Indah Diana
Wulandari
Risna Apriani
Fidiana Saribun
Nosrima Yenti
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tetang HIV/AIDS
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini tentang HIV/AIDS bisa bermanfaat untuk
PENDAHULUAN
HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit yang mengancam hidup manusia. Saat ini tidak ada negara
yang terbebas dari HIV/AIDS. Epidemi HIV pertama sekali diidentifikasi pada tahun 1983. Derajat
kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh HIV dan dampak global dari infeksi HIV terhadap
sumber daya penyedia kesehatan dan ekonomi sudah meluas dan terus berkembang. HIV telah
menginfeksi 50 – 60 juta orang dan menyebabkan kematian pada orang dewasa dan anak – anak
lebih dari 22 juta orang. Lebih dari 42 juta orang hidup dengan infeksi HIV dan AIDS, yang kira – kira
70% berada di Afrika dan 20% berada di Asia, dan hampir 3 juta orang meninggal setiap tahun.
Penyakit ini sangat berbahaya karena sekitar setengah dari 5 juta kasus baru setiap tahun terjadi
Menurut Hanum (2009) di Indonesia masalah AIDS cukup mendapat perhatian mengingat Indonesia
adalah negara terbuka, sehingga kemungkinan masuknya AIDS adalah cukup besar dan sulit
dihindari. Sampai Maret 2010 tercatat terjadi 20.564 kasus AIDS dengan 3.936 orang korban
meninggal dunia di Indonesia. Jumlah tersebut semakin bertambah seiring dengan banyaknya faktor
Orang dengan penyakit HIV/AIDS dapat mengalami infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik adalah
infeksi akibat adanya kesempatan untuk muncul pada kondisi – kondisi tertentu yang
memungkinkan, yang bisa disebabkan oleh organisme non patogen. Infeksi ini dapat menyerang
avium complex), alat kelamin (Herpes genitalis, Human papillomavirus), dan kulit (Herpes
simplex). Kondisi Indonesia yang beriklim tropis dengan tingkat kelembaban udara relatif tinggi
membuat berbagai jenis kuman mudah berkembang biak dan dapat berpengaruh pada jumlah
Rumusan masalah adalah rumusan yang disusun untuk memahami apa dan bagimana maslah yang
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang diharapkan dapat bermanfaat
PEMBAHASAN
1. Pengertian HIV/AIDS
gejala dan infeksi yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat
infeksi virus HIV atau Human Immunodeficiency Virus .Virus AIDS menyerang sel darah putih
HIV yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang
terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena
tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan
Tanda pertama penderita HIV biasanya akan mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu
tergantung daya tahan tubuh. Setelah kondisi membaik orang yang terinfeksi HIV akan tetap
sehat dalam beberapa tahun dan secara perlahan kekebalan tubuhnya akan menurun
Infeksi awal
Ketika infeksi HIV pertama, anda mungkin tidak akan mengalami tanda atau
Demam
Sakit kepala
Radang tenggorokan
Infeksi selanjutnya
Mungkin tidak akan mengalami gejala apapun dalam waktu 8 sampai 9 tahun,
atau bahkan lebih. Tapi seiring dengan virus yang melipat gandakan diri dan
merusak sistem imun, mungkin akan mengalami infeksi ringan atau gejala
kronis seperti :
Diare
Demam
Dalam waktu sekitar 10 tahun atau lebih setelah infeksi pertama, masalah yang
lebih serius dapat terjadi yang diistilahkan dengan AIDS dan dapat terjadi:
Infeksi yang terjadi ketika sistem imun lemah, seperti pneumocystis carinii
pneumonia (PCP)
kerusakan parah. Infeksi akan mudah terjadi. Tanda dan gejalanya adalah:
Diare kronis
Sakit kepala
Pandangan kabur
Diare kronis
Jika anda terinfeksi virus HIV, anda juga lebih rentan mengalami kanker, khususnya
Sulit berjalan
cara Penanggulangan Aids pencegahan HIV/AIDS hanya dapat efektif bila dilakukan dengan
komitmen masyarakat dan komitmen politik yang tinggi untuk mencegah dan atau
mengurangi perilaku risiko tinggi terhadap penularan HIV. Upaya pencegahan meliputi :
mempunyai pasangan seks yang berganti-ganti serta penggunaan obat suntik bergantian
dapat meningkatkan risiko terkena infeksi HIV. Pelajar juga harus dibekali pengetahuan
terkena infeksi HIV. Program untuk anak sekolah harus dikembangkan sedemikian rupa
sesuai dengan perkembangan mental serta kebutuhan mereka, begitu juga bagi mereka
yang tidak sekolah. Kebutuhan kelompok minoritas, orang-orang dengan bahasa yang
berbeda dan bagi penderita tuna netra serta tuna rungu juga harus dipikirkan.
b. Satu-satunya jalan agar tidak terinfeksi adalah dengan tidak melakukan hubungan seks atau
hanya berhubungan seks dengan satu orang yang diketahui tidak mengidap infeksi. Pada
situasi lain, kondom lateks harus digunakan dengan benar setiap kali seseorang melakukan
hubungan seks secara vaginal, anal atau oral. Kondom lateks dengan pelumas berbahan
penularan HIV. Begitu pula Program “Harm reduction”yang menganjurkan para pengguna
d. Menyediakan fasilitas Konseling HIV dimana identitas penderita dirahasiakan atau dilakukan
secara sukarela dan rujukan medis dianjurkan dilakukan secara rutin pada klinik keluarga
berencana dan klinik bersalin, klinik bagi kaum homo dan terhadap komunitas dimana
seroprevalens HIV tinggi. Orang yang aktivitas seksualnya tinggi disarankan untuk mencari
e. Setiap wanita hamil sebaiknya sejak awal kehamilan disarankan untuk dilakukan tes HIV
f. Berbagai peraturan dan kebijakan telah dibuat oleh USFDA, untuk mencegah kontaminasi
HIV pada plasma dan darah. Semua darah donor harus diuji antibodi HIV nya. Hanya darah
dengan hasil tes negatif yang digunakan. Orang yang mempunyai kebiasaan risiko tinggi
terkena HIV sebaiknya tidak mendonorkan plasma, darah, organ-organ untuk transplantasi,
sel atau jaringan (termasuk cairan semen untuk inseminasi buatan). Institusi (termasuk bank
sperma, bank susu atau bank tulang) yang mengumpulkan plasma, darah atau organ harus
menginformasikan tentang peraturan dan kebijakan ini kepada donor potensial dan tes HIV
harus dilakukan terhadap semua donor. Apabila mungkin, donasi sperma, susu atau tulang
harus dibekukan dan disimpan selama 3 – 6 bulan. Donor yang tetap negatif setelah masa itu
g. Jika hendak melakukan transfusi Dokter harus melihat kondisi pasien dengan teliti apakah
h. Sikap hati-hati harus dilakukan pada waktu penanganan, pemakaian dan pembuangan jarum
suntik atau semua jenis alat-alat yang berujung tajam lainnya agar tidak tertusuk. Petugas
kesehatan harus menggunakan sarung tangan lateks, pelindung mata dan alat pelindung
lainnya untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan yang mengandung darah.
Setiap tetes darah pasien yang mengenai tubuh petugas kesehatan harus dicuci dengan air
dan sabun sesegera mungkin. Kehati-hatian ini harus di lakukan pada semua pasien dan
i. WHO merekomendasikan pemberian imunisasi bagi anak-anak dengan infeksi HIV tanpa
yang menunjukkan gejala sebaiknya tidak mendapat vaksin BCG. Di AS, BCG dan vaksin oral
polio tidak direkomendasikan untuk diberikan kepada anak-anak yang terinfeksi HIV tidak
c. Gunakan kondom, terutama untuk kelompok perilaku resiko tinggi jangan menjadi
donor darah.
Terdapat pula tes-tes komersial untuk mendeteksi antigen HIV lainnya, HIV-RNA, dan
HIV-DNA, yang dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi HIV meskipun perkembangan
diperlukan uji laboratorik yang mampu mendeteksi virus atau komponennya seperti: assay untuk
mendeteksi DNA HIV dari plasma assay untuk mendeteksi RNA HIV dari plasma assay untuk
Tetapi uji ini belum dipergunakan secara luas, masih terbatas pada penelitian.
Meskipun uji deteksi antibodi tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis definitif HIV
pada anak yang berumur kurang dari 18 bulan, antibodi HIV dapat digunakan untuk
mengeksklusi infeksi HIV, paling dini pada usia 9 sampai 12 bulan pada bayi yang tidak mendapat
ASI atau yang sudah dihentikan pemberian ASI sekurang-kurangnya 6 minggu sebelum
dilakukannya uji antibodi. Pada anak yang berumur lebih dari 18 bulan uji antibodi termasuk uji
cepat (rapid test) dapat digunakan untuk mendiagnosis infeksi HIV sama seperti orang dewasa.
5. Pengobatan HIV/AIDS
Belum ada obat untuk menyembuhkan infeksi HIV, tapi ada pengobatan yang bisa
memperlambat perkembangan penyakit. Perawatan ini bisa membuat orang yang terinfeksi
untuk hidup lebih lama dan bisa menjalani pola hidup sehat. Ada berbagai macam jenis obat
Jika merasa atau mencurigai baru saja terkena virus dalam rentan waktu 3x24 jam, obat anti
HIV bisa mencegah terjadinya infeksi. Obat ini bernama post-exposure prophylaxis (PEP) atau di
Indonesia dikenal sebagai profilaksis pasca pajanan. Profilaksis adalah prosedur kesehatan yang
Pengobatan ini harus dimulai maksimal tiga hari setelah terjadi pajanan (terpapar) terhadap
virus. Idealnya, obat ini bisa diminum langsung setelah pajanan terjadi. Makin cepat pengobatan,
Pengobatan memakai PEP ini berlangsung selama sebulan. Efek samping obat ini serius dan
tidak ada jaminan bahwa pengobatan ini akan berhasil. PEP melibatkan obat-obatan yang sama
Obat ini bisa Anda dapatkan di dokter spesialis penyakit infeksi menular seksual (IMS) atau di
rumah sakit.
Jika hasil tes positif atau reaktif berarti kita terinfeksi HIV. Hasil tes ini seharusnya
disampaikan oleh penyuluh (konselor) atau pun dokter. Mereka akan memberi tahu dampaknya
pada kehidupan sehari-hari dan bagaimana menghadapi situasi yang terjadi saat itu.
Tes darah akan dilakukan secara teratur untuk mengawasi perkembangan virus sebelum
memulai pengobatan. Pengobatan dilakukan setelah virus mulai melemahkan sistem kekebalan
tubuh manusia. Ini bisa ditentukan dengan mengukur tingkat sel CD4 (sel yang bertugas
Jika CD4 sudah mendekati 350, disarankan untuk melakukan pengobatan secepatnya. Tujuan
pengobatan adalah untuk menurunkan tingkat virus HIV dalam darah. Ini juga untuk mencegah
atau menunda penyakit yang terkait dengan HIV. Kemungkinan untuk menyebarkannya juga
Bagi penderita hepatitis B dan hepatitis C yang juga terinfeksi HIV, pengobatan disarankan
ketika angka CD4 di bawah 500. Jika penderita HIV sedang menjalani radioterapi atau
kemoterapi yang akan menekan sistem kekebalan tubuh, pengobatan dilakukan dengan angka
CD4 berapa pun. Atau ketika Anda juga menderita penyakit lain seperti TB, penyakit ginjal, dan
penyakit otak.
Obat-obatan Antiretroviral
Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV.
Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi memperlambat pertumbuhan virus. HIV bisa mudah
beradaptasi dan kebal terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu, kombinasi golongan ARV
NNRTI (Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Jenis ARV ini akan bekerja dengan
Protease inhibitors. ARV jenis ini akan menghilangkan protease, jenis protein yang juga
Entry inhibitors. ARV jenis ini akan menghalangi HIV untuk memasuki sel-sel CD4.
Integrase inhibitors. Jenis ARV ini akan menghilangkan integrase, protein yang digunakan
pasien akan diberikan tiga golongan obat ARV. Kombinasi obat ARV yang diberikan berbeda-
beda pada tiap-tiap orang, jadi jenis pengobatan ini bersifat pribadi atau khusus.
Beberapa obat ARV sudah digabungkan menjadi satu pil. Begitu pengobatan HIV dimulai,
mungkin obat ini harus dikonsumsi seumur hidup. Jika satu kombinasi ARV tidak berhasil,
Penggabungan beberapa tipe pengobatan untuk mengatasi infeksi HIV bisa menimbulkan reaksi
dan efek samping yang tidak terduga. Selalu konsultasikan kepada dokter sebelum mengonsumsi
Bagi wanita hamil yang positif terinfeksi HIV, ada obat ARV khusus untuk wanita hamil. Obat
ini untuk mencegah penularan HIV dari ibu kepada bayinya. Tanpa pengobatan, terdapat
perbandingan 25 dari 100 bayi akan terinfeksi HIV. Risiko bisa diturunkan kurang dari satu
Dengan pengobatan lebih dini, risiko menularkan virus melalui kelahiran normal tidak
meningkat. Tapi bagi beberapa wanita, tetap disarankan untuk melahirkan dengan operasi
caesar.
Bagi wanita yang terinfeksi HIV, disarankan untuk tidak memberi ASI kepada bayinya. Virus
bisa menular melalui proses menyusui. Jika Anda adalah pasangan yang menderita HIV,
bicarakan kepada dokter sebagaimana ada pilihan untuk tetap hamil tanpa berisiko tertular HIV.
sehari-hari. Pengobatan HIV bisa berhasil jika Anda mengonsumsi obat secara teratur (pada
waktu yang sama setiap kali minum obat). Jika melewatkan satu dosis saja, efeknya bisa
Semua pengobatan untuk HIV memiliki efek samping yang tidak menyenangkan. Jika terjadi
efek samping yang tidak normal, Anda mungkin perlu mencoba kombinasi obat-obatan ARV yang
Kelelahan
Mual
Diare
Status epidemik HIV dan AIDS di Indonesia sudah dinyatakan pada tingkat concentrated
epidemic level oleh karena angka prevalensi kasus HIV dan AIDS di kalangan sub populasi
tertentu di atas 5%. Hasil Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku (STHP) tahun 2009
menunjukkan angka estimasi Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) di kalangan wanita penjaja
seks (WPS) langsung 6%, WPS tidak langsung 2%, waria 6%, pelanggan WPS 22%, pasangan
pelanggan 7%, lelaki seks lelaki (LSL) 10%, warga binaan 5%, pengguna napza suntik (penasun)
37%, dan pasangan seks penasun 5%. Bahkan di Provinsi Papua dan Papua Barat status epidemi
sudah memasuki tingkatan generalized epidemic level oleh karena prevalensi HIV pada
masyarakat umum khususnya populasi 15-49 tahun sudah mencapai 2,4%. Epidemi HIV dan AIDS
di Indonesia terkonsentrasi pada populasi kunci, yang berasal dari dua cara penularan utama
Jumlah kumulatif kasus AIDS yang dilaporkan di Indonesia meningkat tajam dari 7.195 di
tahun 2006 menjadi 76.879 di tahun 2011 (Kemkes, Laporan Situasi HIV dan AIDS di Indonesia,
tahun 2006 dan 2011). Menurut estimasi nasional infeksi HIV tahun 2009, diperkirakan terdapat
186.257 orang terinfeksi HIV dan 6,4 juta orang berisiko tinggi terinfeksi HIV di Indonesia
Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit-penyakit yang timbul atau ditularkan
terutama pada alat kelamin (Wijoyono, 2008). Penyakit menular Seksual (PMS) adalah suatu
gangguan atau penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur yang di
tularkan dari satu orang ke orang lain melalui kontak atau hubungan seksual. Pertama kali
penyakit ini sering di sebut “penyakit kelamin” atau vineral disease, tetapi sekarang sebutan
yang paling tepat adalah penyakit menular seksual (PMS) atau seksually transmitted disease
(PMS) (Marmi, 2013). Remaja Indonesia saat ini sedang mengalami kerentanan hidup terhadap
berbagai macam resiko kesehatan terutama yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan
reproduksi termasuk peningkatan ancaman HIV/ AIDS. Kelompok usia remaja merupakan
sumber daya manusia yang paling potensial sebagai tunas bangsa dan penentu masa depan
bangsa. Karena itu kelompok remaja perlu mendapatkan penanganan dan perhatian serius
untuk dipersiapkan menjadi manusia yang berguna serta berkembang baik dan benar,
Meningkatkan kualitas serta kemampuannya sehingga hasil kerjanya akan maksimal. Banyaknya
remaja yang menunjukkan perilaku positif dengan prestasi gemilang dari berbagai bidang.
Namun, tidak sedikit pula remaja dikalangan pelajar yang berperilaku mengarah padahal-hal
yang negatif, mulai dari tawuran, merokok, penggunaan narkoba, bahkan sampai perilaku seks
bebas yang berakibat terjadinya kehamilan yang tak diinginkan, adanya tindakan aborsi, serta
resiko terkena penyakit HIV/AIDS atau penyakit menular seksual lainnya (Pravitasari, 2013).
World health organization (WHO) menyatakan 333 juta kasus baru PMS (penyakit menular
seksual) terjadi di seluruh dunia setiap tahun dan setidaknya 111 juta kasus ini terjadi pada
mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Dan di banyak Negara berkembang. data menunjukkan
bahwa sampai 60 % dari semua infeksi HIV baru terjadi pada kelompok usia antara 15 sampai 24
tahun (Sarwono, 2005). Pada tahun 2005, diperkirakan ada 318 juta IMS dengan perkiraan
39.690.000 kasus infeksi klamidia, 9.430.000 kasus gonore, 2,54 juta kasus sifilis dan sekitar
25.760.000 kasus trikomonas (WHO, 2012). Kasus baru IMS diperkirakan lebih dari 110 juta di
kalangan laki-laki dan perempuan di dunia (CDC, 2013). Indonesia sendiri penyakit menular
Meningkatnya minat seksual remaja mendorong bagi remaja itu sendiri untuk selalu
berusaha mencari informasi dalam berbagai bentuk. Sumber informasi dapatdiperoleh dengan
bebas mulai dari teman sebaya, buku-buku, film, video, bahkan dengan mudahnya membuka
situs-situs lewat internet. Pengaruh informasi global justru memancing anak dan remaja untuk
menyalahgunakan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar remaja dan tawuran. Ini
menyebabkan munculnya permasalah pada kelompok remaja yang sangat beragam dan belum
semuanya mendapat respon dengan baik sehingga permasalah tersebut belum terselesaikan dan
Banyak faktor yang mempengarui peningkatan kasus remaja dengan penyakit menular
seksual. Diantara factor itu meliputi: usia, jenis kelamin, pendidikan, tayangan media massa dan
serta factor pengetahun remaja tentang penyakit menular seksual (BKKBN, 2002).
Penularan IMS dapat melalui hubungan seks yang tidak aman yaitu; hubungan seks lewat
liang senggama tanpa kondom (zakar masuk ke vagina atau liang senggama), hubungan seks
lewat dubur tanpa kondom (zakar masuk ke dubur), seks oral (zakar dimasukkan kemulut tanpa
zakar di tutupi kondom). Penularan IMS juga dapat terjadi dengan cara lain yaitu: melalui darah:
tranfusi darah dengan darah yang sudah terinfeksi HIV, saling bertukar jarum suntik pada
pemakaian narkoba, tertusuk jarum suntik yang tidak steril secara sengaja atau tidak sengaja,
menindik telinga atau tato dengan jarum yang tidak steril, penggunaan alat pisau cukur
bersama-sama (khususnya jika terluka dan menyisakan darah pada alat) (Marmi, 2013).
Adanya motivasi dan pengetahuan yang memadai untuk menjalani masa remaja secara
sehat, diharapkan remaja mampu untuk memelihara kesehatan dirinya sehingga mampu
terhadap orang tua dan remaja Dalam Pedoman Komunikasi Informasi Dan Edukasi (KIE) BKKBN,
(2006); Memberi penyuluhan kepada orang tua perlu di berikan penyuluhan mengenai sikap
orang tua menghadap remaja. Para orang tua harus mengetahui dan menyadari bahwa
menghadapi remaja orang tua sebaiknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut : berbicara secara
terbuka dan jujur terhadap remaja, memiliki wawasan dan pengetahuan tentang remaja,
termasuk pergaulan remaja sekarang, memahami keadaan atau persoalan anak remaja agar
KESIMPULAN
Generasi muda adalah generasi yang baru saja menginjakkan kakinya di dunia dewasa. Pada
umumnya mereka masih mencari jati diri sebagai manusia yang ingin dianggap dewasa. Sehingga
setiap langkah yang diambil pada umumnya cenderung mencoba – coba karena sifat keingintahuan
manusia terhadap hal – hal yang dianggap baru. Jika ternyata langkah yang mereka ambil salah
Hal-hal tersebut adalah masa-masa rawan yang merupakan langkah awal yang sangat harus
diwaspadai oleh generasi muda. Generasi muda juga sangat mudah terbujuk oleh hasutan orang-
orang di sekitarnya. Selain itu generasi muda adalah masa di mana persahabatan adalah segalanya,
dan melakukan sesuatu bersama, jadi apabila salah satu dari mereka ada yang memakai narkoba
maka teman lainnya akan penasaran dan akhirnya mereka mencoba juga. Dimana narkoba sangatlah
dekat kaitanya dengan miras, rokok, dan seks bebas yang menyebabkan HIV/AIDS .
Pada umumnya pengguna narkoba dengan jarum suntik adalah jenis ketergantungan yang paling
banyak digunakan oleh kaum muda. Dan cara ini pulalah yang paling rentan terhadap penularan
virus HIV/AIDS, sehingga banyak tunas – tunas bangsa yang layu sebelum berkembang dan akhirnya
Seperti yang telah penulis uraikan pada bab sebelumnya bahwa HIV/AIDS adalah penyakit yang
berbahaya karena virus tersebut menyerang sistim kekebalan tubuh kita dalam melaan segala
penyakit. Untuk menghindari hal tersebut dapat penulis sarankan hal – hal sebagai berikut :
b). Memiliki prinsip hidup yang kuat untuk berkata “TIDAK” terhadap segala jenis yang
d). Menjaga keharmonisan keluarga karena pergaulan bebas sering kali menjadi pelarian
a). Memotivasi penderita untuk terbiasa hidup dengan HIV/AIDS sehingga bisa melakukan
b). Memotivasi penderita HIV/AIDS untuk mau beraktivitas dalam meneruskan hidup yang
lebih baik.
AIDS adalah penyakit berbahaya yang sampai saat ini belum di temukan obatnya. Penyakit
AIDS di sebabkan oleh jarum suntik dan seks bebas yang di sebabkan oleh pergaulan bebas.
Jadi apa bila kita ingin aman dari AIDS kita sebaiknya :
Ø Dan menjaga keharmonisan keluarga Karena pergaulan bebas sering kali menjadi pelarian