Konsep Penyakit Kronis. Indah Yulinda (160711031)
Konsep Penyakit Kronis. Indah Yulinda (160711031)
Disusun Oleh :
Visi:
Menjadi Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners yang islami,
profesional dan mandiri di bidang keperawatan komunitas tingkat nasional pada
tahun 2022.
Misi:
1. Menyelenggarakan pendidikan sarjana dan profesi keperawatan yang islami sesuai
catur darma pendidikan tinggi Muhammadiyah.
2. Menyelenggarakan kegiatan ilmiah keperawatan tingkat nasional.
3. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam meningkatkan kompetensi
keperawatan.
Tujuan:
1. Menghasilkan lulusan yang berkompeten dan islami di bidang keperawatan
2. Menghasilkan penelitian berkualitas dalam bidang keperawatan.
3. Terselenggaranya pengabdian kepada masyarakat secara berkesinambungan
dalam bidang keperawatan.
4. Terselenggaranya kegiatan ilmiah yang mendorong peningkatan kompetensi
keperawatan tingkat nasional berupa seminar, workshop, maupun simposium.
5. Terbinanya kerjasama nasional maupun internasional guna meningkatkan
kompetensi lulusan dibidang keperawatan.
KATA PENGANTAR
Alhamduliah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan kita
kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan baik.
Kami mengucapkan yang sebesar-besarnnya kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran kami harapkan dari
para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas
yang lain dan pada waktu mendatang.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Asumsi lama adalah bahwa penyakit kronis ada terutama di negara-negara kaya dan
bahwa penyakit menular ada terutama di negara-negara berkembang. Pembagian sederhana ini
sudah tidak berlaku kembali. Menurut Nugent (2008) Finlandia, Taiwan, dan Korea Selatan
adalah contoh negara-negara yang relatif kaya dengan prevalensi rendah dari tingkat kematian
utama karena penyakit kronis. Sebaliknya, negara-negara yang sangat berkembang sekalipun,
seperti India dan Pakistan, dan negara-negara yang cukup berkembang, seperti Rusia dan
China, menunjukkan tingkat kematian yang lebih tinggi dari penyakit kronis daripada penyakit
menular. Kesimpulannya adalah bahwa kondisi telah berubah di negara berkembang dalam
beberapa tahun terakhir, diasumsikan karena negara-negara berkembang semakin mengadopsi
gaya hidup tidak sehat dari negara maju.
Begitu juga di Indonesia, penyakit kronis menjadi penyebab kematian terbanyak.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2016), proporsi angka
kematian akibat penyakit tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi
49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari
seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker,
dan PPOK. Sakit kronis sifatnya lebih tahan lama, bisa berhari-hari, berbulan-bulan,
bahkan bertahun-tahun.
Kondisi kronis digambarkan sebagai penyakit yang berjalan lama dan mungkin
juga tidak dapat disembuhkan. Karakteristik khas penyakit kronis yang berlangsung lama
sering menimbulkan masalah dalam manajemen pengobatan dan perawatan pasien.
Kondisi kronis memberikan dampak psikososialkultural dan ekonomi bagi pasien
dan keluarga. Reaksi psikologi dan emosional pada kondisi akut dan kronis berbeda.
Reaksi ini umumnya terjadi tidak hanya saat awal kejadian tetapi juga saat gejala
berulang terjadi.
2.2 Etiologi
Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial ekonomi, dan
budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen yang
memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk menjalankan
berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ-organ pengindraan. Ada banyak faktor
yang menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi masalah kesehatan yang banyak ditemukan
hampir di seluruh negara, di antaranya kemajuan dalam bidang kedokteran modern yang telah
mengarah pada menurunnya angka kematian dari penyakit infeksi dan kondisi serius lainnya,
nutrisi yang membaik dan peraturan yang mengatur keselamatan di tempat kerja yang telah
memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya hidup yang berkaitan dengan masyarakat
modern yang telah meningkatkan insiden penyakit kronis (Smeltzer & Bare, 2010).
2.10 Penatalaksanaan
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang berbeda.
Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala seperti nyeri dan
keletihan. Penyakit kronis yang parah dan lanjut dapat menyebabkan kecacatan sampai
tingkat tertentu, yang selanjutnya membatasi partisipasi individu dalam beraktivitas.
Banyak penyakit kronis yang harus mendapatkan penatalaksanaan teratur untuk
menjaganya tetap terkontrol, seperti penyakit gagal ginjal kronis (Smeltzer & Bare, 2008).
2.11 Implikasi Keperawatan pada Kondisi Kronis
Mengelola seseorang dengan penyakit kronis atau ketidakmampuan tidak hanya
terfokus dengan aspek medis atau kondisi fisik yang dialami pasien tetapi juga mengelola
pasiennya secara individu, fisik, emosional dan sosial. Fokus pengelolaan pasien dengan
penyakit kronis dimulai dari pengkajian hingga evaluasi.
1) Step 1: Mengidentifikasi Trajectory Phase
Pada tahap satu ini, perlu mengidentifikasi secara spesifik masalah medis, sosial, dan
psikologi serta kebutuhan support emsional.
2) Step 2: Merumuskan Tujuan
Pada tahap kedua ini perawat merumuskan tujuan dalam perawatan pasien. Perawat
berkolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim perawatan serta pengobatan pasien.
3) Step 3: Membuat Perencanaan untuk keberhasilan Tujuan
Pada tahap ini, perawat merumuskan intervensi yang akan dilakukan guna mencapai
keberhasilan pengobatan dan perawatan pasien.
4) Step 4: Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat tercapainya tujuan
Pada tahap ini, perawat mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat
proses perawatan. Baik itu fasilitas yang ada, kemampuan ekonomi pasien dan
keluarga, dukungan keluarga dan lingkungan. Semua faktor biopsikososial dan cultural
serta ekonomi yang mendukung perawatan pasien.
5) Step 5: Mengimplementasikan rencana yang telah disusun
Pada tahap ini , perawat mengimplementasikan rencana tindakan yang telah disusun.
6) Step 6: Mengevaluasi Keefektifan dari Intervensi
Pada tahap ini, perawat mengevalusi keefektifan intervensi yang telah disusun untuk
melihat keberhasilan tujuan.
2.11 Pencegahan
Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam pencegahan penyakit
dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Djauzi, 2009). Pencegahan primer
merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau
mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat
berupa pencegahan umum (melalui pendidikan kesehatan dan kebersihan lingkungan)
dan pencegahan khusus (ditujukan kepada orang-orang yang mempunyai risiko dengan
melakukan imunisasi). Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghambat
progresivitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan yang
dapat dilakukan melalui deteksi dini dan pengobatan secara cepat dan tepat. Pencegahan
tersier dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi.
Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi
organ yang mengalami kecacatan (Budiarto & Anggreni, 2007).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Di RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun terdapat penduduk yang menderita diabetes
melitus berjumlah 300 orang, 55 % wanita yaitu sebanyak 180 orang dan 45 % laki-laki
sebanyak 120 orang. Dari jumlah penduduk yang menderita diabetes melitus tersebut
sebanyak 150 orang (50 %) usia dewasa dan 30% usia lansia sebanyak 90 orang, serta
20% ibu hamil sebanyak 60 orang. Dari data tersebut diketahui Diabetes Melitus dengan
tipe IDDM 25% sebanyak 75 orang, NIDDM 35% sebanyak 105 orang, dan DM dengan
gangren 30% sebanyak 90 orang, serta DM gestasional sebanyak 30 orang (10 %). Dari
penduduk yang menderita DM sangat sedikit sekali penderita DM yang rutin
memeriksakan kadar gula darahnya. Asuhan keperawatan ini menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi : pengkajian status kesehatan masyarakat, perumusan
diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan
melibatkan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan pimpinan wilayah tersebut.
3.1 Pengkajian
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi : data inti dan
data sub sistem.
a. Data Inti
1. Riwayat atau Sejarah perkembangan Komunitas
- Kelurahan : Margorukun
- Rw : 05
- Rt : 03
2. Data Demografi
Di RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun memiliki jumlah penduduk 635 orang
dengan Status perkawinan:
Kawin : 65%
Tidak kawin :20%
Duda : 10%
Janda : 5%
Menurut data dari Puskesmas setempat didapatkan data bahwa jumlah
penderita DM di Wilayah tersebut sebanyak 300 orang atau bisa dikatakan
sebagian dari jumlah penduduk adalah penderita DM.
3. Vital Statistic
Pada penanganan melahirkan di RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun masih
mempercayai proses melahirkannya di Dukun Bayi, sehingga resiko kematian
bayi lebih mengkhawatirkan . Namun ada sebagian warga yang sudah pergi ke
rumah sakit untuk menjalani proses kelahirannya.
b. Subsistem
1. Lingkungan Fisik
Lingkungan di RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun masih terlihat jarang ada
tempat pembuangan sampah untuk wilayah tersebut, keadaan wilayahnya
tandus, adanya sungai yang sudah tercemar oleh limbah pabrik dan warga masih
melakukan kebiasaan mencuci piring, baju, mandi dan buang air besar di sungai.
2. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
Kondisi pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau sehingga pengetahuan
kesehatan warga masih rendah.
3. Ekonomi
Keadaan status ekonomi warga kedung bunder di RT 3 RW 5 kelurahan Margo
Rukun rata-rata mempunyai pekerjaan sebagai kuli panggul semen.
4. Keamananan Dan Transportasi
RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun sudah memiliki pos keamanan namun tidak
aktif sehingga kejadian kehilangan hewan ternak masih sering terjadi. Kondisi
transportasi yang sudah memadai sehingga warga dapat melalukan kegiatan
seperti pergi ke pasar dan puskesmas dengan menggunakan transportasi umum.
5. Politik
Warga masyarakat RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun selalu mengikuti
kegiatan PEMILU.
6. Komunikasi
Warga RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun lebih banyak menggunakan bahasa
jawa untuk berkomunikasi sehari-hari dibandingkan dengan bahasa Indonesia.
Di wilayah tersebut ketua RT sering mengadakan kegiatan rutin seperti kerja
bakti, pengajian, dan memperingati acara maulid nabi. Beberapa warga sudah
memiliki alat komunikasi seperti handphone, televisi, dan radio.
7. Pendidikan
Rata-rata pendidikan di RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun mengenyam
pendidikan Sekolah Dasar (SD) namun saat ini sudah banyak yang mengenyam
pendidikan Sekolah Menengah Keatas (SMA).
8. Rekreasi
Daerah tersebut belum memiliki fasilitas seperti taman namun warga
menggunakan waktu senggang untuk berkumpul di sungai saat mencuci dan di
halaman rumah warga pada sore hari untuk berbincang-bincang.
Do :
- Sebanyak 210 orang jarang
check up/bulan
- Lulusan SD sebanyak 135
orang
- Lulusan SLTP sebanyak 90
orang
3.4 Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Ketidakpatuhan Tujuan jangka pendek: 1. Bina hubungan saling 1. Agar masyarakat
terhadap diit di RT 5 Setelah dilakukan percaya dengan dapat menerima saran
RW 3 kelurahan Asuhan keperawatan masyarakat yang kita berikan.
Margo Rukun selama 1 minggu 2. Lakukan pendidikan 2. Untuk menambah
berhubungan dengan diharapkan kesehatan tentang diit pengetahuan
Pengetahuan yang penderita DM patuh untuk penderita DM masyarakat tentang
kurang terhadap pengobatan 3. Berikan penyuluhan penyakitnya.
terhadap diet. tentang Pentingnya 3. Agar masyarakat
kepatuhan pengobatan dapat mengerti dan
Tujuan jangka panjang: terhadap diit bagi mau menerapkan apa
- Masyarakat mengetahui penderita DM. yang ingin
tentang diit untuk disampaikan.
penderita DM
- Masyarakat mengetahui
tentang pentingnya
kepatuahan pengobatan
2 Ketidak Setelah dilakukan Asuhan 1. Berikan health education 1. Agar tidak terjadi
patuhan keperawatan dalam waktu pada penderita DM luka gangren pada
masyarakat/ 1 minggu tidak terjadi tentang cara pencegahan penderita DM.
penderita DM Peningkatan penderita DM terjadinya luka gangren, 2. Agar luka gangren
melaksanakan dengan ganggren dan penyebab terjadinya semakin membaik
check up luka gangren dan tidak semakin
kesehatan Di RT Tujuan jangka pendek : 2. Ajarkan kepada penderita parah.
3 RW kelurahan - Penderita DM DM maupun keluarganya
Margo Rukun mengetahui cara
pencegahan terjadinya tentang perawatan luka 3. Agar kadar gula
luka ganggren gangrene darah dapat terkontrol
- Penderita DM 3. Berikan penyuluhan denga baik.
mengerti cara tentang pentingnya check 4. Agar tidak
perawatan luka up gula darah bagi membebankan
ganggren penderita DM penderita DM dan
- Penderita DM 4. Lakukan Check up gula mereka mau untuk
mengetahui penyebab darah gratis pada mengecek kadar gula
terjadinya luka penderita DM darahnya.
ganggren
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang atau
bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam bulan. Orang yang
menderita penyakit kronis cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan cenderung
mengembangkan perasaan hopelessness dan helplessness karena berbagai macam
pengobatan tidak dapat membantunya sembuh dari penyakit kronis (Sarafino, 2006). Rasa
sakit yang diderita akan mengganggu aktivitasnya sehari-hari, tujuan dalam hidup, dan
kualitas tidurnya (Affleck et al. dalam Sarafino, 2006).
3.2 Saran
Sebagai calon perawat profesional, alangkah lebih baik nya jika dalam
memberikan asuhan keperawatan menggunakan teknik teknik komonikasi secara benar
dan bijaksana sehingga terciptalah generasi generasi penerus yang berkualitas
Daftar Pustaka
- Patricia, P.,A .2005. Buku Ajar Fundamental; Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 .
Jakarta: ECG
- Jenice, L.H and Kerry, H. (2003). Brunner and Suddarthi textbook of Medical-Surgical
Nursing 13th ed
- Doenges, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pedokumentasia Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa. (1999), Jakarat: ECG