PEMBAHASAN
A. Flood management
Flood management atau pengedalian banjir bisa diartikan sebagai upaya yang
dilakukan untuk mencegah ataupun mengatur aliran yang meluap agar tidak terjadi
diciptakan lah sistem yang efektif dan mampu mengelola aliran air jika air tersebut
naik dan kemungkinan terjadi banjir. Dalam pengelolaan nya sendiri ada 2 tipe
pengelolaan yang berbeda. Yaitu pengelolaan banjir tipe konservatif dan tipe
konstruktif.
pengelolaan banjir bersifat jangka panjang. Upaya upaya yang dilakukan untuk
banjir.
yang tersistem satu sama lainya. Sistem pengendalian banjir metode ini berfungsi
sebagai solusi yang dinilai cepat dan kompeten di daerah perkotaan. Dikarenakan
3
B. Long storage
Long storage atau embung adalah bangunan penahan air yang berfungsi
menyimpan air di dalam sungai, kanal dan atau parit pada lahan yang relatif datar
dengan cara menahan aliran untuk menaikkan permukaan air. Embung adalah
cekungan alamiah maupun buatan yang berfungsi untuk menampung air, bak air
hujan maupun air yang berasal dari mata air dan sungai. Embung tidaklah seluas
danau atau telaga maupun situ tetapi mempunyai manfaat yang sama yaitu sebagai
sarana untuk ketimpangan air dan mencegah luapan dan menekan resiko banjir. Hal
ini terjadi karena embung dapat memperlambat mengalirnya air dari tempat yang
lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah sehingga akan menambah banyaknya
cadangan air tanah yang meresap di dalam tanah. Jika hal ini terjadi maka kondisi
air tanah di wilayah tersebut akan bertambah, dan jika embung terletak di wilayah
pegunungan seiring akan muncul ke permukaan di daerah yang lebih rendah berupa
mata air.
harus memenuhi beberapa kriteria misalnya jenis tanah, kemiringan, tipe curah
hujan, ukuran dan luas daerah tangkapan hujan. Penandaan alur air limpasan harus
segera diketahui melalui pengamatan pada musim hujan, sehingga arah aliran air
tersebut sebagai dasar penentuan letak embung. Disamping itu yang lebih penting
lagi adalah dasar filosofi pembuatan embung secara ekologi – hidrolik haruslah
berorientasi pada embung yang alami artinya bahwa dalam berorientasi pada
embung yang alami artinya bahwa dalam pengelolaannya berangkat dari filosofi
embung alami bukan berangkat dari filosofi reservoir atau kolam tando bangunan
sipil hidro
4
C. Kolam Retensi
Kolam retensi adalah suatu bak atau kolam yang dapat menampung atau
menjadi 2 macam tergantung dari bahan pelapis dinding dan dasar kolam, yaitu
Kolam alami adalah kolam retensi berbentuk cekungan atau bak resapan
yang sudah terbentuk secara alami dan dapat dimanfaatkan baik pada kondisi
Kolam buatan atau kolam non alami adalah kolam retensi yang dibuat sengaja
didesain dengan bentuk dan kapasitas tertentu pada lokasi yang telah direncanakan
guna lahan yang baik, kolam retensi dapat digunakan sebagai penampungan air
D. Waduk
memiliki ceruk, saluran masuk (inlet), saluran pengeluaran (outlet) dan berhubungan
5
kedalaman 16 sampai 23 kaki (5-7 m) (Shaw et al., 2004). Menurut Perdana
(2006) waduk merupakan badan air tergenang (lentik) yang dibuat dengan cara
sungai. Berdasarkan pada tipe sungai yang dibendung dan fungsinya, dikenal
tiga tipe waduk, yaitu waduk irigasi, waduk lapangan dan waduk serbaguna. Waduk
irigasi berasal dari pembendungan sungai yang memiliki luas antara 10–500 ha
pembendungan sungai episodik dengan luas kurang dari 10 ha, dan difungsikan
Waduk dicirikan dengan arus yang sangat lambat (0,001-0,01 m/s) atau tidak ada
arus sama sekali. Arus air waduk dapat bergerak ke berbagai arah. Perairan waduk
atau danau umumnya memiliki stratifikasi kualitas air secara vertikal. Stratifikasi ini
terjadi karena perbedaan intensitas cahaya dan perbedaan suhu pada kolom air.
Stratifikasi tersebut tergantung pada kedalaman air dan musim. Zonasi perairan
tergenang dibagi menjadi dua, yaitu zonasi bentik dan zonasi kolom air. Zonasi
9
bentik (zonasi dasar) terdiri atas supra-litoral, litoral, sub-litoral, dan profundal.
Zonasi kolom air terdiri atas zonasi limnetik, tropogenik, kompensasi, dan tropolitik