Anda di halaman 1dari 22

Kelompok 5

Indah Diana

Wulandari

Risna Apriani

Fidiana Saribun

Nosrima Yenti
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami

panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan

inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tetang HIV/AIDS

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak

sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak

terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi

susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima

segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini tentang HIV/AIDS bisa bermanfaat untuk

masyarakat dan mahasiswa dan dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, 14 Oktober 2017


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang mengancam hidup manusia. Saat ini tidak ada negara

yang terbebas dari HIV/AIDS. Epidemi HIV pertama sekali diidentifikasi pada tahun 1983. Derajat

kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh HIV dan dampak global dari infeksi HIV terhadap

sumber daya penyedia kesehatan dan ekonomi sudah meluas dan terus berkembang. HIV telah

menginfeksi 50 – 60 juta orang dan menyebabkan kematian pada orang dewasa dan anak – anak

lebih dari 22 juta orang. Lebih dari 42 juta orang hidup dengan infeksi HIV dan AIDS, yang kira – kira

70% berada di Afrika dan 20% berada di Asia, dan hampir 3 juta orang meninggal setiap tahun.

Penyakit ini sangat berbahaya karena sekitar setengah dari 5 juta kasus baru setiap tahun terjadi

pada dewasa muda, yaitu 15 – 24 tahun (Abbas, 2007).

Menurut Hanum (2009) di Indonesia masalah AIDS cukup mendapat perhatian mengingat Indonesia

adalah negara terbuka, sehingga kemungkinan masuknya AIDS adalah cukup besar dan sulit

dihindari. Sampai Maret 2010 tercatat terjadi 20.564 kasus AIDS dengan 3.936 orang korban

meninggal dunia di Indonesia. Jumlah tersebut semakin bertambah seiring dengan banyaknya faktor

dan sarana penularan HIV/AIDS.

Orang dengan penyakit HIV/AIDS dapat mengalami infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik adalah

infeksi akibat adanya kesempatan untuk muncul pada kondisi – kondisi tertentu yang

memungkinkan, yang bisa disebabkan oleh organisme non patogen. Infeksi ini dapat menyerang

otak (Toxoplasmosis, Cryptococcal), paru – paru (Pneumocytis pneumonia, Tuberculosis), mata

(Cytomegalovirus), mulut dan saluran napas (Candidiasis), usus (Cytomegalovirus, Mycobacterium

avium complex), alat kelamin (Herpes genitalis, Human papillomavirus), dan kulit (Herpes
simplex). Kondisi Indonesia yang beriklim tropis dengan tingkat kelembaban udara relatif tinggi

membuat berbagai jenis kuman mudah berkembang biak dan dapat berpengaruh pada jumlah

infeksi tersebut (Febriani, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah rumusan yang disusun untuk memahami apa dan bagimana maslah yang

diteliti. Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Apakah HIV/AIDS itu ?

2. Bagaimana penyebab dan tanda- tanda gejala HIV/AIDS ?

3. Bagaimana cara pencegahan dan penangulangannya ?

4. Pemeriksaan labotorium diagnostik HIV/AIDS ?

5. Pengobatan pada HIV/AIDS ?

6. Situasi Epidemi HIV ?

7. Ancaman penyakit menular pada remaja ?

1.3 Tujuan

Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat

bagi kita semua dalam menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.


BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian HIV/AIDS

Acquired Immunodeficiency Syndrome atau disingkat AIDS merupakan sekumpulan

gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat

infeksi virus HIV atau Human Immunodeficiency Virus .Virus AIDS menyerang sel darah putih

khusus yang disebut dengan T-lymphocytes.

HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang

terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena

tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan

virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

Tanda pertama penderita HIV biasanya akan mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu

tergantung daya tahan tubuh. Setelah kondisi membaik orang yang terinfeksi HIV akan tetap

sehat dalam beberapa tahun dan secara perlahan kekebalan tubuhnya akan menurun

karena serangan demam yang berulang.

2. Penyebab dan tanda gejala HIV/AIDS

Penyebab HIV/AIDS adlah :

 Hubungan sex yang tidak aman dan bergantian

 Menggunakan jarum suntik bersamaan

 Berbagi jarum untuk meninduk atau menato

 Ibu hamil yang positif HIV


Gejala HIV / AIDS

Gejala HIV dan AIDS bervariasi tergantung dari fase infeksinya.

Infeksi awal

Ketika infeksi HIV pertama, anda mungkin tidak akan mengalami tanda atau

gejala apapun. Tetapi dalam beberapa minggu anda dapat mengalami:

 Demam

 Sakit kepala

 Radang tenggorokan

 Pembengkakan kelenjar limpa

Infeksi selanjutnya

Mungkin tidak akan mengalami gejala apapun dalam waktu 8 sampai 9 tahun,

atau bahkan lebih. Tapi seiring dengan virus yang melipat gandakan diri dan

merusak sistem imun, mungkin akan mengalami infeksi ringan atau gejala

kronis seperti :

 Pembengkakan node limpa – sering merupakan tanda awal infeksi HIV

 Diare

 Hilang berat badan

 Demam

 napas yang pendek


Infeksi tahap akhir

Dalam waktu sekitar 10 tahun atau lebih setelah infeksi pertama, masalah yang

lebih serius dapat terjadi yang diistilahkan dengan AIDS dan dapat terjadi:

 Infeksi yang terjadi ketika sistem imun lemah, seperti pneumocystis carinii

pneumonia (PCP)

 Kadar CD4 lymphocyte normalnya adalah antara 500 sampai 1.500

Seiring dengan perkembangan AIDS, sistem imun anda telah mengalami

kerusakan parah. Infeksi akan mudah terjadi. Tanda dan gejalanya adalah:

 Berkeringat di malam hari

 Menggigil atau demam lebih dari 38 Celcius untuk beberapa minggu

 Batuk kering dan napas pendek

 Diare kronis

 Noda putih pada lidah atau mulut

 Sakit kepala

 Pandangan kabur

 Hilang berat badan


Mengalami tanda dan gejala pada tahap lanjut infeksi virus HIV itu sendiri, seperti:

 Rasa lelah yang tidak hilang dan tidak terjelaskan

 Berkeringat pada malam hari

 Menggigil atau demam tinggi untuk beberapa minggu

 Pembengkakan node limpa lebih dari tiga bulan

 Diare kronis

 Sakit kepala yang tidak hilang

Jika anda terinfeksi virus HIV, anda juga lebih rentan mengalami kanker, khususnya

kanker servik, lymphoma dan Kaposi’s sarcoma.

Gejala HIV pada anak-anak

Anak-anak dengan HIV positif dapat mengalami:

 Sulit menambah berat badan

 Sulit berkembang secara normal

 Sulit berjalan

 Penundaan perkembangan mental

 Dapat mengalami infeksi telinga, pneumonia dan tonsilis


3. Pencegahan dan Penanggulangannya

cara Penanggulangan Aids pencegahan HIV/AIDS hanya dapat efektif bila dilakukan dengan

komitmen masyarakat dan komitmen politik yang tinggi untuk mencegah dan atau

mengurangi perilaku risiko tinggi terhadap penularan HIV. Upaya pencegahan meliputi :

a. Pemberian penyuluhan kesehatan di sekolah dan di masyarakat harus menekankan bahwa

mempunyai pasangan seks yang berganti-ganti serta penggunaan obat suntik bergantian

dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV. Pelajar juga harus dibekali pengetahuan

bagaimana untuk menghindari atau mengurangi kebiasaan yang mendatangkan risiko

terkena infeksi HIV. Program untuk anak sekolah harus dikembangkan sedemikian rupa

sesuai dengan perkembangan mental serta kebutuhan mereka, begitu juga bagi mereka

yang tidak sekolah. Kebutuhan kelompok minoritas, orang-orang dengan bahasa yang

berbeda dan bagi penderita tuna netra serta tuna rungu juga harus dipikirkan.

b. Satu-satunya jalan agar tidak terinfeksi adalah dengan tidak melakukan hubungan seks atau

hanya berhubungan seks dengan satu orang yang diketahui tidak mengidap infeksi. Pada

situasi lain, kondom lateks harus digunakan dengan benar setiap kali seseorang melakukan

hubungan seks secara vaginal, anal atau oral. Kondom lateks dengan pelumas berbahan

dasar air dapat menurunkan risiko penularan melalui hubungan seks.

c. Memperbanyak fasilitas pengobatan bagi pecandu obat terlarang akan mengurangi

penularan HIV. Begitu pula Program “Harm reduction”yang menganjurkan para pengguna

jarum suntik untuk menggunakan metode dekontaminasi dan menghentikan penggunaan

jarum bersama telah terbukti efektif.

d. Menyediakan fasilitas Konseling HIV dimana identitas penderita dirahasiakan atau dilakukan

secara anonimus serta menyediakan tempat-tempat untuk melakukan pemeriksaan darah.


Faslitas tersebut saat ini telah tersedia di seluruh negara bagian di AS. Konseling, tes HIV

secara sukarela dan rujukan medis dianjurkan dilakukan secara rutin pada klinik keluarga

berencana dan klinik bersalin, klinik bagi kaum homo dan terhadap komunitas dimana

seroprevalens HIV tinggi. Orang yang aktivitas seksualnya tinggi disarankan untuk mencari

pengobatan yang tepat bila menderita Penyakit Menular Seksual (PMS).

e. Setiap wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan disarankan untuk dilakukan tes HIV

sebagai kegiatan rutin dari standar perawatan kehamilan.

f. Berbagai peraturan dan kebijakan telah dibuat oleh USFDA, untuk mencegah kontaminasi

HIV pada plasma dan darah. Semua darah donor harus diuji antibodi HIV nya. Hanya darah

dengan hasil tes negatif yang digunakan. Orang yang mempunyai kebiasaan risiko tinggi

terkena HIV sebaiknya tidak mendonorkan plasma, darah, organ-organ untuk transplantasi,

sel atau jaringan (termasuk cairan semen untuk inseminasi buatan). Institusi (termasuk bank

sperma, bank susu atau bank tulang) yang mengumpulkan plasma, darah atau organ harus

menginformasikan tentang peraturan dan kebijakan ini kepada donor potensial dan tes HIV

harus dilakukan terhadap semua donor. Apabila mungkin, donasi sperma, susu atau tulang

harus dibekukan dan disimpan selama 3 – 6 bulan. Donor yang tetap negatif setelah masa itu

dapat di asumsikan tidak terinfeksi pada waktu menjadi donor.

g. Jika hendak melakukan transfusi Dokter harus melihat kondisi pasien dengan teliti apakah

ada indikasi medis untuk transfusi. Transfusi otologus sangat dianjurkan.

h. Sikap hati-hati harus dilakukan pada waktu penanganan, pemakaian dan pembuangan jarum

suntik atau semua jenis alat-alat yang berujung tajam lainnya agar tidak tertusuk. Petugas

kesehatan harus menggunakan sarung tangan lateks, pelindung mata dan alat pelindung
lainnya untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan yang mengandung darah.

Setiap tetes darah pasien yang mengenai tubuh petugas kesehatan harus dicuci dengan air

dan sabun sesegera mungkin. Kehati-hatian ini harus di lakukan pada semua pasien dan

semua prosedur laboratorium (tindakan kewaspadaan universal).

i. WHO merekomendasikan pemberian imunisasi bagi anak-anak dengan infeksi HIV tanpa

gejala dengan vaksin-vaksin EPI (EXPANDED PROGRAMME ON IMMUNIZATION); anak-anak

yang menunjukkan gejala sebaiknya tidak mendapat vaksin BCG. Di AS, BCG dan vaksin oral

polio tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada anak-anak yang terinfeksi HIV tidak

perduli terhadap ada tidaknya gejala, sedangkan vaksin MMR (measles-mumps-rubella)

dapat diberikan kepada anak dengan infeksi HIV.

Pencegahan HIV/ AIDS :

a. Hindari seks bebas.

b. jangan berganti-ganti pasangan seksual.

c. Gunakan kondom, terutama untuk kelompok perilaku resiko tinggi jangan menjadi

donor darah.

d. Seorang ibu yang didiagnosa positif HIV sebaiknya jangan hamil.

e. Penggunaan jarum suntik sebaiknya sekali pakai.


4. Pemerikasaan lab

Pemeriksaan Laboratorium Pasien Terinfeksi HIV

Terdapat pula tes-tes komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan

HIV-DNA, yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan

antibodinya belum dapat terdeteksi.

Pemeriksaan assay antibodi dapat mendeteksi antibodi terhadap HIV. Karenanya

diperlukan uji laboratorik yang mampu mendeteksi virus atau komponennya seperti: assay untuk

mendeteksi DNA HIV dari plasma assay untuk mendeteksi RNA HIV dari plasma assay untuk

mendeteksi antigen p24 Immune Complex Dissociated (ICD)

Tetapi uji ini belum dipergunakan secara luas, masih terbatas pada penelitian.

Meskipun uji deteksi antibodi tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis definitif HIV

pada anak yang berumur kurang dari 18 bulan, antibodi HIV dapat digunakan untuk

mengeksklusi infeksi HIV, paling dini pada usia 9 sampai 12 bulan pada bayi yang tidak mendapat

ASI atau yang sudah dihentikan pemberian ASI sekurang-kurangnya 6 minggu sebelum

dilakukannya uji antibodi. Pada anak yang berumur lebih dari 18 bulan uji antibodi termasuk uji

cepat (rapid test) dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi HIV sama seperti orang dewasa.

5. Pengobatan HIV/AIDS

Belum ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV, tapi ada pengobatan yang bisa

memperlambat perkembangan penyakit. Perawatan ini bisa membuat orang yang terinfeksi

untuk hidup lebih lama dan bisa menjalani pola hidup sehat. Ada berbagai macam jenis obat

yang dikombinasikan untuk mengendalikan virus.


Obat-obatan Darurat Awal HIV

Jika merasa atau mencurigai baru saja terkena virus dalam rentan waktu 3x24 jam, obat anti

HIV bisa mencegah terjadinya infeksi. Obat ini bernama post-exposure prophylaxis (PEP) atau di

Indonesia dikenal sebagai profilaksis pasca pajanan. Profilaksis adalah prosedur kesehatan yang

bertujuan mencegah daripada mengobati.

Pengobatan ini harus dimulai maksimal tiga hari setelah terjadi pajanan (terpapar) terhadap

virus. Idealnya, obat ini bisa diminum langsung setelah pajanan terjadi. Makin cepat pengobatan,

maka lebih baik.

Pengobatan memakai PEP ini berlangsung selama sebulan. Efek samping obat ini serius dan

tidak ada jaminan bahwa pengobatan ini akan berhasil. PEP melibatkan obat-obatan yang sama

seperti pada orang yang sudah dites positif HIV.

Obat ini bisa Anda dapatkan di dokter spesialis penyakit infeksi menular seksual (IMS) atau di

rumah sakit.

Hasil Tes Positif HIV

Jika hasil tes positif atau reaktif berarti kita terinfeksi HIV. Hasil tes ini seharusnya

disampaikan oleh penyuluh (konselor) atau pun dokter. Mereka akan memberi tahu dampaknya

pada kehidupan sehari-hari dan bagaimana menghadapi situasi yang terjadi saat itu.

Tes darah akan dilakukan secara teratur untuk mengawasi perkembangan virus sebelum

memulai pengobatan. Pengobatan dilakukan setelah virus mulai melemahkan sistem kekebalan

tubuh manusia. Ini bisa ditentukan dengan mengukur tingkat sel CD4 (sel yang bertugas

melawan infeksi) dalam darah.


Pengobatan biasanya disarankan setelah CD4 di bawah 350, entah terjadi gejala atau tidak.

Jika CD4 sudah mendekati 350, disarankan untuk melakukan pengobatan secepatnya. Tujuan

pengobatan adalah untuk menurunkan tingkat virus HIV dalam darah. Ini juga untuk mencegah

atau menunda penyakit yang terkait dengan HIV. Kemungkinan untuk menyebarkannya juga

menjadi lebih kecil.

Keterlibatan Penyakit Lain

Bagi penderita hepatitis B dan hepatitis C yang juga terinfeksi HIV, pengobatan disarankan

ketika angka CD4 di bawah 500. Jika penderita HIV sedang menjalani radioterapi atau

kemoterapi yang akan menekan sistem kekebalan tubuh, pengobatan dilakukan dengan angka

CD4 berapa pun. Atau ketika Anda juga menderita penyakit lain seperti TB, penyakit ginjal, dan

penyakit otak.

Obat-obatan Antiretroviral

Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV.

Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi memperlambat pertumbuhan virus. HIV bisa mudah

beradaptasi dan kebal terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu, kombinasi golongan ARV

akan diberikan pada penderita. Beberapa golongan ARV adalah:

 NNRTI (Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Jenis ARV ini akan bekerja dengan

menghilangkan protein yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri.

 NRTI (Nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Golongan ARV ini menghambat

perkembangan HIV di dalam sel tubuh.

 Protease inhibitors. ARV jenis ini akan menghilangkan protease, jenis protein yang juga

dibutuhkan HIV untuk memperbanyak diri.

 Entry inhibitors. ARV jenis ini akan menghalangi HIV untuk memasuki sel-sel CD4.

 Integrase inhibitors. Jenis ARV ini akan menghilangkan integrase, protein yang digunakan

HIV untuk memasukkan materi genetik ke dalam sel-sel CD4.


Pengobatan kombinasi ini lebih dikenal dengan nama terapi antiretroviral (ART). Biasanya

pasien akan diberikan tiga golongan obat ARV. Kombinasi obat ARV yang diberikan berbeda-

beda pada tiap-tiap orang, jadi jenis pengobatan ini bersifat pribadi atau khusus.

Beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu pengobatan HIV dimulai,

mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup. Jika satu kombinasi ARV tidak berhasil,

mungkin perlu beralih ke kombinasi ARV lainnya.

Penggabungan beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi infeksi HIV bisa menimbulkan reaksi

dan efek samping yang tidak terduga. Selalu konsultasikan kepada dokter sebelum mengonsumsi

obat yang lain.

Pengobatan HIV Pada Wanita Hamil

Bagi wanita hamil yang positif terinfeksi HIV, ada obat ARV khusus untuk wanita hamil. Obat

ini untuk mencegah penularan HIV dari ibu kepada bayinya. Tanpa pengobatan, terdapat

perbandingan 25 dari 100 bayi akan terinfeksi HIV. Risiko bisa diturunkan kurang dari satu

banding 100 jika diberi pengobatan sejak awal.

Dengan pengobatan lebih dini, risiko menularkan virus melalui kelahiran normal tidak

meningkat. Tapi bagi beberapa wanita, tetap disarankan untuk melahirkan dengan operasi

caesar.

Bagi wanita yang terinfeksi HIV, disarankan untuk tidak memberi ASI kepada bayinya. Virus

bisa menular melalui proses menyusui. Jika Anda adalah pasangan yang menderita HIV,

bicarakan kepada dokter sebagaimana ada pilihan untuk tetap hamil tanpa berisiko tertular HIV.

Konsumsi Obat Secara Teratur


Anda harus membuat jadwal rutin untuk memasukkan pengobatan HIV ke dalam pola hidup

sehari-hari. Pengobatan HIV bisa berhasil jika Anda mengonsumsi obat secara teratur (pada

waktu yang sama setiap kali minum obat). Jika melewatkan satu dosis saja, efeknya bisa

meningkatkan risiko kegagalan.

Efek Samping Pengobatan HIV

Semua pengobatan untuk HIV memiliki efek samping yang tidak menyenangkan. Jika terjadi

efek samping yang tidak normal, Anda mungkin perlu mencoba kombinasi obat-obatan ARV yang

lainnya. Berikut adalah contoh efek samping yang umumnya terjadi:

 Kelelahan

 Mual

 Ruam pada kulit

 Diare

 Satu bagian tubuh menggemuk, bagian lain kurus

6. Situasi epidemi hiv

Status epidemik HIV dan AIDS di Indonesia sudah dinyatakan pada tingkat concentrated

epidemic level oleh karena angka prevalensi kasus HIV dan AIDS di kalangan sub populasi

tertentu di atas 5%. Hasil Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku (STHP) tahun 2009

menunjukkan angka estimasi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) di kalangan wanita penjaja

seks (WPS) langsung 6%, WPS tidak langsung 2%, waria 6%, pelanggan WPS 22%, pasangan

pelanggan 7%, lelaki seks lelaki (LSL) 10%, warga binaan 5%, pengguna napza suntik (penasun)

37%, dan pasangan seks penasun 5%. Bahkan di Provinsi Papua dan Papua Barat status epidemi

sudah memasuki tingkatan generalized epidemic level oleh karena prevalensi HIV pada
masyarakat umum khususnya populasi 15-49 tahun sudah mencapai 2,4%. Epidemi HIV dan AIDS

di Indonesia terkonsentrasi pada populasi kunci, yang berasal dari dua cara penularan utama

yaitu transmisi seksual dan penggunaan napza suntik.

Jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan di Indonesia meningkat tajam dari 7.195 di

tahun 2006 menjadi 76.879 di tahun 2011 (Kemkes, Laporan Situasi HIV dan AIDS di Indonesia,

tahun 2006 dan 2011). Menurut estimasi nasional infeksi HIV tahun 2009, diperkirakan terdapat

186.257 orang terinfeksi HIV dan 6,4 juta orang berisiko tinggi terinfeksi HIV di Indonesia

(Kemkes, Estimasi Penduduk Dewasa yang Berisiko Terinfeksi HIV, 2009).

7. Ancaman penyakit menular pada remaja

Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit-penyakit yang timbul atau ditularkan

melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis berupa timbulnya kelainan-kelainan

terutama pada alat kelamin (Wijoyono, 2008). Penyakit menular Seksual (PMS) adalah suatu

gangguan atau penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur yang di

tularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak atau hubungan seksual. Pertama kali

penyakit ini sering di sebut “penyakit kelamin” atau vineral disease, tetapi sekarang sebutan

yang paling tepat adalah penyakit menular seksual (PMS) atau seksually transmitted disease

(PMS) (Marmi, 2013). Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami kerentanan hidup terhadap

berbagai macam resiko kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan

reproduksi termasuk peningkatan ancaman HIV/ AIDS. Kelompok usia remaja merupakan

sumber daya manusia yang paling potensial sebagai tunas bangsa dan penentu masa depan

bangsa. Karena itu kelompok remaja perlu mendapatkan penanganan dan perhatian serius

untuk dipersiapkan menjadi manusia yang berguna serta berkembang baik dan benar,

Meningkatkan kualitas serta kemampuannya sehingga hasil kerjanya akan maksimal. Banyaknya

remaja yang menunjukkan perilaku positif dengan prestasi gemilang dari berbagai bidang.

Namun, tidak sedikit pula remaja dikalangan pelajar yang berperilaku mengarah padahal-hal
yang negatif, mulai dari tawuran, merokok, penggunaan narkoba, bahkan sampai perilaku seks

bebas yang berakibat terjadinya kehamilan yang tak diinginkan, adanya tindakan aborsi, serta

resiko terkena penyakit HIV/AIDS atau penyakit menular seksual lainnya (Pravitasari, 2013).

World health organization (WHO) menyatakan 333 juta kasus baru PMS (penyakit menular

seksual) terjadi di seluruh dunia setiap tahun dan setidaknya 111 juta kasus ini terjadi pada

mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Dan di banyak Negara berkembang. data menunjukkan

bahwa sampai 60 % dari semua infeksi HIV baru terjadi pada kelompok usia antara 15 sampai 24

tahun (Sarwono, 2005). Pada tahun 2005, diperkirakan ada 318 juta IMS dengan perkiraan

39.690.000 kasus infeksi klamidia, 9.430.000 kasus gonore, 2,54 juta kasus sifilis dan sekitar

25.760.000 kasus trikomonas (WHO, 2012). Kasus baru IMS diperkirakan lebih dari 110 juta di

kalangan laki-laki dan perempuan di dunia (CDC, 2013). Indonesia sendiri penyakit menular

seksual terdapat 44.292 kasus pada semua umur.

Meningkatnya minat seksual remaja mendorong bagi remaja itu sendiri untuk selalu

berusaha mencari informasi dalam berbagai bentuk. Sumber informasi dapatdiperoleh dengan

bebas mulai dari teman sebaya, buku-buku, film, video, bahkan dengan mudahnya membuka

situs-situs lewat internet. Pengaruh informasi global justru memancing anak dan remaja untuk

mengadaptasi kebiasaan-kebiasaan tidak sehat seperti merokok, minum alkohol,

menyalahgunakan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar remaja dan tawuran. Ini

menyebabkan munculnya permasalah pada kelompok remaja yang sangat beragam dan belum

semuanya mendapat respon dengan baik sehingga permasalah tersebut belum terselesaikan dan

justru berimplikasi pada tindakan-tindakan yang salah (Pravitasari, 2013).

Banyak faktor yang mempengarui peningkatan kasus remaja dengan penyakit menular

seksual. Diantara factor itu meliputi: usia, jenis kelamin, pendidikan, tayangan media massa dan

serta factor pengetahun remaja tentang penyakit menular seksual (BKKBN, 2002).

Penularan IMS dapat melalui hubungan seks yang tidak aman yaitu; hubungan seks lewat

liang senggama tanpa kondom (zakar masuk ke vagina atau liang senggama), hubungan seks
lewat dubur tanpa kondom (zakar masuk ke dubur), seks oral (zakar dimasukkan kemulut tanpa

zakar di tutupi kondom). Penularan IMS juga dapat terjadi dengan cara lain yaitu: melalui darah:

tranfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV, saling bertukar jarum suntik pada

pemakaian narkoba, tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja atau tidak sengaja,

menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril, penggunaan alat pisau cukur

bersama-sama (khususnya jika terluka dan menyisakan darah pada alat) (Marmi, 2013).

Adanya motivasi dan pengetahuan yang memadai untuk menjalani masa remaja secara

sehat, diharapkan remaja mampu untuk memelihara kesehatan dirinya sehingga mampu

memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi sehat.

Dalam kaitannya dengan kesehatan reproduksi remaja, maka diperlukan penyuluhan

terhadap orang tua dan remaja Dalam Pedoman Komunikasi Informasi Dan Edukasi (KIE) BKKBN,

(2006); Memberi penyuluhan kepada orang tua perlu di berikan penyuluhan mengenai sikap

orang tua menghadap remaja. Para orang tua harus mengetahui dan menyadari bahwa

menghadapi remaja orang tua sebaiknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut : berbicara secara

terbuka dan jujur terhadap remaja, memiliki wawasan dan pengetahuan tentang remaja,

termasuk pergaulan remaja sekarang, memahami keadaan atau persoalan anak remaja agar

mampu memberikan bantuan yang ada.


BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Generasi muda adalah generasi yang baru saja menginjakkan kakinya di dunia dewasa. Pada

umumnya mereka masih mencari jati diri sebagai manusia yang ingin dianggap dewasa. Sehingga

setiap langkah yang diambil pada umumnya cenderung mencoba – coba karena sifat keingintahuan

manusia terhadap hal – hal yang dianggap baru. Jika ternyata langkah yang mereka ambil salah

tentunya akan berakibat sangat fatal.

Hal-hal tersebut adalah masa-masa rawan yang merupakan langkah awal yang sangat harus

diwaspadai oleh generasi muda. Generasi muda juga sangat mudah terbujuk oleh hasutan orang-

orang di sekitarnya. Selain itu generasi muda adalah masa di mana persahabatan adalah segalanya,

dan melakukan sesuatu bersama, jadi apabila salah satu dari mereka ada yang memakai narkoba

maka teman lainnya akan penasaran dan akhirnya mereka mencoba juga. Dimana narkoba sangatlah

dekat kaitanya dengan miras, rokok, dan seks bebas yang menyebabkan HIV/AIDS .

Pada umumnya pengguna narkoba dengan jarum suntik adalah jenis ketergantungan yang paling

banyak digunakan oleh kaum muda. Dan cara ini pulalah yang paling rentan terhadap penularan

virus HIV/AIDS, sehingga banyak tunas – tunas bangsa yang layu sebelum berkembang dan akhirnya

memudarkan harapan untuk menjadi penerus bangsa.


SARAN

Seperti yang telah penulis uraikan pada bab sebelumnya bahwa HIV/AIDS adalah penyakit yang

berbahaya karena virus tersebut menyerang sistim kekebalan tubuh kita dalam melaan segala

penyakit. Untuk menghindari hal tersebut dapat penulis sarankan hal – hal sebagai berikut :

1. Bagi yang belum terinfeksi virus HIV/AIDS sebaiknya :

a). Belajar agar dapat mengendalikan diri;

b). Memiliki prinsip hidup yang kuat untuk berkata “TIDAK” terhadap segala jenis yang

mengarah kepada narkoba dan psikotropika lainnya;

c). Membentengi diri dengan agama;

d). Menjaga keharmonisan keluarga karena pergaulan bebas sering kali menjadi pelarian

bagi anak – anak yang depresi.

2. Bagi penderita HIV/AIDS sebaiknya :

a). Memberdayakan diri terhadap HIV/AIDS;

b). Mencoba untuk hidup lebih lama;

c). Mau berbaur dengan orang disekitarnya/lingkungan;

d). Tabah dan terus berdoa untuk memohon kesembuhan.


3. Bagi keluarga penderita HIV/AIDS sebaiknya :

a). Memotivasi penderita untuk terbiasa hidup dengan HIV/AIDS sehingga bisa melakukan

pola hidup sehat;

b). Memotivasi penderita HIV/AIDS untuk mau beraktivitas dalam meneruskan hidup yang

lebih baik.

AIDS adalah penyakit berbahaya yang sampai saat ini belum di temukan obatnya. Penyakit

AIDS di sebabkan oleh jarum suntik dan seks bebas yang di sebabkan oleh pergaulan bebas.

Jadi apa bila kita ingin aman dari AIDS kita sebaiknya :

Ø Belajar agar dapat mengendalikan diri

Ø Memiliki prinsip hidup yang kuat

Ø Membentengi diri dengan agama

Ø Dan menjaga keharmonisan keluarga Karena pergaulan bebas sering kali menjadi pelarian

anak-anak yang depresi

Dan bagi penderita HIV/AIDS sebaiknya :

Ø Memberdayakan diri terhadap AIDS

Ø Mencoba untuk hidup lebih lama

Ø Berbaur dengan orang disekitar

Ø Tabah dan terus berdoa

Anda mungkin juga menyukai