Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DISUSUN OLEH :

1. INDAH FARIDA SETIANINGSIH


2. WANDA ANISA EDYSON
3. VIANTY RUTH SILALAHI
4. DWI YANTI
5. MARWAH AZIZAH
6. ANIS MAHAYATI SALIM
7. WIDYA RANA
8. AULIA PANCARANI NUSWANTARI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR


D-III KEBIDANAN SAMARINDA
TINGKAT 1

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ELIMINASI URINE”. Atas kerja keras dan kerja sama antar anggota
kelompok sehingga makalah ini tersusun dengan baik. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan
makalah ini yang tidak kami sebutkan satu persatu kami mendoakan agar semua
berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Kami mohon maaf jika dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kesalahan dan kekurangan karena keterbatas kemampuan dan pengetahuan
kami. Akhir kata, kami berharap makalah ini memberi manfaat dan pengertahuan
bukan hanya untuk kami sebagai penulis tapi juga untuk pembaca
DAFTAR ISI

BAB I …………………………………………………………………………………………..
PENDAHULUAN …………………………………………………………………………..
1.1 Latar belakang …………………………………………………………………...
1.2 Rumusan masalah ………………………………………………………………
1.3 Tujuan ………………………………………………………………………………..
BAB II …………………………………………………………………………………………..
PEMBAHASAN ……………………………………………………………………………..
2.1 Eliminasi urine……………………………………………………………………..
2.2 Anatomi fisiologi sistem eliminasi urine……………………………...
BAB III ………………………………………………………………………………………….
PENUTUP……………………………………………………………………………………..
KESIMPULAN ……………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

A、Latar Belakang
Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak
dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-paru secara
primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk selama
metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida dibawa keparu-paru oleh
sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit mengeluarkan air dan natrium /
keringat. Ginjal merupakan bagian tubuh primer yang utama untuk mengekskresikan
kelebihan cairan tubuh, elektrolit, ion-ion hidrogen, dan asam.
Eliminasi urin secara normal bergantung pada satu pemasukan cairan dan sirkulasi
volume darah, jika salah satunya menurun, pengeluaran urin akan menurun. Pengeluaran
urin juga berubah pada seseorang dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas,
urin dan kandungan produk sampah didalam urin.
Usus mengeluarkan feses dan beberapa cairan dari tubuh. Pengeluaran feses melalui
evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.

B、Rumusan Masalah

 Bagaimana anatomi fisiologi sistem eliminasi urine?


 Bagaimana proses eliminasi?
 Bagaimana SOP pemasangan kateter?

C. Tujuan
 Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan anatomi fisiologi sistem eliminasi
urine.
 Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan proses perkemihan.
 Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan SOP pemasangan kateter.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Eliminasi Urine
Eliminasi urine normalnya adalah pengeluaran cairan sebagai hasil filtrasi dari
plasma darah di glomerulus. Dari 180 liter darah yang masuk ke ginjal untuk
difiltrasi, hanya 1-2 liter saja yang dapat berupa urin. Sebagian besar hasil filtrasi
akan diserap kembali di tubulus ginjal untuk dimanfaatkan oleh tubuh.

B. Anatomi Fisiologi Sistem Eliminasi Urine


1. Ginjal
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau
abdomen. Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati
dan limpa. Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga
disebut kelenjar suprarenal). Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah
ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.

 Fungsi ginjal
a. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
b. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
c. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
d. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan
amoniak.

2. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.

 Lapisan dinding ureter terdiri dari:


1. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
2. Lapisan tengah lapisan otot polos
3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong
urin masuk ke dalam kandung kemih.

3. Vesika Urunaria ( Kandung Kemih)


Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti
buah pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga
panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet.
 Dinding kandung kemih terdiri dari:
a. Lapisan sebelah luar (peritoneum).
b. Tunika muskularis (lapisan berotot).
c. Tunika submukosa.
d. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

4. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar.
 Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari :
a. Urethra pars Prostatica
b. Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa)
c. Urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis).
Sphincter uretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan
uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
 Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan:
a. Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika
urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter uretra
menjaga agar uretra tetap tertutup.
b. Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan
saraf.
c. Lapisan mukosa.

5. Urine ( Air Kemih )


 Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan
(intake) cairan dan faktor lainnya.
b. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
d. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
e. Berat jenis 1,015-1,020.
f. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada
diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi
asam).
 Komposisi air kemih, terdiri dari:
a. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
b. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea,
amoniak dan kreatinin.
c. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
d. Pagmen (bilirubin dan urobilin).
e. Toksin.
f. Hormon.
 Ciri-Ciri Urin Normal
a. Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan
jumlah cairan yang masuk.
b. Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
c. Baunya tajam.
d. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.

B. Proses Eliminasi Urine


1. Proses Filtrasi ,di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari
glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus
ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrate glomerulus.
2. Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara
pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal.
Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion
bikarbonat bila diperlukan tubuh.Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi
fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
3. Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla
renalis selanjutnya diteruskan ke luar.

C. SOP Pemasangan Kateter Urine

Standar Operasional Prosedur (SOP)


Tindakan Keperawatan : Pemasangan Kateter Urine

1. Pengertian
Kateter adalah selang yang digunakan untuk memasukkan atau
mengeluarkan cairan. Kateterisasi urinarius adalah memasukkan
kateter melalui uretra ke dalam kandung kemih dengan tujuan
mengeluarkan urin. Kateterisasi urine sedapat mungkin tidak
dilakukan kecuali bila sangat diperlukan, karena dapat
menyebabkan infeksi nosokomial

2. Tujuan
a. Untuk mengambil sample
urine guna pemeriksaan kulturmikrobiologi dengan menghindari kontami
nasi.
b. Pengukuran residual
urine dengan cara, melakukan regular kateterisasi pada klien segera setela
h mengakhiri miksinya dankemudian diukur jumlah urine yang keluar.
c. Untuk pemeriksaan cystografi, kontras dimasukan dalam
kandung kemih melalui kateter.
d. Untuk pemeriksaan urodinamik yaitu cystometri dan uretralprofil pressur.

3. Hal-hal yang harus diperhatikan


a. Observasi letak meatus uretra
b. Kaji adanya riwayat penyakit genetalia.
c. Kaji waktu berkemih terakhir.

4. Alat yang dibutuhkan

a. Bak instrumen steril berisi : pinset anatomis, kasa


b. Kom
c. Kateter sesuai ukutan
d. Sarung tangan steril
e. Sarung tagan bersih
f. Cairan antiseptic
g. Spuit 10 cc atau 20 cc berisi aquadest/NaCl steril
h. KY jelly
i. Urine bag
j. Plaster
k. Gunting verban
l. Selimut mandi
m. Tirai/sampiran
n. Perlak dan pengalas
o. Bengkok/nierbekken
p. Tempat specimen (jika perlu)

Pelaksanaan

Tahap Pra Interaksi


1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Memperkenalkan diri
3) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan
yang akan dilaksanakan.
4) Penjelasan yang disampaikan dimengerti klien/keluarganya
5) Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak meng
ancam.
6) Klien/keluarga diberi kesempatan bertanya untukklarifikasi
7) Privacy klien selama komunikasi dihargai.
8) Memperlihatkan kesabaran , penuh empati, sopan, dan
perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan.
9) Membuat kontrak (waktu, tempat dan tindakan yang akandilakukan)

Tahap Orientasi
1) Memperkenalkan diri
-Mengucapkan salam terapeutik dan memeprkenalkan diri
-Validasi data : nama klien dan data lain terikat
2) Meminta persetujuan tindakan
-Menyampaikan/menjelaskan tujuan tindakan
- Menyampaikan/menjelaskan langkah-langkah prosedur
3) Membuat kontrak dan kesepakatan untuk pelaksanaan tindakan
Tahap Interaksi
1. Memberikan sampiran dan menjaga privacy
2. Mengatur posisi pasien (wanita:posisi dorsal
recumbent, pria:posisi supine dan melepaskan pakaian bawah
3. Memasang perlak, penglas di bawah bokong pasien
4. Menutup area pinggang dengan selimut pasien sertamenutup bagian ekstre
mitas bawah dengan selimut mandi
sehingga hanya area perineal yang terpajan
5. Meletakkan nierbekken di antara paha pasien
6. Menyiapkan cairan antiseptic ke dalam kom
7. Gunakan sarung tangan bersih
8. Membersihkan genetalia dengan cairan antiseptic
9. Buka sarung tangan dan simpan nierbekken atau buang kekantong plastic
yang telah disediakan
10.Buka bungkusan luar set kateter dan urin bag dan kemudiansimpan di
alas steril. Jika pemasangan kateter dilakukan sendiri, maka siapkan KY
jelly di dalam bak sterik. Jangan menyentuharea steril
11.Gunakan sarung tangan steril
12. Buka sebagian bungkusan dalam kateter, pegang kateter danberikan jelly pa
da ujung kateter (dengan meminta bantuan atau
dilakukan sendiri) dengan tetap mempertahankan teknik steril
Pada laki-laki
13.Posisikan penis tegak lurus 900 dengan tubuh pasien
Pada wanita
14.Buka labio minora menggunakan ibu jari dan telunjuk atautelunjuk dengan j
ari tengah tangan tidak dominan
15. Dengan menggunakan pinset atau tangan dominan, masukkan kateter
perlahan lahan hingga ujung kateter. Anjurkan
pasien untuk menarik nafas saat kateter dimasukkan. Kaji
kelancaran pemasukan kateter jika ada hambatan berhenti
sejenak kemudian dicoba lagi. Jika masih ada tahanan
kateterisasi dihentikan.
16. Pastikan nierbekken yang telah disiapkan berasa di ujungkateter agar
urine tidak tumpah. Setelah urin mengalir, ambilspecimen urin bila diperluk
an. Lalu segera sambungkan kateterdengan urine bag
17.Kembangkan balon kateter dengan aquadest/NaCl sterilsesuai volume
yang tertera pada label spesifikasi kateter yang dipakai
18.Tarik kateter keluar secara perlahan untuk memastikanbalon kateter sudah te
rfiksasi dengan baik dalam vesika urinaria.
19.Bersihkan jelly yang tersisa pada kateter dengan kasa
20.Fiksasi kateter:
-Pada pasien laki-laki difiksasi dengan plester padaabdomen
-Pada pasien wanita kateter difiksasi dengan plester padapangkal paha
21.Menempatkan urine bag
di tempat tidur pada posisi yang lebih rendah dari kandung kemih
22. Lepaskan duk dan pengalas serta bereskan alat
23.Lepaskan sarung tangan
24.Rapihkan kembali pasien

Tahap Terminasi
1. Menginformasikan hasil tersebut kepada klien dan evaluasitujuan
2. Kontrak pertemuan selanjutnya dan mengucapkan salamterminasi
3. Merapikan alat dan mengembalikan ke tempat semula(ruang penyimpanan).
4. Mencuci tangan

Tahap Evaluasi
1. Mengobservasi respon klien selama dan sesudah prosedurpemasangan kateter.
2. Mengevaluasi produksi urine
Tahap Dokumentasi
1. Mencatat prosedur dan respon klien selama prosedur
2. Mencatat waktu tindakan (hari tanggal, jam).
3. Mencatat nama perawat yang melakukan tindakan/tandatangan
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan :
1. Eliminasi urin merupakan salah satu dari proses
metabolik tubuh. Urin dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan
pencernaan.
2. Sistem eliminasi urine terdiri dari dua ginjal (ren) yang menghasilkan
urin, dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih), satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan satu uretra,
urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/41746/Chapter%20II.pd
f?sequence=4

http://repository.ump.ac.id/1303/3/NINUK%20ANGELIA%20BAB%20II.pdf

Anda mungkin juga menyukai