Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

Disusun Oleh :

Nadira Putri Afriyuni

PO.62.20.1.16.028

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES PALANGKA RAYA

JURUSAN D-III KEPERAWATAN

REGULER XIX A

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

Menstruasi, Keputihan dan Masturbasi

A. Pengertian Menstruasi

Menstruasi/haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi

secara berkala dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Pada masnuia hal ini biasanya

terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan monopause.

B. Fisiologi Menstruasi

1. Fase menstruasi

Pada fase ini, endometrium terlepas dari dinding uterus dengan disertai

pendarahan dan lapisan yang masih utuh hanya stratum basale. Rata-rata fase ini

berlangsung selama lima hari (rentang 3-6 hari). Pada awal fase menstruasi kadar

estrogen, progesteron, LH (Lutenizing Hormon) menurun atau pada kadar terendahnya

selama siklus dan kadar FSH (Folikel Stimulating Hormon) baru mulai meningkat.

2. Fase proliferasi

Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung

sejak sekitar hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus haid, misalnya hari ke-10 siklus 24

hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara

lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam

fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari

semula, yang akan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi tergantung pada stimulasi

estrogen yang berasal dari folikel ovarium.


3. Fase sekresi/luteal

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum

periode menstruasi berikutnya.Pada akhir fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang

dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus.Endometrium

menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.

4. Fase iskemi/premenstrual

Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah

ovulasi.Apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi

estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang

cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah ke endometrium fungsional terhenti

dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan perdarahan

menstruasi dimulai.

C. Faktor Yang Mempengaruhi Menstruasi

Menurut Praworohardjo (1999), ada beberapa faktor yang memegang peranan dalam

siklus menstruasi antara lain:

1. Faktor hormon

Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita yaitu:

1. FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang dikeluarkan oleh Hipofise

2. Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium

3. LH (Luteinizing Hormone) dihasilkan oleh Hipofise

4. Progesteron dihasilkan oleh ovarium


1. Faktor Enzim

Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim

hidrolitik dalam endometrium, serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-

asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut berperan dalam pembangunan

endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya. Pada

pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat

mempertinggi permeabilitas pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak

permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih banyak zat-zat makanan mengalir

ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila terjadi

kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar

progesterone, enzim-enzim hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam

metabolisme endometrium yang mengakibatkan regresi endomentrium dan

perdarahan.

2. Faktor vaskuler

Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan

fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-

arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul statis dalam vena serta saluran-

saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan

perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena.
3. Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi

endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium

sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.

D. Siklus Menstruasi

Permulaan sikluas menstruasi ditandai dengan luruhnya lapisan fungsional stratum

endometrium hingga lapisan dasar stratum; periode ini disebut dengan menstruasi atau

haid.Kelenjar hipofisis melepaskan FSH, yang mengawali pertumbuhan folikel di ovarium

dan pelepasan hormon (khususnya estrogen), dari ovarium.Lapisan uterus mulai tumbuh

kemabli.Sekitar pertengahan siklus (hari ke-14), folikel ruptur karena pengaruh LH dari

kelenjar hipofisis.Sekitar periode ini, beberapa wanita dapat mengalami berbagai tingkatan

nyeri abdomen, yang dikenal dengan Mengalami berbagai tingkatan nyeri abdomen, yang

dikenal dengan mittelschmerz dan kondisi ini dapat menandakan berlangsungnya ovulasi dan

aktivitas tuba fallopi. Selain itu, suhu basal tubuh dapat sedikit menurun, yang diikuti dengan

peningkatan stabil hingga akhir siklus. Progesteron dilepaskan dari korpus luteum, yang

selanjutnya membentuk lapisan uterus. Apabila tidak terjadi kehamilan, lapisan uterus

meluruh dari sekitar hari ke-28 siklus menstruasi.perubahan lainnya yang terjadi pada tubuh

meliputi perrubahan payudara dan lebdir serviks. Pada paruh pertama siklus, lendir serviks

kental dan “tidak ramah” bagi sprema (lendir spinnbaskiet). Setelah ovulasi, lendir tersebut

menjadi encer dan lebih sesuai bagi sperma (lendir ferning).


Apabila terjadi fertilisasi ovum, korpus luteum terstimulasi oleh hormon yang

dihasilkan oleh embrio yang tumbuh guna melepaskan hormon yang mempertahankan lapisan

uterus dan memelihara kehamilan, serta menekan ovulasi sampai terbentuk cukup plasenta

untuk mengambil alih fungsi tersebut. Saat proses ini terjadi, korpus luteum berubah menjadi

korpus albikans

E. Gangguan Menstruasi

Gangguan kesehatan atau ketidakseimbangan hormon indung telur

seringmenimbulkan masalah menstruasi (Indarti, 2004).Beberapa gangguan menstruasi

(Aryani, 2010) yaitu:

1. Konseptual Disfungsi Menstruasi

Konsep menstruasi secara umum adalah terjadinya gangguan dari pola perdarahan

menstruasi seperti menorraghia (perdarahan yang banyak dan lama), oligomenorrhea

(menstruasi yang jarang), polymenorrhea (menstruasi yang sering) dan amenorrhea (tidak

haid sama sekali). Disfungsi menstruasi ini berdasarkan fungsi dari ovarium yang

berhubungan dengan anovulasi dan gangguan fase luteal.Disfungsi ovarium tersebut dapat

menyebabkan gangguan pola menstruasi. Lamanya menstruasi dapat dipengaruhi oleh

keadaan dysmenorhea atau gejala lain seperti sindrom premenstruasi. Gangguan perdarahan

menstruasi dapat menimbulkan risiko patologis apabila dihubungkan dengan banyaknya

kehilangan darah, mengganggu aktivitas sehari-hari, adanya indikasi, dan tanda-tanda kanker.
2. Gangguan Lamanya Siklus Menstruasi

Amenorrhea adalah tidak adanya menstruasi dengan kategori amenorrhea primer

jika pada wanita diusia 16 tahun belum mengalami menstruasi, sedangkan amenorrhea

sekunder adalah yang terjadi setelah menstruasi.Secara klinis, kriteria amenorrhea adalah

tidak adanya menstruasi selama enam bulan atau selama tiga kali tidak menstruasi sepanjang

siklus menstruasi sebelumnya.Berdasarkan penelitian, kategori amenorrhea adalah apabila

tidak ada menstruasi dalam rentang waktu 90 hari. Amenorrhea seringterjadi pada wanita

yang sedang menyusui, tergantung frekuensi menyusui dan status nutrisi dari wanita tersebut.

Oligomenorrhea adalah tidak adanya menstruasi untuk jarak interval yang pendek

atau tidak normalnya jarak waktunya yaitu jarak siklus menstruasi 35-90 hari. Polymenorrhea

adalah sering menstruasi yaitu jarak siklus menstruasi yang pendek kurang dari 21 hari.Defek

pada fase luteal adalah tidak adekuatnya sekresi atau kerja dari hormon progesteron sehingga

mengganggu proses siklus menstruasi di endometrium. Defek pada fase luteal ini sering

ditemukan pada wanita yang mengalami infertilitas dan abortus spontan yang berulang.

3. Faktor Resiko

Penelitian mengenal faktor resiko dari variabilitas siklus menstruasi adalah

pengaruh dari berat badan, aktivitas fisik, proses ovulasi, dan adekuatnya fungsi luteal.

1. Berat Badan

Berat badan dan perubahan berat badan mempengaruhi fungsi

menstruasi.Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguanpada

fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan
berat badan.Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/kurus dan anorexia

nervosa yang menyebabkan penurunan berat badanyang berat dapat menimbulkan

amenorrhea.

2. Aktivitas Fisik

Tingkat aktivitas yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi

menstruasi.Atlet wanita seperti pelari, senam balet memiliki resiko untuk

mengalami amenorrhea, anovulasi dan defek pada fase luteal. Aktivitas fisikyang

berat merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH) danaktivitas

gonadotropin sehingga menurunkan level dari serum estrogen.

3. Stress

Stress menyebabkan perubahan sistematik pada tubuh, khususnya sistem

persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan prolaktin atau endogenous opiate

yang dapat mempengaruhi evelasi kortisol basal dan menurunkan hormone lutein

(LH) yang menyebabkan amenorrhea

4. Diet

Diet dapat mempengaruhi fungsi menstruasi.Vegetarian berhubungan dengan

anovulasi, penurunan respons hormone pituitary, fase folikel yangpendek, tidak

normalnya siklus, menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun).Diet rendah lemak

berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode perdarahan.Diet

rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan

amenorrhea.
5. Gangguan Pendarahan

Gangguan Pendarahan terbagi menjadi tiga yaitu pendarahan yang berlebihan

dan pendarahan yang panjang, dan pendarahan yang sering.Dan adanya kondisi

patologi.Abnormal Uterin Bleeding (AUB) adalah suatu keadaan yang

menyebabkan gangguan pendarahan menstruasi. Secara umum terdiri dari: (a)

Menorraghia yaitu kondisi pendarahan yang terjadi regular dalam interval yang

normal, durasi dan aliran darah berlebihan/banyak; (b)Metrorraghia, yaitu kondisi

pendarahan dalam jarak yang tidak teratur, durasi dan aliran darah berlebihan

banyak; (c) Polymenorrhea yaitu kondisi pendarahan dalam interval kurang dari 21

hari. Dysfungsional Uterin Bleeding(DUB) adalah gangguan pendarahan dalam

siklus menstruasi yang tidak berhubungan dengan kondisi patologis.DUB meningkat

selama proses transisi menopouse. Pendarahan yang berlebihan merupakan sebagai

suatu kondisikehilangan darah lebih dari 80 ml per menstruasi.Faktor gangguan

koagulan,endometriosis, fibroid, infeksi uterus, dan ketidakseimbangan

prostaglandin menyebabkan pendarahan yang banyak.Pendarahan yang panjang

didefinisikan sebagai suatu kondisi pendarahan lebih dari 7-8 hari.

6. Dysmenorrhea

Pada saat menstruasi akan mengalami nyeri yang sifat dan tingkat rasanyeri

bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat. Kondisi tersebut dinamakan

dysmenorrhea, yaitu keadaan nyeri yang hebat dan dapat mengganggu aktivitas

sehari-hari.Dysmenorrhea merupakan fenomena simptomatik meliputi nyeri


abdomen, kram, dan sakit punggung.Gejala gastrointestinal seperti mual dan diare

dapat terjadi sebagai gejala dari menstruasi.Dysmenorrhea terbagi atas dua macam:

(a) Nyeri haid primer merupakan timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri,

tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah

menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal, tetapi dapat berlebihan jika

dipengaruhi oleh faktor psikis, fisik, dan seperti stress, syok, penyempitan

pembuluh darah,penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang

menurun.

Gejala tersebut tidak membahayakan kesehatan; (b) Nyeri haid sekunde radalah

ada penyakit atau kelainan yang menetap seperti infeksi rahim, kistaatau polip,

tumor sekitar kandungan, serta kelainan kedudukan rahim yang mengganggu organ

dan jaringan disekitarnya

F. Fungsi Menstruasi

1. Menyeimbangkan hormon. Saat menstruasi terjadi, sering kali timbul jerawat,

atau muncul rasa malas, tapi itu adalah hal yang normal. Setelah menstruasi

selesai, dan hormon sudah seimbang lagi, biasanya wajah akan lebih cerah, lebih

percaya diri, dan bisa lebih aktif kembali.

2. Membersihkan tubuh

Menstruasi itu agak mirip manfaatnya dengan donor darah: membersihkan darah

dan tubuh. Menstuasi itu bisa membersihkan area reproduksi dari berbagai

bakteri, serta mengeluarkan kelebihan zat besi dari dalam tubuh.


3.2.2 Keputihan

A. Pengertian

Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina.Secara normal seorang wanita

mengeluarkan cairan dari vagina yang berasal dari transudat dinding vagina , lendir serviks,

dan kelenjar bartholini dan skene.

B. Klasifikasi Keputihan

Ada dua jenis keputihan yaitu :

1. Keputihan Normal (Patologis)

Keputihan normal ciri-cirinya ialah : warnanya bening, kadang-kadang putih,

kental, tidak berbau, tanpa disertai keluhan (misalnya gatal, nyeri, dan rasa

terbakar), keluar pada saat menjelang dan sesudah menstruasi atau pada saat

stress dan kelelahan.

2. Keputihan Tidak Normal (Fisiologis).

Keputihan yang tidak normal ialah keputihan dengan ciri-ciri : jumlahnya

banyak, timbul terus-menerus, warnanya berubah ( misalnya kuning, hijau,

abuabu, menyerupai susu/yogurt) disertai adanya keluhan (seperti gatal, panas,

nyeri, serta berbau).

Wanita yang tidak bisa membedakan keputihan normal dan keputihan yang

tidak normal tidak akan tahu dirinya mengidap penyakit atau tidak . wanita yang

beranggapan keputihan fisiologis adalah keputihan patologis akan membuat wanita


tersebut merasa tidak nyaman dan merasa cemas dirinya menderita suatu penyakit

kelamin, an jika wanita beranggapan keputihan patologis akan membuat wanita

tersebut mengabaikan keputihan yang dideritanya sehingga penyakit yang diderita

bisa semakin parah yaitu terjadinya infeksi dari bakteri, virus, jamur, atau juga

parasit yang bisa menyebabkan terjadinya kasus infeksi menular seksual.

C. Mimpi basah

Mimpi basah atau emisi nokturnal (bahasa Inggris: nocturnal orgasm) adalah

pengeluaran cairan semen di saat tidur yang hanya dialami oleh laki-laki. Mimpi basah sering

dialami oleh remaja laki-laki yang sebagai menjadi tanda bahwa ia telah memasuki masa

pubertas. Hal ini bisa dipicu mimpi yang erotis maupun tidak, tergantung dari yang

mengalami mimpi itu sendiri (khususnya bila ia seorang pria dewasa). Pengeluaran ini dapat

terjadi tanpa disertai ereksi atau ejakulasi. Semakin bertambahnya umur maka mimpi basah

ini semakin jarang dialami.

D. Masturbasi/Onani

Masturbasi adalah suatu kegiatan seksual yang sengaja dilakukan yang disengaja

dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh kepuasan seksualnya dengan cara merangsang

daerah vitalnya. Masturbasi merupakan suatu kebutuhan seksualitas yang alami dan tidak

berbahaya bagi yang melakunnya , dan merupakan cara yang baik untuk mendapatkan
kenikmatan seksual tanpa harus berhubungan badan. Permasalahan yang sering terjadi yaitu

kurangnya pengawasan orang tua terhadap anaknya sehingga remaja yang kurang

pengawasan tersebut bertindak semau mereka salah satunya melakukan masturbasi.

2.4 Pemeliharaan Organ Reproduksi

2.4.1 Pemeliharaan Organ Reproduksi Pada Remaja Perempuan

1. Pembersihan Vagina

Membersihkan vagina dengan cara membasuh bagian di antara vulva (bibir vagina)

secara hati-hati menggunakan air bersih dan sabun yang lembut (mild) setiap habis buang air

kecil, buang air besar ataupun ketika mandi. Apabila anda alergi dengan sabun yang lembut,

anda bisa membasuhnya dengan air hangat.

Cara membasuh vagina yang benar adalah dari arah depan ke belakang , dan jangan

terbalik karena akan menyebabkan bakteri yang ada di sekitar anus terbawa masuk ke vagina.

Gunakanlah air bersih, lebih baik lagi air hangat, tetapi jangan terlalu panas karena bisa

menyebabkan kulit yang sensitif di daerah vagina melepuh dan lecet.Setelah itu, sebelum

memakai celana lagi, keringkan erlebih dahulu dengan menggunakan handuk atau tisu yang

tidak berparfum.
2. Mengganti celana dalam secara teratur

Celana dalam adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam menjaga kebersihan

daerah kewanitaan.Oleh karena itu sangat dianjurkan bagi kaum wanita untuk mengganti

celana dalam 2x sehari di saat mandi.Apalagi, jika anda termasuk wanita yang aktif dan

mudah berkeringat.

Pada saat menstruasi gunakan pembalut dengan bahan yang lembut sehingga dapat

menyerap dengan baik dan tidak mengandung bahan yang bis membuat alergi ( misalnya

parfum atau gel). Pembalut perlu diganti sekitar 4-5 kali dalam sehari untuk menghindari

pertumbuhan bakteri yang berkembang biak pada pembalut.

3. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina

Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina penting untuk dilakukan agar mencegah

masuknya kuman masuk ke dalam vagina.

4. Memilih celana dalam

Selalu gunakan celana dalam yang bersih dan terbuat dari bahan katun. Bahan lain,

seperti nylon dan polyester akan emmbuat gerah dan panas sehingga vagina menjadi lembab

sehingga memberikan kesempatan bagi bakteri dan jamur untuk berkembang biak.

5. Handuk/washlap

Hindari juga menggunakan handuk atau washlap milik orang lain untuk

mengeringkan vagina anda.

6. Mencukur rambut kemaluan


Bagi wanita dianjurkan untuk mencukur sebagian dari rambut kemaluan untuk

menghindari kelembaban yang berlebihan di daerah vagina.

Selain melakukan perawatan daerah kewanitaan, pemeriksaan rutin oleh dokter juga

perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan secara menyeluruh dan agar dokter mengetahui jika

terdapat gangguan sehingga dapat segera ditangani.

2.4.2 Pemeliharaan Organ Reproduksi Pada Remaja Pria

Untuk mencegah penyakit pada organ kelamin, berikut adalah beberapa tips untuk

memelihara organ reproduksi pada pria :

1. Membersihkan organ kelamin secara teratur

Bersihkan organ kelamin setiap hari dengan menggunakan air bersih.Untuk para

pria, terutama yang tidak disunat, sebaiknya bersihkan bagian dalam penutup kepala

penis.Hal ini karena kotoran yang terdapat di dalam (smegma) dapat memicu terjadinya

kanker.Oleh karena itu, penis harus dibersihkan setiap hari.

Sebaliknya untuk pria yang telah disunat, pastikan penutup kepala penis telah

terbuka secara sempurna.Jika masih menempel maka itu sangat beresiko menimbulkan

penyakit.

2. Mencukur rambut kemaluan

Usahakan mencukur pendek rambut kemaluan secara berkala.Jangan biarkan

rambut kemaluan tetap panjang karena bisa menjadi tempat tumbuhnya bakteri.Akn tetapi,

jangan mencukur habis rambut kemaluan.Sebab, sebenarnya rambut kemaluan juga memiliki

bakteri flora normal yang berguna menjaga kebersihan alat kelamin.


3. Gantilah celana dalam minimal dua kali sehari

Sebagaimana halnya wanita, celana dalam pria hendaknya diganti minimal dua

kali sehari.Hal ini karena celana dalam sangat riskan untuk tumbuh kembangnya bakteri yang

merugikan apabila dalm kondisi kotor ataupun lembab akibat keringat.Oleh karena itu,

mengganti celana dalam secara teratur (minimal dua kali sehari) dapat mencegah

berkembangnya bakteri.

4. Hindari sinar elektromagnetik

Hindarkan organ kelamin dari paparan cairan berbahaya ataupun gelombang

elektromagnet kuat, seperti sinar x. Khusus untuk pria, usahakan menghindari penggunaan

celana ketat ataupun menempelkan sesuatu yang hangat/panas, misalnya laptop ai atas paha

ataupun pada kelamin, karena hal ini akan berpengaruh pada sistem reproduksi sel-sel

kelamin yang bisa mengakibatkan kemandulan.

2.5 Seksualitas Remaja

2.5.1 Pengertian seksualitas

Seks berarti jenis kelamin. Segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin

disebut dengan seksualitas. Menurut Masters, Johnson, dan Kolodny (1992), seksualitas

menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, diantaranya adalah dimensi biologis,

psikologis, social, dan kultural.

A. Dimensi Biologis

Berdasarkan perspektif biologis (fisik), seksualitas berkaitan dengan anatomi dan

fungsional alat reproduksi atau alat kelamin manusia, serta dampaknya bagi kehidupan fisik
atau biologis manusia. Termasuk di dalamnya menjaga kesehatannya dari gangguan seperti

penyakit menular seksual, infeksi saluran reproduksi (ISR), bagaimana memfungsikan

seksualitas sebagai alat reproduksi sekaligus alat rekreasi secara optimal, serta dinamika

munculnya dorongan seksual secara biologis.

B. Dimensi Psikologi

Berdasarkan dimensi ini, seksualitas berhubungan erat dengan bagaimana manusia

menjalani fungsi seksual sesuai dengan identitas jenis kelaminnya, dan bagaimana dinamika

aspek psikologis (kognisi, emosi, motivasi, perilaku) terhadap seksualitas itu sendiri, serta

bagaimana dampak psikologis dari keberfungsian seksualitas dalam kehidupan manusia.

Misalnya bagaimana seseorang berperilaku sebagai seorang laki-laki atau perempuan,

bagaimana seseorang mendapatkan kepuasan psikologis dari perilaku yang dihubungkan

dengan identitas peran jenis kelamin, serta bagaimana perilaku seksualnya dan motif yang

melatarbelakanginya.

C. Dimensi Sosial

Dimensi sosial melihat bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antarmanusia,

bagaimana seseorang beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan tuntutan peran dari

lingkungan sosial, serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas dalam kehidupan

manusia.

D. Dimensi Kultural dan Moral

Dimensi ini menunjukkan bagaimana nilai-nilai budaya dan moral mempunyai

penilaian terhadap seksualitas yang berbeda dengan negara barat. Seksualitas di negara-
negara barat pada umumnya menjadi salah satu aspek kehidupan yang terbuka dan menjadi

hak asasi manusia. Berbeda halnya dengan moralitas agama, misalnya menganggap bahwa

seksualitas sepenuhnya adalah hak Tuhan sehingga penggunaan dan pemanfaatannya harus

dilandasi dengan norma-norma agama yang sudah mengatur kehidupan seksualitas manusia

secara lengkap.

1. Sensualitas.

Adalah kenikmatan yang merupakan bentuk interaksi antara pikiran dan tubuh.

Umumnya sensualitas melibatkan pancaindra (aroma, rasa, penglihatan,

pendengaran, sentuhan) dan otak (organ yang paling kuat terkait dalam seks

dalam fungsi fantasi, antisipasi, memori, atau pengalaman).

2. Intimacy

Ikatan emosional atau kedekatan dalam relasi interpersonal. Biasanya

mengandung unsur-unsur kepercayaan, keterbukaan diri, kelekatan dengan

orang lain, kehangatan, kedekatan fisik, dan saling menghargai.

3. Identitas.

Peran jenis kelamin yang mengandung pesan-pesan gender perempuan dan laki-

laki dan mitos-mitos (feminimitas dan maskulinitas), serta orientasi seksual. Hal

ini juga menyangkut bagaimana seseorang menghayati peran jenis kelamin

sesuai dengan peran jenis kelaminnya.

4. Lingkaran Kehidupan (lifecycle).


Aspek biologis dari seksualitas yang terkait dengan anatomi dan fisiologis organ

seksual.

5. Eksploitasi (exploitation).

Unsur control dan manipulasi terhadap seksualitas, seperti: kekerasan seksual,

pornografi, pemerkosaan, dan pelecehan seksual.Sementara itu, menurut

Hidayat (1997), ruang lingkup seksualitas terbagi atas hal-hal berikut.

2.5.2 Ruang Lingkup Seksualitas

A. Seksual Biologis

Komponen yang mengandung beberapa ciri dasar seks yang terlihat pada individu

yang bersangkutan (kromosom, hormone, serta ciri seks primer dan sekunder). Ciri seks

primer timbul sejak lahir, yaitu alat kelamin luar (genitalia eksterna) dan alat kelamin dalam

(genitalia interna) . ciri seks sekunder timbul saat seseorang meningkat dewasa, misalnya

timbul bulu-bulu badan di tempat tertentu (ketiak, dada): berkembangnya payudara

perempuan, dan perubahan suara laki-laki.

B. Identitas Seksual.

Identitas Seksual adalah konsep diri pada individu yang menyatakan dirinya laki-

laki atau perempuan. Identitas seksual dalam bentuknya banyak dipengaruhi oleh lingkungan

dan tokoh yang sangat penting (orang tua).

C. Identitas Gender.
Identitas Gender adalah penghayatan perasaan laki-lakian atau keperempuanan yang

dinyatakan dalam bentuk perilaku sebagai laki-laki atau perempuan dalam lingkungan

budayanya. Identitas budaya merupakan interaksi antara factor fisik dan psikoseksual.

Interaksi yang harmonis diantara kedua factor ini akan menunjang perkembangan norma

seorang perempuan atau laki-laki.

D. Perilaku Seksual.

Perilaku seksual yaitu orientasi seksual dari seorang individu yang merupakan

interaksi antara kedua unsur yang sulit dipisahkan, yaitu tingkah laku seksual dan tingkah

laku gender. Tingkah laku seksual didasari oleh dorongan seksual untuk mencari dan

memperoleh kepuasan seksual, yaitu orgasmus. Tingkah laku gender adalah tingkah laku

dengan konotasi maskulin atau feminim diluar tingkah laku seksual. Perilaku seksual itu

mulai tampak setelah anak menjadi remaja.

2.5.3 Tujuan seksualitas

A. Tujuan umum :Meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia.

B. Tujuan khusus :

1. Prokreasi (menciptakan atau meneruskan keturunan).

2. Rekreasi (memperoleh kenikmatan biologis/seksual).

2.5.4 Dimensi pribadi yang terkait dengan seksualitas

Berikut adalah tiga elemen dimensi pribadi yang terkait dengan seksualitas

1. Harga diri
Adalah konsep individu tentang dirinya yang menggambarkan pemaknaan

tentang diri serta seberapa jauh kepuasan yang didapatkannya dari gambaran tentang

diri tersebut.Sangat memengaruhi tingkah laku seseorang.

2. Kemampuan berkomunikasi

Yaitu cara remaja mengekspresikan perasaan, keinginan, dan pendapatnya

tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan seksualitasnya. Bila remaja

mampu mengomunikasikannya dengan baik, maka akan mempermudah dirinya

dalam menanggulangi permasalahan seksualitas yang dialami.

3. Kemampuan mengambil keputusan

Sepanjang kehidupan, banyak keputusan mengenai seksualitas yang harus

diambil, misalnya: perilaku seksual yang dipilih, memilih pasangan hidup, dan

perencanaan kehamilan.

2.5.5 Sikap Positif Terhadap Seksualitas

Tingkah laku yang menunjukan sikap positif terhadap seksualitas adalah sebagai

berikut :

1. Menempatkan seks sesuai dengan fungsi dan tujuan

2. Tidak menganggap seks itu jijik, tabu dan jorok

3. Tidak menjadikan candaan dan bahan obrolan murahan

4. Mengikuti norma atau aturan dalam menggunakannya


5. Membicarakan seks dalam konteks ilmiah atau belajar untuk memahami diri dan

orang lain, serta pemanfaatkan secara baik dan benar sesuai dengan fungsi dan

tujuan sakralnya.

2.5.6 Perkembangan Seksualitas Remaja

Sejak masa remaja, pada diri seorang anak terlihat adanya perubahan-perubahn pada

bentuk tubuh yang di sertai dengan perubahan struktur dan fungsi.pematangan kelenjar

pituitari berpengaruh pada proses pertumbuhan tubuh sehingga remaja mendapatkan ciri-

cirinya sebagai perempuan dewasa atau laki-laki dewasa.

Masa remaja diawali oleh masa pubertas, yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan

fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi

fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan tubuh ini di sertai dengan

perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual primer

dan karakteristik seksual sekunder.

Karakteristik seksual primer mencakup perkembangan organ-organ

reproduksi,sedangkan karakteristik seksual sekunder mencakup perubahan dalam bentuk

tubuh sesuai dengan jenis kelamin, misalnya: pada remaja putri di tandai dengan

pembesaran buah dada dan pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami pembesaran

suara, tumbuh bulu dada, kaki, serta kumis.

Karakteristik seksual sekunder ini tidak berhubungan lansung dengan fungsi reproduksi,

tetapi perannya dalam kehidupan seksual tidak kalah pentingnya karena berhubungan

dengan sex appeal (daya tarik seksual).


Kematangan seksual pada remaja ini menyebabkan munculnya minat seksual dan

keingintahuan remaja tentang seksual.

A. Minat Dalam Permasalahan Yang Menyangkut Kehidupan Seksual

Remaja mulai ingin tahu tentang kehidupan seksual manusia. Intuk itu, mereka

mencari informasi mengenai seks, baik melalui buku, flim, atau gambar-gambar lain

yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Hal ini dilakukan remaj karena kurang

terjadinya komunikasi yang bersikap dialogis antara remaja dengan orang dewasa,

baik orang tuan maupun guru, mengenai masalah seksual, dimna kebnyakan

masyarakat masih menganggap tabu untuk membicarakan masalah seksual dalam

kehidupan sehari-hari.

B. Keterlibatan Aspek Emosi dan Sosial

Pada saat berkencanperubahan fisik dan fungsu fisiologis pada remaja,

menyebabkan daya tarik terhadap lawan jenis yang merupakan akibat timbulnya

dorongan-dorongan seksual. Misalnya, pada anak laki-laki dorongan yang ada dalam

dirinya terrealisasi dengan aktifitas mendekati teman perempuaannya, hingga terjalin

hubungan. Dalam berkencan, biasanya para remaja melibatkan aspek emosi yang di

ekspresikan dengan berbagai cara, seperti bergandengan tangan, berciuman,

memberikan tanda mata, bunga, kepercayaan, dan sebagainya.

C. Minat Dalam Keintiman Secara Fisik


Dengan adanya dorongan-dorongan seksual dan rasa ketertarikan terhadap lawan

jenis kelaminya, perilaku remaja mulai di arahkan untuk menarik perhatian lawan

jenis kelaminya. Dalam rangka mencari pengetahuan mengenai seks ada remaja yang

melakukannya secara terbuka bahkan mulai mencoba mengadakan eksperimen dalam

kehidupan seksual. Misalnya dalam berpacaran, mereka mengekspresikan

perasaannya dalam bentuk-bentuk perilaku yang menuntut keintiman secara fisik

dengan pasangannya, seperti berciuman, bercumbu, dan lain-lain.perkembangan

minat seksual ini menyebabkan masa remaja disebut juga dengan masa keaktifan

seksual tinggi yang merupakan masa ketika masalah seksual dan lawan jenis menjadi

bahan pembicaraan yang menarik dan di penuhi dengan rasa ingin tahu tentang

masalah seksual.

2.5.7 Tugas Perkembangan Seksualitas Remaja

A. Orientasi seksual

Orientasi seksual atau kecenderungan seksual adalah pola ketertarikan

seksualemosional, romantis, dan/atau seksual terhadap laki-laki, perempuan, keduanya, tak

satupun, atau jenis kelamin lain. American Psychological Association menyebutkan bahwa

istilah ini juga merujuk pada perasaan seseorang terhadap "identitas pribadi dan sosial

berdasarkan ketertarikan itu, perilaku pengungkapannya, dan keanggotaan pada komunitas

yang sama."

Heteroseksual rasa tertarik terhadap lawan jenis timbul dan sejalan dengan

berkembangnya minat terhadap aktivitas yang berhubungan dengan seks. Keadaan ini
ditandai oleh rasa ingin tahu yang kuat dan kehausan akan informasi yang selanjutnya dapat

berkembang kea rah tingkah laku seksual yang sesungguhnya.

B. Peran seks

Peran seks adalah menerima dan mengembangkan peran serta kemampuan tertentu

selaras dengan jenis kelaminnya, Bagi remaja laki-laki hal itu mungkin tidak terlalu menjadi

masalah.Namun, bagi remaja perempuan bermacam revolusi dan perubahan pandangan atau

nilai terhadap peran perempuan yang berlangsung terus menerus sampai saat ini dapat

menimbulkan masalah tertentu. Perubahan-perubahan nilai dan norma tentang seks yang

terjadi saat ini dapat menimbulkan berbagai persoalan bagi remaja (pelacuran, penyakit

kelamin menular, penyimpangan seksual, kehamilan diluar nikah, dan sebagainya).

2.5.8 Perilaku Seksual Remaja

A. Pengertian

Seksualits merupakan bagian dari kehidupan manusia, baik pria maupun

perempuan. Seperti tubuh dan jiwa yang berkembang, seksualitas juga berkembang sejak

masa anak-anak, remaja, sampai dewasa. Seksualitas diekspresikan dalam bentuk perilaku

seksual, yang di dalamnya tercakup fungsi seksual.

B. Cara yang biasa di lakukan orang untuk menyalurkan dorongan seksual

Setiap manusia normal mempunyai dan merasakan adanya dorongan seksual atau

yang lebih populer di sebut sebagai gairah seksual. Dorongan seksual adalah suatu bentuk

keinginan yang bersifat erotik yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas seksual
sampai kepada hubungan seksual.

Dorongan seksual di pengaruhi oleh beberapa faktor, seperti :

1. Hormon seks, khususnya testosteron. Peranan hormon ini mulai aktif pada masa

remaja.

2. Rangsangan seksual yang di terima

3. Keadaan kesehatan tubuh secara umum

4. Faktor psikososial

5. Pengalaman seksual sebelumnya

Faktor yang mempengaruhi perilaku seksual

1. Dorongan seksual

2. Keadaan kesehatan tubuh

3. Psikis

4. Pengetahuan seksual

5. Pengalaman seksual sebelumnya

2.6 Penyimpangan Perilaku Seksual

A. Pengertian

Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk

mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan

oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya

kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari

lingkungan pergaulan, dan faktor genetik.


B. Jenis-Jenis Gangguan Seksual

1. Gangguan Identitas Diri : Transeksualisme

Transeksualisme adalah suatu kelainan identitas jenis kelamin yang nyata.

Gangguan itu adalah keinginan untuk memiliki jenis kelamin yang berlawanan dengan

kenyataan (wanita ingin menjadi pria, pria ingin menjadi wanita); atau keyakinan bahwa

seseorang telah masuk ke dalam sebuah tubuh dengan jenis kelamin yang salah. Minat

seksual kaum transeksual ini biasanya adalah yang sejenis kelamin (homoseksual, walaupun

mereka tidak mau disebut sebagai homoseks), tetapi juga yang melaporkan pernah

mengalami hubungan heteroseksual dan beberapa di antara mereka dilaporkan aseksual (tidak

berminat pada seks).

2. Gangguan identitas jenis masa kanak-kanak

Walaupun transeksualisme biasanya mulai timbul sejak masa kanak-kanak, akan

tetapi ada gangguan jenis yang hanya terjadi pada masa kanak-kanak saja.

3. Gangguan identitas jenis tidak khas

Yaitu tidak sepenuhnya menunjukkan tanda-tanda transeksualisme, akan tetapi ada

perasaan-perasaan tertentu yang menolak struktur anatomi dirinya seperti merasa tidak

mempunyai vagina atau vagina yang akan tumbuh menjadi penis (pada wanita), atau merasa

tidak punya penis atau jijik pada penisnya sendiri (pada pria).

4. Parafilia (Devisiasi seksual)


Adalah gangguan seksual karena pada penderita seringkali menghayalkan

perbuatan seksual yang tidak lazim, sehingga khayalan tersebut menjadi kekuatan yang

mendorong penderita untuk mencoba dan melakukan aktivitas yang dikhayalkannya.

5. Disfungsi Psikoseksual

Adanya hambatan pada selera/minat seksual atau terdapat hambatan pada

perubahan psikofisiologik, yang biasanya terjadi pada orang yang sedang bergairah seksual.

Misalnya hambatan selera seksual, hambatan gairah seks (Impoten, dan firgiditas), hambatan

orgasme, ejakulasi prematur, dispareunia fungsional, vaginismus fungsional.

6. Homoseksual

Terminologi/definisi homoseksual tidak hanya diberlakukan buat pria, sebenarnya

wanita yang hanya sharing terhadap sesamanya juga termasuk dalam kategori homoseksual,

tetapi di masyarakat umum istilah lesbianisme lebih dikenal untuk wanita yang suka sama

wanita. Padahal arti homo sendiri berarti sama, sejenis, atau golongan. Berarti

homoseksualadalah orang yang merasakan atau hanya tertarik dengan jenis kelamin yang

sama, kalau cewek seneng sama cewek, terus cowok seneng sama cowok juga. Lesbianisme

dalam batas-batas tertentu di anggap sebagai deviasi seksual, misalnya yang dilakukan di

asrama-asrama putri atau rumah penjara, karena keadaan yang mendorong pelaku-pelakunya

untuk berbuat demikia. Dalam keadaan normal mereka tidak melakukannya lagi. Dan mereka

dapat dimasukkan ke dalam golongan lesbian pasif dan dapat terkait dalam pernikahan.

Namun demikian, banyak di antara mereka yang menunjukkan sikap dingin (frigid) dalam
hubungan heteroseksual (permpuan-lelaki). Lesbian yang aktif tidak akan menikah, akan

tetapi hanya pasangan yang sejenis kelaminnya saja.


DAFTAR PUSTAKA

Kusmiran, Eni.2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Wanita. Jakarta : Salemba Medika

Suseno,Tutu A.dkk.2011. Kamus Kebidanan.Yogyakarta : Citra Pustaka

Holmes,Debbie.2012.Buku Ajar Ilmu Kebidanan.Jakarta : EGC

Aizid, Rizem.2012. Mengatasi Infertilitas (Kemandulan) Sejak Dini. Yogyakarta : 2012

Wulandari, Diah.2009. Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta :

Nuha Medika

Priyanto, Agus.2009. Komunikasi dan Konseling Aplikasi dalam Sarana Pelayanan

Kesehatan Untuk Perawat dan Bidan. Jakarta : Salemba Medika

Widyastuti, Yani.2010. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya

Lubis, Namora Lumongga.2013. Psikologi Reproduksi Wanita & Perkembangan

Reproduksinya ditinjau dari Aspek Fisik dan Psikologi.Jakarta : Kencana Prenada

Media Group

Saifuddin,Abdul Bari.2009.Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial.Jakarta :

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Tresnawati, Frisca. 2013. Asuhan Kebidanan Panduan Lengkap Menjadi Bidan

Profesional.Jakarta : Prestasi Pelajar Publisher

Anda mungkin juga menyukai