TINJAUAN PUSTAKA
kesimpulan berupa ilmu pengetahuan yang dapat diandalkan, dalam proses berfikir
menurut langkah-langkah tertentu yang logis dan didukung oleh fakta empiris.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan oleh:
Gulo (2005) dengan judul penelitian Pengaruh Informasi Akuntansi dan Bukan
Akuntansi terhadap Persetujuan Kredit Yasa Griya pada PT. Bank Tabungan Negara
(Persero) Kantor Cabang Medan dengan variabel bebas Informasi Akuntansi yang
terdiri dari Current Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio, Debt To Equity Ratio, Current
Return on Equity dan Informasi Bukan Akuntansi terdiri dari Jaminan, Porsi
adalah permohonan fasilitas kredit Yasa Griya yang diterima dan disetujui Bank BTN
Cabang Medan selama periode 2002-2004. Pengujian dilakukan dengan regresi linier
berganda dan hasilnya adalah bahwa informasi akuntansi dan bukan akuntansi secara
simultan berpengaruh terhadap persetujuan kredit Yasa Griya. Secara parsial tidak
persetujuan kredit Yasa Griya adalah porsi pembiayaan dan calon konsumen.
terhadap Pengambilan Keputusan Kredit pada PT. Bank Mandiri Tbk Cabang Medan
Imam Bonjol dan Variabel Bebas Informasi Akuntansi (X1) dan Informasi Non
Akuntansi (X2) sedangkat Variabel Terikat adalah Keputusan Pemberian Kredit (Y)
dan hasilnya adalah Informasi akuntansi secara parsial memiliki pengaruh di dalam
pengambilan keputusan pemberian kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
Cabang Medan Imam Bonjol. Informasi non akuntansi secara parsial memiliki
pengaruh di dalam pengambilan keputusan pemberian kredit pada PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk cabang Medan Imam Bonjol. Informasi akuntansi dan Informasi non
pemberian kredit pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Cabang Medan Imam Bonjol.
Keputusan pemberian Fasilitas Kredit Modal Kerja pada Bank Bumi Putera cabang
Medan dan menggunakan variabel bebas Informasi Akuntansi (X1) dan Informasi
Non Akuntansi (X2) sedangkan variabel kredit Modal Kerja (Y) dan hasilnya adalah
informasi akuntansi dan non akuntansi secara simultan tidak berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan pemberian fasilitas kredit modal kerja pada Bank Bumi
Putera cabang Medan. Secara parsial informasi yang berpengaruh terhadap tingkat
Sejalan dengan luasnya variasi dan jenis-jenis kegiatan usaha yang ada dalam
dari jenis-jenis kredit yang disediakan oleh perbankan. Dalam klasifikasi ini bentuk
perkreditan dapat dilihat dari obyek yang dibiayai kredit tersebut antara lain
(Muljono, 2000):
a. Kredit untuk modal kerja, yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada
debiturnya untuk memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Kriteria dari modal kerja
yaitu kebutuhan kebutuhan modal yang habis dalam satu cyle usahanya, hal ini
kalau dilihat dalam neraca satu perusahaan akan uang kas/bank ditambah dengan
persediaan bahan dalam proses, persediaan bahan baku. Arus modal kerja ini
Dijual
Ditagih Piutang
Dagang
Perputaran dari uang kas kemudian dibelikan bahan dan yang diperdagangkan
kemudian menjadi piutang dagang dan akhirnya menjadi uang kas lagi disebut
yaitu adanya proses pabrikasi dari bahan baku dan bahan pembantu menjadi barang
jadi. Secara lebih spesifik bentuk kredit modal kerja ini antara lain:
Kredit leveransir.
Kredit ekspor.
pembelian barang-barang modal yaitu tidak habis dalam satu cycle, maksudnya
proses dari satu pengeluaran uang kas dan kembali menjadi uang kas tersebut
akan memakan jangka waktu yang cukup panjang setelah melalui beberapa kali
pabrik, atau mesin atau alat-alat angkutan ataupun barang modal lainnya. Uang
kas yang dikeluarkan untuk membeli barang-barang modal tersebut akan baru
waktu ekonomisnya (economical useful life) yang mana dana depresiasi yang
berupa out pocket tersebut dikumpulkan, mungkin akan memakan waktu 5 tahun
Akkumulasi
Depresiasi
Jadi ada dua ciri pokok dari kredit investasi yaitu: barang yang akan dibeli
merupakan barang-barang modal dan jangka waktunya cukup lama. Ada berbagai
kekhususan dari kredit investasi ini misalnya untuk sektor perkebunan. Jumlah uang
kas yang dikeluarkan untuk pembangunan suatu perkebunan yaitu mulai pembibitan,
tersebut siap dipanen hasilnya secara ekonomis dapat dikapitalisir sebagai kredit
kredit modal kerja. Jadi walaupun bentuk pengeluarannya sama persis tetapi
Bentuk-bentuk yang lebih spesifik dari kredit investasi ini antara lain kredit-
1. Membeli tanah baik tanah untuk industri, tanah untuk pertambangan, maupun
lain-lain.
secara ekonomis.
yang bentuknya sama yaitu untuk pembelian barang modal tetapi yang tidak dapat
diklasifikasikan sebagai kredit investasi. Misal untuk perusahaan real estate, mereka
sifatnya tidak dipakai untuk sendiri maka keperluan pembelian barang barang modal
di atas dapat diklasifikasikan untuk dibiayai dengan kredit modal kerja. Begitu juga
untuk dealer mobil dan mesin-mesin maupun alat-alat berat. Walaupun bentuknya
sama barang modal namun karena tidak dipakai untuk keperluan sendiri maka
dapat juga dibiayai dengan kredit modal kerja. Baik pada kredit kerja maupun kredit
investasi sasarannya adalah usaha-usaha yang bersifat mengejar laba (profit motive).
Jadi fungsi kredit yang diberikan tersebut sesuai dengan sifat murni dari pengertian
c. Personal Loan
Ada juga bentuk kredit yang diberikan kepada perorangan bukan dalam
rangka untuk mendapatkan laba tetapi untuk pemenuhan kebutuhan konsumtif, yaitu
disebut sebagai personal loan di atas. Kredit ini diberikan biasanya untuk pembelian
alat-alat rumah tangga seperti televisi, kursi tamu, tempat tidur, alat-alat dapur,
Untuk menghindari fasilitas kredit modal kerja yang akan diberikan menjadi
fasilitas kredit modal kerja. Prinsip-prinsip pemberian fasilitas kredit modal kerja
collateral and condition of economic yang dikenal dengan prinsip 5íC. Kasmir (2002)
a. Character, adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuan
benar-benar dapat dipercaya. Keyakinan ini tercermin dari latar belakang calon
untuk menilai kemauan debitur untuk mengembalikan fasilitas kredit yang telah
c. Capital, dalam pemberian fasilitas kredit, kreditur menuntut agar calon debitur
menyediakan sejumlah dana sebagai modal sendiri untuk membiayai suatu proyek
atau aktivitas usaha, dengan penyediaan dana sendiri berarti calon debitur akan
merasa memiliki proyek atau usaha yang akan dibiayai sehingga timbul tanggung
jawab untuk mengelola dengan baik dengan penyediaan dana sendiri bank dapat
usaha.
d. Collateral, merupakan jaminan yang diberikan calon debitur baik bersifat fisik
maupun bukan fisik jaminan hendaknya melebihi jumlah fasilitas yang diberikan
jaminan yang diterima kreditur harus dilihat aspek legalitasnya, sehingga bila
terjadi suatu masalah, jaminan dapat dengan mudah dicairkan fungsi jaminan
merupakan the second way out. Terhadap fasilitas yang diberikan artinya jaminan
akan dicairkan bila berbagai cara untuk penyelesaian kredit tidak berhasil
dilakukan maka pencairan jaminan merupakan jalan terakhir yang tidak bisa
dihindari.
menilai kondisi ekonomi sekarang dan akan datang sesuai dengan sektor ekonomi
yang akan dibiayai dalam kondisi ekonomi yang kurang stabil sebaiknya
pemberian fasilitas kredit untuk sektor tertentu tidak diberikan terlebih dahulu dan
kalaupun jadi diberikan sebaiknya memperhatikan prospek usaha pada masa akan
pada masalah yang cukup kompleks seperti kepada siapa kredit diberikan, apakah
calon nasabah debitur mampu mengembalikan utang pokoknya dengan bunga serta
kewajiban lainnnya, berapa jumlah (plafond, kredit maksimum) yang layak untuk
diberikan, apakah kredit yang akan diberikan cukup aman atau resikonya kecil. Selain
khusus yang menyangkut kegiatan usaha dan karakter dari calon debitur. Perkreditan
mempunyai permasalahan yang sangat spesifik, oleh karena itu diperlukan adanya
pendekatan dan penanganan satu nasabah dengan nasabah lainnya. Menurut Muljono
(2000) dalam pemberian kredit, pihak bank minimal mengadakan analisa beberapa
Dalam proses analisa suatu permohonan kredit, maka aspek yuridis (legal
aspect) mempunyai kedudukan yang strategis dan merupakan aspek yang terpenting
diantara aspek-aspek lainnya. Karena walaupun semua aspek yang ada cukup layak
(feasiable) tetapi aspek yuridis tidak sah maka semua ikatan perjanjian kredit antara
bank dengan debitur dapat gugur, dan pada akhirnya pihak bank akan mengalami
Pemasaran bagi setiap kegiatan usaha merupakan faktor yang sangat penting
direncanakan. Kemampuan untuk memproduksi suatu barang atau jasa tidak akan ada
artinya jika tidak ada kemampuan untuk memasarkannya, jadi ìcostumer orientedî
analisa kredit, karena jaminan berfungsi untuk pengamanan apabila kredit yang
diberikan mengalami kegagalan. Oleh karena para analis kredit harus mempunyai
penilaian ini ada dua sarana pokok yaitu nilai ekonomis dan nilai yuridis dari barang
jaminan tersebut, dan biasanya suatu bank telah mempunyai aturan tersendiri tentang
bervariasinya perangkat keras yang dipakai untuk menunjang kegiatan usaha yang
akan dilakukan calon debitur, sehingga dibutuhkan seseorang atau tim ahli untuk
masing-masing bidang yang sering memerlukan keahlian dari berbagai disiplin ilmu
solvabilitas, likuiditas dan prospek keuangan di waktu yang akan datang setelah calon
debitur tersebut menerima kredit dari bank. Demikian juga analisa aspek keuangan
digunakan untuk mengetahui estimasi cash flow serta rencana pelunasan kredit yang
telah diterima. Untuk mengetahui berbagai informasi tentang keuangan maka analis
kredit memerlukan berbagai data yang bersumber dari neraca dan laporan laba/rugi
perhitungan perbandingan atas data kuantitatif yang ditunjukkan dalam neraca atau
Laporan Laba Rugi perusahaan. Rasio-rasio keuangan yang diperoleh dari laporan
yang sejenis, yang mempunyai skala dan lingkungan yang kurang lebih sama.
5. Rasio Solvabilitas.
Sebenarnya, analisis rasio keuangan dapat didasarkan pada data dari catatan
digunakan diambil hanya dari kegiatan operasional karena dianggap relatif lebih
perusahaan dalam menghasilkan laba secara relatif. Relatif di sini artinya laba yang
diukur dari besarnya secara mutlak, tetapi diperbandingkan dengan unsur-unsur atau
tolok ukur lainnya, karena perolehan laba yang besar belum tentu menggambarkan
kemampulabaan yang juga besar. Tolok ukur yang dipakai untuk menilai
Sales).
Oleh karena itu, rasio ini menjadi penting bagi pimpinan perusahaan, manajer
keuangan, bank, atau para pemasok yang memberikan kredit penjualan kepada
perusahaan.
dalam pengelolaan persediaan dan piutangnya. Rasio ini dapat dibagi menjadi:
Rasio ini untuk melihat sampai seberapa jauh efisiensi dan efektivitas
penggunaan dana dan biaya. Biasanya, biaya tersebut diperbandingkan dengan hasil
penjualan. Rasio ini tidak lain adalah besarnya laba atau rugi yang diperoleh
digolongkan menjadi:
2. Rasio Kewajiban Jangka Panjang atas Modal (Long Term Debt to Equity
Ratio).
nasabah debitur (loan pricing) sangat dipengaruhi oleh berbagai variabel, yaitu:
berapa besar biaya dana bank (cost of loanable funds), spread, biaya overhead, pajak
dan premi risiko yang diperkirakan yang semuanya dinyatakan dalam persentase
tertentu.
Cost of Loanable funds, Perhitungan cost of loanable funds adalah biaya dana
biaya dana bank atas dana yang dihimpun setelah dikeluarkan bagian untuk cadangan
likuiditas wajib untuk selanjutnya disalurkan dalam bentuk kredit. Semakin besar
jumlah cadangan yang ditahan semakin meningkat jumlah biaya dana bank karena
meskipun kedua istilah ini sebenarnya memiliki pengertian yang lebih spesifik.
Spread dalam pengertian umum adalah selisih antara biaya dana (borrowing rate)
dengan tingkat bunga kredit (lending rate) atau selisih antara bidding rate dan
offering rate yang sering digunakan dalam transaksi pasar uang. Sementara istilah
margin sering dikaitkan dengan perbedaan tingkat risiko antara kedua jenis suatu
overhead ini adalah semua biaya yang dikeluarkan bank dalam kegiatan
Premi Risiko, Penanaman dana dalam aktiva produktif terutama dalam bentuk
kredit memiliki potensi risiko yang dapat menimbulkan kerugian bagi bank. Oleh
karena itu dalam menentukan besarnya tingkar bunga kredit yang dikenakan bank
dijelaskan perlu dimasukkan sebagai komponen penentu terhadap bunga kredit yang
Premi risiko dapat diketahui dari pengalaman bank dalam pengolahan kredit
yaitu dengan melakukan penilaian atas kualitas kredit. Semakin besar jumlah kredit
yang masuk dalam kelompok kredit bermasalah semakin tinggi risiko yang dihadapi
bank.
negara tersebut, jika suatu negara dalam kondisi politik yang stabil dapat dilihat dari
perekonomian seperti kebijakan tentang jumlah uang yang beredar, kebijakan tentang
jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan kebijakan lainnya
yang akan memberikan dampak positif maupun negatif terhadap perusahaan yang
Bank Sentral) dalam mengatur keuangan dan perkreditan (jumlah uang yang beredar,
(Siamat, 2001).
Kebijakan moneter sebagai salah satu bagian dari kebijakan ekonomi makro
pada dasarnya merupakan kebijakan pengendalian jumlah uang beredar agar sesuai
pengendalian jumlah uang beredar tersebut diharapkan dapat dicapai suatu tingkat
jumlah uang beredar yang mendorong permintaan akan barang-barang atau disebut
yang terkait sehingga dapat diketahui berapa sesungguhnya jumlah uang yang
fenomena moneterî. Inflasi merupakan salah satu masalah ekonomi yang banyak
mendapatkan perhatian para pemikir ekonomi. Pada asasnya inflasi merupakan gejala
ekonomi yang berupa naiknya tingkat harga. Risiko yang diakibatkan oleh inflasi
adalah merupakan risiko yang sifatnya abstrak, karena walaupun utang pokok dan
bunga telah dibayar lunas oleh nasabah, tetapi pada inflasi yang tinggi bank telah
menderita kerugian penurunan terhadap daya beli dari uang yang telah dipinjamkan
kepada nasabah.
Dengan demikian pada masa-masa inflasi yang tidak stabil ada suatu
kebijakan yang harus ditempuh, agar bank tersebut tetap dapat mempertahankan real
capitalnya sesuai dengan purchasing power pada saat pemberian kredit pada nasabah.
Untuk mengatasi masalah ini maka time value of money perlu diperhitungkan dalam
cost of fund agar bank tidak mengalami kerugian penurunan daya beli assetnya yang