LANDASAN TEORI
Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di atas permukaan bumi yang dibuat oleh
manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan jenis konstruksinya sehingga dapat
digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang, hewan dan kendaraan yang
mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan mudah dan cepat
(Clarkson H.Oglesby,1999).
untuk itu harus dikelola dengan baik agar dapat berfungsi sebagaimana yang
mempertahankan kondisi pada tingkat yang layak, jaringan jalan tersebut perlu
dikelola pemeliharaannya dengan baik agar jalan tersebut tetap dapat berfungsi
pada saat kondisi beban kendaraan yang cenderung jauh melampaui batas dan
kondisi cuaca yang kurang bersahabat menyebabkan ketahanan suata jalan menurun
dengan cepat.
6
pembangunan jalan baru menuju ke pekerjaan pemeliharaan jalan. Jalan yang
selesai dibangun dan dioperasikan akan mengalami penurunan daya layanan, dan
pada akhirnya jalan tersebut tidak berfungsi lagi dengan baik sehingga
jaringan jalan lebih rumit dan kompleks seperti yang dialami oleh berbagai negara
Pembangunan Pemeliharaan
bukanlah pekerjaan yang mudah. Terlebih lagi pada saat kondisi terbatasnya
anggaran serta adanya beberapa kendala teknis, antara lain, beban kendaraan yang
cenderung semakin besar, kondisi cuaca yang kurang bersahabat serta gangguan
7
yang berkaitan dengan:
service),
Seperti yang ditunjukan pada Gambar 2.1, dimana akibat kondisi lalu
lintas dan kondisi non lalu lintas lainnya maka jalan akan mengalami penurunan
beban sumbu - sumbu komulatif berkurang (garis A) atau dengan kata lain umur
8
Sedangkan pada garis B ditunjukan pengaruh dari kegiatan pemeliharaan, yaitu
mendekati kondisi awal (titik 2 dan titik 3). Pemeliharaan yang dilakukan dengan
baik, akan menjaga jalan tidak menjadi rusak sehingga pengguna jalan akan
pemeliharaan tidak dilakukan dengan baik akan mengakibatkan jalan cepat rusak
dan pemakai jalan akan membayar lebih mahal untuk perbaikan kendaraan dan
Secara umum dapat dijelaskan bahwa ada tiga tujuan utama dari
setempat. Jika jalan tersebut putus/ tertutup sehingga tidak dapat digunakan, maka akan
lancar. Terbukanya jalan secara terus menerus sepanjang waktu adalah merupakan
9
2.3.2 Mengurangi tingkat kerusakan jalan.
Jalan yang digunakan untuk untuk melayani lalu lintas akan mengalami
penurunan kondisi dan pada akhirnya jalan akan semakin jelek dan penurunan
tersebut terus berlanjut sampai kondisi jalan tersebut rusak/ rusak berat sehingga tidak
dapat dipergunakan kembali. Untuk itu, jalan kemudian akan rehabilitasi/ dikembalikan
kondisinya seperti kondisi semula. Dengan pemeliharaan, maka laju kerusakan jalan
tersebut dapat dikurangi sehingga jalan dapat melayani lalu lintas sesuai dengan umur
dari jalan, dan kondisi dari jalan. Sehingga dengan pemeliharaan jalan yang baik maka
tingkat kerataan dapat dipertahankan dan biaya operasi kendaraan tidak meningkat.
peningkatan ketidakrataan dari 2,5 m/km ke 4,0 m/km akan menaikan biaya operasi
kendaraan sebesar 15% dan bila kenaikan besarnya ketidakrataan sampai dengan 10
m/km biaya operasi kendaraan akan meningkat menjadi 50%. Jalan yang semakin
kendaraan dan konsumsi bahan bakar semakin tinggi (Richard Robinson dkk, 1998).
Peningkatan ketidakrataan dari 2,5 m/km ke 4,0 m/km akan menaikan biaya
operasi kendaraan sebesar 15% dan bila kenaikan besarnya ketidakrataan sampai
dengan 10 m/km biaya operasi kendaraan akan meningkat menjadi 50%. Jalan yang
10
keausan kendaraan dan konsumsi bahan bakar semakin tinggi (Richard Robinson dkk,
1998).
dapat bermacam-macam yang dapat dilihat dari bentuk dan proses terjadinya.
mempengaruhi nilai kekasaran pada perkerasan dan pada akhirnya akan menyebab
macam, yaitu:
beban lalu lintas. Untuk itu perlu adanya perkuatan struktur dari perkerasan dengan cara
11
2.5.2 Kerusakan Fungsional
atau tidak dengan kerusakan struktural. Pada kerusakan fungsional, perkerasan jalan
masih mampu menahan beban yang bekerja namun tidak memberikan tingkat
kenyamanan dan keamanan seperti yang diinginkan. Untuk itu lapisan permukaan
dari bentuk dan proses terjadinya. Indikasi yang timbul pada permukaan perkerasan
atas empat modus kejadian, yaitu retak, cacat permukaan, deformasi, dan cacat tepi
12
• Deformasi Alur Penurunan sepanjang jejak roda
Keriting Penurunan regular melintang,
Amblas berdekatan
Sungkur Cekungan pada lapis permukaan
Peninggian lokal pada lapis permukaan
berikut:
Kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan terutama disebabkan oleh lalu lintas.
Faktor lalu lintas tersebut ditentukan antara lain oleh beban kendaraan, distribusi beban
kendaraan pada lebar perkerasan, pengulangan beban lalu lintas dan lain sebagainya.
Damage Factor (daya rusak) kendaraan biasanya dinyatakan terhadap daya rusak
kendaraan standar beban 8,16 ton. Untuk kendaraan dengan beban lainnya, daya rusak
kendaraan tersebut terhadap daya rusak kendaraan beban standar dapat dihitung dengan
13
P 4
DF =
[ 8,16 ] , Untuk sumbu tunggal ...............................Pers 2.1
P 4
DF = 0,086
[ 8,16 ] , Untuk sumbu ganda......................Pers 2.2
dimana:
P = Beban sumbu.
DF = Faktor daya rusak kendaraan (Damage Factor) atau sering disebut dengan
faktor ekivalensi.
Sehingga apabila suatu beban as tunggal dinaikkan dari 8.160 kg menjadi 16.320
kg (kurang lebih 2 kalinya) maka kerusakkan pada jalan yang akan terjadi adalah
menjadi 16 kalinya. Dengan adanya pertambahan volume beban lalu lintas yang
ekponensial tersebut maka akan mempercepat terjadinya kerusakan dan umur rencana
Selain faktor lalu lintas, ada pengaruh lain yang memberikan pengaruh yang
besar dalam kerusakan jalan yang termasuk dalam non lalu lintas. Faktor non lalu lintas
Terjadinya kerusakan akibat faktor-faktor non lalu lintas ini dapat disebabkan oleh:
14
- Faktor pengembangan dan penyusutan tanah dasar;
- Curah hujan;
beban kendaraan, pada setiap lapis perkerasan terjadi tegangan dan regangan.
Pengulangan beban mengakibatkan terjadinya retak lelah pada lapis beraspal serta
deformasi pada semua lapisan. Cuaca mengakibatkan lapis beraspal menjadi rapuh
(getas) sehingga makin rentan terhadap terjadinya retak dan disintegrasi (pelepasan).
Bila retak sudah mulai terjadi, luas dan keparahan retak akan berkembang cepat
kekuatan geser dan perubahan volume. Deformasi kumulatif pada jejak roda dapat
terjadi dalam bentuk alur pada permukaan, sedangkan perbedaan deformasi akan
ketidakrataan (roughness).
15
Gambar 2.2 Mekanisme dan kerusakan beraspal
kondisi perkerasan dengan baik, maka dibutuhkan suatu sistem penilaian untuk
mengidentifikasi kondisi jalan secara berkala. Sistem ini merpakan alat bagi penilai
dalam melakukan identifikasi kondisi jalan. Dalam hal ini, yang dibahas adalah :
16
- Penilaian Kondisi jalan menurut metode Bina Marga dan,
Metode Bina Marga memberikan petunjuk teknis tentang tata cara penyusunan
kondisi terkini jalan maka ada beberapa survey yang dilaksanakan yaitu :
Survey ini dilakukan pada jalan mantap ( Kondisi baik / sedang ) setiap
Survei ini dilaksanakan pada sepertiga bagian jaringan jalan yang tidak mantap
biaya peningkatan jalan dan penilaian manfaat guna keperluan penyaringan program.
Survey ini dilakukan pada semua ruas yang terbuka untuk kendaraan roda
empat, dan telah dilakukan survey penyaringan ruas jalan untuk membantu penilaian
17
2.8.1.4 Survey Lalulintas
Survei ini dilakukan pada ruas yang terbuka untuk kendaraan roda empat dan
telah disurvey penyaringan ruas jalan. Survey lalulintas berguna untuk mendapatkan
data lalulintas harian rata – rata (LHR) yang akan digunakan dalam memperkirakan
nilai manfaat dari peningkatan jalan dan dalam menentukan standar desain jalan yang
sesuai.
Surey ini dilakukan pada ruas jalan yang tidak terbuka untuk kendaraan roda
empat dan telah disurvey penyaringan ruas jalan. Survey ini berguna untuk
memperkirakan potensi jumlah penduduk yang akan menggunakan jalan, jika jalan
ditingkatkan.
Survey ini dilaksanakan pada ruas – ruas jalan yang tidak terbuka untuk
kendaraan roda empat dan telah disurvey penyaringan ruas jalan. Survey hambatan
lalulintas berguna untuk mendapatkan data mengenai jenis, lokasi dan lama
hambatan yang mempengaruhi akses jalan yang bersangkutan. Informasi dari survey
manfaat yang timbul dari peningkatan suatu jalan dan menentukan standar
18
2.8.1.6 Penilaian Kondisi Perkerasan
jalan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan survei adalah sebagai berikut:
- Tambalan (Patching)
- Retak-retak (Cracking)
- Alur (Ruting)
- Amblas (Depression)
Penentuan angka dan nilai untuk masing-masing keadaan dapat dilihat pada
Tabel 2.4. Dengan menjumlahkan nilai - nilai keseluruhan keadaan maka didapatkan
Dengan :
Tabel 2.3.)
program peningkatan.
19
-. Urutan prioritas > 7, menandakan bahwa jalan tersebut cukup dimasukkan
KELAS
LHR
LALU - LINTAS
0 < 20
1 20 - 50
2 50 - 200
3 200 - 500
4 500 - 2.000
5 2.000 - -5.000
6 5.000 - 20.000
7 20.000 - 50.000
8 >50.000
Angka Nilai
26 - 29 9
22 - 25 8
19 - 21 7
16 - 18 6
13 - 15 5
10 - 12 4
7-9 3
4-6 2
0-3 1
20
Tabel 2.4 Nilai kondisi jalan (Lanjutan)
Retak - Retak
Tipe Angka
E. Buaya 5
D. Acak 4
C. Melintang 3
B. Memanjang 1
A. Tidak ada 1
Lebar Angka
D. > 2 mm 3
C. 1 - 2 mm 2
B. < 1 mm 1
A. Tidak ada 0
Jumlah Kerusakan
Luas Angka
D. > 30 % 3
C. 10 - 30 % 2
B. < 10 % 1
A. 0 0
Alur
Kedalaman Angka
E. > 20 mm 7
D. 11 - 20 mm 5
C. 6 - 10 mm 3
B. 0 - 5 mm 1
A. Tidak ada 0
Tambalan dan Lubang
Luas Angka
D. > 30 % 3
C. 20 - 30 % 2
B. 10 - 20 % 1
A. < 10 % 0
Kekasaran Permukaan
Angka
E. Desintegration 4
D. Pelepasan Butir 3
C. Rough (Hungry) 2
B. Fatty 1
A. Close Texture 0
Amblas Angka
D. > 5/100 m 4
C. 2 - 5/100 m 2
B. 0 - 2/100 m 1
A. Tidak ada 0
Sumber : Tata cara pemeliharaan jalan Bina Marga,1990
21
2.9.1 Pemeliharaan Jalan Metode Bina Marga
kegiatan pemeliharaan tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 2.5. Sedangkan untuk
kegiatan pelebaran jalan, perbaikan geometri jalan, dan sudah tentu juga dengan
kurang dari 1 (satu) tahun. Kegiatan pemeliharaan rutin ini dibedakan atas yang
direncanakan secara rutin (cyclic) dan tidak direncanakan yang tergantung pada
22
menambah nilai struktural ataupun memperbaiki nilai fungsionalnya yang meliputi
pemeliharaan yang termasuk dalam kegiatan ini adalah perbaikan sementara untuk
Tabel 2.5 Kategori Kegiatan Pemeliharaan Jalan (HDM IV: Odoki, 2000)
Aktifitas Kegiatan yang
Kategori Kegiatan Tipe Kegiatan Uraian
dilaksanakan
Pemeliharaan Rutin Mempunyai siklus Kegiatan pemeliharaan Jalan Beraspal/ Tdk Beraspal:
tertentu (Cyclic ) rutin yang dilakukan secara
terjadwal dengan interval
tertentu untuk
mengantisipasi akibat dari
pengaruh lingkungan.
(Routine Maintenance ) • Pembersihan jalan dan
• Pekerjaan tersebut bangun pelengkap jalan.
• Pengendalian
dilaksanakan tiap tahun.
tanaman/pemotongan rumput.
• Dananya dialokasikan • Pemeliharaan gorong-gorong
tiap tahun. dan saluran drainase samping.
Keadaan/ kondisi Kegiatan perbaikan Jalan Beraspal:
kerusakan yang kerusakan jalan secara • Taburan Pasir (Sanding)
ada (Reactive ) responsif berdasarkan
• Laburan Aspal Pasir Setempat
kondisi kerusakan yang
(local sealing)
terjadi untuk
mengantisipasi kerusakan • Penyumbatan Retak (crack
ringan akibat pengaruh lalu sealing)
lintas dan lingkungan. • Penambalan Permukaan/
Perataan Permukaan (sk in
patching/ filling in)
• Penambalan struktural (deep
patching)
• Penambalan Kerikil Setempat
(spot regravelling/ patching)
• Perataan Bahu dan lereng
• Perbaikan Drainase
(improvement drainase)
• Perbaikan Bahu Jalan
(shoulder improvement)
23
Tabel 2.5 Kategori Kegiatan Pemeliharaan Jalan (Lanjutan)
24
Tabel 2.5 Kategori Kegiatan Pemeliharaan Jalan (Lanjutan)
Pemeliharaan Khusus Pekerjaan Darurat Penanganan jalan secara Jalan Beraspal/ Tdk Beraspal:
darurat untuk jalan yang
terhambat atau tertutup
akibat bencana alam atau
kecelakaan kendaraan.
(Emergency
(Special Works ) • Penanggulangan Kecelakaan
works )
• Pekerjaan tsb tidak kendaraan.
dapat dipastikan • Penanggulangan Bencana
diawal. alam.
• Dibutuhkan dana
khusus/ dana
kontigensi & dapat
dimasukkan kedalam
pemeliharaan tahunan.
ditunjukkan pada Gambar 2.3, jenis kegiatan pemeliharaan jalan berdasarkan fisik
25
2.9.1.6 Perawatan Jalan
kerusakan setempat yang terjadi pada jalan. Kegiatan ini dilaksanakan secara
2.9.1.7 Rehabilitasi
kondisi kemantapan pada bagian/ tempat tertentu dari suatu ruas jalan dengan kondisi
26
diperkirakan. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengatasi kerusakan-kerusakan pada
kemampuan pelayanan pada ruas jalan pada kondisi kemampuan pelayanan tidak
mantap atau kritis, agar ruas jalan tersebut tetap dapat berfungsi melayani lalu lintas
dan agar kondisi jalan pada setiap saat tidak semakin menurun. Kegiatan ini
memperbaiki kondisi jalan yang kemampuannya tidak mantap atau kritis, sampai
suatu kondisi pelayanan yang mantap sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan.
untuk kondisi pelayanan mantap, tidak mantap, dan kritis didefinisikan sebagai
berikut:
pelayanan pada batas kemantapan (atau akhir umur rencana), dengan penurunan nilai
27
kemantapan wajar seperti yang diperhitungkan. Yang termasuk dalam kondisi ini
kritis. Termasuk dalam kondisi ini adalah jalan dengan kondisi Rusak (R ) atau
Kurang Baik.
c. Kondisi Kritis
kapasitas jalan menurun. Termasuk dalam kondisi ini adalah jalan dengan kondisi
ini umumnya dilakukan untuk kegiatan pengelolaan jalan pada tahapan perencanaan
umum dan pemrograman tahunan. Ditinjau dari biaya dan nilai pekerjaan, jenis
28
2.9.1.11 Pekerjaan Berat (PK)
Pekerjaan ini disebut juga pekerjaan peningkatan dan dilakukan untuk jalan
berkondisi rusak/ rusak berat. Pekerjaan berat ini dimaksudkan untuk meningkatkan
jalan ke arah standar minimum yang sesuai dengan tingkat lalu lintas yang
Pekerjaan berat ini dapat berupa pembangunan baru, peningkatan atau rehabilitasi
dengan umur rencana paling sedikit 10 tahun dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Pembangunan Baru
Pada umumnya terdiri atas pekerjaan untuk meningkatkan jalan tanah atau jalan
setapak agar dapat dilintasi oleh kendaraan roda 4 sesuai dengan standar minimalnya.
Kondisi jalan yang berat ini, memerlukan biaya yang besar dan biasanya pekerjaan
b. Pekerjaan Peningkatan
Pekerjaan ini untuk meningkatkan standar pelayanan dari jalan yang ada, baik
yang berupa membuat lapisan menjadi lebih halus, seperti pengaspalan terhadap
jalan yang belum diaspal atau menambah lapisan tipis Aspal Beton-Lataston (Hot
Rolled Sheet) atau menambah lapisan struktur lain seperti Lapis Penetrasi Makadam
29
2.9.1.11 Pekerjaan Rehabilitasi
Pekerjaan ini dilaksanakan bila pekerjaan pemeliharaan yang secara tetap dan
Yang termasuk dalam kategori ini adalah perbaikan terhadap kerusakan lapisan
kerusakan tersebut kurang dari 15-20% dari seluruh perkerasan yang biasanya berkaitan
dengan lapisan aus baru. Pembangunan kembali secara total biasanya diperlukan bila
kerusakan struktural sudah tersebar luas sebagai akibat dari diabaikannya pemeliharaan,
atau kekuatan desain yang tidak sesuai, atau karena umur yang telah terlampau.
Yaitu pekerjaan perbaikan dengan frekuensi yang direncanakan dalam satu tahun
atau lebih pada suatu lokasi, seperti pengaspalan atau pelapisan ulang permukaan jalan
beraspal berkala dan pengkerikilan ulang jalan kerikil serta pekerjaan drainase. Pekerjaan
ini dilakukan untuk jalan dengan kondisi sedang. Termasuk dalam pekerjaan ini adalah
persiapan dan pekerjaan perbaikan lain untuk mempertahankan, agar jalan tetap pada
kondisi baik. Apabila pekerjaan pengaspalan atau pelapisan ulang dilakukan pada suatu
Adalah pekerjaan ringan dan pekerjaan rutin umum, yang dilaksanakan pada
30
jangka waktu yang teratur dalam setahun. Dikatakan pekerjaan ringan karena pekerjaan
ini tidak membutuhkan alat berat namun pekerjaannya tersebut dilakukan untuk jalan
yang berkondisi baik yang tersebar dalam suatu jaringan jalan. Jenis kegiatan dalam
pekerjaan ini antara lain dapat berupa penambalan lapis permukaan dan pemotongan
rumput.
Pekerjaan penyangga ini dilakukan untuk jalan yang berkondisi rusak/ rusak
berat namun tidak dapat dilakukan kegiatan peningkatan (karena keterbatasan dana).
Pada intinya dari pekerjaan ini adalah menjaga agar jalan tersebut tidak lebih
memburuk atau makin parah sehingga jalan tersebut masih dapat dilalui oleh
kendaraan. Dana yang memadai perlu dicadangkan untuk kegiatan penyangga ini.
Pekerjaan ini sangat diperlukan untuk mengatasi jalan yang berkondisi baik,
sedang, dan rusak. Dimana pada jalan terebut baru saja tertutup untuk lalu lintas
kendaraan roda 4 karena keadaan yang mendadak seperti terjadinya tebing, jembatan
yang roboh atau akibat kecelakaan. Dana untuk kegiatan darurat ini tidak dapat
sepadan.
2.9.2 Penilaian Kondisi Jalan Menurut Metode Pavement Condition Index (PCI)
31
perkerasan dan ukurannya yang ditinjau dari fungsi daya guna yang mengacu pada
kondisi dan kerusakan dipermukaan perkerasan yang terjadi. Metode PCI ini
merupakan indeks numerik yang nilainya diantara 0 sampai 100. Nilai 0, menunjukan
perkerasan dalam kondisi sangat rusak, dan nilai 100 menunjukan perkerasaan masih
sempurna. Metode PCI ini didasarkan pada hasil survey kondisi visual. Tipe
kerusakan yang diperoleh sebagai bagian dari survey kondisi, memberikan informasi
sebab – sebab kerusakan, dan apakah kerusakan terkait dengan beban atau iklim.
Nilai Pengurang (Deduct Value) adalah suatu nilai pengurang untuk setiap
jenis kerusakan yang diperoleh dari kurva hubungan kerapatan (density) dan tingkat
tersebut umumnya menjadi masalah. Untuk mengatasi hal ini, nilai pengurang
32
lapangan dan evaluasi prosedur, serta deskripsi akurat dari tipe-tipe kerusakan, maka
tingkat keparahan kerusakan dan nilai pengurang diperoleh, sehingga suatu indeks
Untuk menentukan nilai PCI dari bagian perkerasan tertentu, maka bagian
Kerapatan adalah persentase luas atau panjang total dari satu jenis kerusakan
terhadap luas atau panjang total bagian jalan yang diukur, bias dalam sq.ft atau m2,
atau dalam feet atau meter (Hary Christady Hardiyatmo). Dengan demikian,
atau
Dengan :
Nilai pengurang total atau TDV adalah jumlah total dari nilai pengurang
33
2.9.2.5 Nilai pengurang terkoreksi (Corrected Deduct Value, CDV)
Nilai pengurang terkoreksi atau CDV diperoleh dari kurva hubungan antara
nilai pengurang total (TDV) dan nilai pengurang (DV) dengan memilih kurva yang
sesuai. Jika nilai CDV yang diperoleh lebih kecil dari nilai pengurang tertinggi
(Highest Deduct Value, HDV), maka CDV yang digunakan adalah nilai pengurang
Setelah CDV diperoleh, maka nilai PCI untuk setiap unit sampel dihitung
Dengan :
Nilai PCI perkerasan secara keseluruhan pada ruas jalan tertentu adalah :
a. Unit Sampel
Unit sampel adalah bagian atau seksi dari suatu perkerasan yang di definisikan
hanya untuk keperluan pemeriksaan. Berikut ini akan disampaikan cara pembagian
34
b. Cara pembagian unit sampel
Untuk jalan dengan perkerasan aspal (termasuk aspal diatas perkerasan beton)
dan jalan tanpa perkerasan, unit sampel didefenisikan sebagai luasan sekitar 762 ±
305 m2 (2500 ± 1000 sq.ft) (Shahin, 1994). Ukuran unit sampel sebaiknya
Menurut Shahin (1994), inspeksi dari setiap unit sampel dalam suatu bagian
hasil survey apakah survey dilakukan pada tingkat jaringan jalan (Network-level)
perencanaan biaya proyek, maka suatu survey dengan jumlah unit sampel terbatas
sudah cukup. Tapi, jika tujuannya adalah untuk mengevaluasi bagian perkerasan
spesifik pada tingkat proyek, maka derajat penelitian sampel yang lebih tinggi
tingkat jaringan, unit sampel yang dibutuhkan dalam tingkat proyek lebih banyak.
35
d. Klasifikasi Kualitas Perkerasan
Dari nilai (PCI) untuk masing-masing unit penelitian dapat diketahui kualitas
(excellent), sangat baik (very good), baik (good), sedang (fair), buruk (poor), sangat
buruk (very poor), dan gagal (failed). Adapun besaran Nilai PCI adalah :
55 – 69 BAIK (good)
40 – 54 SEDANG (fair)
25 – 39 BURUK (poor)
0 – 10 GAGAL (failed)
mencapai umur rencana. Kegagalan pada perkerasan dapat dilihat dari kondisi
dengan adanya rusak pada satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan.
36
Kegagalan fungsional pada dasarnya tergantung pada derajat atau tingkat
dasar yang tidak stabil, beban lalu lintas, kelelahan permukaan, dan pengaruh kondisi
lingkungan sekitar.
Menurut Metode Pavement Condition Index (PCI), jenis dan tingkat kerusakan
kulit buaya. Kerusakan ini disebabkan karena konstruksi perkerasan yang tidak kuat
dalam mendukung beban lalu lintas yang berulang-ulang. Pada mulanya terjadi
retak-retak halus, akibat beban lalu lintas yang berulang menyebabkan retak-retak
halus terhubung membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang memiliki sisi tajam
sehingga menyerupai kulit buaya. Retak buaya biasa terjadi hanya di daerah yang
dilalui beban lalu lintas yang berulang dan biasanya disertai alur, sehingga tidak akan
terjadi di seluruh daerah kecuali seluruh area jalan dikenakan arus lalu lintas. Cara
kerusakan ringan (low) yang ditandai dengan serangkaian retak halus yang saling
terhubung tanpa ada retakan yang pecah, kerusakan sedang (medium) yang ditandai
dengan serangkaian retak yang terhubung membentuk kotak-kotak kecil dan pola
retak sudah cukup kelihatan jelas karena sudah terdapat retak yang mulai pecah, dan
kerusakan berat (high) yang ditandai dengan serangkaian retak menyerupai kulit
37
buaya yang keseluruhan retaknya sudah pecah sehingga jika dibiarkan dapat
-) Meresapkan air.
kurang baik, karena perubahan lapisan permukaan atau karena lapis pondasi kurang
padat saat pelaksanaan sehingga mengakibatkan air tanah mudah merembes melalui
Apabila air tanah tidak terkendali, maka pengaruhnya terhadap tanah dasar
akan terjadi pencairan dari tanah keras yang awal mulanya masih utuh (swelling),
sehingga lapisan tidak memiliki kekuatan untuk menahan tekanan beban yang
diterima. Akibatnya terjadilah penurunan badan jalan, selanjutnya badan jalan akan
retak-retak yang menyerupai kulit buaya. Selain itu pula disebabkan oleh drainase
yang tidak baik/tidak ada sehingga air yang meluap masuk kebahu jalan akan masuk
38
sehingga mempercepat terjadinya kerusakan badan jalan. Untuk lebih jelasnya
39
2.9.2.9 Kegemukan (Bleeding)
menjadi lebih hitam dan licin. Permukaan jalan menjadi lebih lunak dan lengket. Ini
disebabkan pemakaian aspal yang berlebih. Cara mengukur kerusakan adalah dengan
dengan permukaan jalan yang hitam, aspal tidak menempel pada roda kendaraan,
kerusakan sedang (medium) yang ditandai dengan permukaan aspal hitam, aspal
menempel pada kendaraan selama beberapa minggu dalam setahun, kerusakan berat
(high) yang di tandai dengan permukaan yang berwarna hitam dan terdapat jejak roda
40
Gambar 2.5 Kegemukan
Hampir sama dengan retak kulit buaya, merupakan rangkaian retak berbentuk
persegi dengan sudut tajam, tetapi bentuknya saja yang lebih besar dari retak kulit
buaya. Block craking ini tidak hanya terjadi di daerah yang mengalami arus lalu
lintas berulang, tetapi juga dapat terjadi di daerah yang jarang dilalui arus lalu lintas.
41
Tabel 2.9 Tingkat Kerusakan Retak Blok
stabilitas campuran yang dapat berasal dari terlalu tingginya kadar aspal, terlalu
licin, atau aspal yang dipergunakan mempunyai penetrasi yang tinggi. Keriting dapat
juga terjadi jika lalu lintas dibuka sebelum perkerasan mantap (untuk perkerasan
yang menggunakan aspal cair). Perbaikan terhadap kerusakan ini dapat dilakukan
lubang jika keriting juga disertai dengan timbulnya lubang-lubang pada permukaan
jalan.
42
Keriting mengakibatkan agak banyak
M
mengganggu kenyamanan berkendara
Keriting mengakibatkan banyak gangguan
H
kenyamanan kendaraan.
Sumber : Pemeliharaan Jalan Raya (Hary Christady Hardiyatmo)
lengkungan. Kerusakan ini terjadi karena beban lalu lintas yang berlebih tidak sesuai
43
H Kedalaman amblas >2 in (51 mm)
Retak pinggir (edge crack), retak memanjang jalan, dengan atau tanpa cabang
yang mengarah ke bahu dan terletak dekat bahu. Retak ini disebabkan oleh tidak
baiknya sokongan dari arah samping, drainase kurang baik, terjadinya penyusutan
tanah, atau terjadinya settlement di bawah daerah tersebut. Akar tanaman yang
tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab terjadinya retak pinggir ini. Di
lokasi retak, air dapat meresap yang dapat semakin merusak lapisan permukaan.
Retak dapat diperbaiki dengan mengisi celah dengan campuran aspal cair dan pasir.
Perbaikan drainase harus dilakukan, bahu diperlebar dan dipadatkan. Jika pinggir
hotmix. Retak ini lama kelamaan akan bertambah besar disertai dengan terjadinya
lubang-lubang.
44
Tabel 2.12 Tingkat Kerusakan Retak Pinggir
membentuk kotak. Terjadi pada lapis tambahan (overlay) yang menggambarkan pola
retakan dibawahnya. Retak refleksi dapat terjadi jika retak pada perkerasan lama
tidak diperbaiki secara baik sebelum pekerjaan overlay dilakukan. Retak refleksi
dapat pula terjadi jika terjadi gerakan vertikal/horizontal dibawah lapis tambahan
sebagai akibat perubahan kadar air pada jenis tanah yang ekspansif. Untuk retak
45
celah dengan campuran aspal cair dan pasir. Untuk retak berbentuk kotak perbaikan
dilakukan dengan membongkar dan melapis kembali dengan bahan yang sesuai.
46
2.9.2.15 Retak Memanjang/Melintang (Longitudinal and Transverse
Cracking)
retak yang terjadi tegak lurus sumbu jalan. Retak ini disebabkan oleh kesalahan
pelaksanaan, terutama pada sambungan perkerasan atau pelebaran, dan juga dapat
disebabkan penyusutan permukaan aspal akibat suhu rendah atau pengerasan aspal.
47
2.9.2.16 Tambalan (Patching)
terjadi karena agregat berasal dari material yang tidak tahan aus terhadap roda
48
kendaraan, atau agregat yang dipergunakan berbentuk bulat dan licin, tidak
berbentuk kubikal. Dapat diatasi dengan menutup lapisan dengan latasir, buras, atau
latasbum.
Lubang (potholes), berupa mangkuk, ukuran bervariasi dari kecil sampai besar.
Lubang-lubang ini menampung dan meresapkan air ke dalam lapis permukaan yang
- Kadar aspal rendah, sehingga film aspal tipis dan mudah lepas.
49
- Agregat kotor sehingga ikatan antara aspal dan agregat tidak baik.
b. Lapis permukaan tipis sehingga ikatan aspal dan agregat mudah lepas
c. Sistem drainase jelek, sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul pada
lapis permukaan.
d. Retak-retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap masuk dan
rendah (low), sedang (medium), dan buruk (high). Ketentuannya dapat di jelaskan
50
Gambar 2.14 Lubang
Alur (ruts), yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan. Alur dapat
merupakan tempat menggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan,
mengurangi tingkat kenyamanan, dan akhirnya dapat timbul retak- retak. Terjadinya
alur disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat, dengan demikian terjadi
tambahan pemadatan akibat repetisi beban lalu lintas pada lintasan roda. Campuran
untuk kerusakan alur ringan. Untuk kerusakan alur yang cukup parah dilakukan
51
(25,4 mm)
Sumber : Pemeliharaan Jalan Raya (Hary Christady Hardiyatmo)
kendaraan sering berhenti, kelandaian curam, dan tikungan tajam. Kerusakan terjadi
dengan atau tanpa retak. Penyebab kerusakan sama dengan kerusakan keriting.
penambalan lubang.
52
Gambar 2.16 Sungkur
Retak slip (slippage cracks), retak yang bentuknya melengkung seperti bulan
sabit. Hal ini terjadi disebabkan oleh kurang baiknya ikatan antar lapis permukaan
dan lapis dibawahnya. Kurang baiknya ikatan dapat disebabkan oleh adanya debu,
minyak air, atau benda non adhesive lainnya, atau akibat tidak diberinya take coat
sebagai bahan pengikat antar kedua lapisan. Retak selip pun dapat terjadi akibat
terlalu banyaknya pasir dalam campuran lapisan permukaan, atau kurang baiknya
bagian yang rusak dengan dan menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.
53
Gambar 2.17 Retak Slip
Pelepasan butir (raveling), dapat terjadi secara meluas dan mempunyai efek
serta disebabkan oleh hal yang sama dengan lubang. Dapat diperbaiki dengan
54
Gambar 2.18 Pelepasan Butiran
(PCI), Peningkatan Jalan dan Perhitungan Anggaran Biaya Pada Ruas Jalan
Index) Dalam Penilaian Kondisi Perkerasan Jalan (Studi Kasus Ruas Jalan
55
56