Anda di halaman 1dari 26

TINJAUAN PUSTAKA

ASPEK KLINIS DAN PENATALAKSANAAN


RADIKULOPATI SERVIKALIS

Oleh :
dr. IA Sri Wijayanti, M.Biomed, Sp. S
Putu Ayu Utami Prajawaty (1202006011)
Cindy Anwar (1202006083)

BAGIAN/SMF NEUROLOGI
FK UNUD/RSUP SANGLAH
DENPASAR
2016
BAB 1
PENDAHULUAN

Radikulopati servikalis adalah disfungsi akar saraf tulang belakang leher.


Saraf akar servikal 6 (20%) dan servikal 7 (60%) adalah paling sering terkena.
Pada populasi yang lebih muda, radikulopati servikal adalah hasil dari herniasi
atau cedera akut. Pada pasien yang lebih tua, radikulopati servikalis sering
merupakan akibat dari penyempitan foraminal dari formasi osteofit, penurunan
ketinggian diskus, perubahan degeneratif sendi vertebra anterior dan posterior
sendi facet. Faktor yang terkait dengan peningkatan risiko termasuk pekerjaan
berat seperti mengangkat barang yang lebih dari 25 kg, merokok, dan mengemudi
atau mengoperasikan peralatan bergetar1,2,3.
Ciri khas radikulopati servikalis adalah rasa nyeri radikuler pada leher dan
bahu yang menyebar ke lengan, yang akan bertambah pada perubahan posisi leher
dan dapat diikuti terbatasnya gerakan leher serta rasa sakit pada penekanan tulang
dan kadang-kadang disertai parestesi pada lengan . Namun seringkali pula gejala
nyeri radikuler tersebut tidak terlokalisasi baik sesuai dermatomal. Hal ini
dikarenakan adanya tumpang tindih daerah persarafan 1,2,3.
Menurut data kejadian di Amerika, radikulopati servikalis terjadi pada
frekuensi yang lebih rendah daripada radikulopati lumbar. Kejadian tahunan
adalah sekitar 85 kasus per 100.000 penduduk 1,4.

ii
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Radikulopati servikalis didefinisikan sebagai suatu sindrom nyeri dan atau
defisit sensorimotor yang disebabkan oleh kompresi dari satu atau lebih akar saraf
servikal yang kemudian mengakibatkan disfungsi akar saraf pada servikal. Akar
saraf pada C6 dan C7 merupakan akar saraf yang paling sering terkena 1,5.
Kompresi ini secara tipikal menyebabkan nyeri (menjalar ke arah pundak)
dan rasa tebal ( menjalar dari lengan ke tangan), defisit sensorik, atau disfungsi
motorik pada leher dan ektremitas atas. Beberapa manifestasi klinis lain yang
mungkin muncul adalah kesemutan pada ekstremitas atas dan nyeri seperti
tersengat listrik. Radikulopati servikalis merupakan masalah yang terjadi ketika
saraf pada leher teriritasi ketika keluar dari kanal tulang belakang. Kompresi pada
saraf di leher ini dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab. Namun
biasanya terjadi ketika akar saraf terjepit oleh herniasi diskus dan terdapat
penonjolan tulang baru yang abnormal pada daerah leher (servikal) 2,3,4,5.
Pasien dengan radikulopati servikalis lebih sering datang dengan keluhan
nyeri pada leher, parestesia, dan nyeri radikuler. Gejala sensoris muncul sesuai
dengan dermatom, dan nyeri yang dirasakan lebih sering bersifat myotomal. Bila
terdapat nyeri dermatom, nyeri lebih sering muncul pada C4 (60%), C7 (34,2%),
dan C6 (35%). Nyeri pada skapula ditemukan pada 51,6 % kasus. Dari hasil
peeriksaan fisik yang dilakukan, kelemahan dari ektremitas atas hanya ditemukan
pada 15% kasus. Penurunan sensibilitas ditemukan pada 1/3 kasus. Kejadian
bilateral radikulopati dilaporkan hanya 5-36% dari total kasus 5.
Secara singkat, radikulopati servikalis dapat didefinisikan sebagai sindrom
dengan manifestasi klinis nyeri leher dengan nyeri yang menjalar di ekstremitas
atas, kelemahan atau mati rasa 2,6.

2.2 Epidemiologi
Angka kejadian radikulopati servikalis lebih rendah bila dibandingkan
dengan radikulopati lumbalis. Sebuah survei epidemiologi menunjukkan angka

iii
kejadian radikulopati servikalis per tahunnya adalah 83 kasus per 100.000 orang.
Populasi yang dilaporkan memiliki rentang usia 13 sampai dengan 91 tahun
(Lebih banyak ditemukan pada dekade ke 5 dan ke 6), dan angka kejadian pada
laki-laki dilaporkan sedikit lebih tinggi bila dibandingkan dengan perempuan.
Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Jason Davis Uebanks, dari total populasi
penderita radikulopati servikalis yang digunakan dalam penelitiannya, 14,8%
disebabkan karena trauma, dan 21,9% diantaranya disebabkan oleh protrusi diskus
yang hanya terlihat dari gambaran pemeriksaan penunjang, dan 70% sisanya
disebabkan oleh spondilosis dan protrusi diskus 1,4,5.

2.3 Etiologi
Penyebab dari radikulopati bervariasi. Semua penyebab dari radikulopati
servikal ini menyebabkan kompresi dan gangguan dari keluarnya akar saraf
servikal. Radikulopati servikal lebih sering terjadi karena 3,4 :
a. Perubahan degeneratif yang terjadi pada tulang belakang seirin bertambah
usia.
Radikulopati servikal biasanya terjadi seiring dengan
bertambahnya usia seperti artritis. Pada pasien usia tua, radikulopati
servikal lebih sering terjadi karena penyempitan foramen karena
pembentukan osteofit, berkurangnya ketinggian diskus, perubahan
degeneratif 1,3.
b. Cedera yang menyebabkan herniasi atau penonjolan diskus intervertebral.
Pada populasi muda, radikulopati servikal yang terjadi merupakan
akibat dari herniasi diskus intervertebralis (cedera akut). Herniasi diskus
lebih sering terjadi pada dewasa usia pertengahan. Hal ini terjadi ketika
terlalu besarnya gaya atau kekutan yang mendesak diskus intervertebralis
yang sehat. Mekanisme herniasi diskus di servikal pada dasarnya sama
seperti pada bagian lumbal. Namun insidensinya 15 kali lebih jarang
dibandingkan herniasi di daerah lumbal 1,2,7.

iv
2.4 Patofisiologi

Ketika akar saraf keluar dari tulang belakang dan servikal, akar saraf
menjalar ke lengan. Selama perjalanan, setiap saraf mensuplai sensasi terhadap
bagian kulit dari bahu dan lengan. Saraf ini juga mensuplai signal listrik terhadap
beberapa otot untuk menggerakan lengan atau tangan. Ketika sebuah saraf
terganggu atau terjepit baik karena penonjolan tulang abnormal atau tertekan oleh
bagian dari diskus intervertebralis, hal ini menimbulkan masalah (penekanan dan
iritasi) pada saraf sehingga saraf tidak dapat bekerja dengan baik. Hal ini
kemudian menyebabkan kelemahan pada otot yang dipersarafi, rasa tebal pada
kulit dan nyeri pada daerah tersebut. Pada leher, kondisi ini disebut sebagai
radikulopati servikal. Kombinasi faktor seperti mediator inflamasi (substansi P),
perubahan respon vaskular, dan edema intra-neural sebagai respon dari penekanan
saraf berkontribusi terhadap timbulnya nyeri radikuler 2,4,8.

Gambar 2.1 Patofisiologi radikulopati servikalis


Sumber : Rachael Lowe, 2012

2.4.1 Herniasi Diskus


Herniasi diskus terjadi ketika nukleus pulposus yang memiliki
konsistensi seperti jelly mendorong cincin terluarnya (annulus fibrosus).
v
Diskus berespon terhadap tekanan sebagai absorber. Meningkatnya
tekanan pada diskus dapat menyebabkan diskus menonjol ke kanal spinalis
dan akar-akar saraf 2,3.
Jika diskus mengalami cedera, nukleus dapat keluar. Cedera
terhadap diskus dapat terjadi ketika pergerakan leher memberikan tekanan
berlebih terhadap diskus. Pada cedera ini, robekkan yang parah dari
annulus menyebabkan keluarnya nukleus pulposus keluar dari bagian
tengah diskus. Annulus dapat robek atau ruptur dimanapun di sekitar
diskus. Jika annulus robek pada sisi dekat dengan kanal spinalis. Ketika
herniasi diskus menonjol keluar ke kanal spinalis, penonjolan ini
memberikan penekanan terhadap akar saraf yang sensitif, menyebabkan
nyeri, rasa tebal, dan kelemahan pada area yang dipersarafi. Beberapa
studi juga menemukan terdapat beberapa zat kimia yang keluar ketika
rupturnya diskus yang kemudian mengiritasi akar saraf, hal ini yang juga
menimbulkan beberapa gejala dari herniasi diskus, terutama nyeri 2,3.

Gambar 2.2 Herniasi diskus


Sumber : David Kramer, 2013

2.4.2 Degenerasi dan “Bone Spur”


Perubahan degeneratif dari diskus lebih sering disebut sebagai
artritis atau spondilosis. Perubahan ini merupakan hal normal dan terjadi
pada semua orang. Pada usia pertengahan dan orang tua, penyakit
degeneratif terhadap diskus dapat menyebabkan penonjolan tulang di
sekitar akar saraf (bone spur). Seiring dengan usia diskus, ketinggian
diskus semakin menurun dan mulai untuk menonjol. Selain itu komponen
air pada diskus juga semakin berkurang, diskus mulai mengering dan
vi
menjadi kaku. Hal ini menyebabkan kolapsnya celah diskus dan
ketinggian diskus juga berkurang 2,3.
Dengan diskus yang ketinggiannya semakin berkurang, tulang
belakang semakin berdekatan satu sama lain. Tubuh berespon terhadap
kolapsnya diskus denngan membentuk tulang baru yang disebut sebagai
bone spur (penonjolan tulang baru yang abnormal) di sekitar diskus untuk
memperkuat diskus. Penonjolan tulang ini biasanya terjadi di sisi dalam
dari foramen (lubang pada servikal dimana akar saraf keluar dari tulang
belakang dan menjalar ke lengan). Terbentuknya tulang ini kemudian
menyebabkan kekakuan dari tulang belakang. Selain itu, hal ini juga dapat
menyebabkan semakin sempitnya foramen, semakin kecilnya lubang
keluarnya akar saraf pada kolom tulang belakang dan akhirnya
menyebababkan iritasi serta menjepit saraf yang keluar tersebut. Hal ini
menyebabkan gejala yang sama seperti pada herniasi diskus. Iritasi yang
terjadi menyebabkan nyeri menjalar ke arah bawah dari lengan, rasa tebal
yang terjadi di area dimana akar saraf yang teriritasi menyediakan sensai,
serta kelemahan dari otot yang disuplai oleh saraf tersebut 2,3 .

Gambar 2.3 “Bone spur” pada orang tua


Sumber : Ian Rodway, 2015

2.5 Gejala Klinis


Dalam kebanyakan kasus, rasa sakit dari radikulopati servikalis
dimulai pada leher dan bergerak ke bawah lengan di daerah yang dilayani
oleh saraf yang rusak. Nyeri ini biasanya digambarkan sebagai rasa
terbakar atau tajam. Gerakan tertentu seperti memutar kepala atau
mengejan leher dapat meningatkan rasa sakit. Gejala lain termasuk 3,7 :
1. Kesemutan di jari atau tangan
2. Kelemahan pada otot-otot lengan, bahu, atau tangan
vii
3. Hilangnya sensasi
4.
Beberapa pasien mengatakan bahwa rasa sakit berkurang ketika tangan
mereka ditempatkan diatas kepala mereka. Gerakan ini untuk sementara
dapat mengurangi tekanan pada akar saraf 3.
5. Leher terasa kaku, rasa tidak nyaman pada bagian medial skapula. 

6. Gejala diperburuk dengan gerakan kepala dan leher, juga dengan regangan
pada 
lengan yang bersangkutan. Untuk mengurangi gejala tersebut,
penderita 
seringkali mengangkat dan memfleksikan lengannya di
belakang kepala. 

7. Lesi pada C5 ditandai dengan nyeri pada bahu dan daerah trapezius,
berkurangnya sensorik sesuai dengan pola dermatomal, kelemahan dan
atrofi otot deltoid. Lesi ini dapat mengakibatkan berkurangnya
kemampuan abduksi dan eksorotasi lengan. 

8. Lesi pada C6 ditandai dengan nyeri pada trapezius, ujung bahu, dan
menjalar hingga lengan atas anterior, lengan bawah bagian radial, jari ke-
1 dan bagian lateral jari ke-2. Lesi ini mengakibatkan paresthesia ibu jari,
menurunnya refleks biseps, disertai kelemahan dan atrofi otot biseps. 

9. Lesi pada C7 ditandai dengan nyeri bahu, area pektoralis dan medial
aksila, posterolateral lengan atas, siku, dorsal lengan bawah, jari ke-2 dan
ke-3, atau seluruh jari. Lesi ini dapat mengakibatkan paresthesia jari ke-2,
ke-3, dan juga jari pertama, atrofi dan kelemahan otot triseps, ekstensor
tangan, dan otot pektoralis. 

10. Lesi pada C8 ditandai dengan nyeri sepanjang bagian medial lengan
bawah. Lesi ini akan mengganggu fungsi otot-otot intrinsik tangan dan
sensasi jari ke-4 dan 5 (seperti pada gangguan nervus ulnaris) 7.
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis1,7
Mendapatkan riwayat penyakit yang rinci merupakan hal yang penting
untuk menegakkan diagnosis dari radikulopati servikal. Pemeriksa harus
mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Pertama, apa keluhan utama pasien (misalnya : nyeri, mati rasa (baal),

viii
kelemahan otot), dan lokasi dari gejala?
a. Skala analog visual dari 0-10 dapat digunakan untuk
menentukan tingkat nyeri 
yang dirasakan oleh
pasien.
b. Gambar anatomi nyeri juga dapat membantu dokter
dalam memberikan suatu 
tinjauan singkat pola
nyeri pada pasien. 

2. Apakah aktivitas dan posisi kepala dapat memperparah atau meringankan
gejalanya?
Informasi ini dapat membantu baik untuk mendiagnosis
maupun dalam penatalaksanaannya.
3. Apakah pasien pernah mengalami cedera diarea leher? Jika iya, kapan
terjadinya, 
seperti apa mekanisme terjadi cederanya, dan apa yang
dilakukan pada saat itu?
4. Apakah pasien pernah mengalami episode gejala serupa sebelumnya atau
nyeri 
leher yang terlokalisir? 

5. Apakah pasien memiliki gejala sugestif dari myelopathy servikal, seperti
perubahan 
gaya berjalan, disfungsi usus atau kandung kemih, atau
perubahan sensoris atau 
kelemahan pada ekstremitas bawah? 

6. Apa pengobatan sebelumnya yang telah dicoba oleh pasien (baik berupa
resep 
dokter atau mengobati sendiri) :
 Penggunaan dari es dan/atau penghangat 

 Obat-obatan (seperti : acetaminophen, aspirin, nonsteroidal anti-
inflammatory 
drugs [NSAIDs]) 

 Terapi fisik, traksi, atau manipulasi 

 Suntikan 

 Operasi 

7. Tanyakan riwayat sosial pasien, meliputi olahraga dan posisi pasien,
pekerjaan, dan penggunaan dari nikotin dan / atau alkohol. 

8. Kekhasan pasien dengan radikulopati servikal ialah datang dengan
mengeluh adanya ketidaknyamanan pada leher dan lengan.

ix
Ketidaknyamanan tersebut dapat berupa sakit tumpul sampai nyeri hebat
seperti rasa terbakar. Biasanya, nyerinya ini menjalar menuju batas medial
skapula, dan keluhan utama pasien ialah nyeri bahu. Ketika
radikulopatinya sedang berlangsung, nyeri tersebut menjalar menuju
lengan atas atau bawah dan menuju tangan, sepanjang distribusi sensori
dari radiks saraf yang terlibat. 

9. Pasien yang lebih tua kemungkinan memiliki episode sakit leher
sebelumnya atau membeitahukan riwayat memiliki radang sendi tulang
servikal atau leher.
10. Herniasi diskus akut dan penyempitan tiba-tiba foramen saraf juga dapat
terjadi pada cedera yang melibatkan ekstensi servikal, lateral bending, atau
rotasi dan pembebanan aksial. Pasien-pasien mengeluh peningkatan rasa
sakit dengan posisi leher yang menyebabkan penyempitan foraminal
(misalnya, ekstensi, lateral bending, atau rotasi menuju sisi yang
bergejala). 

11. Banyak pasien yang menceritakan bahwa mereka dapat mengurangi gejala
radikularnya dengan mengabduksikan bahunya dan menempatkan
tangannya dibelakang kepala. Manuver ini diduga untuk meringankan
gejala dengan mengurangi ketegangan pada radiks saraf. 

12. Pasien mungkin mengeluhkan perubahan sensorik di sepanjang dermatom
radiks saraf yang terlibat, dapat berupa kesemutan, mati rasa (baal), atau
hilangnya sensasi. 

13. Beberapa pasien mungkin mengeluh kelemahan motorik. Sebagian kecil
pasien akan datang dengan kelemahan otot saja, tanpa rasa sakit yang
signifikan atau keluhan sensorik. 

2.6.2 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengamatan pasien. Hal yang
termasuk di dalam pemeriksaan ini adalah kepala, postur leher dan gerakan
selama percakapan normal. Biasanya, pasien memiringkan kepala mereka
jauh dari sisi cedera dan menahan leher merka yang kaku. ROM yang aktif
biasanya berkurang, terutama di ekstensi, rotasi dan lateral bending, baik
x
menuju atau jauh dari akar saraf yang terkena. Peningkatan sakit dengan
lateral bending yang jauh dari sisi yang terkena didapatkan dari hasil
peningkatan perpindahan herniasi diskus ke akar saraf, sedangkan nyeri
ipsilateral menunjukkan pelampiasan dari akar saraf di lokasi foramen
saraf.
Palpasi
Pada palpasi, nyeri biasanya dicatat dari otot paraspinal serviks,
dan biasanya lebih terlihat di sepanjang sisi ipsilateral dari akar saraf yang
terkena. Nyeri otot dapat muncul di sepanjang otot dimana gejala tersebut
disebutkan (misalnya tulang belikat medial, lengan proksimal, epikondilus
lateral). Hipertonis atau kejang pada palpasi pada otot-otot yang sakit
mungkin saja terjadi1.
Pada pemeriksaan radikulopati servikal, antara lain akan didapatkan : 

 Terbatasnya “range of motion” leher. 

 Nyeri akan bertambah berat dengan pergerakan (terutama hiperekstensi).
Tes Lhermitte (Foramina Compression Test). Tes ini dilakukan dengan
menekan 
kepala pada posisi leher tegak lurus atau miring. Peningkatan
dan radiasi nyeri ke lengan setelah melakukan tes ini mengindikasikan
adanya penyempitan foramen intervertebralis servikal, sehingga berkas
serabut sensorik di foramen intervertebra yang diduga terjepit, secara
faktual dapat dibuktikan. 


Gambar 2.4 Pemeriksaan Lhermitte


Sumber : Zulida Suryafitri, No Date

xi
 Tes Distraksi. Tes ini dilakukan ketika pasien sedang merasakan nyeri
radikuler. Pembuktian terhadap adanya penjepitan dapat diberikan
dengan tindakan yang mengurangi penjepitan itu, yakni dengan
mengangkat kepala pasien sejenak. 


Gambar 2.5 Tes distraksi


Sumber : Zulida Suryafitri, No Date

Pemeriksaan Sensori
Pasien dengan diagnosis radiculopathy menunjukkan penurunan
atau hilangnya sensasi dalam distribusi dermatom.Selain itu pasien dengan
radiculopathy biasanya hyperesthesia untuk sentuhan ringan dan
pemeriksaan pin-prick. Pemeriksaan sensorik cukup subjektif karena
membutuhkan respon dari pasien.

2.7 Diagnosis Banding


Diagnosis banding untuk nyeri pada leher dan bahu sangat luas, termasuk
diagnosis yang berkaitan dengan neurologis, jantung, infeksi, dan penyebab
muskuloskeletal. Keganasan (seperti osteochondroma, tumor esofagus, limfoma,
meningitis karsinoma, tumor tiroid) yang dapat menimbulkan gejala yang mirip

xii
dengan radikulopati servikalis juga dapat menjadi diagnosis banding untuk nyeri
pada leher dan bahu. 7,8

Tabel 2.1 Diagnosis banding radikulopati servikalis


Kondisi Karakteristik
Nyeri kardiak Nyeri radikuler pada ektremitas atas,
khas : pada bahu dan lengan kiri
Mielopati spondilotik servikalis Kesulitan pada ketangkasan, perubahan
gaya jalan, disfungsi usus dan kandung
kencing, temuan pada UMN (Upper
Motor Neuron)
Sindrom nyeri regional kompleks / Rasa nyeri atau terbakar pada
distrofi refleks simpatetik ektremitas, perubahan kulit, fluktuasi
vasomotor, distimia
Entrapment syndrome Kelemahan dan defisit sensoris yang
konsisten dengan distribusi saraf
medianus dan ulnar, stimulasi langsung
pada saraf akan memunculkan gejala
Herpes Zoster Nyeri radikuler sesuai dermatom yang
berkaitan dengan reaktivasi infeksi
virus
Keganasan Gejala Red Flag, tumor intra- dan
extraspinal, gejala tergantung dari
tumor primer
Sindrom Parsonage-Turner Nyeri dengan onset akut pada
ektremitas atas, biasanya disertai
dengan kelemahan dan gangguan
sensoris
Rotator cuff impingement Nyeri dan kelemahan pada bahu dan
lengan sisi lateral
Thoracic Outlet Syndrome Disfungsi pleksus nervus brakialis
bawah akibat kompresi dari vaskular
atau penyebab neurologis

Sumber : Corey and Corneau, 2014

2.7 Pemeriksaan Penunjang 3,7


1. Radiografi atau Foto Polos Roentgen.
Tujuan utama foto polos Roentgen
adalah untuk mendeteksi adanya kelainan struktural.
2. MRI dan CT-Scan
a. MRI merupakan pemeriksaan penunjang yang utama untuk
mendeteksi kelainan 
diskus intervertebra. MRI selain dapat
xiii
mengidentifikasi kompresi medulla spinalis dan radiks saraf, juga
dapat digunakan untuk mengetahui beratnya perubahan
degenerative pada diskus intervertebra. MRI memiliki keunggulan
dibandingkan dengan CT-Scan, yaitu adanya potongan sagital dan
dapat memberikan gambaran hubungan diskus intervertebra dan
radiks saraf yang jelas,sehingga MRI merupakan prosedur skrining
yang ideal untuk menyingkirkan diagnose banding gangguan
structural pada medulla spinalis dan radiks saraf. 

b. CT-Scan dapat memberikan gambaran struktur anatomi tulang
vertebra dengan baik, dan memberikan gambaran yang bagus untuk
herniasi diskus intervertebra. Namun demikian, sensitivitas CT-
Scan tanpa myelography dalam mendeteksi herniasi masih kurang
bila dibandingkan dengan MRI. 

3. Myelography.
Pemeriksaan ini memberikan gambaran anatomis yang
detail, terutama elemen osseus vertebra. Myelography merupakan proses
yang invasif, karena melibatkan penetrasi pada ruang subarakhnoid.
Secara umum myelogram dilakukan sebagai tes preoperative dan
seringkali dilakukan bersamaan dengan CT-Scan. 

4. Nerve Conduction Study (NCS) dan Electromyography (EMG)
NCS dan
EMG sangat membantu untuk membedakan asal nyeri atau untuk
menentukan keterlibatan saraf, apakah dari radiks, pleksus saraf, atau saraf
tunggal. Selain itu, pemeriksaan ini juga membantu menentukan lokasi
kompresi radiks saraf. Namun bila diagnosis radikulopati sudah pasti
secara pemeriksaan klinis, maka pemeriksaan elektrofisiologis tidak
dianjurkan. 

5. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah perifer lengkap, laju endap darah, faktor
rematoid, fosfatase 
alkali/asam, dan kalsium. 

b. Urin analisis, berguna untuk penyakit nonspesifik seperti infeksi.

xiv
2.9 Penatalaksanaan

Penting untuk dicatat bahwa mayoritas pasien dengan radikulopati


servikalis dapat menjadi lebih baik dari waktu ke waktu dan tidak memerlukan
pengobatan. Tujuan dari pengobatan yang dilakukan adalah untuk menghilangkan
rasa nyeri, memperbaiki fungsi neurologis, dan mencegah kekambuhan 4,7,8.
2.9.1 Pengobatan Non Bedah 7
Pengobatan awal untuk radikulopati servikalis adalah non operasi.
Pilihan pengobatan non operasi meliputi:
1. Soft Cervical Collar
Imobilisasi singkat dapat mengurangi gejala pada fase inflamasi.
Alat ini berbentuk seperti sebuah cincin empuk yang membungkus di
sekitar leher. Penggunaan alat ini bertujuan agar otot-otot di leher
beristirahat dan membatasi gerakan leher. Hal ini dapat membantu
mengurangi penekanan akar saraf yang menyertai pergerakan leher. Soft
cervical collar dipakai untuk jangka waktu yang singkat (1 minggu),
penggunaan jangka panjang dapat menurunkan kekuatan otot-otot di leher
4,7,8
.
2. Terapi Fisik
Terapi fisik membantu mengembalikan ROM (jangkauan gerak)
dan kekuatan otot leher. Terapi ini dapat membantu mengurangi nyeri dan
mencegah kekambuhan. Terapi fisik yang dilakukan dapat berupa ROM
ringan dan latihan peregangan yang dikombinasikan dengan modalitas
tambahan seperi panas, es, dan stimulasi elektrikal. Dalam beberapa kasus,
traksi dapat digunakan untuk lembut meregangkan sendi dan otot leher 7,8.
Terapi manipulatif (traksi) dipergunakan untuk terapi jangka
pendek. Komplikasi yang dapat muncul adalah memperparah radikulopati,
mielopati, dan cedera medula spinalis. Namun komplikasi-komplikasi ini
jarang terjadi 8.
3. Farmakologi

xv
Farmakoterapi berguna untuk penatalaksanaan dan mengobati
gejala. Farmakoterapi dapat berguna untuk mengurangi nyeri akut yang
berkaitan dengan radikulopati servikalis.
a. Obat Anti Inflamasi (NSAID).
NSAID dapat membantu mengurangi gejala akut yang
muncul. Pemberian NSAID selama 2 minggu pada dosis terapi
dapat efektif dalam mengurangi gejala dan mengurangi nyeri.
NSAID merupakan piihan yang baik sebagai terapi line pertama,
karena ketersediaanya dan keterjangakuannya. Beberapa hal yang
harus diperahatikan dalam pemberian NSAID adalah usia pasien,
interaksi terhadap pengobatan lain, dan faktor komorbid lain.
NSAID, yaitu aspirin, ibuprofen, dan naproxen, dapat menjadi
pilihan 7,8.
b. Kortikosteroid oral
Kortikosteroid oral biasanya digunakan untuk mengatasi
episode akut dari radikulopati servikalis. Reaksi singkat
kortikosteroid oral dapat membantu mengurangi rasa sakit dengan
mengurangi pembengkakan dan peradangan di sekitar saraf.
Penggunaan steroid oral secara berulang dapat menyebabkan
nekrosis avaskuar, hiperglikemi, penambahan berat badan, dan
mood swings. Tingkatan dimana steroid oral dapat memperbaiki
gejala dapat menjadi indikator untuk pengobatan lebih lanjut
dengan menggunakan injeksi kortikosteroid 7,8.
c. Injeksi Steroid
Injeksi steroid pada servikal dapat juga digunakan dalam
pengobatan radikulopati servikalis. Prosedur ini dilakukan dengan
arahan dari temuan radiografi. Pasien yang dapat mendapat
pengobatan dengan metode ini adalah pasien yang terkonfirmasi
patologi dengan menggunakan MRI atau CT servikal yang
mengalami perbaikan dengan pengobatan steroid oral 8.
Dalam prosedur ini, steroid yang disuntikkan di dekat saraf
yang terkena untuk mengurangi peradangan lokal, Injeksi dapat

xvi
disuntikkan diantara lamina (epidural injection), di foramen (injeki
saraf selektif), atau injeksi ke sendi facet di tulang belakang leher.
Meskipun suntikan steroid tidak mengurangi tekanan pada saraf
yang disebabkan oleh foramen sempit atau menonjol atau herniasi
diskus, injeksi ini dapat mengurangi pembengkakan dan
mengurangi rasa sakit. Studi retrospektif dan prospektif
menunjukkan bahwa 60% pasien yang sembuh dari gejala radikuler
dan nyeri leher dapat kembali melakukan aktivitasnya 7,8.
d. Narkotika
Obat-obat ini diberikan untuk pasien dengan sakit yang
parah yang tidak berkurang dengan obat-obat pilihan lain.
Narkotika biasanya diresepkan untuk waktu yang terbatas saja.
Penggunaan narkotik jangka pendek pada malam hari seringkali
diperlukan. Kortikoseroid epidural dan oral digunakan untuk
pasien dengan gejala yang menetap (tidak membaik) 7,10.

e. Muscle Relaxant
Muscle relaxants seperti, cyclobenzaprine (Flexeril) dan
tizanidine (Zanaflex) dapat mengurangi nyeri leher akibat
peningkatan ketegangan otot. Obat ini paling efektif untuk keadaan
akut. Penggunaan jangka panjang dalam pengobatan radikulopati
servikalis masih belum diketahui secara jelas. Tricyclic
antidepressants dan venlafaxine (Effexor) dapat mengatasi nyeri
radikuler sedang pada pasien yang menolak untuk melakukan
tindakan pembedahan atau tetap merasa nyeri setelah intervensi
pembedahan.
2.9.2 Pengobatan Bedah
Jika setelah masa pengobatan nonbedah tidak meredakan gejala,
maka tindakan pembedahan dapat direkomendasikan. Ada beberapa
prosedur bedah untuk mengobati radikulopati srevikalis. Prosedur yang
direkomendasikan tergantung dari banyak faktor, termasuk gejala yang
dialami dan lokasi akar saraf yang terlibat 7,8.

xvii
Tindakan pembedahan direkomendasikan bila muncul tanda-tanda
seperti 2:
 Nyeri yang tidak tertahankan
 Peningkatan kelemahan
 Peningkatan rasa tebal
 Menyebabkan masalah pada kaki

2.10 Prognosis
Untuk prognosis dari pasien dengan radikulopati sendiri baik apabila
pasien diobati dengan tepat. Penatalaksanaan non operatif efektif dilakukan pada
hampir 80-90% pasien. Penatalaksanaan dengan pembedahan dilakukan bila
penatalaksanaan non operatif tidak berhasil. Lebih kurang 5-10% pasien gagal
dalam penatalaksanaan konservatif dan akan mengalami progresifitas penyakit,
nyeri yang menetap, kelemahan motorik yang progresif, dan hilangnya refleks.
Secara umum, radikulopati akan memburuk bila tertawa, menangis, bersin,
ataupun varian valsava manufer lainnya. Hal ini terjadi karena meningkatnya
tekanan intrakranial 1,10,11 .
Pada beberapa pasien dengan radikulopati servikalis yang diakibatkan oleh
kompresi dari akar saraf ini, dapat membaik tanpa pengobatan yang spesifik. Pada
sebuah penelitian yang dilakukan di Minnesota, 90% pasien dengan radikulopati
servikalis sembuh tanpa gejala klinis apapun atau hanya mengalami sedikit
kelumpuhan. Radikulopati servikalis juga dapat mengalami kekambuhan 3,11.

xviii
BAB 3

CONTOH KASUS

Anamnesis

Pada tanggal 13 Maret 2015, pasien datang untuk dilakukan pemeriksaan


dan pengobatan. Pasien adalah seorang yang bergizi baik, berusia 34 tahun,
wanita berkulit putih yang kooperatif dan orientasi terhadap waktu dan tempat
baik. Pasien mengatakan kurang lebih 10 hari yang lalu, tanpa alasan yang jelas,
pasien mengalami nyeri di deaerah subskapula. Nyeri yang dirasakan bervariasi
dari nyeri yang tajam hingga nyeri yang dalam dan konstan. Pasien menilai skala
nyeri yang dirasakan mulai dari 4/10 hingga 9/10. Ketika melakukan perjalanan
bisnis belakangan ini, pasien terganggu beberapa kali akibat nyeri yang berdenyut
pada bagian atas punggung yang membuat pasien harus berhenti berbicara selama
beberapa saat. Leher dirasakan nyeri terutama pada rotasi ke arah kanan.
Empat hari sebelum memeriksakan diri ke dokter, pasien mengalami
kelemahan pada lengan kanannya. Pasien menyadari adanya kelemahan terutama
saat hendak mengenakan dan mencopot pakaian (lemah ketika harus menarik
pakaian ke atas, mengeluarkan melewati kepala dan bahu). Pasien merasakan,
kehilangan 50% dari kekuatan lengannya dan kemampuan menggenggamnya juga
dirasakan terpengaruh. Pasien merakan rasa tebal yang hilang timbul pada tangan
kanannya.
Beberapa bulan lalu, pasien mengalami Low Back Pain dan mendapat
pengobatan di UGD karena pasien mengalami infeksi saluran pernapasan atas.
Dokter memberikan antibiotik, pasien mengaku merasa lebih baik setelah
diberikan obat. Pasien mulanya menduga nyeri punggung yang dialami
merupakan efek dari infeksi saluran pernapasan atas yang dialami.
Pasien mengatakan, dulu pernah mengalami nyeri leher ketika duduk di
perguruan tinggi, saat itu pasien mendapatkan pengobatan dari chriropractor.
Pasien memiliki riwayat penyakit pencernaan dan konstipasi kronik. Riwayat
operasi C-section dan abdominoplasti.
xix
Pemeriksaan Fisik
Dari hasil pemeriksaan, pasien menjaga lehernya dari gerakan. Sikap
tubuh pasien berubah dengan memiringkan kepala ke arah kanan bawa, pundak
kanan dengan posisi yang lebih rendah, dan posisi panggul kanan yang lebih
rendah.
Dari palpasi ditemukan adanya nyeri pada sisi kanan sepanjang C4 sampai C7, T1
sampai T8, bilateral pada pundak. Kaku otot ditemukan pada sisi kanan T3 sampai
T8, occiput bilateral, C1 sampai C7, T1 sampai T2, dan pundak. Valsava negatif.
Trias Dejerine’s negatif. Tes keseimbangan positif bilateral. Penekanan foramina
negatif. Penekanan maksimal pada servikal positif bilateral, menyebabkan nyeri
pada servikalis posterior dan bagian kanan atas thorakalis. Shoulder depressor
positif bilateral, menyebabkan nyeri pada servikalis posterior dan bagian kanan
atas thorakalis. Seated Dorsolumbar Circumduction Test negatif bilateral.
Bechterew’s negatif bilateral.

Pemeriksaan Tenaga
Bisep (C5-C6) : 5/5 (R)
Deltoid (C5) 4/5 (R)
Latissimus dorsi : 4/5 (R)
Kekatan menggenggam (Dynamometer) : kekuatan tangan kiri 90/85/75 pound per
inchi, tangan kanan 55/55/55 pound per inchi. Pasien mengaku tidak kidal.

Pemeriksaan Refleks
Reflek normal dan nilainya sama bilateral.

Range of Motion (ROM)


sk

Cervical ROM: Fleksi 55˚, menyebabkan nyeri parascapular kanan. Ekstensi 20˚,
menyebabkan nyeri parascapular kanan. Fleksi lateral kiri 25˚, menyebabkan nyeri
parascapular kanan. Fleksi lateral kanan 15˚, menyebabkan nyeri pada lengan
kanan. Rotasi kiri 45˚. Rotasi kanan 40˚, menyebabkan nyeri pada paraskapular
kanan.

xx
Sensibilitas
.

Dermatome C5 dan C6 kanan menurun sensibilitasnya. Dermatome C5 kiri, C6


kiri, bilateral C7, bilateral C8, dan bilateral T1 WNL.

Vital Signs
.

Blood Pressure (BP) = 98/52; Tinggi badan = 5'5"; Berat badan = 145 lbs; HR =
82; Body Mass Index (BMI) = 24.1.

Imaging

Pemeriksaan Radiografi
.

Tidak ditemukan adanya tanda-tanda fraktur. Spondilosis pada C6-C7 dengan


formasi spur anterior dan posterior. Jarak antar diskus masih dalam batas normal.
Foto dari sisi lateral terlihat adanya lordosis servikal normal. Dari sisi A-P
ditemukan adaya kemiringan lateral ringan ke arah thorakal atas dan servikal.
MRI servikal
.

Dari C3-4 sampai C6-7, diemukan adanya kompleks osteofit dengan temuan yang
paling signifikan berada pada ruas C6-7. Terdapat kompleks osteofit yang lebih
banyak terdapat pada sisi kanan dibandingkan sisi kiri dengan broad-based
herniasi diskus posterolateral kanan yang berkaitan dengan hilangnya lekukan sisi
lateral kanan dari kanal spinalis, dengan kemungkinan penjepitan dari akar saraf
yang berdekatan. Herniasi diskus dan hipertrofi sendi Luschka’s pada tingkat ini
menyebabkan penyempitan ringan sampa sedang dari foraminal neural kiri.

Diagnosis
Herniasi nukleus pulposus dari C6-C7 yang menyebabkan radikulopati servikal
sisi kanan, hipoestesi, kekakuan otot paravertebral dan kelemahan dari ektremitas
atas kanan.

xxi
BAB 4
SIMPULAN

Radikulopati servikalis merupakan sindrom nyeri dan atau defisit


sensorimotor yang disebabkan oleh kompresi dari satu atau lebih akar saraf
servikal yang kemudian mengakibatkan disfungsi akar saraf pada servikal.
Penyebab dari radikulopati bervariasi. Semua penyebab dari radikulopati
servikalis ini menyebabkan kompresi dan gangguan dari keluarnya akar saraf
servikal. Dua penyebab tersering dari radikulopati servikalis adalah perubahan
degeneratif yang terjadi pada tulang belakang seirin bertambah usia dan cedera
yang menyebabkan herniasi atau penonjolan diskus intervertebral.
Angka kejadian radikulopati servikalis lebih rendah bila dibandingkan
dengan radikulopati lumbalis. Sebuah survei epidemiologi menunjukkan angka
kejadian radikulopati servikalis per tahunnya adalah 83 kasus per 100.000 orang.
Pada populasi muda, radikulopati servikal yang terjadi merupakan akibat
dari herniasi diskus intervertebralis (cedera akut). Sedangkan pada pasien usia tua,
radikulopati servikal lebih sering terjadi karena penyempitan foramen. Penekanan
dan iritasi pada saraf yang terjadi pada radikulopati servikalis membuat saraf
tidak dapat bekerja dengan baik dan menyebabkan kelemahan pada otot yang
dipersarafi, rasa tebal pada kulit dan nyeri pada daerah tersebut.
Untuk penegakkan diagnosis dari radikulopati servikalis, perlu untuk
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik (ROM, Tes Lhermitte, Tes distraksi).
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah foto polos roentgen,
MRI, CT-Scan, Myelografi, EMG, dan pemeriksaan laboratorium.
Mayoritas pasien dengan radikulopati servikalis dapat menjadi lebih baik
dari waktu ke waktu dan tidak memerlukan pengobatan. Pengobatan yang dapat
dilakukan dapat bersifat non bedah dan bedah. Inti dari pengobatan radikulopati
servikalis adalah mengobati penyebab dari penekanan saraf yang terjadi.

xxii
DAFTAR PUSTAKA

1. Malanga G. Cervical Radiculopathy: Background, Epidemiology,


Functional Anatomy [Internet]. Emedicine.medscape.com. 2015 [cited 6
August 2016]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/94118-overview.
2. Anonim. Cervical Radiculopathy [Internet]. University of Maryland
Medical Center. 2003 [cited 7 August 2016]. Available from:
http://umm.edu/programs/spine/health/guides/cervical-radiculopathy.
3. Rodway I. Cervical Radiculopathy (Pinched Nerve)-OrthoInfo - AAOS
[Internet]. Orthoinfo.aaos.org. 2015 [cited 8 August 2016]. Available
from: http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00332.
4. Eubanks J. Cervical Radiculopathy : Nonoperative Management of Neck
Pain and Radicular Syndrome. Am Fam Physician [Internet]. 2010 [cited 8
August 2016];81(1):33-40. Available from:
http://www.aafp.org/afp/2010/0101/p33.html.
5. Rodine R, Vernon H. Cervical radiculopathy : a systematic review on
treatment by spinal manipulation and measurement with Neck Disability
Index. J Can Chiropr Assoc [Internet]. 2012 [cited 8 August
2016];56(1):18-28. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3280115/.
6. Caridi J, Pumberger M, Hughes A. Cervical Radiculopathy : A Review.
HSS Journal [Internet]. 2011 [cited 8 August 2016];7(3):265-272.
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3192889/.
7. Suryafitri Z. Radikulopati [Internet]. Scribd. [cited 9 August 2016].
Available from: https://id.scribd.com/doc/117850609/Radikulopati
8. Corey D, Comaue D. Cervical Radiculopathy. Med Clin N Am [Internet].
2014 [cited 9 August 2016];98(4):791-799. Available from:
http://acmfr.org/descargas/radiculopatia-cervical1.pdf.
9. Yonenobu K. Cervical radiculopathy and myelopathy : when and what can
surgery cotribute to treatment ?. Eur Spine J [Internet]. 2000 [cited 8
August 2016];9:1-7. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3611348/pdf/586_2000_A
rticle_90001.586.pdf.
10. Taylor LP, Lemming SE. Neck and Back Pain. In: Bauer D,Moquist D,
ed. by. Family Practice Curriculum in Neurology [Internet]. 2nd ed. 2009
[cited 9 August 2016]. Available from:
https://www.aan.com/.../Website.../FM_Chp9.pdf.

xxiii
11. Robinson J, Kothari M. Treatment of cervical radiculopathy [Internet].
Uptodate.com. [cited 12 August 2016]. Available from:
http://www.uptodate.com/contents/treatment-of-cervical-radiculopathy.
12. Lowe R. File:Cervial-radiculopathy.jpg - Physiopedia, universal access to
physiotherapy knowledge. [Internet]. Physio-pedia.com. 2012 [cited 14
August 2016]. Available from: http://www.physio-pedia.com/File:Cervial-
radiculopathy.jpg.
13. Kramer D. Herniated Disc in Neck or Cervical Disc Herniation [Internet].
Second Opinion Spine. 2013 [cited 13 August 2016]. Available from:
http://secondopinion-spine.com/spinal-conditions/cervical-disc-
herniation/.
Contoh Kasus :

D'Angiolillo J. Case Report: Relief of C6-7 Disc Herniation with Radiculopathy,


Muscle Weakness and Hypoesthesia [Internet]. American Chiropractic
Association. 2016 [cited 9 August 2016]. Available from:
http://www.acatoday.org/News-Publications/ACA-News-
Archive/ArtMID/5721/ArticleID/23/Case-Report-Relief-of-C6-7-Disc-
Herniation-with-Radiculopathy-Muscle-Weakness-and-Hypoesthesia.

xxiv
xxv
xxvi

Anda mungkin juga menyukai