Anda di halaman 1dari 35

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat Indonesia perlu menyadari dampak komplikasi dan
menimbulkan cacat total tetap dari penyakit diabestes dan hipertensi, serta
dampak ekonominya.

Menurut Guru Besar Fakultas Kesehatan Mayarakat UI, Hasbullah


Thabrani saat diskusi kesehatan penyakit diabetes dan hipertensi di Jakarta,
diabetes dan hipertensi kini tidak hanya dapat menyerang mereka yang
berusia lanjut. Fenomena terbaru mencatat bahwa dalam kurun waktu lima
tahun terakhir, prevelensi diabetes dan hipertensi di Indonesia mumulai
mengalami peningkatan pada penduduk yang menginjak usia muda dan
produktik. ghasilan bagi rumah tangga.

Menurut WHO (World Helath Organization) sendiri Diabetes Mellitus


merupakan suatu penyakit kronis yang terjadi apabila pankreas tidak
memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh yang
tidak efektif menggunakan hormon insulin yang dihasilkan. Ketidakmampuan
tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar glukosa dalam darah
atau yang dikenal dengan hiperglikemia.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang bisa diambil dari latar belakang diatas adalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan diagnosis Diabetes Mellitus
di Puskesmas Menur?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan Pada Ny. S


dengan diagnosis Diabetes Mellitus di Puskesmas Menur.

1
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi Pengkajian Asuhan Keperawatan Pada Ny. S
dengan diagnosis Diabetes Mellitus di Puskesmas Menur.
2. Mengidentifikasi Diagnosa Asuhan Keperawatan Pada Ny. S
dengan diagnosis Diabetes Mellitus di Puskesmas Menur.
3. Menjelaskan Intervensi Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan
diagnosis Diabetes Mellitus di Puskesmas Menur.
4. Menjelaskan Implementasi Asuhan Keperawatan Pada Ny. S
dengan diagnosis Diabetes Mellitus di Puskesmas Menur.
5. Menjelaskan Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan
diagnosis Diabetes Mellitus di Puskesmas Menur.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Perawat

Dapat mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan


diagnosis Diabetes Mellitus di Puskesmas Menur

1.4.2 Manfaat Mahasiswa

Dapat mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan


diagnosis Diabetes Mellitus di Puskesmas Menur.

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Diabetes Mellitus


2.1.1 Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang kompleks yang


mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, protein, lemak dan
berkembang menjadi komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan
neurologis. (Barbara C. Long).

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis yang menimbulkan


gangguan multi sistem dan mempunyai karakteristik hyperglikemia yang
disebabkan defisiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat.
(Brunner dan Sudart).

Diabetes mellitus adalah keadaan hyperglikemia kronis yang


disebabkan oleh faktor lingkungan dan keturunan secara bersama-sama,
mempunyai karakteristik hyperglikemia kronis tidak dapat disembuhkan
tetapi dapat dikontrol (WHO).

Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang


akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan
insulin baik absolut maupun relatif (Suyono, 2002).

2.1.2 Etiologi

Penyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO 1.


tahun 1995 adalah :

1. DM Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin)


a. Faktor genetik / herediter
Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-
sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah
perkembangan antibodi autoimun melawan sel-sel beta, jadi mengarah
pada penghancuran sel-sel beta.

3
b. Faktor infeksi virus
Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu
yang menentukan proses autoimun pada individu yang peka secara genetik
2. DM Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)
Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada
individu obesitas dapat menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel
target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia kurang
efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa.
3. DM Malnutrisi
a. Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD)
Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah
protein sehingga klasifikasi pangkreas melalui proses mekanik (Fibrosis)
atau toksik (Cyanide) yang menyebabkan sel-sel beta menjadi rusak.
b. Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD)

Karena kekurangan protein yang kronik menyebabkan hipofungsi sel


Beta pancreas

4. DM Tipe Lain
a. Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas dll
b. Penyakit hormonal
Seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang
merangsang sel-sel beta pankeras yang menyebabkan sel-sel ini hiperaktif
dan rusak.
 Obat-obatan
- Bersifat sitotoksin terhadap sel-sel seperti aloxan dan streptozerin
- Yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiazide,
phenothiazine dll.

4
2.1.3 Patofisiologi

Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan


dengan satu dari tiga efek utama kekurangan insulin sebagai berikut :
(1) Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat
peningkatan konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200
mg/hari/100 ml. (2) Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah
penyimpanan lemak, menyebabkan kelainan metabolisme lemak
maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang mengakibatkan
aterosklerosis. (3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.

Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi


pada diabetes mellitus yang tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke
dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah glukosa yang masuk
tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225
mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam
urine. Jika jumlah filtrasi glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap,
maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa meningkat melebihi 180
mg%.

Asidosis pada diabetes, pergeseran dari metabolisme


karbohidrat ke metabolisme telah dibicarakan. Bila tubuh
menggantungkan hampir semua energinya pada lemak, kadar asam
aseto – asetat dan asam Bihidroksibutirat dalam cairan tubuh dapat
meningkat dari 1 Meq/Liter sampai setinggi 10 Meq/Liter.

2.1.4 Faktor-faktor Diabetes Mellitus


Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab
yaitu:
a. Faktor genetik
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita
diabetes mellitus dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka

5
kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 %
dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang
memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b. Faktor non genetik
1) Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah
mempunyai predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.
2) Nutrisi
a. Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b. Malnutrisi protein
c. Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3) Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi
biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4) Hormonal Sindrom cushing
Karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali
karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena
konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena
kadar katekolamin meningkat

2.1.5 Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut:


Pada tahap awal sering ditemukan :

a. Poliuri (banyak kencing)

Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien mengeluh banyak kencing.

6
b. Polidipsi (banyak minum)

Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan


banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih banyak
minum.

c. Polipagi (banyak makan)

Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami


starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus makan.
Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan tersebut hanya
akan berada sampai pada pembuluh darah.

d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.

Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang
lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka
tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan
DM walaupun banyak makan akan tetap kurus

e. Mata kabur

Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa – sarbitol


fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.

2.1.6 Klasifikasi:

Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :

a. Diabetes mellitus type insulin, Insulin Dependen diabetes mellitus


(IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama Juvenil Onset diabetes

7
(JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah
terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada
anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b. Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus
(NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes
(MOD) terbagi dua yaitu :
1) Non obesitas
2)Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas,
tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan
obesitas.
c. Diabetes mellitus type lain
1) diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan
hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,
kelainan genetik dan lain-lain.
2) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
3) diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama
kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan
kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon
chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk
mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.

2.1.6 Komplikasi Diabetes Mellitus


1. Penyakit jantung dan stroke
Menyebabkan serangan jantung atau stroke kerna peningkatan risiko
penyumbatan pembuluh darah pada jantung atau otak.Menghambat
aliran darah ke jantung dan menyebabkan serangan angina (angin
duduk). Serangan angina terindikasi dengan adanya sakit dada yang
terasa menekan.

8
2. Kerusakan neuropati (saraf)
Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak saraf dan pembuluh
darah halus. Sehingga memunculkan sensasi kesemutan atau
terbakar yang biasa berawal dari ujung jari tangan dan kaki lalu
menyebar ke bagian tubuh lain.
3. Kerusakan pada organ kaki
Terhambatnya aliran darah pada kaki penderita diabetes bisa
meningkatkan risiko komplikasi kesehatan kaki yang biasanya
terlambat disadari.
4. Kerusakan retina
Retinopati muncul saat terjadi masalah pada pembuluh darah di
retina (jaringan pada mata nyang sensitive terhadap cahaya) yang
dapat mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan.Pembuluh darah
tersebut dapat bocor, tersumbat atau tumbuh secara acak sehingga
menghalangi cahaya untuk sampai ke retina.
5. Kerusakan ginjal
Kerusakan parah pada ginjal bahkan dapat menyebabkan gagal
ginjal, Anda membutuhkan dialysis(proses pengobatan yang meniru
fungsi ginjal) atau bahkan transplantasi ginjal.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Diabetes mellitus


2.2.1 Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes
mellitus dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata,
riwayat kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu,
pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien degan diabetes mellitus :
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.

9
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi


berdasarkan teori, maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada klien diabetes mellitus yaitu :
a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis
osmotik.
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan
dengan ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

10
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang
lain.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.

2.2.3 Rencana Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis


osmotik.
Tujuan:
Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine
tepat secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi:
1.)Pantau tanda-tanda vital.
Rasional : Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan
takikardia.
2.)Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit, dan membran mukosa.
Rasional : Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume
sirkulasi yang adekuat.
3.)Pantau masukan dan keluaran, catat berat jenis urine.
Rasional : Memberikan perkiraan kebutuhan akan cairan pengganti, fungsi
ginjal, dan keefektifan dari terapi yang diberikan.
4.)Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : Memberikan hasil pengkajian yang terbaik dari status cairan
yang sedang berlangsung dan selanjutnya dalam memberikan cairan
pengganti.
5.)Berikan terapi cairan sesuai indikasi.

11
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan
cairan dan respons pasien secara individual
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan:
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
Menunjukkan tingkat energi biasanya
Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi:
1) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik.
2) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk
absorbsi dan utilisasinya).
3) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
4) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi
pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan
cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan:
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah
terjadinya infeksi.

12
Intervensi:
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
nosokomial.
2) Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan
yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media
terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada
peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5) Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan
memobilisasi sekret.

d. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan


ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
Tujuan:
Mempertahankan tingkat kesadaran/orientasi.
Mengenali dan mengkompensasi adanya kerusakan sensori.
Intervensi:
1.)Pantau tanda-tanda vital dan status mental.
Rasional : Sebagai dasar untuk membandingkan temuan abnormal
2.)Panggil pasien dengan nama, orientasikan kembali sesuai dengan
kebutuhannya.
Rasional : Menurunkan kebingungan dan membantu untuk
mempertahankan kontak dengan realitas.
3.)Pelihara aktivitas rutin pasien sekonsisten mungkin, dorong untuk
melakukan kegiatan sehari-hari sesuai kemampuannya.

13
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan
realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
4.)Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada
paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang
berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi
terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Tujuan:
Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan.
Intervensi:
1.)Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2.)Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3.)Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah
melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
4.)Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang
lain.
Tujuan:
Mengakui perasaan putus asa
Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.

14
Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri
mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi:
1.)Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang
perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara
pemecahan masalah.
2.)Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain
atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol
diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
3.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam
perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha
yang dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
4.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam
perawatan diri sendiri.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
keselahan interpretasi informasi.
Tujuan:
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan
menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional
tindakan.
Intervensi:
1.)Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum
pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2.)Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.

15
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3.)Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu
pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.
4.)Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan
jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih
ketat.

2.2.4 Konsep Home Visit


1. Pengertian Dan Tujuan Keperawatan Di Rumah
Pelayanan keperawatan di rumah adalah interaksi yang dilakukan
di tempat tinggal keluarga yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan keluarga dan anggotanya. Dari pengertian
tersebut dapat di garis bawahi bahwa tenaga kesehatanlah yang
bergerak dalam hal ini mengunjungi klien, bukan klien yang datang ke
tenaga kesehatan. Hampir semua pelayanan kesehatan dapat diberikan
melalui keperawatan di rumah, kecuali dalam keadaan gawat darurat
cukup sehat untuk tetap tinggal di masyarakatnya dan melakukan
perawatan sendiri setelah ditinggal oleh perawat.
2. Pelayanan Keperawatan di Rumah Memiliki Lima Tujuan Dasar,
yaitu :
1) Meningkakan “support system” yang adekuat dan efektif
serta mendorong digunakannya pelayanan kesehatan.
2) Meningkatkan keadekuatan dan keefektifan perawatan pada
anggota keluarga dengan masalah kesehatan dan kecacatan.
3) Mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang normal
dari seluruh anggota keluarga serta memberikan pendidikan
kesehatan pada keluarga tentang peningkatan dan kesehatan
pencegahan.
4) Menguatkan fungsi keluarga dan kedekatan antar anggota
keluarga.

16
5) Meningkatkan kesehatan keluarga. (Smith, 1995)

Kelima tujuan dasar dari pelayanan keperawatan di rumah pada


hakekatnya bertujuan untuk membantu keluarga menyelesaikan
masalah-masalahnya yang oleh Simmon (1980), dikategorikan menjadi;

1. Sikap hidup dan sumber-sumber pelayanan kesehatan.


2. Penyimpangan status kesehatan.
3. Pola dan pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan.
4. Dinamika dan struktur keluarga.
2.2.5 Hubungan Perawat Klien dengan Keluarga

Perawat-perawat yang berkunjung ke rumah memiliki perhatian terhadap


seluruh masalah-masalah kesehatan yang teridentifikasi dari keluarga tertentu
atau sekelompok keluarga. Perawat tersebut memiliki kemampuan klinik yang
general dan dapat bekerja dengan klien dari seluruh sekelompok usia.

Untuk dapat berhubungan dengan keluarga, perawat tidak perlu bertemu


secara langsung dengan seluruh anggota keluarga. Salah satu anggota keluarga
dapat menjadi sumber informasi, tetapi perawat harus menyadari adanya
kemungkinan bahwa informasi yang diberikan tersebut, dipengaruhi oleh
persepsi dari sumber.

Perawat memerlukan waktu untuk memperkenalkan diri kepada keluarga.


Gunakan panggilan yang formal kecuali jika keluarga menghendaki lain.
Sangat penting bagi perawat untuk berinteraksi dengan sebanyak mungkin
anggota keluarga.

Melalui pengkajian, perawat berusaha untuk mengidentifikasi masalah-


masalah kesehatan yang aktual maupun yang potensional yang terdapat pada
setiap anggota keluarga. Issue-issue tentang peningkatan kesehatan seperti diet
dan perlindungan khusus seperti imunisasi mungkin ditemukan sebagai
masalah yang memerlukan rujukan. Koping keluarga terhadap penyakit yang

17
terjadi atau kecacatan merupakan masalah aktual yang mungkin memerlukan
interveksi langsung.

Hubungan perawat-klien dengan keluarga merupakan hal yang penting


bagi komunitas. Fase-fase hubungan dari perawat-klien dengan keluarga
memiliki kesamaan dengan hubungan perawat-klien secara individual.

2.2.6 Prinsip hubungan perawat-klien dengan keluarga :


1. Fokus interveksi perawat adalah keluarga.
2. Interveksi yang diberikan dapat berfokus pada seluruh kebutuhan
kesehatan dan meliputi tiga level pencegahan.
3. Keluarga tetap memiliki otonomi untuk mengambil keputusan
terhadap kesehatannya.
4. Perawat adalah tamu di rumah keluarga.

2.2.7 Fase hubungan perawat-klien dengan keluarga


1. Fase Preinisiasi atau Pesiapan

Pada fase pertama, perawat data mendapat data tentang keluarga


yang akan dikunjungi dari Puskesmas atau Ibu kader. Perawat perlu
membuat laporan pendahuluan untuk kunjungan yang dilakukan. Bagi
perawat yang sudah berpengalaman fase ini dapat diperpendek jangka
waktunya. Sangat penting untuk dilakukan pada fase ini adalah kontrak
waktu kunjungan dengan keluarga.

2. Fase Inisiasi atau Perkenalan


Fase ini mungkin memerlukan beberapa kali kunjungan. Selama
fase ini, perawat dan keluarga berusaha untuk saling mengenal dan
bagaimana keluarga menanggapi suatu masalah kesehatan.
3. Fase Implementasi
Pada fase ini, kerja perawat melakukan pengkajian dan
perencanaan untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dimiliki
keluarga bersama-sama dengan keluarga. Lakukan intervensi sesuai
perencanaan. Eksplorasi nilai-nilai keluarga dan persepsi keluarga

18
terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan
tingkat pendidikan dan sediakan pula informasi tertulis.
4. Fase Terminasi
Di fase ini, perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan
berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga.
Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang
ditangani dan masalah kesehatan yang mungkin dialami keluarga penting
dilakukan difase teriminasi. Tinggalkan nama dan alamat perawat dengan
nomor telepon.
5. Fase pasca kunjungan
Pada fase terakhir ini sering terabaikan. Di fase ini perawat
hendaknya membuat dokumentasi lengkap tentang kunjungan untuk
disimpan di pelayanan kesehatan, tempat perawat bertugas.
Selanjutnya akan dibahas tentang standar dan tanggung jawab dari
perawat komunitas yang melakukan kunjungan rumah.
2.2.8 Standar Dan Tanggung Jawab
1. Standar merupakan alat untuk mempertahankan mutu pelayanan yang
diberikan. Berbeda dengan diluar negeri, standar keperawatan di Indonesia
belum bersifat nasional. Standar keperawatan di Indonesia mengacu pada
pelaksanaan proses keperawatan. Sementara ini standar keperawatan bagi
perawat yang melakukan kunjungan rumah dapat mengacu pada standar
yang dibuat oleh The American Nurses Association (1986).
Standar Keperawatan Di Rumah
Standar 1 : Organisasi pelayanan kesehatan di rumah
Seluruh pemberi pelayanan kesehatan termasuk perawat, dokter,
physioterapist, occupatiaon therapist, speech therapist dan pekerja sosial
perlu diorganisasi dan diatur dengan system manajeman tertentu.
Stabdar 2 : Teori
Perawat mengaplikasikan konsep dan teori sebagai dasar pengambilan
keputusan dalam tugasnya.

19
Standar 3 : Pengumpulan Data
Perawat secara terus-menerus mengumpulkan dan mencatat data dengan
teliti, sistematis dan komprehensif.
Standar 4 : Diagnosis
Perawat menggunakan data hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis
keperawatan.
Standar 5 : Perencanaan
Perawat mengembangkan perencanaan keperawatan untuk mencapai
tujuan. Rencana perawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan dan
menggunakan tindakan-tindakan pencegahan, perawatan, dan pemulihan.
Standar 6 : Intervensi
Perawat dengan pedoman rencana perawatan memberikan intervensi untuk
meningkatkan rasa nyaman, memulihkan, memperbaiki dan meningkatkan
kesehatan, mencegah komplikasi dan meningkatkan hasil rehabilitasi.
Standar 7 : Evaluasi
Perawat mengevaluasi respon klien dan keluarga terhadap terhadap
intervensi perawatan secara berkelanjutan untuk menentukan kemajuan
terhadap pencapaian tujuan dan mereview data dasar, diagnosis
keperawatan dan rencana perawatan.
Standar 8 : Kesinambungan Perawatan
Perawat bertanggung jawab terhadap pemberian perawatan yang tepat dan
tidak terputus bagi klien, untuk itu digunakan rencana pulang, manajemen
kasus dan koordinasi dengan sumber-sumber di masyarakat.
Standar 9 : Kolaborasi Interdisiplin
Perawat memulai dan mempertahankan hubungan kerjasama dengan
pemberi pelayanan kesehatan yang tepat dan menjamin bahwa seluruh
upaya dapat melengkapi satu dengan yang lainnya secara efektif.
Standar 10 : Pengembangan Profesional
Perawat memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan diri secara
professional dan membantu perawat lain mengembangkan sikap
professional.

20
Standar 11 : Riset
Perawat berpartisipasi dalam berbagai riset dan berkontribusi dalam
pengembangan profesi dan ilmu dari pelayanan kesehatan di rumah.
Standar 12 : Etik
Perawat menggunakan standar yang dikembangkan oleh ANA sebagai
pedoman bagi pengambilan keputusan dalam praktek keperawatan.
2. Tanggung jawab perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di
rumah meliputi :
1. Pemberian pelayanan secara langsung
Pelayanan keperawatan dapat meliputi pengkajian fisik atau
psikososial, menunjukkan pemberian tindakan secara trampil dan
pemberian pendidikan kesehatan. Dalam melakukan pengkajian dan
memberikan intervensi, perawat yang datang ke rumah perlu
memperhatikan kebutuhan klien selama 24 jam. Kerja sama dari klien
dan keluarga serta pemberi perawatan utama di keluarga dalam
perencanaan sangat penting untuk menjaga kesinambungan perawatan
selama perawat tidak ada di rumah. Perawat hanya memberikan
perawatan dalam waktu terbatas. Perawatan yang dilakukan dirumah
lebih merupakan tanggung jawab dari keluarga dari pada perawat. Oleh
karena itu pendidikan kesehatan menjadi intervensi yang utama dalam
perawatan di rumah. Perawat bertanggung jawab untuk menyiapkan
klien dan keluarga dengan pengetahuan dan ketrampilan khusus untuk
memberikan perawatan yang aman di antara waktu kunjungan.
2. Dokumentasi

Pendokumentasian yang di lakukan selama perawatan di rumah


penting untuk melihat kemajuan keluarga dalam mengatasi masalah-
masalah kesehatan yang di alaminya. Sayangnya, format-format
pendokumentasian yang ada masih banyak menghabiskan waktu
perawat untuk mengisinya. Di luar negeri, pendokumentasian juga di
gunakan untuk menghitung pembayaran oleh keluarga yang selanjutnya
akan diterimakan pada perawat melalui agency.

21
3. Koordinasi antara pelaayanan dan manajemen kasus

Perawat bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan para


professional lain dalam memberikan pelayanan kepada keluarga. Focus
peran perawat yang menjadi menejer kasus adalah kemampuan untuk
mengkaji kebutuhan klien, menentukan prioritas kebutuhan,
mengidentifikasi cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut dan
mengimplementasikan rencana yang di susun.

Sebagai koordinator pelayanan, perawatan harus memiliki


informasi terkini tentang pelayanan yang akan di berikan oleh seluruh
pemberian pelayanan dan respon keluarga terhadap pelayanan tersebut.
Diskusi kasus sebaiknya dilakukan secara rutin antara pemberi
pelayanan untuk berbagai informasi, mendiskusikan masalah dan
merencanakan tindakan yang dapat memberikan hasil terbaik untuk
keluarga.

4. Menentukan frekuensi dan lama perawatan


Perawat yang berkunjung kerumah bertanggung jawab untuk
menentukan frekuensi dan lamanya perawatan yang di berikan.
Frekuensi kunjungan adalah kekerapan kunjungan yang di lakukan
selama periode waktu tertentu, sedangkan lamanya perawatan adalah
lama waktu yang dilakukannya pelayanan keperawatan dirumah.
5. Advocacy

Tanggung jawab sebagai penasehat bagi klien yang di maksud


disini adalah peran perawat sebagai penasehat terutama yang
berhubungan dengan masalah pembayaran yang terkait dengan
pelayanan yang diberikan.

Berdasarkan pada penjabaran tentang tujuan pelayanan


keperawatan di rumah, hubungan perawat klien dengan keluarga, serta
standar dan tanggung jawab perawat, tampak jelas bahwa kunjungan
rumah yang di lakukan oleh perawat-perawat Puskesmas di Indonesia

22
merupakan cikal bakal tumbuhnya pelayanan keperawatan di rumah
secara professional. Selanjutnya, kegiatan kunjungan rumah perlu di
organisir secara kelembagaan. Selain itu, di perlukan adanya standar
yang mengatur peran dan tanggung jawab perawat dalam melakukan
perawatan di rumah serat lembaga yang mengatur administrasi dan
pembayaran untuk perawatan yang dilakukan.

23
BAB 3
TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus

Ny. S berusia 61 tahun datang ke Puskesmas Menur pada tanggal 12 Mei 2016
dengan keluhan badan dan kaki terasa lemas. Setelah dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan hasil abnormal yaitu nilai Tekanan darah 160/100
mmHg. Dokter menganjurkan untuk tes laboratorium dengan hasil Asam urat 3,6
mg/dl, gula darah sewaktu 351 mg/dl, dan kolesterol 178 mg/dl. Dari hasil
penunjang tersebut dokter mendiagnosa Ny. S menderita Hipertensi dan Diabetes
Militus.

3.2 Pengkajian
A. Identitas Klien Keluarga
Nama : Ny. Sulistiyah
Umur : 61 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Alamat : Menur 2c No. 47A RW. 01 RT.003 Surabaya
No. Telepon : 085 730 055 996
B. Riwayat Perkembangan Keluarga
1. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini : Keluarga Tn. K dan Ny. S
berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa akhir.
2. Tugas Perkembangan Keluarga : Menurut Tn. K dengan istrinya
berusaha untuk membina hubungan dengan keempat anaknya yang
berada diluar Jawa dengan menelpon 1 minggu sekali dan hubungan
masyarakat sekitarnya.
C. Struktur Keluarga
Dalam keluarga Tn. K dan Ny. S pola komunikasi terjalin baik.
Peran dalam keluarga tidak ada masalah dan dalam sehari-hari nilai/norma
keluarga tidak ada konflik antara keluarga.

24
D. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif : Hubungan Tn. K dan Ny. S dengan keempat
anaknya terjalin baik meskipun jauh dari kedua orangtuanya.
2. Fungsi sosial : Keluarga Tn. K dan Ny. S selalu hadir dalam
pertemuan warga seperti, arisan RT dan pengajian setiap bulan.
3. Fungsi ekonomi : Keluarga Tn. K dan Ny. S memenuhi kebutuhan
sehari-harinya dari uang kiriman keempat anaknya. Keluarga Tn. K
merasa cukup dengan uang yang dikirimkan meskipun harus hidup
dengan sederhana.
4. Fungsi keperawatan kesehatan

Mengenal masalah kesehatan : Keluarga Tn. K dan Ny. S belum


mampu mengenali masalah kesehatan diantaranya, tidak tahu gejala
penyakit yang dialami Tn. K dan Ny. S.

Mengambil keputusan dalam masalah kesehatan keluarga: jika


keluarga Tn. K dan Ny. S mengalami gangguan kesehatan langsung
berobat ke rumah sakit haji atau puskesmas.

Memanfaatan pelayanan kesehatan : Keluarga Tn.K dan Ny. S


menggunakan fasilitas kesehatan dari Presiden Jokowi yaitu kartu
Indonesia Sehat.

25
E. Pola koping keluarga

Keluarga Tn. K dan Ny. S kadang-kadang timbul masalah, saat ada


permasalahan diselesaikan dengan cara musyawarah dengan Ny. S. Namun
Ny. S mempermasalahkan mengenai penyakitnya dan memikirkan keadaan
keempat anaknya yang tinggal luar jawa.

No. Nama Umur Gender Hubungan Pendidikan Pekerjaan Status


(L/P) dengan Kesehatan
KK
1. Tn. Kusno 63 L KK SMP Tidak Menderita
bekerja TBC
2. Ny. 61 P Istri Tidak Tidak Menderita
Sulistiyah Sekolah bekerja HT dan
DM

Genogram:

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Tinggal serumah

26
: Menikah

: Mempunyai anak

: Laki-laki meninggal

: Perempuan meninggal

Tipe keluarga : Keluarga Inti terdiri dari Tn. K dan Ny. S

F. Pola aktifitas sehari-hari


Tn. K mengatakan makan 3x sehari, minum jika merasa haus,
istirahat pukul 20.00-05.00 dan tiap hari berolah raga jalan-jalan disekitar
daerah rumahnya.
Ny. S mengatakan makan kadang-kadang 1x sehari, minum jika
merasa haus, istirahat jika merasa ngantuk, kadang-kadang tidak istirahat
dan tiap hari Ny. S tidak berolah raga.
G. Perilaku tidak sehat
Tn. K mengatakan saat ini tidak merokok, tidak minum kopi, tidak
mengkonsumsi garam berlebih dan gula berlebih. Ny. S mengatakan tidak
minum kopi, tidak mengkonsumsi garam berlebih dan gula berlebih,
namun mengkonsumsi buah cersen (keres).
H. Spiritual
Tn. K dan Ny. S rajin sholat 5 waktu tiap hari serta rutin mengikuti
pengajian tiap bulan.
I. Psikososial
Tn. K terlihat rileks tanpa beban, santai saat dikunjungi mahasiswa
Stikes Hangtuah Surabaya.
Ny. S terlihat takut, cemas, dan kedua matanya terlihat sembab
karena menangis. Saat ditanya mahasiswa Stikes Hangtuah Ny. S
memikirkan penyakitnya dan keempat anaknya yang tinggal diluar jawa.
J. Faktor risiko masalah kesehatan
Jika merasakan gangguan kesehatan Tn. K dan Ny. S datang untuk
periksa di rumah sakit Haji dan Puskesmas.Sosial ekonomi dalam keluarga

27
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tiap hari Ny. S suka makan
krupuk.Kondisi rumah/lingkungan cukup baik.
Sarana kesehatan yang digunakan : Ny. S datang untuk periksa di
Puskesma Menur
Keluhan utama yang dirasakan : Ny. S mengatakan pusing dan susah
tidur
Dalam keluarga Tn. K dan Ny. S tidak terdapat penyakit keturunan.

K. Pemeriksaan fisik
1. Tn. K
BB : 43 kg
TB : 165 cm
TTV (14 Mei 2016)
TD : 120/80 mmHg, Nadi : 62 x/menit, RR : 16 x/menit
TTV (15 Mei 2016)
TD : 130/80 mmHg, Nadi : 64 x/menit, RR : 18 x/menit
Status mental : Normal
Dari pemeriksaan B1-B6 ditemukan masalah bahwa Tn. K
mengatakan 9 bulan yang lalu perokok aktif kemudian mengeluh dada
sakit dan melalukan rontgen paru setelah diperiksa di rumah sakit Haji Tn.
K di diagnosa penyakit TBC dan saat ini dalam proses pengobatan aktif
setiap bulan.
2. Ny. S
BB : 66 kg
TB : 160 cm
TTV (14 Mei 2016)
TD : 180/100 mmHg, Nadi : 60 x/menit, RR : 23 x/menit
TTV (15 Mei 2016)
TD : 200/130 mmHg, Nadi : 104 x/menit, RR : 18 x/menit
Pemeriksaan laboratorium
Gula darah acak/sewaktu : 166 mg/dl (<140 mg/dl)
Kolesterol : 252 mg/dl (<200 mg/dl)

28
Asam urat : 4,9 mg/dl (3,4-5,7 mg/dl)
Status mental : bingung, cemas, sedih
Dari pemeriksaan B1-B6 ditemukan masalah pada sistem
kardiovaskular secara auskultasi terdapat jantung berdebar (S1-S2
berbunyi Lup Dup Dup).
L. Pengkajian lingkungan
Luas rumah Tn. K dan Ny. S 4 x 7 meter. Karakteristik rumah
terbuat dari bahan semen, atap genteng dan plafon namun di langit-langit
terdapat sarang laba-laba, lantai dari keramik namun di lantai 2 hanya
plesteran semen kasar, sarana air bersih dari PDAM, jamban dekat dapur,
ventilasi udara kurang baik, pencahayaan dibantu dengan lampu tanpa
terkena sinar matahari di pagi dan siang hari, sarana pembuangan sampah
berada didepan gang dekat makam.

29
3.3 Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi

No. Data Dx. Keperawatan Tindakan Keperawatan Evaluasi


1. S : Tn. S dan Ny. K Kurang pengetahuan 1. Mengkaji pengetahuan S: Tn. K dan Ny. S mengatakan mampu
mengatakan tidak penyakit b.d kurang keluarga mengenai mengenali masalah kesehatan yang diderita
mengenali masalah paparan sumber penyakitnya. O:
kesehatan yang diderita informasi. 2. Menjelaskan tentang - Saat di evaluasi Keluarga mampu
O: proses penyakit (tanda dan menyebutkan tanda, gejala, dan pencegahan
- Saat ditanya oleh gejala penyakit) penyakit
mahasiswa Stikes 3. Menjelaskan tentang - Keluarga mulai mengaplikasikan cara
Hangtuah mengenai program pengobatan mengobati hipertensi secara tradisional
penyebab sakit yang penyakit. A : Masalah teratasi sebagian
diderita keluarga 4. Mendiskusikan perubahan P : Intervensi dilanjutkan no.4
tidak tahu. gaya hidup sehat.
- Keluarga tampak 5. Menginstruksikan kapan
bingung saat ditanya harus ke pelayanan
kesehatan
6. Memberikan penyuluhan
mengenai Hipertensi dan

30
Diabetes Militus.

2. S:- Ansietas b.d status 1. Mengkaji penyebab S : -


O: kesehatan kecemasan Ny. S O:
- Ny. S terlihat cemas 2. Memberikan edukasi - Ny. S tampak rileks nyaman dengan
dan takut karena mengenai penyakit Ny. S kondisinya saat ini
memikirkan keempat 3. Membantu pasien untuk - Kedua mata Ny. S tampak segar
anaknya dan fokus pada situasi saat ini A : Masalah teratasi sebagaian
penyakitnya P : Intervensi dilanjutkan no.2
- Kedua mata Ny. S
sembab usai
menangis.
- TD: 200/130 mmHg,
Nadi : 104 x/menit
3. S: Gangguan 1. Mengkaji tanda-tanda vital S : Ny. S mengatakan dapat tidur malam hari
- Ny. S mengatakan kebutuhan istirahat 2. Mengkaji faktor-faktor O :
tidur jika merasa dan tidur b.d yang mempengaruhi proses - Kedua mata Ny. S tampak segar
menggantuk dan ketidakmampuan istirahat - Kondisi badan saat kunjungan ke 2 tampak
tadi malam tidak keluarga dalam 3. Menjelaskan penyebab dan bersemangat tanpa beban

31
tidur merawat anggota dampak jika kurang tidur - Tekanan darah : 140/90 mmHg
- Ny. S mengatakan keluarga yang sakit 4. Memberikan penjelaskan - Nadi : 80 x/menit
tidak bisa tidur bahwa sebelum tidur A : Masalah teratasi sebagian
karena semalam kompres tubuh dengan air P : Intervensi dilanjutkan no.4 dan 5
menonton televisi hangat untuk
O: merelaksasikan otot
- Kedua mata Ny. S 5. Menganjurkan untuk
tampak sayu berkemih sebelum tidur
- Kondisi badan saat
pengkajian tampak
lelah
- Tekanan darah :
200/130 mmHg
- Nadi : 104 x/menit

32
BAB 4

PEMBAHASAN

1. Pengkajian

Format pengkajian dari institusi lebih terperinci dan detail persistemnya,


sehingga kita bisa mengetahui semua masalah yang ada dalam kesehatan
pasien di setiap sistem. Kita dapat mengumpulkan data secara lengkap dan
mudah untuk menentukan asuhan keperawatan selanjutnya. Namun didalam
format pengkajian ini, membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
menganamnesa. Hal ini sangat sulit jika diterapkan di puskesmas dengan
pasien yang sangat banyak tetapi tenaga pelayanan kesehatannya sangat
terbatas.

Format pengkajian dari puskesmas mempermudah dalam menganamnese


pasien dan yang menentukan diagnosa pasien adalah dokter. Jadi format
pengkajian dari puskesmas bisa membantu kami dalam melihat bahasan
pokok dari bahasan sekunder.

Selanjutnya didalam format asuhan keperawatan dari institusi kita biasa


menyusun intervensi atau rencana asuhan keperawatan, tetapi di puskesmas
langsung menyusun tindakan keperawatan, dan dalam penanganan ini
langsung menggunakan farmako terapi dalam mengatasi masalah pasien.

a. Aktivitas dan tidur : pasien tidak mengalami takikardi atau takipnea


b. Sirkulasi : tidak terdapat luka yang sukar sembuh
c. Neurosensori : pasien tidak mengalami disorientasi, letargi, dan
kebingungan
d. Respirasi : normal, tidak terdapat takipnea, kussmaul, ronchi,
wheezing, dan sesak napas.
e. Keamanan : tidak terjadi kerusakan kulit

33
2. Analisa data
a. Untuk diagnose perubahan nutrisi dapat diangkat, namun kita harus
memerhatikan diet pasien, karena Ny. S ini memiliki penyakit lain,
yaitu hipertensi dan kolesterol tinggi.
Meskipun begitu, Ny. S suka mengkonsumsi makanan berlemak
terutama kerupuk.
b. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang tidak
dapat diangkat pada kasus ini karena pasien tidak mengalaminya.
3. Intervensi
a. Pemberian insulin seharusnya diberikan, tetapi ketika dokter
memberikan saran kepada pasien, ia menolak dengan alasan takut
ketergantungan, dan juga karena faktor ekonomi.
b. Pasien mengatakan mengeluhkan pusing ketika selesai minum obat
dari RS Haji, padahal sudah diminum sesuai aturan.
4. Implementasi
a. Pasien belum mentaati pola makan yang sesuai
b. Pasien belum dapat mengatur pola aktivitas olahraga dan pola
istirahat/tidur.
5. Evaluasi
S:-
O : Raut wajah terlihat sedih, mata terlihat sembab, hasil pengukuran
GDA : 166 mg/dL. Kolesterol : 252 mg/dL. Asam urat : 4,9 mg/dL. TD :
200/130 mmHg, Nadi : 104 x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan

34
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Memberikan edukasi kepada pasien Puskesmas Menur Surabaya mengenai


cara penanganan dan pemeliharaan kesehatan keluarga. Sehingga pasien tidak
hanya mengetahui terapi farmakologi saja. Memberikan edukasi kepada pasien
pola makan yang tepat sesuai dengan dengan penyakitnya. Dalam sehari-hari
pasien terbiasa tidur malam karena menonton televisi dan pasien juga mengaku
tidak melakukan olahraga kecuali senam lansia yang dilakukan sebulan sekali.

5.2 Saran
1. Diharapkan dalam proses pengkajian asuhan keperawatan melibatkan
perawat dalam proses pengkajian.
2. Diharapkan sebagai perawat keluarga dapat memberikan diagnosa yang
sesuai dari data pasien.
3. Diharapkan perawat dapat memberikan tindakan non farmakologi.
4. Diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai
dengan kemampuan perawat dan pasien.
5. Diharapkan pasien mampu mengenali penyakit, cara pengobatan, dan
pencegahannya.

35

Anda mungkin juga menyukai