Anda di halaman 1dari 13

RANGKAIAN SETARA THEVENIN NORTON

Masfufa*), Dwi Utami Putri


Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi
2016

LATAR BELAKANG
Dalam era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang kita alami
saat ini, elektronika memegang peranan yang sangat penting. Bahkan dalam kehidupan
keseharian kita tidak pernah terlepas dari perangkat-perangkat eletronika. Dimana perangkat-
perangkat eletronika kian hari kian berkembang dan menemukan tempat yang sangat penting
di dalam kehidupan manusia.
Perangkat-perangkat elektronika akan membentang dan melahirkan rangkaian-
rangkaian elektronika. Sebuah rangkaian elektronik biasanya ada yang mampu di amati
secara langsung tanpa merusak alat tersebut dan ada pula yang tidak dapat diamati secara
langsung dan harus melakukan pembongkaran untuk mengamatinya, untuk mempermudah
hal tersebut perlu ada sebuah penyederhanaan rangkaian. Termulai dari rangkaian
elektronika paling sederhana hingga paling kompleks. Dalam rangkaian pula dikenal
rangkaian setara dimana, pada rangkaian ini akan membahas perilaku suatu alat elektronika
berdasarkan pengukuran keluaran tanpa mengetahui rangkaian di dalamnya.
Berbicara mengenai penyederhanaan suatu rangkaian, dari rangkaian yang rumit
menjadi rangkaian yang lebih sederhana, rangkaian inilah yang di sebut dengan rangkaian
setara thevenin dan norton. Theorema Thevenin muncul sesuai dengan penemunya, yaitu
SM.L. Thevenin. Sedangkan teorema Norton di temukan oleh E.L. Northon. Pada dasarnya
teorema thevenin dan norton sama, tapi yang membedakannya adalah teorema Thevenin
digunakan pada rangkaian seri dan teorema Norton digunakan pada rangkaian paralel.
Rangkaian tersebut tersusun atas hambatan yang digunakan sebagai penghambat
oleh arus listrik yang akan melewati rangkaian yang dengan simbol huruf R bersatuan ohm.
Selanjutnya adalah tegangan yang digunakan sebagai pengukur beda potensial dalam satuan
Volt, dilanjutkan dengan arus. Arus dalam praktikum ini digunakan satuan mA yang
merupakan aliran muatan listrik mengalir dalam suatu penghantar. Terakhir adalah tegangan
sumber sebagai besar beda potensial yang membangkitkan rangkaian listrik dengan satuan
yang sama pada tegangan yakni volt.
Sebuah percobaan tentu memiliki sebuah tujuan yang jelas dan di percoban kali ini
bertujuan agar dapat melakukan pengukuran tegangan thevenin dan arus northon.
Menyelidiki pengaruh beban terhadap tegangan dan kuat arus output rangkaian elektronik.
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara melakukan pengukuran terhadap tegangan Thevenin, hambatan
Thevenin, dan Arus Norton dari rangkaian sederhana?
2. Bagaimana pengaruh beban terhadap tegangan dan kuat arus output rangkaian
elektronik dengan menggunakan teorema Thevenin dan Norton?
TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengukuran tegangan Thevenin, hambatan Thevenin, dan arus Norton dari
rangkaian rangkaian sederhana
2. Menyelidiki pengaruh beban terhadap tegangan dan kuat arus output rangkaian
elektronik dengan menggunakan teorema Thevenin dan Norton.
KAJIAN TEORI
Definisi Tegangan dan Hambatan Thevenin
Tegangan Thevenin, VTH, didefinisikan sebagai tegangan yang melewati terminal beban saat
hambatan beban terbuka. Karena ini, tegangan Thevenin terkadang disebut dengan tegangan
rangkaian terbuka (Ramdhani Mohamad, 2005).
Tegangan Thevenin :
VTH = VOC

dengan VOC merupakan singkatan dari “Open – Circuit Voltage”.


Hambatan Thevenin didefinisikan sebagai hambatan yang diukur antar – terminal saat
seluruh sumber dibuat nol (dihubungsingkat) dan hambatan beban terbuka.
Theorema Thévenin menyatakanan bahwa jika rangkaian seksi sumber pada
hubungan duaterminal adalah linier, maka sinyal pada terminal interkoneksi tidak akan
berubah jika rangkaian seksi sumber itu diganti dengan rangkaian ekivalen Thévenin.
Theorema Norton menyatakan bahwa jika rangkaian seksi sumber pada hubungan
duaterminal adalah linier, maka sinyal pada terminal interkoneksi tidak akan berubah jika
rangkaian seksi sumber itu diganti dengan rangkaian ekivalen Norton (Sudirham Sudaryatno,
2002).

Sebagai definisi :
Hambatan Thevenin :
RTH = ROC

Gambar 1.1 memperlihatkan sebuah kotak hitam (black box) yang mengandung rangkaian
dengan sumber searah (DC) dan hambatan linier (hambatan yang tidak berubah dengan
naiknya tegangan).

(a) (b)

Gambar 1.1. (a) Kotak hitam yang mengandung rangkaian linier di dalamnya
(b) Rangkaian setara Thevenin

Theorema Thevenin merupakan alat bantu aplikatif dalam dunia elektronika. Theorema ini
tidak hanya menyederhanakan perhitungan, tetapi juga memungkinkan kita untuk
menjelaskan operasi rangkaian yang tidak mampu dijelaskan hanya dengan menggunakan
persamaan Kirchhoff. (Tim penyusun Elektronika Dasar, 2016).
Definisi Arus dan Hambatan Norton
Arus Norton, IN, didefinisikan sebagai arus beban saat hambatan beban dihubung singkat.
Karena ini, arus Norton terkadang disebut juga dengan arus hubung singkat (Short – Circuit
Current, ISC). Sebagai definisi :
Arus Norton : IN = ISC
Hambatan Norton, RN, adalah hambatan yang diukur oleh ohmmeter pada terminal beban
saat seluruh sumber diturunkan menjadi nol dan hambatan beban dibuka (dilepas). Sebagai
definisi
Hambatan Norton : RN = ROC
Karena hambatan Thevenin dan hambatan Norton memiliki definisi yang sama, maka dapat
dituliskan :
RN = RTH
Penurunan ini menunjukkan bahwa hambatan Thevenin sama dengan hambatan Norton.
Apabila kita menghitung hambatan Thevenin sebesar 10 k, maka hambatan Norton juga
sebesar 10 k. Gambar 1.2 memperlihatkan sebuah kotak hitam (Black Box) yang
mengandung rangkaian apa saja dengan sumber searah dan hambatan linier.

Gambar 1.2. (a) Kotak hitam yang mengandung rangkaian linier di dalamnya
(b) Rangkaian setara Norton

Norton membuktikan bahwa rangkaian dalam kotak hitam pada seperti pada Gambar
1.2(a) di atas akan menghasilkan tegangan beban yang sama dengan rangkaian sederhana
Gambar 1.2(b). Sebagai penurunan, theorema Norton terlihat sebagai berikut.
VL = IN (RN | | RL) .....(1)
Dengan kata lain, tegangan beban sama dengan arus Norton dikalikan dengan
hambatan Norton yang parallel dengan hambatan beban. Sebelumnya kita definisikan
hambatan Norton setara dengan hambatan Thevenin. Tetapi perhatikan perbedaan posisi
hambatan: hambatan Thevenin selalu diseri dengan sumber tegangan, sedangkan hambatan
Norton selalu paralel dengan sumber arus.
Kedua teorema ini dikembangkan secara terpisah akan tetapi kita akan
membahasnya secara bersamaan. Secara umum, rangkaian listrik terdiri dari dua bagian
rangkaian yang menjalankan fungsi berbeda, yang dihubungkan oleh terminal interkoneksi
(Ramdhani Mohamad, 2005)
Harus jelas bahwa satu di antara kegunaan utama teorema Thevenin dan theorema
Norton adalah penggantian bagian besar dari sebuah jaringan, seringkali sangat sukar,
dengan ekivalen yang sangat sederhana. Rangkaian baru yang lebih sederhana ini
memungkinkan kita membuat perhitungan cepat dari tegangan, arus, dan daya yang
diberikan oleh rangkaian asal kepada sebuah beban. Dalam penguat dengan daya transistor
misalnya, ekivalen Thevenin atau Norton membolehkan kita menentukan daya maksimum
yang dapat diambil dari penguat dan jenis beban yang diperlukan untuk untuk mencapai
pemindahan daya maksimum atau untuk mendapatkan penguatan arus atau tegangan praktis
maksimum (Sudirham Sudaryatno, 2002).
METODE PERCOBAAN
Alat dan bahan
1. Resistor 3 buah
2. Potensiometer 1 buah
3. Power supply 0-12 Vdc 1 buah
4. Voltmeter 0-10 Vdc 1 buah
5. Amperemater 0-1 Adc 1 buah
6. Papan kit 1 buah
7. Kabel penghubung
Identifikasi variabel
Kegiatan 1
1. Variabel manipulasi : hambatan (ohm)
2. Variabel respon : tegangan keluaran (volt) dan arus (ampere)
3. Variabel kontrol : Tegangan sumber (volt)
Kegiatan 2
1. Variabel manipulasi : hambatan (ohm)
2. Variabel respon : tegangan keluaran (volt) dan arus (ampere)
3. Variabel kontrol : Tegangan sumber (volt)
Definisi operasional variabel
1. Hambatan adalah penghambat oleh arus listrik yang akan mengalir ke rangkaian,
disimbolkan dengan huruf R bersatuan ohm (Ω). Pada percobaan digunakan sebagai
komponen penyusun atas rangkaian dalam mengukur besar hambatan Theveninnya,
digunakan tiga hambatan yakni R1 = 2,2±5% kΩ, R2= 3,9±5% kΩ, dan R3=4,7±5% kΩ
2. Tegangan keluaran adalah ukuran beda potensial yang mampu membangkitkan medan
magnet listrik sehingga menyebabkan timbulnya arus listrik dalam sebuah konduktor
listrik, diukur dengan menggunakan voltmeter dalam satuan volt (V).
3. Arus adalah aliran muatan listrik yang mengalir dalam suatu penghantar, diukur dengan
menggunakan amperemeter dalam satuan mili amper (mA).
4. Tegangan sumber adalah besar beda potensial yang membangkitkan rangkaian listrik,
digunakan 10 Volt sebagai tegangan sumbernya pada percobaan.
Prosedur Kerja R R
A

+
VS R V
_

B
Untuk kegiatan pertama, komponen komponen rangkaian dicatat spesifikasinya. Pengujian
baik tidaknya setiap kabel. Hal serupa dilakukan pada setiap komponen. Selanjutnya
merangkai sesuai dengan petunjuk pada penuntun, yakni tegangan sumber tersusun seri
dengan hambatan pertama, pada hambatan kedua tersusun paralel atau memiliki titik cabang
pada hambatan pertama. Seperti pada gambar di atas. Kemudian hambatan ketiga dan
tegangan keluaran tersusun seri. Dilanjutkan dengan hambatan Theveninnya di ukur dengan
multimeter digital, selanjutnya sumber tegangan dirangkaian pada rangkaian resistor
sebelumnya, multimeter digital diletakkan dirangkaian terbuka untuk mengetahui arus
Norton dan tegangan Thevenin. Selanjutnya lihat pembacaan pada multimeter setiap
dinaikkan sumber tegangannya, besar kenaikan tegangan sumber yang digunakan rentang 2
volt. Kemudian catat berapa arus norton dan tegangan theveninnya. Untuk kegiatan kedua
rangkaian pada kegiatan pertama ditambahkan potensiometer yang berfungsi sebagai beban.
Kemudian salah satu multimeter diletakan seri dengan R3 dan diletakkan paralel dengan
potensiometer. Kemudian tentukan nilai minimum potensimter dengan rentang 0.2 sampai
nilai maksimum pada potensiometer dan lihat pembacaan arus pada multimeter yang
dihubung seri.
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISIS DATA
Hasil Pengamatan
Kegiatan 1. Hubungan antara tegangan Thevenin dan arus Norton terhadap tegangan
sumber
R1 = 2,2 ± 5% kΩ
R2 = 3,9 ± 5% kΩ
R3 = 4,7 ± 5% kΩ
RTh = 6,10 ± 5% kΩ
Tabel 1. Hubungan antara tegangan Thevenin dan Arus Norton

No VS (volt) VOC (volt) IN (mA)


1 |2,0 ± 0,01| |0,7 ± 0,01| |0,28 ± 0,01|
2 |4,0 ± 0,01| |1,41 ± 0,01| |0,53 ± 0,01|
3 |6,0 ± 0,01| |2,19 ± 0,01| |0,88 ± 0,01|
4 |8,0 ± 0,01| |2,82 ± 0,01| |1,14 ± 0,01|
5 |10,0 ± 0,01| |3,53 ± 0,01| |1,39 ± 0,01|

Kegiatan 2. Hubungan antara tegangan Thevenin terhadap arus beban


VS = |10,0 ± 0,01| V
Tabel 2. Hubungan antara tegangan output dan arus beban

No VOC (volt) IN (mA)


1 |0,5 ± 0,1| |1,14 ± 0,01|
2 |1,0 ± 0,1| |0,93 ± 0,01|
3 |1,5 ± 0,1| |0,74 ± 0,01|
4 |2,0 ± 0,1| |0,55 ± 0,01|
5 |2,5 ± 0,1| |0,35 ± 0,01|
Analisis Data
Kegiatan 1. Hubungan antara tegangan Thevenin dan arus Norton terhadap tegangan
sumber
1. Menentukan besar RTH
Berdasarkan teori
RTH = (R1 // R2) + R3
2,2 kΩ × 3,9 kΩ
= 2,2 kΩ + 3,9 kΩ + 4,7 kΩ
= 6,1 kΩ
Berdasarkan praktikum
RTH = 4,0 kΩ
6,1 kΩ – 4,0
%diff = |
5,05
| ×100%
= 41,58%

2. Menentukan besar VTH


R2
VTH =R VS
1 + R2
Praktikum - Teori
%diff = | rata-rata | ×100%
a. Untuk VS = 2 V
Berdasarkan teori
3,9 kΩ
VTH = 2,2 kΩ + 3,9 kΩ × 2 V
= 1,2786 V
Berdasarkan praktikum
VTH = VOC
= 0,70 V
0,7 V – 1,2786 V
%diff = | 0,9893
| ×100%
= 58,48%
b. Untuk VS = 4 V
Berdasarkan teori
3,9 kΩ
VTH = 2,2 kΩ + 3,9 kΩ × 4 V
= 2,5573 V
Berdasarkan praktikum
VTH = VOC
= 1,41 V
1,41 V – 2,5573 V
%diff = | 1,9836
| ×100%
= 57,83%
c. Untuk VS = 6 V
Berdasarkan teori
3,9 kΩ
VTH = 2,2 kΩ + 3,9 kΩ × 6 V
= 3,8360 V
Berdasarkan praktikum
VTH = VOC
= 2,19 V
2,19 V – 3,8360 V
%diff = | 3,013
| ×100%
= 54,62%
d. Untuk VS = 8 V
Berdasarkan teori
3,9 kΩ
VTH = 2,2 kΩ + 3,9 kΩ × 8 V
= 4,1836 V
Berdasarkan praktikum
VTH = VOC
= 2,82 V
2,82 V – 4,1836V
%diff = |
3,5018
| ×100%
= 38,93%
e. Untuk VS = 10 V
Berdasarkan teori
3,9 kΩ
VTH = 2,2 kΩ + 3,9 kΩ × 10 V
= 6,3934 V
Berdasarkan praktikum
VTH = VOC
= 3,53 V
3,53 V – 6,3934 V
%diff = |
4,9617
| ×100%
= 58,31%

3. Menentukan besar IN
VTH
IN =
RTH
a. Untuk VS = 2 V
Berdasarkan teori
1,2786 V
IN =
6,1 × 103 Ω
= 0,2096 × 10-3 A
= 0,2096 mA
Berdasarkan praktikum
0,70 V
IN =
4,0 × 103 Ω
= 0,175 × 10-3 A
= 0,175 mA
0,2096 mA – 0,175 mA
%diff = | 0,1923 mA
| ×100%
= 17,9%
b. Untuk VS = 4 V
Berdasarkan teori
2,5573 V
IN =
6,1 × 103 Ω
= 0,41922 × 10-3 A
= 0,41922 mA
Berdasarkan praktikum
1,41 V
IN =
4,0 × 103 Ω
= 0,3525 × 10-3 A
= 0,3525 mA
0,41922 mA – 0,3525 mA
%diff = | 0,7717 mA
| ×100%
= 8,64%
c. Untuk VS = 6 V
Berdasarkan teori
3,8360 V
IN =
6,1 × 103 Ω
= 0,6288 × 10-3 A
= 0,6288 mA
Berdasarkan praktikum
2,19V
IN =
4,0 × 103 Ω
= 0,5475 × 10-3 A
= 0,5475 mA
0,6288 mA – 0,5475mA
%diff = |
0,5881 mA
| ×100%
= 13,82%
d. Untuk VS = 8 V
Berdasarkan teori
4,1836 V
IN =
6,1 × 103 Ω
= 0,6858 × 10-3 A
= 0,6858 mA
Berdasarkan praktikum
2,82 V
IN =
4,0 × 103 Ω
= 0,705 × 10-3 A
= 0,705 mA
0,6858 mA – 0,705 mA
%diff = | 0,6954 mA
| ×100%
= 2,76%
e. Untuk VS = 10 V
Berdasarkan teori
6,3934 V
IN =
6,1 × 103 Ω
= 1,0480 × 10-3 A
= 1,0480 mA
Berdasarkan praktikum
3,53 V
IN =
4,0 × 103 Ω
= 0,8825 × 10-3 A
= 0,8825 mA
1,0480 mA – 0,8825 mA
%diff = | 0,9652 mA
| ×100%
= 17,14%
Kegiatan 2. Hubungan antara tegangan Thevenin terhadap arus beban

2.8

2.6

2.4

2.2

1.8
Tegangan Output (V)

1.6

1.4

1.2

0.8

0.6
y = -2.5502x + 3.3923
0.4 R² = 0.9997

0.2

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Arus Beban RL (mA)
Secara Grafik
y = mx + c
y
m =x
dimana y = V dan x = I
V
m = I
V
untuk = R , maka
I
m = RTh
untuk -m = -2,5502 kΩ
m = 2,5502 kΩ

Mengacu pada persamaan garis


V0 = -R0 IL + ETh
Maka,
m = R0 = 2,5502 kΩ
C = ETh = 3,3923 volt
𝐸𝑇ℎ 3,3923 𝑣𝑜𝑙𝑡
IN = = = 1,330 A
𝑅0 2,5502 𝑘Ω

Derajat Linieritas
DL = R2 x 100%
DL = 0,9997 x 100%
DL = 99,97%

Kesalahan Relatif
KR = 100% - DL
KR = 100% - 99,97%
KR = 0,030%

PEMBAHASAN
Pada praktikum dilakukan dua kegiatan, yakni melakukan pengukuran terhadap
tegangan Thevenin, hambatan Thevenin, dan arus Norton dari rangkaian-rangkaian
sederhana serta menyelidiki pengaruh beban terhadap tegangan dan kuat arus output
rangkaian elektronika dengan menggunakan teorema Thevenin dan Norton. Pada kegiatan
pertama digunakan 3 buah resistor, dengan resistansi secara berurutan yakni R1 = 2,2 ± 5%
kΩ, R2= 3,9 ± 5% kΩ, dan R3= 4,7 ± 5% kΩ. Sedangkan pada besar tegangan sumber yang
digunakan yakni 2 volt, 4 volt, 6 volt, 8 volt, dan 10 volt. Besar hambatan Thevenin yang
didapatkan secara teori adalah 6,1 kΩ, sedangkan berdasarkan praktikum yang didapatkan
adalah 4,0 kΩ dengan nila %diff nya 41,58%. Pada besar tegangan Thevenin untuk sumber
tegangan 2 volt didapatkan 1,2786 V yang berdasarkan teori, sedangkan pada praktikum
didapatkan 0,70 V dengan %diff 58,48%. Untuk tegangan sumber sebesar 4 volt, besar
tegangan yang didapatkan berdasarkan teori yakni 2,5573 V sedangkan menurut praktikum
adalah 1,41 V untuk %diffnya adalah 57,83%. Tegangan sumber 6 volt berdasar teori adalah
3,8360 volt dan 2,19 volt pada praktikum dengan %diff sebesar 54,62%. Selanjutnya dalah
tegangan sumber 8 volt, yang didapatkan berdasarkarkan teori adalah 4,1836 volt dan 2,82
volt dengan 38,93% diff yang diperoleh. Sedangkan untuk sumber tegangan 10 volt berdasar
teori yakni 6,3934 volt dan 3,53 volt pada praktikum, dengan nilai %diffnya 58,31%. Dari
data tersebut dikemukakan bahwa hasil yang diperoleh pada praktikum tidak sesuai dengan
teori. Selain, kesalahan pada praktikan yang kurang teliti, juga kesalahan pada alat yang
semakin menua dimana salah satunya adalah tegangan sumber (power supply) yang jarum
penunjukkannya tidak sesaui lagi dengan besar tegangan yang terukur pada multimeter
digital. Selanjutnya adalah besar arus Nortonnya. Berdasarkan teori pada sumber tegangan 2
volt didapatkan sebesar 0,2096 mA, sedangkan pada praktikum sebesar 0,175 mA dengan
%diff sebesar 17,9%. Pada sumber tegangan 4 volt arus norton berdasar teori didapatkan
sebesar 0,41922 mA dan 0,3525 mA pada praktikum dengan besar %diffnya 8,64%. 6 volt
tegangan sumber dengan 0,6288 mA pada teori dan 0,5475 mA pada praktikum untuk %diff
sebesar 13,82%. Selanjutnya adalah sumber tegangan sebesar 8 volt, yang didapatkan
berdasarkan teroi adalah 0,6858 mA dan praktikum 0,705 mA dengan %diff sebesar 2,76%.
Terakhir adalah tegangan sumber 10 volt didapatkan 1,0480 mA pada teori dan 0,8825 mA
pada praktikum dengan 17,14%diff yang diperoleh. Data untuk arus Norton yang diperoleh
lebih menuntungkan dari pada besar hambatan Thevenin, dikarenakan besarnya %diff yang
diperoleh terlalu besar, yang membuktikan bahwa terjadi kesalah yang besar. Dari data
tersebut didapatkan bahwa semakin besar tegangan sumber yang digunakan maka semakin
besar pula nila tegangan Thevenin, hambatan Thevenin, dan arus Norton yang diperoleh.
Pada kegiatan kedua dengan tegangan sumber yang digunakan sebesar 10 volt bahwa besar
hambata Theveninnya yakni 6,10 kΩ secara teori. Sedangkan berdasarkan grafik dari data
praktikum yang diperoleh adalah 2,5502 kΩ. Untuk arus Norton didapatkan sebesar 1,330 A,
dengan derajat linieritas 99,97% dan kesalahan relatifnya adalah 0,030%.
Berdasar hasil analisis bahwa pada praktikum terjadi banyak kesalahan. Bahwa ketidak
ketelitian praktikan dan alat yang sudah tidak baik digunakan. Seperti power supply,
multimeter digital voltmeter, yang penunjukkan angkanya tidak konstan, sering mengalami
perubahan. Berdasar data tersebut pula didapatkan bahwa pengaruh beban terhadap tegagan
dan kuat arus output yakni semakin besar tegangan sumber yang diberi maka semakin kecil
pula arus beban yang ada. Semakin banyak beban maka tegangan yang mengalir semakin
besar, sebaliknya dengan arus bahwa semakin banyak beban maka arus yang masuk semakin
sedikit kerana terbagi dengan beban beban lainnya.
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil dari percobaan yang dilakukan nilai dari hambatan Thevenin secara
teori 6,1 kΩ dan secara praktikum 4,0 kΩ. Pada tegangan Thevenin untuk setiap
tegangan sumber dari 2 volt, 4, 6, 8, dan volt masing masing pada teori dan praktikum
adalah 1,2786 V dan 0,70 volt, 2,5573 V dan 1,41 V, 3,8360 V dan 2,19 V, 4,1836 V
dan 2,82 V, terakhir 6,3934 V dan 3,53 V. Arus Northon pada masing masing sumber
tegangan pada teori dan praktikum di 2 volt, 4, 6, 8, dan 10 volt yakni 0,2096 mA dan
0,175 mA, 0,41922 mA dan 0,3525 mA, 0,6288 mA dan 0,5475 mA 0,6858 mA dan
0,705 mA, dan terakhir 1,0480 mA dan 0,8825 mA. Yang artinya bahwa nilai tegangan
output dan arusnya berbanding lurus, walau selisihnya hampir setengah dari nilai
tegangan outputnya dan hasil tersebut didapatkan dengan menyederhanakan rangkaian
yang terdiri dari satu buah sumber tegangan yang dihubungkan secara seri dengan
sebuah tahanan ekuivalennya pada dua terminal yang diamati sesuai teorema Thevenin,
sedangkan teorema Norton disusun secara paralel.
2. Berdasarkan Hukum Ohm, besarnya hambatan berbanding lurus dengan besarnya
tegangan dan berbanding terbalik dengan besarnya arus. Sehingga semakin besar nilai
hambatan maka semakin bersar pula nilai dari tegangan. Jika dibandingkan hasil yang
diperoleh berdasar praktikum sesuai dengan Hukum Ohm yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Ramdhani Mohamad, 2005. Rangkaian Listrik. Bandung: Sekolah Tinggi Teknologi Telkom.
Sudirham Sudaryatno, 2002. Analisis Rangkaian Listrik. Bandung: Penerbit ITB
Tim Elektronika Dasar, 2016. Penuntun Praktikum Elektronika Dasar 1. Makassar:
Laboratorium Unit Elektronika & Instrumentasi Jurusan Fisika FMIPA UNM.

Anda mungkin juga menyukai