PENDAHULUAN
Rumusan masalah yang bisa diambil dari latar belakang diatas adalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan diagnosis Diabetes Mellitus
di Puskesmas Menur?
1
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi Pengkajian Asuhan Keperawatan Pada Ny. S
dengan diagnosis Diabetes Mellitus di Puskesmas Menur.
2. Mengidentifikasi Diagnosa Asuhan Keperawatan Pada Ny. S
dengan diagnosis Diabetes Mellitus di Puskesmas Menur.
3. Menjelaskan Intervensi Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan
diagnosis Diabetes Mellitus di Puskesmas Menur.
4. Menjelaskan Implementasi Asuhan Keperawatan Pada Ny. S
dengan diagnosis Diabetes Mellitus di Puskesmas Menur.
5. Menjelaskan Evaluasi Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan
diagnosis Diabetes Mellitus di Puskesmas Menur.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Perawat
2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Etiologi
3
b. Faktor infeksi virus
Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu
yang menentukan proses autoimun pada individu yang peka secara genetik
2. DM Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)
Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada
individu obesitas dapat menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel
target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia kurang
efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa.
3. DM Malnutrisi
a. Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD)
Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah
protein sehingga klasifikasi pangkreas melalui proses mekanik (Fibrosis)
atau toksik (Cyanide) yang menyebabkan sel-sel beta menjadi rusak.
b. Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD)
4. DM Tipe Lain
a. Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas dll
b. Penyakit hormonal
Seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang
merangsang sel-sel beta pankeras yang menyebabkan sel-sel ini hiperaktif
dan rusak.
Obat-obatan
- Bersifat sitotoksin terhadap sel-sel seperti aloxan dan streptozerin
- Yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiazide,
phenothiazine dll.
4
2.1.3 Patofisiologi
5
kesakitan keluarga yang menderita diabetes mellitus mencapai 8, 33 %
dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang
memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
b. Faktor non genetik
1) Infeksi
Virus dianggap sebagai “trigger” pada mereka yang sudah
mempunyai predisposisi genetic terhadap diabetes mellitus.
2) Nutrisi
a. Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
b. Malnutrisi protein
c. Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
3) Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi
biasanya menyebabkan hyperglikemia sementara.
4) Hormonal Sindrom cushing
Karena konsentrasi hidrokortison dalam darah tinggi, akromegali
karena jumlah somatotropin meninggi, feokromositoma karena
konsentrasi glukagon dalam darah tinggi, feokromositoma karena
kadar katekolamin meningkat
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic
diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga
klien mengeluh banyak kencing.
6
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa,
maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang
lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan lapar, maka
tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yang ada di tubuh
termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan
DM walaupun banyak makan akan tetap kurus
e. Mata kabur
2.1.6 Klasifikasi:
7
(JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk mencegah
terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada
anak-anak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
b. Diabetes mellitus type II, Non Insulin Dependen diabetes mellitus
(NIDDM), yang dahulu dikenal dengan nama Maturity Onset diabetes
(MOD) terbagi dua yaitu :
1) Non obesitas
2)Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas,
tetapi biasanya resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan
obesitas.
c. Diabetes mellitus type lain
1) diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan
hormonal, diabetes karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin,
kelainan genetik dan lain-lain.
2) Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
3) diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama
kehamilan, tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan
kehamilan meningkat sekresi hormon pertumbuhan dan hormon
chorionik somatomamotropin (HCS). Hormon ini meningkat untuk
mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
8
2. Kerusakan neuropati (saraf)
Kadar gula darah yang berlebihan dapat merusak saraf dan pembuluh
darah halus. Sehingga memunculkan sensasi kesemutan atau
terbakar yang biasa berawal dari ujung jari tangan dan kaki lalu
menyebar ke bagian tubuh lain.
3. Kerusakan pada organ kaki
Terhambatnya aliran darah pada kaki penderita diabetes bisa
meningkatkan risiko komplikasi kesehatan kaki yang biasanya
terlambat disadari.
4. Kerusakan retina
Retinopati muncul saat terjadi masalah pada pembuluh darah di
retina (jaringan pada mata nyang sensitive terhadap cahaya) yang
dapat mengakibatkan kebutaan jika dibiarkan.Pembuluh darah
tersebut dapat bocor, tersumbat atau tumbuh secara acak sehingga
menghalangi cahaya untuk sampai ke retina.
5. Kerusakan ginjal
Kerusakan parah pada ginjal bahkan dapat menyebabkan gagal
ginjal, Anda membutuhkan dialysis(proses pengobatan yang meniru
fungsi ginjal) atau bahkan transplantasi ginjal.
9
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola
mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,
disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan perut, meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan
terjadi impoten pada pria.
10
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi
metabolik.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang
lain.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.
11
Rasional : Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada derajat kekurangan
cairan dan respons pasien secara individual
b. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan:
Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
Menunjukkan tingkat energi biasanya
Berat badan stabil atau bertambah.
Intervensi:
1) Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan oleh pasien.
Rasional : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari
kebutuhan terapeutik.
2) Timbang berat badan setiap hari atau sesuai indikasi.
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (termasuk
absorbsi dan utilisasinya).
3) Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan
etnik/kultural.
Rasional : Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukkan dalam
perencanaan makan, kerjasama ini dapat diupayakan setelah pulang.
4) Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan rasa keterlibatannya; memberikan informasi
pada keluarga untuk memahami nutrisi pasien.
5) Berikan pengobatan insulin secara teratur sesuai indikasi.
Rasional : Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan
cepat pula dapat membantu memindahkan glukosa ke dalam sel.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
Tujuan:
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.
Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah
terjadinya infeksi.
12
Intervensi:
1) Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan.
Rasional : Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang biasanya telah
mencetuskan keadaan ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
nosokomial.
2) Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan melakukan cuci tangan
yang baik pada semua orang yang berhubungan dengan pasien termasuk
pasiennya sendiri.
Rasional : Mencegah timbulnya infeksi silang.
3) Pertahankan teknik aseptik pada prosedur invasif.
Rasional : Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan menjadi media
terbaik bagi pertumbuhan kuman.
4) Berikan perawatan kulit dengan teratur dan sungguh-sungguh.
Rasional : Sirkulasi perifer bisa terganggu yang menempatkan pasien pada
peningkatan resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi kulit dan infeksi.
5) Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk efektif dan nafas dalam.
Rasional : Membantu dalam memventilasi semua daerah paru dan
memobilisasi sekret.
13
Rasional : Membantu memelihara pasien tetap berhubungan dengan
realitas dan mempertahankan orientasi pada lingkungannya.
4.)Selidiki adanya keluhan parestesia, nyeri atau kehilangan sensori pada
paha/kaki.
Rasional : Neuropati perifer dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman yang
berat, kehilangan sensasi sentuhan/distorsi yang mempunyai resiko tinggi
terhadap kerusakan kulit dan gangguan keseimbangan.
e. Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Tujuan:
Mengungkapkan peningkatan tingkat energi.
Menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas
yang diinginkan.
Intervensi:
1.)Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan aktivitas.
Rasional : Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk meningkatkan
tingkat aktivitas meskipun pasien mungkin sangat lemah.
2.)Berikan aktivitas alternatif dengan periode istirahat yang cukup.
Rasional : Mencegah kelelahan yang berlebihan.
3.)Pantau nadi, frekuensi pernafasan dan tekanan darah sebelum/sesudah
melakukan aktivitas.
Rasional : Mengindikasikan tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi secara
fisiologis.
4.)Tingkatkan partisipasi pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
sesuai toleransi.
Rasional : Meningkatkan kepercayaan diri/harga diri yang positif sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
f. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka
panjang/progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan pada orang
lain.
Tujuan:
Mengakui perasaan putus asa
Mengidentifikasi cara-cara sehat untuk menghadapi perasaan.
14
Membantu dalam merencanakan perawatannya sendiri dan secara mandiri
mengambil tanggung jawab untuk aktivitas perawatan diri.
Intervensi:
1.)Anjurkan pasien/keluarga untuk mengekspresikan perasaannya tentang
perawatan di rumah sakit dan penyakitnya secara keseluruhan.
Rasional : Mengidentifikasi area perhatiannya dan memudahkan cara
pemecahan masalah.
2.)Tentukan tujuan/harapan dari pasien atau keluarga.
Rasional : Harapan yang tidak realistis atau adanya tekanan dari orang lain
atau diri sendiri dapat mengakibatkan perasaan frustasi.kehilangan kontrol
diri dan mungkin mengganggu kemampuan koping.
3.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam
perawatan diri sendiri dan berikan umpan balik positif sesuai dengan usaha
yang dilakukannya.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
4.)Berikan dukungan pada pasien untuk ikut berperan serta dalam
perawatan diri sendiri.
Rasional : Meningkatkan perasaan kontrol terhadap situasi.
g. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
keselahan interpretasi informasi.
Tujuan:
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakit.
Mengidentifikasi hubungan tanda/gejala dengan proses penyakit dan
menghubungkan gejala dengan faktor penyebab.
Dengan benar melakukan prosedur yang perlu dan menjelaskan rasional
tindakan.
Intervensi:
1.)Ciptakan lingkungan saling percaya
Rasional : Menanggapai dan memperhatikan perlu diciptakan sebelum
pasien bersedia mengambil bagian dalam proses belajar.
2.)Diskusikan dengan klien tentang penyakitnya.
15
Rasional : Memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat membuat
pertimbangan dalam memilih gaya hidup.
3.)Diskusikan tentang rencana diet, penggunaan makanan tinggi serat.
Rasional : Kesadaran tentang pentingnya kontrol diet akan membantu
pasien dalam merencanakan makan/mentaati program.
4.)Diskusikan pentingnya untuk melakukan evaluasi secara teratur dan
jawab pertanyaan pasien/orang terdekat.
Rasional : Membantu untuk mengontrol proses penyakit dengan lebih
ketat.
16
5) Meningkatkan kesehatan keluarga. (Smith, 1995)
17
terjadi atau kecacatan merupakan masalah aktual yang mungkin memerlukan
interveksi langsung.
18
terhadap kebutuhannya. Berikan pendidikan kesehatan sesuai dengan
tingkat pendidikan dan sediakan pula informasi tertulis.
4. Fase Terminasi
Di fase ini, perawat membuat kesimpulan hasil kunjungan
berdasarkan pada pencapaian tujuan yang ditetapkan bersama keluarga.
Menyusun rencana tindak lanjut terhadap masalah kesehatan yang sedang
ditangani dan masalah kesehatan yang mungkin dialami keluarga penting
dilakukan difase teriminasi. Tinggalkan nama dan alamat perawat dengan
nomor telepon.
5. Fase pasca kunjungan
Pada fase terakhir ini sering terabaikan. Di fase ini perawat
hendaknya membuat dokumentasi lengkap tentang kunjungan untuk
disimpan di pelayanan kesehatan, tempat perawat bertugas.
Selanjutnya akan dibahas tentang standar dan tanggung jawab dari
perawat komunitas yang melakukan kunjungan rumah.
2.2.8 Standar Dan Tanggung Jawab
1. Standar merupakan alat untuk mempertahankan mutu pelayanan yang
diberikan. Berbeda dengan diluar negeri, standar keperawatan di Indonesia
belum bersifat nasional. Standar keperawatan di Indonesia mengacu pada
pelaksanaan proses keperawatan. Sementara ini standar keperawatan bagi
perawat yang melakukan kunjungan rumah dapat mengacu pada standar
yang dibuat oleh The American Nurses Association (1986).
Standar Keperawatan Di Rumah
Standar 1 : Organisasi pelayanan kesehatan di rumah
Seluruh pemberi pelayanan kesehatan termasuk perawat, dokter,
physioterapist, occupatiaon therapist, speech therapist dan pekerja sosial
perlu diorganisasi dan diatur dengan system manajeman tertentu.
Stabdar 2 : Teori
Perawat mengaplikasikan konsep dan teori sebagai dasar pengambilan
keputusan dalam tugasnya.
19
Standar 3 : Pengumpulan Data
Perawat secara terus-menerus mengumpulkan dan mencatat data dengan
teliti, sistematis dan komprehensif.
Standar 4 : Diagnosis
Perawat menggunakan data hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis
keperawatan.
Standar 5 : Perencanaan
Perawat mengembangkan perencanaan keperawatan untuk mencapai
tujuan. Rencana perawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan dan
menggunakan tindakan-tindakan pencegahan, perawatan, dan pemulihan.
Standar 6 : Intervensi
Perawat dengan pedoman rencana perawatan memberikan intervensi untuk
meningkatkan rasa nyaman, memulihkan, memperbaiki dan meningkatkan
kesehatan, mencegah komplikasi dan meningkatkan hasil rehabilitasi.
Standar 7 : Evaluasi
Perawat mengevaluasi respon klien dan keluarga terhadap terhadap
intervensi perawatan secara berkelanjutan untuk menentukan kemajuan
terhadap pencapaian tujuan dan mereview data dasar, diagnosis
keperawatan dan rencana perawatan.
Standar 8 : Kesinambungan Perawatan
Perawat bertanggung jawab terhadap pemberian perawatan yang tepat dan
tidak terputus bagi klien, untuk itu digunakan rencana pulang, manajemen
kasus dan koordinasi dengan sumber-sumber di masyarakat.
Standar 9 : Kolaborasi Interdisiplin
Perawat memulai dan mempertahankan hubungan kerjasama dengan
pemberi pelayanan kesehatan yang tepat dan menjamin bahwa seluruh
upaya dapat melengkapi satu dengan yang lainnya secara efektif.
Standar 10 : Pengembangan Profesional
Perawat memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan diri secara
professional dan membantu perawat lain mengembangkan sikap
professional.
20
Standar 11 : Riset
Perawat berpartisipasi dalam berbagai riset dan berkontribusi dalam
pengembangan profesi dan ilmu dari pelayanan kesehatan di rumah.
Standar 12 : Etik
Perawat menggunakan standar yang dikembangkan oleh ANA sebagai
pedoman bagi pengambilan keputusan dalam praktek keperawatan.
2. Tanggung jawab perawat yang melakukan pelayanan keperawatan di
rumah meliputi :
1. Pemberian pelayanan secara langsung
Pelayanan keperawatan dapat meliputi pengkajian fisik atau
psikososial, menunjukkan pemberian tindakan secara trampil dan
pemberian pendidikan kesehatan. Dalam melakukan pengkajian dan
memberikan intervensi, perawat yang datang ke rumah perlu
memperhatikan kebutuhan klien selama 24 jam. Kerja sama dari klien
dan keluarga serta pemberi perawatan utama di keluarga dalam
perencanaan sangat penting untuk menjaga kesinambungan perawatan
selama perawat tidak ada di rumah. Perawat hanya memberikan
perawatan dalam waktu terbatas. Perawatan yang dilakukan dirumah
lebih merupakan tanggung jawab dari keluarga dari pada perawat. Oleh
karena itu pendidikan kesehatan menjadi intervensi yang utama dalam
perawatan di rumah. Perawat bertanggung jawab untuk menyiapkan
klien dan keluarga dengan pengetahuan dan ketrampilan khusus untuk
memberikan perawatan yang aman di antara waktu kunjungan.
2. Dokumentasi
21
3. Koordinasi antara pelaayanan dan manajemen kasus
22
merupakan cikal bakal tumbuhnya pelayanan keperawatan di rumah
secara professional. Selanjutnya, kegiatan kunjungan rumah perlu di
organisir secara kelembagaan. Selain itu, di perlukan adanya standar
yang mengatur peran dan tanggung jawab perawat dalam melakukan
perawatan di rumah serat lembaga yang mengatur administrasi dan
pembayaran untuk perawatan yang dilakukan.
23
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
Ny. S berusia 61 tahun datang ke Puskesmas Menur pada tanggal 12 Mei 2016
dengan keluhan badan dan kaki terasa lemas. Setelah dilakukan pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan hasil abnormal yaitu nilai Tekanan darah 160/100
mmHg. Dokter menganjurkan untuk tes laboratorium dengan hasil Asam urat 3,6
mg/dl, gula darah sewaktu 351 mg/dl, dan kolesterol 178 mg/dl. Dari hasil
penunjang tersebut dokter mendiagnosa Ny. S menderita Hipertensi dan Diabetes
Militus.
3.2 Pengkajian
A. Identitas Klien Keluarga
Nama : Ny. Sulistiyah
Umur : 61 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Alamat : Menur 2c No. 47A RW. 01 RT.003 Surabaya
No. Telepon : 085 730 055 996
B. Riwayat Perkembangan Keluarga
1. Tahap Perkembangan Keluarga saat ini : Keluarga Tn. K dan Ny. S
berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak dewasa akhir.
2. Tugas Perkembangan Keluarga : Menurut Tn. K dengan istrinya
berusaha untuk membina hubungan dengan keempat anaknya yang
berada diluar Jawa dengan menelpon 1 minggu sekali dan hubungan
masyarakat sekitarnya.
C. Struktur Keluarga
Dalam keluarga Tn. K dan Ny. S pola komunikasi terjalin baik.
Peran dalam keluarga tidak ada masalah dan dalam sehari-hari nilai/norma
keluarga tidak ada konflik antara keluarga.
24
D. Fungsi keluarga
1. Fungsi afektif : Hubungan Tn. K dan Ny. S dengan keempat
anaknya terjalin baik meskipun jauh dari kedua orangtuanya.
2. Fungsi sosial : Keluarga Tn. K dan Ny. S selalu hadir dalam
pertemuan warga seperti, arisan RT dan pengajian setiap bulan.
3. Fungsi ekonomi : Keluarga Tn. K dan Ny. S memenuhi kebutuhan
sehari-harinya dari uang kiriman keempat anaknya. Keluarga Tn. K
merasa cukup dengan uang yang dikirimkan meskipun harus hidup
dengan sederhana.
4. Fungsi keperawatan kesehatan
25
E. Pola koping keluarga
Genogram:
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Tinggal serumah
26
: Menikah
: Mempunyai anak
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
27
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tiap hari Ny. S suka makan
krupuk.Kondisi rumah/lingkungan cukup baik.
Sarana kesehatan yang digunakan : Ny. S datang untuk periksa di
Puskesma Menur
Keluhan utama yang dirasakan : Ny. S mengatakan pusing dan susah
tidur
Dalam keluarga Tn. K dan Ny. S tidak terdapat penyakit keturunan.
K. Pemeriksaan fisik
1. Tn. K
BB : 43 kg
TB : 165 cm
TTV (14 Mei 2016)
TD : 120/80 mmHg, Nadi : 62 x/menit, RR : 16 x/menit
TTV (15 Mei 2016)
TD : 130/80 mmHg, Nadi : 64 x/menit, RR : 18 x/menit
Status mental : Normal
Dari pemeriksaan B1-B6 ditemukan masalah bahwa Tn. K
mengatakan 9 bulan yang lalu perokok aktif kemudian mengeluh dada
sakit dan melalukan rontgen paru setelah diperiksa di rumah sakit Haji Tn.
K di diagnosa penyakit TBC dan saat ini dalam proses pengobatan aktif
setiap bulan.
2. Ny. S
BB : 66 kg
TB : 160 cm
TTV (14 Mei 2016)
TD : 180/100 mmHg, Nadi : 60 x/menit, RR : 23 x/menit
TTV (15 Mei 2016)
TD : 200/130 mmHg, Nadi : 104 x/menit, RR : 18 x/menit
Pemeriksaan laboratorium
Gula darah acak/sewaktu : 166 mg/dl (<140 mg/dl)
Kolesterol : 252 mg/dl (<200 mg/dl)
28
Asam urat : 4,9 mg/dl (3,4-5,7 mg/dl)
Status mental : bingung, cemas, sedih
Dari pemeriksaan B1-B6 ditemukan masalah pada sistem
kardiovaskular secara auskultasi terdapat jantung berdebar (S1-S2
berbunyi Lup Dup Dup).
L. Pengkajian lingkungan
Luas rumah Tn. K dan Ny. S 4 x 7 meter. Karakteristik rumah
terbuat dari bahan semen, atap genteng dan plafon namun di langit-langit
terdapat sarang laba-laba, lantai dari keramik namun di lantai 2 hanya
plesteran semen kasar, sarana air bersih dari PDAM, jamban dekat dapur,
ventilasi udara kurang baik, pencahayaan dibantu dengan lampu tanpa
terkena sinar matahari di pagi dan siang hari, sarana pembuangan sampah
berada didepan gang dekat makam.
29
3.3 Intervensi, Implementasi, dan Evaluasi
30
Diabetes Militus.
31
tidur merawat anggota dampak jika kurang tidur - Tekanan darah : 140/90 mmHg
- Ny. S mengatakan keluarga yang sakit 4. Memberikan penjelaskan - Nadi : 80 x/menit
tidak bisa tidur bahwa sebelum tidur A : Masalah teratasi sebagian
karena semalam kompres tubuh dengan air P : Intervensi dilanjutkan no.4 dan 5
menonton televisi hangat untuk
O: merelaksasikan otot
- Kedua mata Ny. S 5. Menganjurkan untuk
tampak sayu berkemih sebelum tidur
- Kondisi badan saat
pengkajian tampak
lelah
- Tekanan darah :
200/130 mmHg
- Nadi : 104 x/menit
32
BAB 4
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
33
2. Analisa data
a. Untuk diagnose perubahan nutrisi dapat diangkat, namun kita harus
memerhatikan diet pasien, karena Ny. S ini memiliki penyakit lain,
yaitu hipertensi dan kolesterol tinggi.
Meskipun begitu, Ny. S suka mengkonsumsi makanan berlemak
terutama kerupuk.
b. Ketidakberdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang tidak
dapat diangkat pada kasus ini karena pasien tidak mengalaminya.
3. Intervensi
a. Pemberian insulin seharusnya diberikan, tetapi ketika dokter
memberikan saran kepada pasien, ia menolak dengan alasan takut
ketergantungan, dan juga karena faktor ekonomi.
b. Pasien mengatakan mengeluhkan pusing ketika selesai minum obat
dari RS Haji, padahal sudah diminum sesuai aturan.
4. Implementasi
a. Pasien belum mentaati pola makan yang sesuai
b. Pasien belum dapat mengatur pola aktivitas olahraga dan pola
istirahat/tidur.
5. Evaluasi
S:-
O : Raut wajah terlihat sedih, mata terlihat sembab, hasil pengukuran
GDA : 166 mg/dL. Kolesterol : 252 mg/dL. Asam urat : 4,9 mg/dL. TD :
200/130 mmHg, Nadi : 104 x/menit.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
34
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Diharapkan dalam proses pengkajian asuhan keperawatan melibatkan
perawat dalam proses pengkajian.
2. Diharapkan sebagai perawat keluarga dapat memberikan diagnosa yang
sesuai dari data pasien.
3. Diharapkan perawat dapat memberikan tindakan non farmakologi.
4. Diharapkan perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang sesuai
dengan kemampuan perawat dan pasien.
5. Diharapkan pasien mampu mengenali penyakit, cara pengobatan, dan
pencegahannya.
35