Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH dan ASUHAN KEPERAWATAN

KONSEP PENYAKIT KRONIS

Untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatam Komunitas Kelompok Khusus

Yang diampu oleh :

Rizaluddin Akbar, S. Kep., Ners

Disusun Oleh :

Indah Yulinda Pramesti (160711031)

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2019
Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan
Prodi Ilmu Keperawatan

Visi:
Menjadi Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners yang islami,
profesional dan mandiri di bidang keperawatan komunitas tingkat nasional pada
tahun 2022.

Misi:
1. Menyelenggarakan pendidikan sarjana dan profesi keperawatan yang islami sesuai
catur darma pendidikan tinggi Muhammadiyah.
2. Menyelenggarakan kegiatan ilmiah keperawatan tingkat nasional.
3. Membangun kerjasama dengan berbagai pihak dalam meningkatkan kompetensi
keperawatan.

Tujuan:
1. Menghasilkan lulusan yang berkompeten dan islami di bidang keperawatan
2. Menghasilkan penelitian berkualitas dalam bidang keperawatan.
3. Terselenggaranya pengabdian kepada masyarakat secara berkesinambungan
dalam bidang keperawatan.
4. Terselenggaranya kegiatan ilmiah yang mendorong peningkatan kompetensi
keperawatan tingkat nasional berupa seminar, workshop, maupun simposium.
5. Terbinanya kerjasama nasional maupun internasional guna meningkatkan
kompetensi lulusan dibidang keperawatan.
KATA PENGANTAR

Alhamduliah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih memberikan kita
kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan baik.
Kami mengucapkan yang sebesar-besarnnya kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran kami harapkan dari
para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas
yang lain dan pada waktu mendatang.

Cirebon, Juni 2019

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

1.I LATAR BELAKANG


Penyakit kronis merupakan ancaman serius bagi kesehatan di negara-negara
berkembang. Pada negara-negara berkembang lainnya, kematian dan kecacatan dari penyakit
kronis sekarang persentasenya melebihi dari penyakit-penyakit menular yang terdiri dari 49%,
dibandingkan dengan sekitar 40% untuk penyakit menular dan 11% untuk cedera. Dominasi
penyakit kronis di Negara berkembang ini tidak juga diakui kalangan ahli kesehatan (Nugent,
2008).

Asumsi lama adalah bahwa penyakit kronis ada terutama di negara-negara kaya dan
bahwa penyakit menular ada terutama di negara-negara berkembang. Pembagian sederhana ini
sudah tidak berlaku kembali. Menurut Nugent (2008) Finlandia, Taiwan, dan Korea Selatan
adalah contoh negara-negara yang relatif kaya dengan prevalensi rendah dari tingkat kematian
utama karena penyakit kronis. Sebaliknya, negara-negara yang sangat berkembang sekalipun,
seperti India dan Pakistan, dan negara-negara yang cukup berkembang, seperti Rusia dan
China, menunjukkan tingkat kematian yang lebih tinggi dari penyakit kronis daripada penyakit
menular. Kesimpulannya adalah bahwa kondisi telah berubah di negara berkembang dalam
beberapa tahun terakhir, diasumsikan karena negara-negara berkembang semakin mengadopsi
gaya hidup tidak sehat dari negara maju.
Begitu juga di Indonesia, penyakit kronis menjadi penyebab kematian terbanyak.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2016), proporsi angka
kematian akibat penyakit tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi
49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari
seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker,
dan PPOK. Sakit kronis sifatnya lebih tahan lama, bisa berhari-hari, berbulan-bulan,
bahkan bertahun-tahun.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apa definisi dari Penyakit Kronis?
2. Etiologi Penyakit Kronis?
3. Apa saja kategori dari Penyakit Kronis?
4. Apa saja sifat dari Penyakit Kronis?
5. Apa saja fase dari Penyakit Kronis?
6. Apa saja tanda dan gejala dari Penyakit Kronis?
7. Apa dampak dari Penyakit Kronis kepada pasien?
8. Bagaimana perilaku klien dengan Penyakit Kronis?
9. Bagaimana respon klien terhadap Penyakit Kronis?
10. Bagaimana penatalaksanaan dari Penyakit Kronis?
11. Bagaimana Implikasi kepada pasien kondisi kronis?
12. Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan pasie Penyakit Kronis?

1.3 TUJUAN PENULISAN


1. Untuk mengetahui dari Penyakit Kronis.
2. Untuk mengetahui Etiologi Penyakit Kronis.
3. Untuk mengetahui kategori dari Penyakit Kronis.
4. Untuk mengetahui sifat dari Penyakit Kronis.
5. Untuk mengetahui fase dari Penyakit Kronis.
6. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Penyakit Kronis.
7. Untuk mengetahui dampak dari Penyakit Kronis kepada pasien.
8. Untuk mengetahui perilaku klien dengan Penyakit Kronis.
9. Untuk mengetahui respon klien terhadap Penyakit Kronis.
10.Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Penyakit Kronis.
11.Untuk mengetahui Implikasi kepada pasien kondisi kronis.
12. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dengan pasien Penyakit Kronis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Defini Penyakit Kronis
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung
lama sampai bertahun-tahun,bertambah berat, menetap, dan sering kambuh.
(Purwaningsih dan Karbina, 2009).
Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang atau
bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam bulan. Orang yang
menderita penyakit kronis cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan cenderung
mengembangkan perasaan hopelessness dan helplessness karena berbagai macam
pengobatan tidak dapat membantunya sembuh dari penyakit kronis (Sarafino, 2006). Rasa
sakit yang diderita akan mengganggu aktivitasnya sehari-hari, tujuan dalam hidup, dan
kualitas tidurnya (Affleck et al. dalam Sarafino, 2006).
Sedangkan yang dimaksud dengan kondisi kronis adalah kondisi medis atau
masalah kesehatan yang berhubungan dengan gejala, gangguan, ataupun
ketidakmampuan dan membutuhkan manajemen pengobatan dan perawatan dalam waktu
yang lama (≥ 3 bulan).

Kondisi kronis digambarkan sebagai penyakit yang berjalan lama dan mungkin
juga tidak dapat disembuhkan. Karakteristik khas penyakit kronis yang berlangsung lama
sering menimbulkan masalah dalam manajemen pengobatan dan perawatan pasien.
Kondisi kronis memberikan dampak psikososialkultural dan ekonomi bagi pasien
dan keluarga. Reaksi psikologi dan emosional pada kondisi akut dan kronis berbeda.
Reaksi ini umumnya terjadi tidak hanya saat awal kejadian tetapi juga saat gejala
berulang terjadi.

2.2 Etiologi
Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial ekonomi, dan
budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen yang
memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk menjalankan
berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ-organ pengindraan. Ada banyak faktor
yang menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi masalah kesehatan yang banyak ditemukan
hampir di seluruh negara, di antaranya kemajuan dalam bidang kedokteran modern yang telah
mengarah pada menurunnya angka kematian dari penyakit infeksi dan kondisi serius lainnya,
nutrisi yang membaik dan peraturan yang mengatur keselamatan di tempat kerja yang telah
memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya hidup yang berkaitan dengan masyarakat
modern yang telah meningkatkan insiden penyakit kronis (Smeltzer & Bare, 2010).

2.3 Kategori Penyakit Kronis


Menurut Christensen et al. (2006) ada beberapa kategori penyakit kronis, yaitu
seperti di bawah ini.
a. Lived with illnesses. Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan
mempelajari kondisi penyakitnya selama hidup dan biasanya tidak mengalami
kehidupan yang mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah
diabetes, asma, arthritis, dan epilepsi.
b. Mortal illnesses. Pada kategori ini secara jelas kehidupan individu terancam dan
individu yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala penyakit dan
ancaman kematian. Penyakit dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit
kardiovaskuler.
c. At risk illnesses. Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua kategori sebelumnya.
Pada kategori ini tidak ditekankan pada penyakitnya, tetapi pada risiko penyakitnya.
Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi dan penyakit yang
berhubungan dengan hereditas.

2.4 Sifat Penyakit Kronik


Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai
beberapa sifat diantaranya adalah :
 Progresi
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit
jantung.
 Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada
individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
 Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama
atau berbeda. Contoh penyakit arthritis
2.5 Fase Penyakit Kronis
Terdapat sembilan (9) fase yang umumnya dilalui oleh pasien dan keluarga dalam
menghadapi kondisi kronis:
a. Pre Trajectory Phase
Fase dimana seseorang berisiko untuk mengalami kondisi kronis yang berkembang dari
situasi atau penyakit yang dialaminya. Perkembangan kondisi ini dapat terjadi akibat
faktor genetik ataupun gaya hidup yang dapat memicu perkembangan kondisi jatuh ke
kondisi kronis.
b. Trajectory Phase
Karakteristik pada fase ini adalah terjadinya onset atau awal mula munculnya gejala,
gangguan ataupun ketidakmampuan yang berhubungan dengan kondisi kronis. Sejak
diagnosa ditegakkan, kondisi ketidakpastian akan kehidupan mulai dirasakan pasien.
c. Stable Phase
Pada fase ini, individu gejala dan ketidakmampuan telah tampak dan dapat di
manajemen dengan baik. Meskipun dalam kondisi ini pasien telah dapat memanajemen
kondisinya dengan baik, tetapi dibutuhkan peran perawat untuk memberikan
reinforcement positif.
d. Unstable Phase
Pada fase ktidakstabilan, kondisi gejala penyakit, perkembangan komplikasi, aktifitas
harian pasien terganggu karena kondisi tidak terkontrol.
e. Acute Phase
Pada fase akut, kondisi penyakit kronis pasien dapat tiba-tiba mengalami serangan
mendadak yang berisiko mengalami kondisi kegawatan. Sehingga terkadang dapat
membuat pasien dan keluarga panik dan cemas.
f. Chrisis Phase
Karakteristik kondisi ini adalah kondisi pasien jatuh kedalam kondisi yang mengancam
nyawa yang membutuhkan perawatan dan pengobatan kegawatdaruratan.
g. Comeback Phase
Pada Fase ini pasien kembali dari fase akut dan krisis. Proses belajar dan menerima
kondisi gangguan dan ketidakmampuan yang dialami perlu mendapat dukungan oleh
keluarga dan perawat.
h. Downward Phase
Karakteristik kondisi ini adalah adanya penurunan kondisi pasien terhadap penyakit
yang dialaminya.
i. Dying Phase
Merupakan fase persiapan kematian dengan tenang yang harus diterima oleh keluarga
dan pasien. Pada kondisi ini perawat memiliki tugas untuk membantu pasien
menghadapi kematian dengan tenang dan baik, dan mendukung keluarga untuk dapat
menerima kematian pasien.
2.6 Tanda dan Gejala
Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya yang tidak pasti, memiliki faktor
risiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama, menyebabkan kerusakan fungsi atau
ketidakmampuan, dan tidak dapat disembuhkan secara sempurna (Smeltzer & Bare, 2010).
Tanda-tanda lain penyakit kronis adalah batuk dan demam yang berlangsung lama, sakit
pada bagian tubuh yang berbeda, diare berkepanjangan, kesulitan dalam buang air kecil,
dan warna kulit abnormal (Heru, 2007

2.7 Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien


Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien
diantaranya (Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
a. Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
 Klien menjadi pasif
 Tergantung
 Kekanak-kanakan
 Merasa tidak nyaman
 Bingung
 Merasa menderita
b. Dampak somatic
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya.

c. Dampak terhadap gangguan seksual


Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan
perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual)
d. Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social dapat
terganggu baik secara total maupun sebagian.
2.8 Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis
Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis
yang dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu:
 Penolakan (Denial)
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti jantung,
stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan memperlihatkan sikap
seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu berat (menolak untuk mengakui bahwa
penyakit yang diderita sebenarnya berat) dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan
segera sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek (menolak untuk mengakui
bahwa penyakit kronis ini belum tentu dapat disembuhkan secara total dan menolak untuk
mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas penyakit ini, misalnya perubahan body
image).
 Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan sesuatu yang
umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan perubahan yang terjadi pada
dirinya bahkan membayangkan kematian yang akan terjadi padanya. Bagi individu yang
telah menjalani operasi jantung, rasa nyeri yang muncul di daerah dada, akan memberikan
reaksi emosional tersendiri. Perubahan fisik yang terjadi dengan cepat akan memicu reaksi
cemas pada individu dengan penyakit kanker.
 Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis.
Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan penyakit jantung
mengalami depresi.

2.9 Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik


Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-
Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009)
a. Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut,
cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
b. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui
berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan
c. Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga
kelompoknya
d. Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas,
nyeri, dll
e. Kehilangan fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus
dibantu melalui hemodialisa
f. Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien
mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
g. Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta
identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah
h. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga.

2.10 Penatalaksanaan
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang berbeda.
Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala seperti nyeri dan
keletihan. Penyakit kronis yang parah dan lanjut dapat menyebabkan kecacatan sampai
tingkat tertentu, yang selanjutnya membatasi partisipasi individu dalam beraktivitas.
Banyak penyakit kronis yang harus mendapatkan penatalaksanaan teratur untuk
menjaganya tetap terkontrol, seperti penyakit gagal ginjal kronis (Smeltzer & Bare, 2008).
2.11 Implikasi Keperawatan pada Kondisi Kronis
Mengelola seseorang dengan penyakit kronis atau ketidakmampuan tidak hanya
terfokus dengan aspek medis atau kondisi fisik yang dialami pasien tetapi juga mengelola
pasiennya secara individu, fisik, emosional dan sosial. Fokus pengelolaan pasien dengan
penyakit kronis dimulai dari pengkajian hingga evaluasi.
1) Step 1: Mengidentifikasi Trajectory Phase
Pada tahap satu ini, perlu mengidentifikasi secara spesifik masalah medis, sosial, dan
psikologi serta kebutuhan support emsional.
2) Step 2: Merumuskan Tujuan
Pada tahap kedua ini perawat merumuskan tujuan dalam perawatan pasien. Perawat
berkolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim perawatan serta pengobatan pasien.
3) Step 3: Membuat Perencanaan untuk keberhasilan Tujuan
Pada tahap ini, perawat merumuskan intervensi yang akan dilakukan guna mencapai
keberhasilan pengobatan dan perawatan pasien.
4) Step 4: Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat tercapainya tujuan
Pada tahap ini, perawat mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat
proses perawatan. Baik itu fasilitas yang ada, kemampuan ekonomi pasien dan
keluarga, dukungan keluarga dan lingkungan. Semua faktor biopsikososial dan cultural
serta ekonomi yang mendukung perawatan pasien.
5) Step 5: Mengimplementasikan rencana yang telah disusun
Pada tahap ini , perawat mengimplementasikan rencana tindakan yang telah disusun.
6) Step 6: Mengevaluasi Keefektifan dari Intervensi
Pada tahap ini, perawat mengevalusi keefektifan intervensi yang telah disusun untuk
melihat keberhasilan tujuan.
2.11 Pencegahan
Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam pencegahan penyakit
dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Djauzi, 2009). Pencegahan primer
merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau
mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Secara garis besar, upaya pencegahan ini dapat
berupa pencegahan umum (melalui pendidikan kesehatan dan kebersihan lingkungan)
dan pencegahan khusus (ditujukan kepada orang-orang yang mempunyai risiko dengan
melakukan imunisasi). Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghambat
progresivitas penyakit, menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan yang
dapat dilakukan melalui deteksi dini dan pengobatan secara cepat dan tepat. Pencegahan
tersier dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi.
Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan fungsi
organ yang mengalami kecacatan (Budiarto & Anggreni, 2007).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Di RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun terdapat penduduk yang menderita diabetes
melitus berjumlah 300 orang, 55 % wanita yaitu sebanyak 180 orang dan 45 % laki-laki
sebanyak 120 orang. Dari jumlah penduduk yang menderita diabetes melitus tersebut
sebanyak 150 orang (50 %) usia dewasa dan 30% usia lansia sebanyak 90 orang, serta
20% ibu hamil sebanyak 60 orang. Dari data tersebut diketahui Diabetes Melitus dengan
tipe IDDM 25% sebanyak 75 orang, NIDDM 35% sebanyak 105 orang, dan DM dengan
gangren 30% sebanyak 90 orang, serta DM gestasional sebanyak 30 orang (10 %). Dari
penduduk yang menderita DM sangat sedikit sekali penderita DM yang rutin
memeriksakan kadar gula darahnya. Asuhan keperawatan ini menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi : pengkajian status kesehatan masyarakat, perumusan
diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan
melibatkan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan pimpinan wilayah tersebut.

3.1 Pengkajian
Pengkajian menggunakan pendekatan community as partner meliputi : data inti dan
data sub sistem.
a. Data Inti
1. Riwayat atau Sejarah perkembangan Komunitas

- Propinsi : Jawa Timur

- Kabupaten/ kotamadya : Pacitan

- Kecamatan : Sumber Asri

- Kelurahan : Margorukun

- Rw : 05

- Rt : 03

- Luas wilayah : 5.220 m2

2. Data Demografi
Di RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun memiliki jumlah penduduk 635 orang
dengan Status perkawinan:
 Kawin : 65%
 Tidak kawin :20%
 Duda : 10%
 Janda : 5%
Menurut data dari Puskesmas setempat didapatkan data bahwa jumlah
penderita DM di Wilayah tersebut sebanyak 300 orang atau bisa dikatakan
sebagian dari jumlah penduduk adalah penderita DM.

3. Vital Statistic
Pada penanganan melahirkan di RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun masih
mempercayai proses melahirkannya di Dukun Bayi, sehingga resiko kematian
bayi lebih mengkhawatirkan . Namun ada sebagian warga yang sudah pergi ke
rumah sakit untuk menjalani proses kelahirannya.

4. Nilai dan Kepercayaan


Warga di RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun sebagian besar menganut agama
islam dan mereka mempunyai rutinitas untuk mengadakan pengajian dan rutin
mengadakan acara maulid nabi.

b. Subsistem
1. Lingkungan Fisik
Lingkungan di RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun masih terlihat jarang ada
tempat pembuangan sampah untuk wilayah tersebut, keadaan wilayahnya
tandus, adanya sungai yang sudah tercemar oleh limbah pabrik dan warga masih
melakukan kebiasaan mencuci piring, baju, mandi dan buang air besar di sungai.
2. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
Kondisi pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau sehingga pengetahuan
kesehatan warga masih rendah.
3. Ekonomi
Keadaan status ekonomi warga kedung bunder di RT 3 RW 5 kelurahan Margo
Rukun rata-rata mempunyai pekerjaan sebagai kuli panggul semen.
4. Keamananan Dan Transportasi
RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun sudah memiliki pos keamanan namun tidak
aktif sehingga kejadian kehilangan hewan ternak masih sering terjadi. Kondisi
transportasi yang sudah memadai sehingga warga dapat melalukan kegiatan
seperti pergi ke pasar dan puskesmas dengan menggunakan transportasi umum.
5. Politik
Warga masyarakat RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun selalu mengikuti
kegiatan PEMILU.
6. Komunikasi
Warga RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun lebih banyak menggunakan bahasa
jawa untuk berkomunikasi sehari-hari dibandingkan dengan bahasa Indonesia.
Di wilayah tersebut ketua RT sering mengadakan kegiatan rutin seperti kerja
bakti, pengajian, dan memperingati acara maulid nabi. Beberapa warga sudah
memiliki alat komunikasi seperti handphone, televisi, dan radio.
7. Pendidikan
Rata-rata pendidikan di RT 3 RW 5 kelurahan Margo Rukun mengenyam
pendidikan Sekolah Dasar (SD) namun saat ini sudah banyak yang mengenyam
pendidikan Sekolah Menengah Keatas (SMA).
8. Rekreasi
Daerah tersebut belum memiliki fasilitas seperti taman namun warga
menggunakan waktu senggang untuk berkumpul di sungai saat mencuci dan di
halaman rumah warga pada sore hari untuk berbincang-bincang.

3.2 Analisa Data


NO Data Fokus Etiologi Masalah Keperawatan

1. Ds : Pengetahuan yang Ketidakpatuhan terhadap


Dari hasil wawancara di dapat kurang diet Di RT 3 RW 5
tingkat pendidikan ada 50% warga kelurahan Margo Rukun
yang tidak patuh menjalankan diet
Do :
- data menyebutkan bahwa
tingkatpendidikan SD sebanyak
135 orang (45%)
- penyuluhan kader dari
masyarakat dan petugas
kesehatan dari puskesmas
jarang ada
- Kebiasaan masyarakat makan
makanan yang manis sebanyak
210 orang (70%)
2. Ds : Faktor penghasilan Ketidakpatuhan
- Dari hasil wawancara didapat yang rendah masyarakat/penderita
ketidak patuhan masyarakat DM melaksanakan
untuk melaksanakan check up check up kesehatan
kesehatan sebanyak 219 orang Di RT 3 RW 5
(70%) kelurahan Margo
- Penghasilan < UMR sebanyak Rukun
150
- Orang penghasilan UMR-
1.000.00 sebanyak 90 orang
- Penghasilan > UMR 60 orang

Do :
- Sebanyak 210 orang jarang
check up/bulan
- Lulusan SD sebanyak 135
orang
- Lulusan SLTP sebanyak 90
orang

3. Ds : Kurangnya Resiko peningkatan


Dari hasil wawancara didapat pengetahuan penderita ganggren Di
jumlah penderita DM 300 orang penderita DM tentang RT 3 RW 5 kelurahan
Do : pencegahan terjadinya Margo Rukun
luka ganggren
- Jumlah penderita DM dengan
ganggren sebanyak 30% (90
orang)
- Distribusi penderita DM
berdasarkan tingkat pendidikan
formal
SD :45% (135 orang)
SLTP :30% (90 orang)
SLTA :20% (60 orang)
Perguruan tinggi:5%(15 orang)
- Sebanyak 210 orang (70%)
penderita DM tidak check up
secara rutin
- Kebiasaan sehari hari penderita
DM yang setiap saat memakai
alas kaki sebanyak 45 orang
(15%),saat dilauar rumah 75
orang (25%) dan jarang
memakai 180 orang (60%)

3.3 Diagnosa Keperawatan

NO DATA FOKUS DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI/TANGGAL PARAF

1 DX 1 Ketidakpatuhan terhadap diit di RT 5 Sabtu, 22 Juni


RW 3 kelurahan Margo Rukun 2019
berhubungan dengan Pengetahuan
yang kurang
2 DX 2 Ketidakpatuhan masyarakat/ Sabtu, 22 Juni
penderita DM melaksanakan check 2019
up kesehatan Di RT 3 RW kelurahan
Margo Rukun
3 DX 3 Resiko peningkatan penderita Sabtu, 22 Juni
ganggren Di RT 3 RW kelurahan 2019
Margo Rukun

3.4 Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Ketidakpatuhan Tujuan jangka pendek: 1. Bina hubungan saling 1. Agar masyarakat
terhadap diit di RT 5 Setelah dilakukan percaya dengan dapat menerima saran
RW 3 kelurahan Asuhan keperawatan masyarakat yang kita berikan.
Margo Rukun selama 1 minggu 2. Lakukan pendidikan 2. Untuk menambah
berhubungan dengan diharapkan kesehatan tentang diit pengetahuan
Pengetahuan yang penderita DM patuh untuk penderita DM masyarakat tentang
kurang terhadap pengobatan 3. Berikan penyuluhan penyakitnya.
terhadap diet. tentang Pentingnya 3. Agar masyarakat
kepatuhan pengobatan dapat mengerti dan
Tujuan jangka panjang: terhadap diit bagi mau menerapkan apa
- Masyarakat mengetahui penderita DM. yang ingin
tentang diit untuk disampaikan.
penderita DM
- Masyarakat mengetahui
tentang pentingnya
kepatuahan pengobatan
2 Ketidak Setelah dilakukan Asuhan 1. Berikan health education 1. Agar tidak terjadi
patuhan keperawatan dalam waktu pada penderita DM luka gangren pada
masyarakat/ 1 minggu tidak terjadi tentang cara pencegahan penderita DM.
penderita DM Peningkatan penderita DM terjadinya luka gangren, 2. Agar luka gangren
melaksanakan dengan ganggren dan penyebab terjadinya semakin membaik
check up luka gangren dan tidak semakin
kesehatan Di RT Tujuan jangka pendek : 2. Ajarkan kepada penderita parah.
3 RW kelurahan - Penderita DM DM maupun keluarganya
Margo Rukun mengetahui cara
pencegahan terjadinya tentang perawatan luka 3. Agar kadar gula
luka ganggren gangrene darah dapat terkontrol
- Penderita DM 3. Berikan penyuluhan denga baik.
mengerti cara tentang pentingnya check 4. Agar tidak
perawatan luka up gula darah bagi membebankan
ganggren penderita DM penderita DM dan
- Penderita DM 4. Lakukan Check up gula mereka mau untuk
mengetahui penyebab darah gratis pada mengecek kadar gula
terjadinya luka penderita DM darahnya.
ganggren

Tujuan jangka panjang:


Setelah dilakukan asuhan
Keperawatan selama 1
Minggu diharapkans semua
Masyarakat penderita DM
dapat patuh dalam
melaksanakan check up
gula
darah
Resiko 3 peningkatan Masyarakat penderita DM Berikan penyuluhan Jika penderita DM tahu
3. penderita ganggren Di Mengetahui tentang resiko tentang faktor resiko tentang tentang hal tersebut maka
RT 3 RW kelurahan Ketidakpetuhan untuk ketidakpatuhan penderita mereka akan
Margo Rukun melaksanakan check up DM tentang check up gula melaksanakan apa yang
gula darah darah disarankan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penyakit kronis merupakan jenis penyakit degeneratif yang berkembang atau
bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama, yakni lebih dari enam bulan. Orang yang
menderita penyakit kronis cenderung memiliki tingkat kecemasan yang tinggi dan cenderung
mengembangkan perasaan hopelessness dan helplessness karena berbagai macam
pengobatan tidak dapat membantunya sembuh dari penyakit kronis (Sarafino, 2006). Rasa
sakit yang diderita akan mengganggu aktivitasnya sehari-hari, tujuan dalam hidup, dan
kualitas tidurnya (Affleck et al. dalam Sarafino, 2006).

3.2 Saran
Sebagai calon perawat profesional, alangkah lebih baik nya jika dalam
memberikan asuhan keperawatan menggunakan teknik teknik komonikasi secara benar
dan bijaksana sehingga terciptalah generasi generasi penerus yang berkualitas

Daftar Pustaka
- Patricia, P.,A .2005. Buku Ajar Fundamental; Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4 .
Jakarta: ECG
- Jenice, L.H and Kerry, H. (2003). Brunner and Suddarthi textbook of Medical-Surgical
Nursing 13th ed
- Doenges, Marilyn E. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pedokumentasia Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa. (1999), Jakarat: ECG

Anda mungkin juga menyukai