Anda di halaman 1dari 7

Hubungan Kecemasan Ibu Hamil Trimester I Dengan Kejadian Hiperemesis Gravidarum

Di Wilayah Kerja Puskesmas Padas Kabupaten Ngawi Tahun 2019

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Wanita saat hamil secara fisiologis dan psikologis mengalami perubahan. Proses

perubahan tersebut akan direspon berbeda-beda oleh setiap wanita hamil. Perubahan fisiologis

meliputi sistem hormonal, persyarafan, sirkulasi, pernapasan, reproduksi dan pencernaan.

Perubahan psikologis diantaranya perubahan emosional, perubahan peran diri, konsep diri dan

aktualsiasi diri. Semua perubahan tersebut memerlukan adaptasi, yang tidak selalu berjalan

mulus. Rahim yang sebelumnya sekepal tangan orang dewasa berubah menjadi lebih besar dari

bola basket. Volume darah yang beredar di seluruh tubuh meningkat lebih banyak karena adanya

kehamilan. Perubahan serius dan memerlukan penanganan ekstra adalah adanya janin di dalam

kandungan (Arwenia, 2010). Separuh dari wanita hamil mengalami mual dan muntah, dengan

tingkat yang berbeda-beda. Mual dan muntah akan dirasakan ringan pada pagi hari. Tetapi

terkadang juga dirasakan parah dan berlangsung sepanjang hari. Mual dan muntah terjadi kira-

kira mulai dua minggu sesudah tidak haid dan berlangsung kurang lebih selama enam sampai

delapan minggu. Permasalahannya adalah setiap keadaan mual dan muntah akan memberikan

perasaan kawatir/cemas pada ibu berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan janin, serta

kondisi fisik ibu.

Data yang diperoleh dari Puskesmas Padas ada tahun 2018 jumlah ibu hamil sebanyak

442 orang dan yang terdiagnosa hyperemesis sebanyak 67 orang,pada 1 bulan terakhir pada
bulan Januari 2019 jumlah ibu hamil sebanyak 93 orang dan terdiagnosa hiperemesis sebanyak

11 Orang

Keadaan mual dan muntah saat kehamilan (Hiperemesis gravidarum), penyebabnya tidak

diketahui, tetapi diduga disebabkan oleh peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron

yang diproduksi selama hamil. Sesudah 12 minggu kehamilan, gejala-gejala itu biasanya

menghilang karena tubuh sudah menyesuaikan diri (Llewellyn, 2005). Dalam batas-batas tertentu

keadaan ini masih normal, namun apabila muntah terjadi terus menerus sehingga mengganggu

keseimbangan gizi dan cairan tubuh, kondisi ini di diagnosa sebagai Hyperemesis Gravidarum.

Mual muntah terjadi pada 60-80% Primigravida dan 40-60% Multigravida. Satu diantara 1000

kehamilan gejala-gejala ini menjadi lebih berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh peningkatan

kadar hormon estrogen dan hCG (human chorionic gonadotrophin) dalam serum. Pengaruh

fisiologis kenaikan hormon hCG ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau

pengosongan lambung yang kurang efektif (Wiknjosastro, 2007). Keadaan hiperemesis

gravidarum terkadang dapat menyebabkan dehidrasi dan asidoketosis (Jones, 2002).

Selain faktor fisiologis, faktor psikologis memegang peranan penting dalam timbulnya

hyperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah kondisi yang berlebihan selama masa

hamil, tidak seperti morning sickness yang biasa dan bisa menyebabkan dehidrasi dan kelaparan

penyebabnya tidak diketahui. Faktor psikis bisa memperburuk keadaan mual dan muntah. Berat

badan penderita menurun dan terjadi dehidrasi. Dehidrasi bisa menyebabkan perubahan kadar

elektrolit di dalam darah sehingga darah menjadi terlalu asam. Jika muntah terus terjadi, bisa

terjadi kerusakan hati. Komplikasi lainnya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh

meningkatnya tekanan darah ketika penderita muntah. Apabila gejala terlau berat maka
diperlukan rawat inap untuk mendapatkan cairan, glukosa, elektrolit serta vitamin melalui infus

(Sulistyo, 2011).

Menurut Leiners dan Sauwer (2000), ada beberapa faktor predisposisi yang berhubungan

dengan meningkatnya resiko morning sicness dan hiperemesis gravidarum yaitu mola hidatidosa,

diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar human chorionic gonadotropin (hCG),

faktor psikologis, keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut dan kecemasan

terhadap keadaan kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab dan faktor endokrin

lainnyaMual dan muntah yang dirasakan ibu hamil cendrung akan membuat mereka menjadi

lebih lemah dan akan meningkatkan kecemasaan terhadap kejadian yang lebih parah. Komponen

psikologis juga berperan pada parahnya mual dan muntah serta perkembangan hiperemesis

gravidarum. Masalah psikologis yang terjadi pada ibu hamil akan cenderung mengalami mual

dan muntah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang sudah ada serta mengurangi

kemampuan untuk mengatasi gejala normal. Selain itu ketidakseimbangan psikologis ibu hamil

seperti cemas, rasa bersalah, mengasihani diri sendiri, ingin mengatasi konflik secara serius,

ketergantungan atau hilang kendali akan memperberat keadaan mual dan muntah yang

dialaminya sehingga akan lebih ditakutkan keadaan mual muntah tersebut menjadi lebih buruk

sehingga terjadi hyperemesis gravidarum (Tiran, 2008) Selain adaptasi maternal pada fisiologis

berbagai stimulus psikologis juga dapat menjadi faktor emosional yang menyebabkan gejala

mual dan muntah menjadi lebih berat. Bentuk stimulus psikologis pada ibu hamil adalah distress

emosional (Tiran, 2008)

Stress atau kecemasan merupakan sesuatu yang bisa terjadi pada hampir setiap orang

dalam waktu dan frekuensi tertentu di kehidupannya, kecemaasan adalah bentuk dari reaksi yang

normal terhadap situasi yang sangat menekan kehidupan seseorang (Ramaiah, 2003). Bentuk
kecemasan bisa berupa kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang terjadi dengan penyebab

yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan tidak berdaya, serta

kecemasan tidak dapat dihindarkan dalam kehidupan sehari-hari (Sawitri dan Sudaryanto, 2008).

Kecemasan ibu hamil primigravida trimester I yang morning sickness (mual dan muntah) dapat

disebabkan karena kurangnya pengetahuan atau informasi mengenai morning sickness, cemas

bila mual dan muntah yang dialami istri berkelanjutan. (Sawitri dan Sudaryanto, 2008).

Penelitian ini tidak ingin menurunkan angka kejadian hiperemesis gravidarum maupun

mengatasi adanya kecemasan sehingga ibu hamil tidak perlu cemas saat mengalami mual dan

muntah, namun fokus penelitian ingin mengidentifikasi tingkat kecemasan saat mengalami

hiperemesis gravidarum sehingga bidan tepat dalam memberikan intervensi kebidanaan saat

memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil. Berdasarkan uraian tersebut, penulis melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil Trimester I Dengan Kejadian

Hiperemesis Gravidarum Di Wilayah Kerja Puskesmas Padas Kabupaten Ngawi Tahun 2019”

1.2 Pembatasan Masalah

Ruang lingkup masalah atau upaya membatasi ruang lingkup masalah agar

pembahasannya relevan sehingga penelitian itu bisa lebih fokus untuk dilakukan.

Terdapat beberapa teori yang menyebabkan terjadinya hyperemesis gravidareum

diantaranya adalah teori endokrin, metabolic, infeksi dan psikosomantik. Dalam

teori psikosomantik, kecemasan atau stress pada ibu hamil dapat memicu

terjadinya hyperemesis gravidarum, Pada penelitian ini, masalah dibatasi pada

kecemasan ibu hamil trimester I yang diukur dengan menggunakan Hemiilton


Rating Scale for Anxiety (HRS-A) dengan kejadian hiperemesis di wilayah kerja

puskesmas Padas.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah bagaimanakah

hubungan kecemasan ibu hamil trimeseter I dengan kejadian hiperemesis gravidarum pada ibu

hamil di wilayah kerja puskesmas Padas tahun 2019?

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kecemasan ibu hamil trimeseter I dengan kejadian hiperemesis

gravidarum pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Padas tahun 2019.

1.4.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kecemasan ibu hamil triemseter I di wilayah kerja puskesmas Padas

tahun 2019.

b. Mengidentifikasi kejadian hyperemesis pada ibu hamil triemseter I di wilayah kerja

puskesmas Padas tahun 2019.

c. Menganalisis hubungan kecemasan ibu hamil trimeseter I dengan kejadian hiperemesis

gravidarum pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas Padas tahun 2019

1.5 Manfaat Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan

mempunyai manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1.5.1 Manfaat teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengetahuan khususnya mengenai

kecemasan ibu hamil trimester I dalam menghadapi hyperemesis. Ibu hamil dapat

menghindari stress yang berdampak secara total pada individu yaitu fisik, emosi, intelek,

sosial, dan spiritual, stress fisik yang mengancam keseimbangan fisiologis. Stres emosi

dapat menimbulkan perasaan negatif atau destruktif terhadap diri sendiri.

1.5.2 Manfaat praktis

a. Bagi penulis

Dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam tatalaksana hyperemesis gravidarum

meliputi strategi penanganan hyperemesis gravidarum berdasarkan tingkat keparahan tanda

dan gejalanya. Penanganan dapat berupa edukasi, hidrasi, medikasi, hospitalisasi, dan

konseling psikosomatik apabila dibutuhkan.

b. Bagi pendidikan

Dapat menambah pengetahuan dan sumbangan pemikiran tentang kecemasan dan

hiperemsis pada ibu hamil trimester I dengan implementasi Asuhan kebidanan pada ibu

hamil meliputi intervensi dan medikasi yang diperlukan.

c. Bagi ibu hamil

Dapat menambah pengetahuan agar ibu hamil lebih siap dalam menjalani kehamilan dan

hiperemesis. Memebrikan edukasi tentang gaya hidup juga dapat membantu mencegah stress
dan istirahat dan dukungan emosional untuk mencegah hyperemesis gravidarum menjadi

lebih parah

Anda mungkin juga menyukai