Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH ASKEB V

(PERAN SERTA MASYARAKAT )

OLEH
KELOMPOK IV
LILI AMANDA PUTRI .K 02.16.044 MUSDALIFA 02.16.016

SARDIANI 02.16.062 CITRA RESKI AMELIA 02.16.051

NUR ANNISA 02.16.022 ARWINI DWI .F 02.16.006

NURAENI 02.16.055 ARWINI RAHMAN 02.16.058

RISNA 02.16.028

STIKES SALEWANGANG MAROS

PRODI DIII KEBIDANAN

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat

dan karunia-Nyalah sehingga makalah ini dapat kami selesaikan dengan baik dan

tepat waktu. Sebagai bahan untuk melengkapi tugas ASKEB V , dengan tema

“PERAN SERTA MASYARAKAT “. Tidak lupa ucapan terima kasih kami

hanturkan kepada dosen ibu Feby Purnamasari,S.ST selaku pembimbing kami

yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini, serta teman-teman yang

terus memberikan motivasi dalam menyelesaikan makalah kami ini. Kami sangat

menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, kami menyambut baik kritik dan saran dari pembaca yang

bersifat membangun untuk perbaikan dan masukan dimasa akan datang.

Akhir kata kami selaku kelompok penulis berharap agar selaku pembaca

dapat puas dan mendapatkan informasi yang kami sampaikan. Dan atas

perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Maros, Oktober 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I Pendahuluan. ........................................................................................ 1

A. Latar belakang . .................................................................................... 1

B. Rumusan masalah................................................................................. 3

C. Tujuan ................................................................................................. 3

BAB II Pembahasan ........................................................................................ 4

A. Definisi sistem siaga ( suami siaga, bidan siaga, dan desa siaga) ........ 4

B. Pengembangan Program Pemerintah .................................................. 24

C. Peran dan Tanggung Jawab Bidan di Komunitas ............................... 28

D. Review Jurnal ...................................................................................... 40

BAB III Penutup .............................................................................................. 43

A. Kesimpulan ......................................................................................... 43

B. Saran .................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bidan adalah seorang wanita yang telah menyelesaikan pendidikan

kebidanan dan mendapat izin untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat

luas. Bidan adalah profesi yang diakui oleh nasionl maupun internasional. Bidan

memiliki hak dan kewajiban dalam memberikan pelayanan kebidanan sesuai

dengan izin yang telah diberikan dan tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan

No.1464/MENKES/PER/X/2011 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.

Selain memberikan pelayanan kebidanan, bidan juga memberikan konseling

dalam pemberian nasehat atau pun penyuluhan kesehatan yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Bidan selalu memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan

kebutuhan dan ruang lingkup bidan, yaitu Ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru

lahir, remaja & lansia. (Yulifah, 2012)

Sudah cukup lama bahwa pemerintah lebih mengutamakan bidan sebagai

ujung tombak tenaga kesehatan yang dapat membantu masalah kesehatan

terutama pada kelompok ibu dan anak disetiap desa atau kelurahan. Pemerintah

menilai karena ibu dan anak merupakan aset utama yang perlu diselamatkan demi

kehidupan masa depan yang lebih baik tanpa mengesampingkan pihak pria

dewasa atau lansia. Realita saat ini tenaga kesehatan selain bidan banyak

berkumpul di tingkat kabupaten/kota. Berdasarkan tugas dan kewenangan yang

diberikan pemerintah, bidan merupakan harapan masa depan ibu dan anak bangsa.

(Yulifah, 2012)

1
Alangkah baiknya jika yang ditampilkan dan di publikasikan oleh pihak

pemerintah pusat maupun daerah dalam mendukung visi sehat Indonesia yaitu

Masyarakat yang sehat mandiri dan berkeadilan, tidak hanya berupa data indikator

seperti angka kesakitan, kematian, tetapi data berupa kesimpulan jumlah dan

persentase data cakupan desa siaga aktif yang ada di tingkat kabupataen/kota.

Desa Siaga aktif memiliki empat tingkatan dimana tingkatan terendah adalah desa

siaga pratama, kemudian desa siaga madya, desa siaga purnama dan terbaik yang

menjadi harapan bangsa maupun dunia adalah desa siaga aktif mandiri. (Yulifah,

2012)

Dengan ditetapkannya tingkatan desa siaga tersebut, maka Desa Siaga dan

Kelurahan Siaga yang saat ini sudah dikembangkan harus dievaluasi untuk

menetapkan apakah masih dalam kategori Desa dan Kelurahan Siaga atau sudah

dapat dimasukkan ke dalam salah satu dari tingkatan/kategori Desa dan Kelurahan

Siaga Aktif. Evaluasi ini dilakukan dengan mengacu kepada petunjuk teknis yang

disusun bersama oleh Kementerian Dalam Negeri dan Kementerian Kesehatan.

Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif merupakan bagian dari

pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan untuk Kabupaten dan

Kota. Walaupun hanya merupakan salah satu dari indikator dalam Standar

Pelayanan Minimal (SPM) tersebut, tetapi di dalamnya tercakup semua kegiatan

yang akan menjamin tercapainya indikator-indikator lainnya dalam SPM tersebut.

Tercapainya Indonesia Sehat atau target indikator-indikator kesehatan dalam

Millenium Development Goals (MDGs) sebagian besar ditentukan oleh

tercapainya indikator-indikator tersebut pada tingkat desa dan kelurahan. Oleh


sebab itu dapat dikatakan bahwa pencapaian Indonesia Sehat dan target indikator-

indikator MDGs pada tahun 2015 sangat ditentukan oleh keberhasilan

pengembangan dan pembinaan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud sistem siaga (Suami Siaga ,Bidan Siaga dan Desa Siaga )?

2. Apa saja pembangunan program pemerintah ?

3. Apa tugas dan tanggung jawab bidan di komunitas ?

C. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk meenambah wawasan

pembaca tentang Suami Siaga, Bidan Siaga, dan Desa Siaga. Dan juga dapat

memotivasi pembaca untuk menerapkan konsep Suami Siaga, Bidam Siaga, dan

Desa Siaga, sehingga tercipta mayarakat madani yang peduli mengenai masalah

kesehatan. Dan untuk mengetahui apa saja pembanguan program pemerintah

dalam mengupayakan peran serta masyarakat serta peran dan tanggung jawab

bidan di komunitas .

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi sistem siaga ( suami siaga, bidan siaga, dan desa siaga)

1. SUAMI SIAGA

a. Suami siaga

 Siap, suami hendaknya waspada dan bertindak atau mengantisipas

i jika melihat tanda dan bahaya kehamilan.

 Antar, suami hendaknya merencanakan angkutan dan menyediaka

n donor darah jika diperlukan.

 Jaga, suami hendaknya mendampingi istri selama proses dan sele

sai persalinan.

Jadi suami siaga adalah suami yang siap menjaga istrinya sedang

hamil, menyediakan tabungan bersalin, serta memberikan

kewenangan untuk menggunakannya apabila terjadi masalah

kehamilan. Suami siaga juga memiliki pengetahuan tentang tanda

bahaya kehamilan, persalinan, nifas dan mengutamakn keselamatan

Istri.

Untuk menjadi suami yang benar-benar siaga, harus dibekali dengan

pengetahuan tentang beberapa hal berikut :

 Upaya menyelamatkan ibu hamil


 Tiga terlambat, yaitu terlambat mengenal tanda bahaya dan

mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan,

dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas kesehatan.

 Empat terlalu, yaitu terlalu muda saat hamil, terlalu tua saat

hamil, terlalu banyak anak dan terlalu dekat usia kehamilan.

 Perawatan kehamilan, tabungan persalinan, donor darah, tanda

bahaya kehamilan, persalinan dan nifas, serta pentingnya

pencegahan dan mengatasi masalah kehamilan secara tepat

 Transportasi siaga dan pentingnya rujukan. Dengan demikian

perhatian suami dan keluarga bertambah dalam memahami dan

mengambil peran yang lebih aktif serta memberikan kasih sayang

pada istri terutama pada saat sebelum kehamilan, selama

kehamilan, persalinan dan sesudah persalinan.

b. Peran dan keterlibatan suami dalam kehamilan

Dukungan dan peran serta suami dalam masa kehamilan terbukti

meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi proses

persalinan, bahkan juga produksi ASI.

Partisipasi suami yang dapat dilakukan :

 Membantu mempertahankan dan meningkatkan kesehatan istri

yang sedang hamil

 Memberikan perhatian dan kasih sayang kepada istri

5
 Mengajak dan mengantar istri untuk memeriksa kehamilan

kefasilitas kesehatan yang terdekat minimal 4 kali selama

kehamilan

 Memenuhi kebutuhan gizi bagi istrinya agar tidak terjadi anemia

dan memperoleh istirahat yang cukup

 Mempelajari gejala komplikasi pada kehamilan

 Menyiapkan biaya melahirkan dan biaya transportasi

 Melakukan rujukan kefasilitas yang lebih lengkap sedini mungkin

TRIMESTER I ( masa penuh gejolak emosi )

Selama hamil, ada begitu banyak perubahan pada ibu, Yang paling

menonjol adalah perubahan emosi. Itu terjadi karena kadar hormon

estrogen dan progesteron didalam tubuh berubah.maka dalam keadaan

seperti ini suamilah yang paling tepat untuk membantu melalui masa-

masa itu.

Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester I :

 Sering mual-mual dan muntah terutama dipagi hari karena

mengalami morning sicness

 Menjadi cepat lelah dan mudah mengantuk

 Mungkin tiba-tiba meminta atau menginginkan sesuatu yang

“aneh” atau ngidam


 Semula tampak gembira, namun dalam beberapa detik bisa

mendadak nangis tersedu-sedu, merasa tertekan dan sedih tanpa

sebab yang jelas

Yang dapat dilakukan suami :

 Bawakan krekes dan air putih atau jus buah ke tempat tidur.

Sehingga, begitu istri bangun dan morning sickness mendera,

keluhan yang dirasakn langsung hilang. Berkat perhatian dan kasih

sayang

 Buatlah istri merasa nyaman, sehingga dapat beristirahat dan cukup

tidur

 Penuhi keingininan yang diinginkan istri

 Tunjukan rasa bahagia dan antusias terhadap janin dalam

kandungan dengan cara mengajak janin bicara

TRIMESTER II ( masa-masa bahagia)

Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester kedua :

 Emosi cendrung lebih stabil dan keluhan morning sickness juga

jauh berkurang, janin mulai bergerak dan istri merasa bahagia

dengan kehamilannya sehingga lebih bersemangat.

 Tetap menunjukkan kalau suami mengerti dan memahami benar

perubahan emosi yang cepat serta perasaan lebih peka yang

7
dialaminya dan dampingi istri saat melakukan pemeriksaan

kehamilan

TRIMESTER III ( takut dan cemas menghadapi persalinan )

Beberapa hal yang bisa terjadi pada trimester ketiga :

 Semakin dekat persalinan biasanya dia merasa semakin takut dan

cemas

 Merasa penampilannya tidak menarik karena perubahan bentuk

fisik

 Sering mengeluh sakit, pegal, ngilu dan berbagai rasa tidak nyaman

pada tubuhnya, terutama pada punggung dan panggul.

Yang dapat dilakukan suami :

 Bantu ibu untuk mengatasi rasa cemas dan takut dalam menghadapi

proses persalinan

 Puji ibu bahwa ibu tetap cantik dan menarik

 Bantu ibu untuk mengatasi keluhan-keluhannya

c. Peran suami dalam mencegah atau mengobati komplikasi Kehamilan

Suami memainkan banyak peran kunci selama kehamilan dan

persalinan serta setelah bayi lahir. Keputusan dan tindakan mereka

berpengaruh terhadap kesakitan dan kesehatan, kehidupan dan

kematian ibu dan bayinya.


Langkah awal yang dapat dilakukan oleh suami adalah

merencanakan keluarganya. Pembatasan kelahiran dan membuat jarak

kelahiran paling sedikit 2 tahun, baik untuk menjaga kesehatan ibu dan

anak, mengingat setiap kehamilan membawa resiko kesehatan yang

potensial untuk ibu, walaupun ibu terlihat sehat dan beresiko rendah

kehamilan yang tidak direncanakan sering kali menjadi berisiko karena

akan membawa mereka untuk aborsi.

d. Hal yang dilakukan suami siaga sebelum dan saat persalinan

Sebelum persalinan:

 Siapkan kendaraan yang akan digunakan untuk ke Rumah Sakit

Bersalin. Pastikan bahan bakar cukup dan mobil dalam kondisi

prima. Simpan nomor telepon taksi untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba

mobil ngadat.

 Minta bantuan tetangga atau kerabat terdekat. Beritahu mereka hari

perkiraan lahir (HPL) bayi karena kemungkinan mereka bisa

datang dan memberi bantuan lebih cepat.

 Delegasikan tugas Anda kepada anggota keluarga yang lain jika

Anda tidak bisa menemani istri saat bersalin. Jangan biarkan istri

menghadapi persalinannya sendiri.

 Packing barang-barang Anda sendiri untuk menginap sewaktu

menunggui isteri bersalin, kemas di back pack dan simpan back

pack di bagasi mobil bersama koper isteri. Termasuk yang

9
disiapkan adalah kamera untuk mendokumentasikan proses

persalinan.

Saat persalinan:

 Persiapkan administrasi Rumah Sakit. Lakukan segera begitu Anda

tiba di Rumah Sakit untuk memperoleh kamar perawatan rawat

gabung atau rooming in.

 Dampingi istri sejak di ruang observasi hingga masuk kamar

bersalin. Tenangkan ia, pijat punggungnya untuk memberi rasa

nyaman secara psikologis, dan jaga privasinya dengan membatasi

orang keluar masuk kamar.

 Bantu istri melakukan IMD dan menyusui bayi. Kolostrum ASI

pada 3 hari pertama sangat baik untuk bayi sebab kaya dengan zat

antibodi, protein, vitamin A dan mineral.

 Kabarkan berita gembira kepada teman dan kerabat.

 Urus akte kelahiran bayi -umumnya Rumah Sakit menyediakan

jasa pembuatan akte kelahiran- dan perbarui kartu keluarga.

2. BIDAN SIAGA

a. Pengertian

Bidan siaga adalah seorang bidan yang telah

dipercaya dan diberi kepercayaan yang lebih dari pemerintah

atau negara untuk membantu masyarakat. Dimana, jika


masyarakat membutuhkan bantuan dari bidan, maka bidan siap

kapan saja.

Bidan siaga diharapkan memberikan pelayanan yang

luar biasa kepada masyarakat. Khusunya dalam hal pelayanan

selama kehamilan, persalinan dan masa nifas serta dalam upaya

menggerakan masyarakat untuk membentuk sistem

transportasi, donor darah dan tabungan bersalin untuk

mengatasi kegawatdaruratan saat persalinan. (Yulifah, 2012)

Peran bidan dalam menggerakan masyarakat adalah

sebagai promotor dari pembinaan peran serta masyarakat.

Bidan sebagai pelopor harus mampu menggerakan masyarakat

sekaligus ikut berkecimpung dalam kegiatan yang ada

dimasyarakat. Sebagai contoh, bidan ikut sebagai pendonor

dalam program donor darah berjalan, menyediakan layanan

untuk tabungan ibu bersalin, serta berperan aktif dalam

program pemerintah. (Yulifah, 2012)

Bidan siaga harus kompeten dan terlatih serta

memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan

standar. Kompetensi-kompetensi bidan dapat dicapai, baik

melalui pendidikan formal maupun nonformal, serta secara

terus menerus mengakses pengetahuan agar selalu up to date.

Misalnya mengikuti pelatihan asuhan persalinan normal (APN),

melalui obat-obatan sesuai dengan standar yang telah

11
ditetapkan dalam kepmenkes RI No.900/menkes/SK/VII/2002.

Peran harus mengetahui peran, tugas tanggung jawab dan

kewenangan dalam praktik kebidanan, sehingga dapat

melakukan pelayanan secara optimal serta mengetahui batas-

batas kewenangan. (Yulifah, 2012)

Bidan siaga juga wajib memiliki pengetahuan dasar

seperti :

 Konsep dan sasaran kebidanan komunitas

 Masalah kebidanan komunitas

 Pendekatan asuhan kebidanan pada keluarga, kelompok

dan masyarakat

 Strategi pelayanan kebidanan komunitas

 Ruang lingkup pelayanan kebidanan komunitas

 Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu

dan anak dalam masyarakat.

b. Promosi Bidan Siaga

Promosi Bidan Siaga merupakan salah satu cara

untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan

melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang ada di desa

untuk bekerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidan dapat

memberikan imbalan jasa yang sesuai apabila dukun

menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun


bayi dapat dilibatkan dalam perawatan Bayi Baru Lahir (

BBL).

Apabila cara tersebut dapat dilakukan dengan baik,

maka dengan kesadaran, dukun akan memberitahukan ibu

hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan ( bidan

). Ibu dan bayi selamat, derajat kesehatan ibu dan bayi

diwilayah tersebut semakin meningkat.

3. DESA SIAGA

a. Definisi

Desa siaga adalah suatu kondisi masyarakat tingkat desa

atau kelurahan yang memiliki potensial sumberdaya dalam

mengatasi masalah kesehatan, bencana, kegawatdaruratan secara

mandiri. Siaga singkatan dari siap antar jaga, Siaga dipakai

dalam berbagai fungsi dalam menggalang partisipasi masyarakat

seperti suami siaga, desa siaga, bidan siaga, dan sebagainya.

Desa Siaga (Siap Antar Jaga) adalah desa yang memiliki sistem

kesiagaan untuk menanggulangi kegawatdaruratan ibu hamil dan

ibu bersalin (Depkes RI, 2007).

Landasan hukum pelaksanaan desa siaga adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan,

khususnya pada pasal 5, 8, 711 dan 722 serta Bab VII tentang

peran serta masyarakat.

13
2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

564/ Menkes/SK/ VII/ 2006 tanggal 2 Agustus 2006 tentang

pengembangan Desa siaga.

b. Tujuan Desa Siaga

Tujuan Umum

Terwujudnya masyarakat desa yang sehat, serta peduli

dan tanggap terhadap permasalahan kesehatan ibu dan anak

diwilayahnya.

Tujuan Khusus

1. Turunnya angka kematian ibu dan bayi di Kabupaten Kulon

Progo.

2. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan

ibu dan bayi.

3. Tersosialisasi Desa Siap Antar Jaga di masyarakat.

4. Meningkatnya kesadaran keluarga dan masyarakat tentang p

entingnya kesehatan ibu dan bayi.

5. Termotivasinya keluarga dan masyarakat untuk memanfaatk

an Desa Siap Antar Jaga.

6. Termotivasinya pembentukan jaringan kemitraan di masyar

akat.

c. Kriteria Desa Siaga

Desa Siap Antar Jaga memiliki kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki mekanisme pendataan/notifikasi


Desa Siap Antar Jaga memiliki sistem yang

dikembangkan oleh masyarakat untuk mencatat dan

menginformasikan kepada masyarakat tentang keberadaan

dan kondisi ibu hamil dan masa persalinan sampai masa

nifas. Bentuk pendataan dapat berupa:

 Catatan ibu hamil

 Peta ibu hamil

 Peta fasilitas kesehatan

 Informasi ibu hamil resiko tinggi (misal dengan stiker

bumil risti)

 Catatan persalinan.

2. Memiliki mekanisme transportasi

Desa Siap Antar Jaga harus memiliki sistem kegoton

groyongan yang dikembangkan untuk mengantar/membina

ibu hamil yang akan bersalin, terutama juga ibu tersebut

mengalami komplikasi. Bentuk transportasi dapat berupa:

 Mobil atau sepeda motor milik warga masyarakat

 Ambulan Puskesmas

 Kendaraan umum yang beroperasi di desa.

Transportasi tersebut penggunaannya harus ada

kesepakatan tertulis sebelumnya dari yang memiliki

kendaraan. Kendaraan tersebut diberi tanda khusus agar

15
mudah dikenali oleh petugas kesehatan, polisi dan

masyarakat.

3. Memiliki mekanisme donor darah

Desa Siap Antar Jaga harus memiliki kelompok

pendonor darah sebagai penyedia darah bagi PMI yang dapat

digunakan oleh ibu bersalin yang membutuhkan. Bentuk:

 Donor darah tetap. Pendonor secara rutin mendonorkan

darahnya setiap 3 bulan sekali ke PMI.

 Donor darah tidak tetap/ donor darah tetap. Daftar nama

relawan golongan darahnya yang bersedia mendonorkan

darahnya sewaktu-waktu dibutuhkan. Pelaksanaan

kegiatan donor darah ini dapat bekerjasama dengan

puskesmas setempat khususnya untuk pemeriksaan

golongan darah dan pemeriksaan kesehatan pendonor

secara umum. Hal ini dilakukan sebagai upaya antisipasi

biaya pemeriksaan laboratorium bagi warga miskin.

4. Memiliki mekanisme pendanaan

Sistem dana adalah tabungan yang dikembangkan

oleh masyarakat atau ibu hamil yang digunakan antara lain

untuk:

 Biaya Persalinan

 Biaya Transportasi

 Bantuan Akomodasi (makan, minum, dan lain-lain)


5. Memiliki mekanisme kemitraan.

Kemitraan dalam Desa Siap Antar Jaga adalah

bentuk kerja sama dengan berbagai pihak terkait yang

mendukung keberadaan Desa Siap Antar Jaga selanjutnya.

Bentuk kemitraan dapat berupa:

 Kemitraan bidan dengan dukun.

 Kemitraan dengan LSM

 Kemitraan dengan PMI

 Kemitraan dengan PKK

 Kemitraan dengan media

 Kemitraan dengan organisasi masyarakat yang lain.

Mekanisme kemitraan sebaiknya didukung dengan

persetujuan tertulis.

d. Langkah Pengembangan Jejaring Desa Siaga

Mengingat permasalahan yang mungkin dihadapi Desa

Siap Antar Jaga maka perlu dikembangkan jejaring kerjasama

dengan berbagai pihak. Wujud pengembangan jejaringnya dapat

dilakukan melalui pertemuan pengurus Desa Siap Antar Jaga

secara internal, pertemuan antar pengurus Desa Siap Antar Jaga,

pertemuan pengurus dengan pengelola upaya kesehatan yang ada

di desa tersebut minimal 3 bulan sekali. Pengembangan Desa

17
Siap Antar Jaga dimaksudkan secara halus untuk terciptanya

keadaan masyarakat yang terpenuhi kewajiban dan hak-haknya.

Pengembangan Desa Siap Antar Jaga dibangun dengan 3 sistem,

yaitu:

1. Sistem Pengelolaan Kesehatan di Masyarakat

Misal: Penggalangan dana melalui posyandu, atau kelompok

lembaga masyarakat yang lain.

2. Sistem Pendidikan Kesehatan di Masyarakat

Misal: Penyuluhan melalui pertemuan-pertemuan yang

dilaksanakan di masyarakat.

3. Sistem Pendukung Kesehatan di Masyarakat

Misal: Dukungan kepada ibu hamil untuk memperoleh hak-

haknya dalam memperoleh pelayanan kesehatan termasuk

dalam pengambilan keputusan oleh ibu sendiri. Dukungan

dalam memperoleh kemudahan transportasi. Dukungan

dalam memperoleh donor darah sewaktu-waktu diperlukan.

Pengembangan 3 sistem dapat dimulai dengan usaha

fasilitator desa masuk dalam kegiatan didesa. Misalnya

Posyandu balita, lansia, pengobatan tradisonal, pesantren,

usaha kesehatan masjid, dan lain-lain.

e. Pembentukan dan Tata Laksana Desa Siaga

1. Tahap Persiapan
Rekuitmen Fasilitator Desa. Dalam membentuk Desa

Siap Antar Jaga, diperlukan Fasilitator Desa (FD) yaitu orang

yang berfungsi untuk mengkoordinir semua

aktivitas/kegiatan yang ada didesanya. Fasilitator desa juga

sekaligus sebagai penghubung antara masyarakat dengan

pelayanan kesehatan, Rumah Sakit, Instansi Kesehatan,

wartawan dan lembaga terkait lainnya bila terjadi suatu

masalah didesanya. Untuk menjadi desa Siap Antar Jaga

dibutuhkan bidan yang tinggal di desa dan siap memberikan

pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) selama 24 jam.

Bidan di desa sebagai tenaga kesehatan terdepan yang

memberikan pelayanan kesehatan ibu, bayi, anak dan

reproduksi diwilayahnya, harus dibekali dengan pengetahuan

dan keterampilan yang memadai agar dapat menunjang

kegiatan desa Siap Antar Jaga. Jenis pelatihan bidan di desa

Siap Antar Jaga adalah sebagai berikut:

 Citra Diri Bidan Dalam pelatihan ini bidan dibekali

pengetahuan dan keterampilan mengenai: manajemen

pelayanan KIA, komunikasi informasi dan edukasi

(KIE), menggali kemampuan diri, menciptakan motivasi

diri dan pelayanan prima.

 Asuhan Persalinan Normal (APN). Suatu kebijakan

pelayanan dengan metode pendekatan asuhan sayang ibu

19
dan sayang bayi, termasuk didalamnya manajemen aktif

kala III, sebagai upaya pencegahan perdarahan post

partum pada persalinan normal.

 Penanganan Kasus Kegawatdaruratan Obstetrik dan

Neonatal

 Pelatihan Klinis yang lain (Pelayanan KB)

 Pelatihan IMP (Identifikasi Masyarakat Partisipatif)

Pelatihan yang bertujuan untuk membentuk calon

fasilitator menjadi seorang penggerak atau pengorganisir

masyarakat desanya.

2. Pelaksanaan

 Pembentukan Pengurus Desa Siap Antar Jaga. Fasilitator

yang sudah terbentuk dan dilatih bersama unsur yang ada

dimasyarakat mengadakan pertemuan untuk

menyampaiakan / mensosialisasikan kegiatan dan

sekaligus membentuk kepengurusan desa siap antar jaga.

 Sosialisasi pada pertemuan warga RW / Dusun

Keberadaan Desa Siap Antar jaga perlu disosialisasikan

di masyarakat agar mereka mengetahui dan dapat

berperan didalamnya. Kegiatan ini bisa diikutkan pad

pertemuan-pertemuan yang sudah ada dimasyarakat

seperti pertemuan-pertemuan rutin dasa wisma, RT, RW,

Dusun, Desa, pemgajian dan lainnya.


 Pertemuan Pengurus Warga Siaga, Bidan di Desa, Kader

Desa (Focus Group Discussion/ FGD). Dalam pertemuan

tersebut dibahas mengenai:

 Mekanisme Pencatatan dan Informasi (Motifikasi)

Adalah sistem yang dikembangkan oleh masyarakat

untuk mencatat dan mengidentifikasikan kepada

masyarakat tentang:

 Catatan dan Peta Ibu Hamil di Desa

 Catatan kematian ibu hamil, melahirkan dan nifas

 Catatan kelahiran dan kematian bayi dan balita

 Peta fasilitas kesehatan desa.

f. Langkah-langkah Desa Siaga

 Berkoordinasi dengan bidan desa, kader posyandu dan

masyarakat untuk mendapatkan data.

 Fasilitator desa bersama bidan desa memberi tanda (stiker)

pada buku KIA untuk ibu hamil resiko tinggi.

 Memberikan informsi kepada masyarakat setempat mengenai

keberadaan ibu hamil dan perkiraan persalinan.

 Fasilitator desa bersama dengan pengurus membuat peta ibu

hamil dan tanda khusus (Indikator PHBS)

 Mekanisme Pendanaan Adalah sistem tabungan yang

dikembangkan oleh masyarakat atau ibu hamil yang

digunakan untuk persalinan. Seperti :

21
 Dasolin (Dana Sosial Persalinan). Uang yang

dikumpulkan oleh masyarakat secara rutin dari jimpitan,

dana sehat atau iuran lain (dasa wisma, RT, RW, dan

dusun, desa)

 Tabulin (Tabungan Ibu Bersalin). Uang yang

dikumpulkan atau ditabung oleh ibu hamil yang dapat

disimpan oleh bidan desa atau pengurun, dan lain-lain.

 Simpanan dalam bentuk ”In-Natura”. Simpanan dalam

bentuk bukan uang, yang selanjutnya dapat diuangkan/

dijual pada saat persalinan. Misalnya ternak, hasil bumi,

perhiasan, dan lain-lain.

 Alokasi Dana Pemerintah. Bagi keluarga miskin, ada

alokasi dana dari pemerintah untuk biaya persalinan,

melalui Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin

(Askeskin), Jaminan Kesehatan Sosial (Jamkessos) atau

Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM).

 Mekanisme Transportasi Adalah sistem kegotong-royongan

yang dikembangkan untuk mengantar ibu hamil, ibu bersalin,

ibu nifas, dan bayi yang perlu dirujuk. Seperti ::

 Mobil atau sepeda motor milik warga

 Ambulance Puskesmas

 Kendaraan Umum (Becak, dan lain-lain) yang dikelola

atau beroperasi di desa.


 Kelompok Donor Darah Adalah kelompok pendonor darah di

masyarakat sebagai donor hidup, digunakan oleh semua

warga masyarakat yang memerlukan. Bentuk:

 Donor darah tetap. Pendonor secara rutin mendonorkan

darahnya setiap 3 bulan sekali tercatat di PMI.

 Donor darah tidak tetap. Berupa daftar nama relawan

beserta golongan darahnya yang bersedia mendonorkan,

baik secara rutin maupun insidental saat dibutuhkan,

yang tergabung dalam Persatuan Donor Darah Indonesia

(PDDI) di desa.

Syarat pendonor : memenuhi persyaratan medis.

Untuk mempertahankan eksistensinya ditengah masyarak

at, maka pengurus Desa Siap Antar Jaga perlu mengadak

an pertemuan secara rutin bulanan atau tiga bulanan,

bersama dengan fasilitator desa dan bidan di desa, untuk

membahas permasalahan yang ada, rencana kerja dan

informasi lain yang berhubungan dengan kesehatan ibu

dan bayi.

g. Peran Organisasi Desa Siap Antar Jaga (SIAGA)

1. Kepala Desa

23
 Kepala Desa selaku penanggung jawab kegiatan

mempunyai tugas untuk Memberikan dukungan

kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan desa

Siap Antar Jaga.

 Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk

memanfaatkan pelayanan kesehatan khususnya yang

berkaitan dengan ibu hamil dan bayi didesanya.

 Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam

mewujudkan masyarakat Siaga (suami siaga, ambulan

desa, bank darah).

 Menindaklanjuti pembinaan untuk terselenggaranya

kegiatan desa Siap Antar Jaga secara berkesinambungan.

B. Pengembangan Program Pemerintah

1. POSYANDU

Posyandu adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dalam

pelayanan kesehatan masyarakat dari keluarga berencana dari masyarakat

oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta

pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang

mempunyai nilai strategi untuk pengembangan sumber daya manusia sejak

dini

Tujuan Posyandu :

 Menurunkan angka kematian ibu dan anak


 Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR

 Mempercepat penerimaan NKKBS

 Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

kesehatan dan menunjang peningkatan hidup sehat

 Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

sehingga tercapai peningkatan cakupan palayanan.

 Meningkatkan dan membina peran serta masyarakat dalam rangka alih

teknologi untuk usaha kesehatan masyarakat.

2. POLINDES

Polindes merupakan salah satu bentuk UKBM(Usaha Kesehatan Bagi Masya

rakat) yang didirkan masyarakat oleh masyarakat atas dasar musyawarah,

sebagai kelengkapan dari pembangunan masyarakat desa, untuk memberikan

pelayanan KIA – KB serta pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan

kemampuan Bidan. Tujuan

 Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA – KB termasuk

pertolongan dan penanganan pada kasus gagal.

 Meningkatkan pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan

 Meningkatkan kesempatan untuk memberikan penyuluhan dan konseling

kesehatan bagi ibu dan keluarganya

 Meningkatkan pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan kesenangan

bidan

25
3. KB / KIA

adalah kegiatan kelompok belajar kesehatan ibu dan anak yang

anggotanya meliputi ibu hamil dan menyusui.

Tujuan umum : Agar ibu hamil dan menyusui tahu cara yang baik untuk

menjaga kesehatan sendiri dan anaknya, tahu pentingnya

pemeriksaan ke puskesmas dan posyandu atau tenaga

desehatan lain pada masa hamil dan menyusui serta

adanya keinginan untuk ikut menggunakan kontrasepsi

yang efektif dan tepat.

Tujuan khusus : Memberi pengetahuan kepada ibu tentang hygiene

perorangan pentingnya menjaga kesehatan, kesehatan ibu

untuk kepentingan janin, jalanya proses persalinan,

persiapan menyusui dan KB.

4. DASA WISMA

Dasawisma adalah kelompok ibu berasal dari 10 rumah yang

bertetangga. Kegiatannya diarahkan pada peningkatan kesehatan keluarga.

Bentuk kegiatannya seperti arisan, pembuatan jamban, sumur, kembangkan

dana sehat (PMT, pengobatan ringan, membangun sarana sampah dan

kotoran ). Dasawisma atau kelompok persepuluh merupakan salah satu

pembinaan wahana peran serta masyarakat dibidang kesehatan secara


swadaya di tingkat keluarga. Salah satu dari anggota keluarga pada

kelompok persepuluh dipilih untuk dijadikan ketua kelompok atau penghubun

g/Pembina. Bidan desa dijadikan sebagai Pembina yang bertugas melakukan

pembinaan secara berkala dan menerima rujukan masalah kesehatan.

5. TABULIN

adalah tabungan social yang dilakukan oleh calon pengantin, ibu

hamil dan ibu yang akan hamil maupun oleh masyarakat untuk biaya

pemeriksaankehamilan dan persalinan serta pemeliharaan kesehatan selama

nifas. Penyetoran tabulin dilakukan sekali untuk satu masa kehamilan dan

persalinan ke dalam rekening tabulin. Tujuannya :

a. Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, pengelola dan masyarakat

tentang tabulin

b. Meningkatkan kemampuan para pengelola dan masyarakat dalam

mengenali masalahpotensi yang ada dan menemukan alternative

pemecahan masalah yang berkaitan dengan ibu hamil dan nifas

c. Meningkatkan kesadaran, kepedulian pengelola dan masyarakat dalam

menggerakkan ibu hamil untuk ANC, persalinan dengan tenaga

kesehatan, PNC, serta penghimpunan dana masyarakat untuk ibu hamil,

bersalin, dan ambulan desa.

6. DONOR DARAH BERJALAN

27
Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang

dilakuakan Departemen Kesehatan dalam hal ini derektorat Bina Kesehatan

ibu. Melalui program pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat,

dalam upaya mempercepat penurunan AKI. Donor darah berjalan adalah para

donor aktif yang kapan saja bisa dipanggil. Termasuk kerja mobil dan swasta

terkait sediaan darah lewat program yang mereka buat . Tujuannya

a. Membantu menurunkan risiko terkena serangan jantung

b. Sebagai pemeriksaan kesehatan secara teratur

c. Mengurangi kemungkinan terjadinya penyumbatan pembuluh darah.

C. Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Di Komunitas

1. Tugas Utama Bidan Di Komunitas

Bidan komunitas (Syahlan, 1996) pada pelaksanaan kegiatannya

terdapat tugas utama yang merupakan tanggung jawab dan kewenangannya

dalam melayani individu, keluarga dan masyarakat khususnya kesehatan ibu

dan anak. Adapun kegiatan utamanya adalah sebagai berikut:

a. Pelaksana asuhan atau pelayanan kebidanan

 Melaksanakan asuhan kebidanan dengan standar profesional

 Melaksanakan asuhan kebidanan ibu hamil dengan melibatkan klien

atau keluarga

 Melaksanakan asuhan ibu bersalin normal dengan melibatkan klien

atau keluarga
 Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal dengan

melibatkan klien atau keluarga

 Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dan menyusui normal

dengan melibatkan klien atau keluarga

 Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan

melibatkan klien atau keluarga

 Melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan

gangguan sistem reproduksi dengan melibatkan klien atau keluarga

 Melaksanakan asuhan kebidanan komunitas dengan melibatkan klien

atau keluarga

 Melaksanakan pelayanan keluarga berencana melibatkan klien atau

keluarga

 Melaksanakan pendidikan kesehatan di dalam pelayanan kebidanan

b. Pengelola pelayanan KIA / KB

 Mengembangkan pelayanan kesehatan masyarakat terutama pelayanan

kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat

diwilayah kerjanya dengan melibatkan keluarga dan masyarakat

 Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan

program sektor lain diwilayah kerjanya melalui peningkatan

kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain

yang berada diwilayah kerjanya.

 Pendidikan klien, keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan.

Melaksanakan bimbingan atau penyuluhan, pendidikan pada klien,

29
masyarakat dan tenaga kesehatan termasuk siswa bidan atau

keperawatan, kader dan dukun bayi yang berhubungan dengan

KIA/KB.

2. Tugas Tambahan Bidan Di Komunitas

Upaya peningkatan kesehatan ibu, anak, keluarga dan masyarakat

seorang bidan komunitas harus mampu melakukan kegiatan yang

mendukung tugas pokoknya yaitu berupa tugas tambahan, sebagai berikut:

 Upaya perbaikan kesehatan lingkungan

 Mengelola dan memberikan obat – obatan sederhana sesuai dengan

kewenangannya.

 Survailance penyakit yang timbul di masyarakat

 Menggunakan teknologi tepat guna kebidanan

3. Bidan Praktek Swasta/Mandiri

Praktek pelayanan bidan perorangan (swasta) (PPIBI, 2010),

merupakan penyedia layanan kesehatan yang memiliki kontribusi cukup besar

dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan

ibu dan anak. Supaya masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh

akses pelayanan yang bermutu dari pelayanan bidan, perlu adanya regulasi

pelayanan praktek bidan secara jelas, persiapan sebelum bidan melaksanakan

pelayanan praktek, seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, dan

kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai dengan standar. Setelah


bidan melaksanakan pelayanan di lapangan, untuk menjaga kualitas dan

keamanan dari layanan bidan, dalam memberikan pelayanan harus sesuai

dengan kewenangannya. Pihak pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dan organisasi Ikatan Bidan memiliki kewenangan untuk

pengawasan dan pembinaan kepada bidan yang melaksanakan praktek perlu

melaksanakan tugasnya dengan baik.

Penyebaran dan pendistribusian bidan yang melaksanakan praktek

perlu pengaturan agar terdapat pemerataan akses pelayanan yang sedekat

mungkin dengan masyarakat yang membutuhkannya. Tarif dari pelayanan

bidan praktek akan lebih baik apabila ada pengaturan yang jelas dan

trasparan, sehingga masyarakat tidak ragu untuk datang ke pelayanan bidan

praktek perorangan (swasta). Informasi dari jasa pelayanan bidan untuk

masyarakat perlu pengaturan yang jelas, agar masyarakat mendapatkan

informasi yang jelas, sehingga konsumen bidan praktek swasta mendapatkan

kepuasan akan layanan yang diterimanya.

Dari tahun ke tahun permintaan masyarakat terhadap peran aktif

bidan dalam memberikan pelayanan terus meningkat. Ini merupakan bukti

bahwa eksistensi bidan di tengah masyarakat semakin memperoleh

kepercayaan, pengakuan dan penghargaan. Berdasarkan hal inilah, bidan

dituntut untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuan sekaligus

mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanannya termasuk

pelayanan Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Karena hanya

melalui pelayanan berkualitas pelayanan yang terbaik dan terjangkau yang

31
diberikan oleh bidan, kepuasan pelanggan baik kepada individu, keluarga dan

masyarakat dapat tercapai.

Progran Bidan delima yang telah diluncurkan merupakan salah satu

cara dalam meningkatkan kualitas pelayanan bidan praktik swasta, tentunya

akan mendukung performa dan identitas profesionalisme Bidan Praktik

Swasta, diantaranya adalah :

 Kebanggaan profesional

 Kualitas pelayanan meningkat

 Pengakuan organisasi profesi

 Pengakuan masyarakat

 Cakupan klien meningkat

 Pemasaran dan promosi

 Penghargaan bidan delima

 Kemudahan lainnya.

a. Pengertian Bidan praktek swasta

Adalah bidan yang diberi izin untuk menjalankan praktik

perorangan setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan (Menurut

satuan kredit perolehan organisasi IBI, 1997;15).

b. Visi dan Misi

Visi : Meningkatkan kualitas pelayanan untuk memberi yang terbaik agar

dapat memnuhi keinginan masyarakat.

Misi :
 Memberi pelayanan yang berkualitas terbaik dalam bidang keluarga

berencana dan kesehatan reproduksi.

 Bersahabat dan peduli terhadap kepentingan pasien, serta memenuhi

harapan pasien.

a) Persyaratan BPS

 Telah memenuhi persyaratan mulai dari pendidikan,

registrasi samapai lisensi dengan bukti mempunyai SIB dan

SIPB.

 Memiliki keterampilan yang sesuai dengan standar untuk setiap

jenia yang diberikan.

 Memiliki pengetahuan yang mutakhir

 Berperilaku positif dan peduli terhadap kepentingan pasien

 Memiliki kinerja yang baik

 Memiliki tempat dan peralatan praktik standar, memiliki alat bantu

komunikasi (poster, leaflet)

b) Karakter BPS

 Memiliki rasa peduli yang tinggi terhadap pasien.

 Menunjukkan kehangatan terhadap pasien sehingga mereka merasa

yakin berada di tempat yang tepat.

 Mengerti apa yang dirasakan pasien.

 Memperoleh rasa percaya sehingga pasien mudah berbagi masalah.

33
 Memiliki kesabaran untuk memperbaiki segala masalah pasien.

 Merasa senang untuk berbicara dengan pasien, mau meberi

pendapat dan menghargai, simpati serta memberi solusi atas

masalah pasien.

 Memiliki sikap yang bersahabat memiliki rasa positif, murah

senyum, dan memberi sentuhan kepada pasien.

 Memiliki kepedulian terhadap keluarga pasien.

c) Ciri BPS yang Berkualitas

 Mampu memberi pelayanan yang cepat dengan menggunakan

fasilitas dan peralatan standar, bersih dan aman.

 Memberi pelayanan yang kompeten dan efektif serta memberi

saran kepada pasien.

 Mudah ditemui dan mampu menjawab semua pertanyaan.

 Berpengalaman, tahu apa yang dilakukan, mengerti dan

memahami keadaan pasien serta siap menolong kapan pun

dibutuhkan.

 Mampu menjaga rahasia dari setiap masalah pasien.

 Mampu memberi pelayanan berkualitas terbaik secara

konsisten dari waktu ke waktu.

 Dapat menyesuaikan diri dalam keadaan apapun dan

dimanapun berada.

d) Kewajiban BPS
 Setiap menjalankan BPS wajib mentaati peraturan perundang-

undangan yang berlaku baik dari dinas maupun dari profesi

(IBI).

 Bidan dalam menjalankan praktik harus membantu program

pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

khususnya KIA dan KB.

 Setiap bidan yang menjalankan praktik berkewajiban

meningkatkan kemampuan keilmuan dan keterampilannya

melalui pendidikan dan pelatihan

 Bidan dalam menjalankan praktiknya memilki

kewenangan untuk memberikan pelayanan yang meliputi:

 Pelayanan kebidanan

 Pelayanan KB

 Pelayanan kesehatan masyarakat

e) Bidan dalam menjalankan praktiknya wajib melakukan pelaporan sesuai

dengan pelayan yang diberikan dan dilampirkan ke PKM.

8. Hak BPS

 Berhak mendapat izin praktik.

 Berhak mendapat perlindungan dari organisasi profesi.

35
 Berhak mendapat keterampilan atau pengetahuan baru yang berkaitan

dengan BPS (Bidan Delima).

9. Kewajiban Bidan

 Mengikuti kegiatan yang dilakukan organisasi profesi (IBI).

 Kepala dinas kabupaten/ kota dan organisasi terkait melakukan

pembinaan dan pengawasan terhadap bidan yang melakukan praktik di

wilayahnya. Bidan berkewajiban menerima pembinaan tersebut.

 Bidan yang menjalankan praktik harus mencantumkan SIPB atau

foto kopi SIPB diruang praktik/ tempat yang mudah dilihat.

10. Penyelenggaraan Praktik

 Bidan dalam menjalankan praktiknya harus :

 Memiliki tempat dan ruang praktik yang memenuhi persyaratan

kesehatan.

 Menyediakan tempat untuk persalinan 1(satu), maksimal 5 (lima)

tempat tidur.

 Memiliki peralatan minimal sesuai dengan ketentuan dan melaksanakan

ketentuan dan melaksanakan prosedur tetap (protap) yang berlaku.

 Menyediakan obat-obatan sesuai dengan ketentuan peraturan yang

berlaku.
 Bidan yang menjalankan praktik harus mencantumkan Surat Izin Praktek

Bidannya atau fotocopy izin prakteknya diruang praktek, atau tempat yang

mudah dilihat.

 Bidan dalam prakteknya menyediakan lebih dari 5 (lima) tempat tidur,

harus mempekerjakan tenaga bidan yang lain yang memiliki SIPB untuk

membantu tugas pelayanannya.

 Bidan yang menjalankan praktik harus mempunyai peralatan minimal

sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan harus tersedia ditempat

praktiknya.

 Peralatan yang wajib dimiliki dalam menjalankan praktik bidan sesuai

dengan jenis pelayanan yang diberikan.

 Dalam menjalankan tugas, bidan harus senantiasa mempertahankan dan

meningkatkan keterampilan profesinya antara lain, dengan:

 Mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan atau saling tukar

informasi dengan sesama bidan.

 Mengikuti kegiatan akademis dan pelatihan sesuai dengan bidang

tugasnya, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun

oleh organisasi profesi

 Memelihara dan merawat peralatan yang digunakan untuk praktik

agar tetap siap dan berfungsi dengan baik

11. Sanksi BPS

37
Bidan dalam melakukan praktik dilarang:

 Menjalankan praktik yang tidak sesuai dengan ketentuan yang

tercantum dalam izin praktik

 Melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi

Bila melanggar ketentuan, BPS dikenakan sanksi:

 Peringatan lisan/ tertulis kepada bidan yang melakukan

pelanggaran oleh kepala Dinas Kabupaten/ Kota.

 Peringtan lisan/ tertulis diberikan paling banyak 3 kali dan bila

pelanggaran tersebut tidak diindahkan maka Dinas Kesehatan

Kabupaten/ Kota dapat mencabut SIPB Bidan yang bersangkutan.

12. Kompetensi Minimal Bidan Praktek Swasta Meliputi :

Ruang lingkup profesi

 Diagnostik (klinik, laboratorik)

 Terapy (promotif, preventif)

 Merujuk

 Kemampuan komunikasi interpersonal

Mutu pelayanan

 Pemeriksaan seefisien mungkin

 Internal review

 Pelayanan sesuai standar pelayanan kebidanan dan etika profesi


 Humanis (tidak diskriminatif)

Kemitraan

 Sejawat/kolaborasi

 Dokter, perawat, petugas kesehatan yang lain, psikolog, sosiolog

 Pasien, komunitas

Manajemen

 Waktu

 Alat

 Informasi/MR

 Obat

 Jasa

 Administrasi/regulasi/Undang-Undang

Pengembangan diri

 CME (Continue Midwifery Education)

 Information Search

39
D. Review Jurnal

Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat Desa Dalam Program

Desa Siaga Di Desa Bandung Kecamatan Playen Kabupaten

Gunung Kidul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Oleh : Nuring Septyasa Laksana


(Mahasiswa Administrasi Negara Tahun 2008)

Kebijakan Menejemen Publik Vol.1No.1

Kesimpulan dari hasil penelitian mengenai bentuk partisipasi

masyarakat desa dalam program desa siaga di desa bandung kecamatan playen

kabupaten gunung kidul provinsi daerah istimewa yogyakarta yg berdasarkan

pada penyajian data . analisis data dan interpretasi data dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut :

1.) Pelaksanaan program desa siaga dikabupaten gunung kidul secara

umum telah dilaksanakan sejak tahun 2006 mengenai pelaksanaan

program desa siaga . Upaya yang telah dilakukan oleh dinas kesehatan

gunung kidul dalam pelaksanaan program desa siaga seperti sosialisasi

, pelatihan ataupun penyuluhan baik kepada tenaga kesehatan . kader

desa siaga dan masyarakat. Namun secara keseluruhan pada tahun

2009 program desa siaga dikabupaten gunung kidul baru dapat

dilaksanakan diseluruh desa dikabupaten gunung kidul . Pelaksanaan

desa siaga di desa bandung sudah dilaksanakan sejak tahun 2006 dan
mendapat penghargaan dari guburnur DIY dalam program desa siaga

tanggap flu burung.

2.) Partisipasi masyarakat desa bandung dalam pelaksanaan program desa

siaga menggambarkan kondisi yang baik. Hal ini dikarenakan adanya

dukungan yang baik dari aparat desa, tokoh masyarakat,kader desa

siaga hingga masyarakat. Dengan adanya forum desa siaga masyarakat

sangat antusias disamping itu desa siaga selalu mendapat dukungan

dari ibu-ibu PKK dan kader-kader posyandu . pelaksanaan desa siaga

didesa bandung juga didukung dengan adanya kepengurusan desa

siaga hingga tingkat dusun . sehingga di desa bandung terdapat

kepengurusan desa siaga dan kepengurusan dusun siaga yg memiliki

fungsi dan tujuan yang sama .

3.) Desa bandung adalah desa yang memiliki inovasi dalam pelaksanaan

program desa siaga seperti dengan adanya desa siaga tanggap flu

burung , desa siaga sehat jiwa , desa siaga tanggap bencana dan desa

siaga kawasan bebas merokok . secara umum kondisi kesehatan

masyarakat desa bandung dikategorikan baik hal ini dikarenakan

adanya kemauan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada di sekitarnya seperti puskesmas dan rumah sakit

4.) Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat desa bandung dalam program

desa siaga meliputi :

a) Partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga . seperti adanya

kemauan dari masyarakat secara umum ikut serta dalam

41
pelaksanaan kerja bakti ataupun pembangunan fasilitas

keshatan seperti poskesdes .

b) Partisipasi masyarakat dalam bentuk harta benda . seperti

adanya kemauan masyarakat untuk memberikan sumbangan

berupa uang untuk kegiatan-kegiatan desa siaga secara umum

masyarakat mau memberikan iuran kebersihan yang dikelola

oleh pengurus desa siaga . selain itu ada juga masyarakat yang

mau memberikan makanan ringan dan memberikan air

mineral,teh ataupun kopi.masyarakat desa bandung yg

memiliki mobil pribadi juga memiliki kemauan untuk

menjadikan mobilnya menjadi “ Ambulan Desa “ ketika ada

masyarakat yg harus dibawa ke fasilitas kesehatan seperti

rumahsakit ataupun puskesmas . sehingga masyarakat yang

membutuhkan tidak perlu menyewa mobil untuk kerumah sakit

atau puskesmas .

c) Partisipasi masyarakat dalam bentuk buah pikiran , hal ini

ditunjukkan dengan keikutsertaan masyarakat untuk mengikuti

forum desa siaga khususnya yang dilakukan kader desa siaga

tingkat desa hingga dusun . Partisipasi yang diberikan seperti

adanya kemauan untuk bertanya ketika ada forum desa siaga

hingga memberikan saran dan pendapat,dengan kondisi seperti

pertemuan desa siaga yang diadakan dapat membangun

suasana yang kondusif (gayeng)


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program

pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kodifikasi dan diberi

izin untuk menjalankan praktek kebidanan wilayah itu. Bidan siaga adalah

seorang bidan yang telah dipercaya dan diberi kepercayaan yang lebih dari

pemerintah/negara untuk membantu masyarakat. Dimana, jika masyarakat

membutuhkan bantuan dari bidan tersebut kapan saja.Bidan siaga tersebut juga

mampu memberikan pelatihan dan bimbingan kepada masyarakat melalui

penyuluhan dan konseling.

Suami SIAGA adalah kondisi kesiagaan suami dalam upaya

memberikan pertolongan dalam merencanakan dan menghadapi kehamilan,

persalinan dan nifas terhadap istrinya.

Bidan komunitas (Syahlan, 1996) pada pelaksanaan kegiatannya

terdapat tugas utama yang merupakan tanggung jawab dan kewenangannya dalam

melayani individu, keluarga dan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak.

43
B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna,kedepann

ya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang

makalah diatas dengan sumber-sumber yg lebih banyak yang tentunya

dapat dipertanggung jawabkan .


DAFTAR PUSTAKA

PPIBI. (2010). Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta: PPIBI.

Syahlan, J. D. (1996). Kebidanan Komunitas. Jakarta: Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.

Yulifah, r. d. (2012). Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

45

Anda mungkin juga menyukai