jumlah peserta aktif, dsb.
 KIA : jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya.
 Imunisasi : jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang
diimunisasikan.
 Gizi : jumlah bayi yang ada, mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan yang naik timbangan.
 Diare : jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan dan dirujuk.
 Melakukan pembinaan mengenai program keterpaduan KB-kesehatan dan upanya kesehatan
lainnya.
 Keluarga pembinaan yang untuk masing-masing untuk berjumlah 10-20 KK atau diserahkan
dengan kader setempat hal ini dilakukan dengan memberikan informasi tentang upanya
kesehatan dilaksanakan.
 Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan.
 Melakukan pertemuan kelompok.

1. Peran Kader Kesehatan dan Pemerhati KIA


Peran kader kesehatan dan pemerhati KIA di wilayahnya cukup banyak dan tergolong
cukup berat. Sedikitnya ada 10 tugas yang harus dijalani, yaitu :

1. Menjadi pendamping ibu dan keluarganya dalam menerima pelayanan KIA.


2. Membantu keluarga dalam menerapkan buku KIA, misalnya memotivasi ibu dan keluarga
untuk membaca dan menerapkan pesan-pesan dalam buku KIA dan melakukan penyuluhan
(mengajar) pesan-pesan yang ada di dalam buku KIA.
3. Membantu petugas kesehatan dalam pelayanan KIA di posyandu, dalam kunjungan ke rumah
ibu hamil/nifas/bersalin/pasca persalinan maupun ke rumah balita.
4. Memotivasi dan menggerakkan ibu hamil agar mau datang/control ke fasilitas kesehatan.
5. Memotivasi dan menggerakkan ibu balita agar mau datang dan membawa anaknya ke
posyandu dan sarana kesehatan lainnya.
6. Memberi pelayanan KIA bagi ibu dan keluarganya pada daerah yang tidak terjangkau oleh
petugas kesehatan, misalnya menimbang berat badan, mencatat dan memberikan vitamin A
sesuai petunjuk dalam buku KIA.
7. Mengingatkan ibu untuk selalu membawa buku KIA setiap kali berkunjung ke fasilitas
kesehatan.
8. Merujuk dan mendampingi ibu dan balita yang mempunyai masalah kesehatan kepada
petugas kesehatan.
9. Menggunakan buku KIA dalam melakukan deteksi dini masalah kesehatan ibu dan anak.
10. Menggunakan buku KIA dalam melakukan deteksi dini gangguan pertumbuhan dan
perkembangan anak.

1. Strategi Menjaga Eksistensi Kader

Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu adanya strategi agar mereka dapat
selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan.

1. Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan oleh bidan desa
maupun petugas lintas sektor yang mengikuti kegiatan posyandu.
2. Adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin tiap bulan
secara bergilir disetiap posyandu.
3. Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua kader di
undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards.
4. Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis ke puskesmas untuk kader dan
keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan setiap tahun.

Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan pembinaan atau


pelatihan dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka, masalah yang dihadapinya.

Pembinaan atau pelatihan tersebut dapat berlangsung selama 6-8 minggu atau bahkan
lebih lama lagi. Salah satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran serta
masyarakat adalah melaksanakan pembinaan kader.

Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah :

1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan (promosi bidan siaga).
2. Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana.
4. Pencatatan kelahiran dan kematian bayi atau ibu.
5. Promosi tabulin, donor darah berjalan, ambulan desa, suami siaga, satgas gerakan sayang ibu.

Pembinaan kader yang dilakukan bidan didalamnya berisi tentang peran kader adalah
dalam daur kehidupan wanita dari mulai kehamilan sampai dengan masa perawatan
bayi. Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam persiapan persalinan adalah
sebagai berikut :

1. Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini ditolong oleh bidan atau dokter
2. Suami atau keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan.
3. Ibu dan suami menanyakan ke bidan atau ke dokter kapan perkiraan tanggal persalinan.
4. Jika ibu bersalin dirumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan ruangan yang terang,
tempat tidur dengan alas kain yang bersih, air bersih dan sabun untuk cuci tangan, handuk
kain, pakaian kain yang bersih dan kering dan pakaian ganti ibu.

Pembinaan kader yang dilakukan bidan yang berisi tentang peran kader dalam deteksi
dini tanda bahaya dalam kehamilan maupun hal-hal berikut ini.

1. Perdarahan (hamil muda dan hamil tua).


2. Bengkak dikaki, tangan, wajah, atau sakit kepala kadang disertai kejang.
3. Demam tinggi.
4. Keluar air ketuban sebelum waktunya.
5. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak.
6. Ibu muntah terus dan tidak mau makan.
7. Tugas Pokok Dan Fungsi Kader Unit Kesehatan Kerja

Kader unit kesehatan kerja (UKK) adalah pekerja, sukarela, yang bertugas
meningkatkan kesehatan diri dan kelompoknya. Persyaratan yang harus dipenuhi
sebagai kader UKK adalah dipilih dari, oleh masyarakat pekerja, bisa baca tulis,
tinggal di lingkungan tempat bekerja, mau, mampu bekerja sukarela, mempunyai
waktu, sudah dilatih kesehatan kerja dan mengikuti pelatihan kader pos ukk.

Setelah terlatih sebagai kader UKK, ada 13 (tiga belas) tugas pokok dan fungsi
(tupoksi) yang harus dijalankannya secara optimal, antara lain :

1. Pertemuan tingkat pekerja (PTP) : mengadakan sosialisasi upaya kesehatan kerja di tempat
kerja, merencanakan pelaksanaan survey mawas diri dan musyawarah masyarakat pekerja
2. Survey mawas diri (SMD) : pengenalan, pengumpulan, pengkajian masalah kesehatan pekerja
untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat pekerja mengenai kesehatan kerja
3. Musyawarah masyarakat pekerja (MMP) : mengenal masalah kesehatan dan keselamatan
kerja, dengan pekerja, keluarga pekerja, petugas puskesmas, aparat pemerintah
4. Membentuk pos UKK : menentukan pengurus pos UKK, jadwal kegiatan, rencana kerja
tahunan, target, pembiayaan, lokasi dekat dengan tempat kerja
5. Perencanaan UKK : menentukan masalah kesehatan kerja berdasarkan hasil smd,
menentukan prioritas masalah, perkiraan biaya, jadwal, rencana, dan target kegiatan
6. Penyuluhan ukk : materi tentang gizi, PHBS, kebersihan lingkungan, potensi, risiko bahaya,
penggunaan APD (alat pelindung diri), pengolahan limbah, penyakit dan kecelakaan akibat
kerja
7. Pemeriksaan kesehatan, P3K dan P3P : membantu petugas kesehatan, pemeriksaan ksehatan
umum, pengadaan dan pengelolaan kartu kunjungan, formulir status kesehatan pekerja,
membuat daftar penyakit akibat kerja, pemberian obat bebas pada penyakit ringan
8. Upaya rujukan : merujuk segera pasien kecelakaan, dan penyakit berat yang tidak bisa
tertangani.
9. Pencatatan pelaporan : membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan pelayanan
10. Kerjasama lintas sektoral : pertemuan berkala dengan anggota pos UKK, pertemuan rutin
teratur dengan petugas, kunjungan rumah kepada pekerja, membantu kesulitan pekerja
11. Mengelola sumber keuangan UKK : mengatur sumber pemasukan dan pengeluaran pos ukk
12. Membantu pemberdayaan ekonomi pekerja : integrasi kegiatan ekonomi yang
menguntungkan, pembentukan dan pengelolaan dana simpan pinjam (koperasi), pemberiaan
kredit modal usaha, penyediaan alat kesehatan kerja.
13. Membina kemampuan diri : meningkatkan pengetahuan melalui pelatihan dan penataran,
pertemuan rutin anggota UKK, kunjungan lapangan, melaksanakan kegiatan secara kontinyu

PENUTUP/KESIMPULAN

1. Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat,
departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang dimaksudkan
untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan anak. Para kader
kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup
sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara
sederhana.
2. Secara disadari bahwa memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan memdapat
dukungan dari kepala desa setempat kadang-kadang tidak gampang. Namun bagaimanapun
proses pemilihan kader ini hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat, sudah barang
tentu para pamong desa harus juga mendukung.
3. Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upanya meningkatkan kemampuan
masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu
peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang
dilakukan baik di Posyandu.

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia menjadi responden pada
penelitian ini

Tunggal Jaya, …….. .......2018


Responden
Nama :………………………………………………………

Tanda tangan :( )

KUESIONER
DIARE PADA BALITA WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUNGGAL JAYA
KECAMATAN T. TERUJAM KABUPATEN MUKOMUKO TAHUN 2018

Petunjuk pengisian kuesioner Data Demografi responden


1. Pilihlah salah satu jawaban yang telah disediakan sesuai dengan pendapat
Bapak/ibu/saudara/i
2. Semua pertanyaan mohon diisi sesuai dengan pendapat Bapak/ibu/sdr/i
3. Bila Bapak/ibu/sdr/i ingin memperbaiki jawaban yang salah, berilah tanda (X)
Pada jawaban yang salah tersebut dan beri tanda chek list (ü) pada kolom
jawaban yang Bapak/ibu/sdr/i anggap benar

Nama pewawancara :………………….


Tanggal Pewawancara :……… .......2018

Nomor Responden :……...


Nama Balita :………………….
Umur Balita :……. Tahun
Jenis Kelamin : 1.Laki-laki
2. Perempuan

Alamat Desa: .....……………………..……………………


Rt……..Rw……..........................................

Nama ibu :…………………………..


Umur ibu :…….. Tahun

Pekerjaan ibu : 1. Pegawai Negeri


2. Karyawan / buruh
3. Petani
4. Wiraswasta
5. Ibu Rumah Tangga
6. lainnya, sebutkan:……….

Pendidikan Terakhir : 1. Tidak sekolah


2. Tidak Tamat SD
3. Tamat SD
4. SMP/Sederajat
5. SMU/ sederajat
6. D3/Sarjana

Kejadian Diare pada balita

1.Apakah balita ibu menderita diare dalam 1 bulan terakhir?


1. ya 2. Tidak
2.Jika ya, Berapa lama anak balita ibu menderita penyakit diare?
1.Kurang dari 3 hari 2.Lebih dari 3 hari

Ketersediaan Air Bersih

1. Dari manakah ibu memperoleh air bersih untuk keperluan sehari-hari?


1. PAM 1. Ya 2. Tidak
2. Sumur Gali 1. Ya 2. Tidak
3. Sumur Pompa 1. Ya 2. Tidak
4. Sungai 1. Ya 2. Tidak
5. Air Hujan 1. Ya 2. Tidak
6. Mata Air 1. Ya 2. Tidak
7. Ledeng 1. Ya 2. Tidak
8. Lainnya, sebutkan:……………..
2. Apakah air bersih tersebut dipakai bersama-sama dengan orang lain?
1. Tidak
2. Kadang-kadang
3. Ya

3. Sebelum digunakan dimanakah biasanya ibu menyimpan air bersih tersebut:


1. Selalu dalam wadah tertutup
2. Kadang-kadang dalam wadah tertutup
3. Selalu dalam wadah terbuka
4. Apakah air bersih yang digunakan untuk keperluan balita dimasak hingga
mendidih?
1. Ya, selalu
2. Kadang-kadang
3. Tidak

PERILAKU
1. Apakah ibu mencuci tangan sebelum memberi makan kepada balita?
1. Ya 2. Tidak
2. Apakah ibu menggunakan sabun saat mencuci tangan sebelum memberi makan
pada balita?
1. Ya 2. Tidak
3. Apakah ibu mencuci tangan setelah buang air besar ?
1. Ya 2. Tidak
4. Apakah ibu menggunakan sabun saat mencuci tangan setelah buang air besar ?
2. Ya 2. Tidak
5. Apakah ibu memberikan susu formula kepada balita ?
1. Ya 2. Tidak
6. Menggunakan apa ibu memberikan susu formula kepada balita?
1. Botol
2. Gelas à (lanjut ke no. 9)
3. Lainnya, sebutkan : …………………. à (lanjut ke no. 9)
7. Apa saja yang ibu gunakan untuk mencuci botol ?
1. Air Mengalir 1. Ya 2. Tidak
2. Sabun 1. Ya 2. Tidak
3. Lainnya, sebutkan:……………………

8. Setelah dicuci, sebelum diisi dengan susu terlebih dahulu dilakukan apa terhadap
botol?
1. Dibilas dengan air panas 1. Ya 2. Tidak
2. Direbus sampai mendidih 1. Ya 2. Tidak
3. Lainnya, sebutkan:……………………
9. Apa saja yang ibu gunakan untuk mencuci peralatan makan ?
1. Air mengalir 1. Ya 2. Tidak
2. Sabun cuci piring 1. Ya 2. Tidak
3. Lainnya, sebutkan:……………………

LEMBAR OBSERVASI

KETERSEDIAAN AIR BERSIH

NO ITEM YANG DIPERIKSA Ya Tidak


1 Tidak berasa
2 Tidak berwarna
3 Tidak berbau

SUMUR GALI

NO ITEM YANG DIPERIKSA Ya Tidak


1 Bibir Sumur Gali ditembok kedap air >
1 meter
2 Lantai SGL ditembok kedap air > 1
meter
3 Permukaan lantai miring 23 % kearah
saluran pembuangan air
4 Jarak dengan sumber pencemar > 10
meter
5 Dinding SGL ditembok kedap air
dengan tinggi 50-70 cm
6 Permukaan tanah sarana air bersih lebih
tinggi dibandingkan dengan permukaan
tanah sumber pencemar

SUMUR POMPA
NO ITEM YANG DIPERIKSA Ya Tidak
1 Jarak dengan sumber pencemar > 10
2 Lantai sumur kedap air
3 Lantai sumur sekurang-kurangnya
dibuat luasnya dengan jarak 1 meter dari
dinding sumur
4 Terdapat saluran pembuangan limbah /
air kotor
5 Permukaan tanah sarana air bersih lebih
tinggi dibandingkan dengan permukaan
tanah sumber pencemar

Catatan :

…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………
…………………………………………

Tanda tangan pewawancara

(………………………….

Anda mungkin juga menyukai