Anda di halaman 1dari 5

BAB III

ELEMEN TARIK DAN ELEMEN TEKAN

3.1 Elemen Tarik

3.1.1 Desain Kekuatan


Elemen-elemen struktur batang (bar) mandiri atau anggota dari suatu rangka batang
(truss) yang mengalami tegangan yang dominan tarik mempunyai dua kemungkinan
kegagalan utama yaitu pelelehan elemen struktur dan terjadinya fracture.
Faktor resistansi untuk kasus leleh dan fracture adalah
Untuk leleh :  = 0.90
Untuk fracture :  = 0.70
Cek kekuatan :
𝑃𝑢 ≤ 0,90 𝐹𝑦 𝐴𝑔 Untuk Leleh
𝑃𝑢 ≤ 0,75 𝐹𝑦 𝐴𝑔 Untuk Fracture

3.1.2 Luas Netto


Mengenai perbandingan untuk baut,dinyatakan bahwa suaru lubang bulat untuk baut
harus dipotong dengan mesin pemotong dengan api, atau dibor ukuran penuh, atau dipons
3 mm lebih kecil dan kemudian diperbesar, atau dipons penuh. Selain itu, dinyatakan
pula bahwa suatu lubang, yang di pons hanya diijinkan pada material dengna tegangan
leleh (fy) tidak lebih dari 360 Mpa dan keteblannya tidak melebihi 5600/fy.
Dinyatakan bahwa diameter nominal dari suatu lubang yang sudah jadi, harus 2 mm lebih
besar dari diameter nominal baut untuk suatu baut yang diameternya tidak lebih dari 24
mm. Untuk baut yang diameternya lebih dari 24 mm. Maka ukuran lubang harus diambil
3mm lebih besar. (LRFD)
Luas netto penampang batang tarik tidak boleh diambil lebih besar daripada 85% luas
bruttonya 𝐴𝑛 ≤ 0,85 𝐴𝑔 . (LRFD)

3.1.3 Staggered Fasteners


Dalam menyusun baut-baut pada sambungan kadang-kadang rangkaian baut harus
disusun lebih dari 1 jalur karena keterbatasan ruang seperti yang ditunjukkan Gambar
3.1 dibawah ini. Bila hal tersebut diatas harus dilakukan, maka reduksi dari luas potongan
penampang dapat diminimalkan apabila fastener (dalam hal ini baut) disusun dalam pola
staggered kadang-kadang staggered fastener dibutuhkan karena geometri dari
sambungan seperti yang ditunjukkan pada gambar 2b.
Pada gambar 2c kemungkinan terjadinya fracture pada jalur miring b-c cukup besar,
karena terjadinya kombinasi tegangan normal tarik dan tegangan geser. Beberapa
metode pendekatan telah diusulkan untuk menghitung efek dari lubang-lubang dengan
pola staggered fastener. Cochran mengusulkan formulasai untuk luas netto.

d = diameter lubang
s = jarak antara lubang(spasi) yang parallel dengan gaya yang bekerja
g = spasi transversal

Gambar 3.1 Staggered Fasteners

3.1.5 Blok Geser (Block Shear)


Untuk beberapa konfigurasi sambungan tertentu, suatu segmen atau block dari material
pada ujung batang dapat robek seperti sambungan satu jalur yang ditunjukkan oleh
Gambar 3.2. Dari gambar ilustrasi block yang diarsir cebdrung akan mengalami
kegagalan geser sepanjang ab atau oleh kegagalan tarik sepanjang bc.
AISC memformulasikan kekuatan batang berdasarkan asumsi bahwa kegagalan
merupakan kombinasi dari fracture dan pelelehan (yielding) Fracture pada permukaan
geserakan dibarengi oleh pelelehan pada permukaan tarik. Begitu pula sebaliknya. Kedua
permukaan berkontribusi pada kekuatan batang. Sehingga terdapat dua formulasi.
Rn   .[0.6 FY Agv  FU . Ant ]

Rn   .[0.6 FU Anv  FY . Ag gt ]

Untuk kedua kasus ,  . = 0.75.

Agv = luas permukaan gross geser

Ant = luas permukaan nettos geser

Anv = luas permukaan gross tarik

Agt = luas permukaan gross tarik

Gambar 3.2 Block Shear

3.1.5 Rasio Kelangsingan ( Slenderness Ratio)


Rasio kelangsingan lebih ditujukan pada batang-batang tekan. Walaupun demikian
AISC-B7 mengatur kelangsingan untuk batang tarik (tidak termasuk kabel dan batang
bulat/trekstang/rod) yaitu dengan mensyaratkan rasio kelangsingan maksimum 300.
Rasio kelangsingan dirumuskan sebagai
L
sr 
r
dan
I min
r
A
Diimana :
r = jari-jari girasi
Imin = Momen Inersia minimum profil
A = Luas penampang profil

3.2 Elemen Tekan


Secara umum hubungan antara beban dan kekuatan adalah
𝑃𝑢 ≤ ∅𝑐 𝑃𝑛
Pu = Jumlah gaya yang sudah terfaktor
Pn = Kekuatan nominal tekan = Ag.Fcr
Fcr = Tegangan kritis tekuk
Øc = Faktor resisten untuk elemen-elemen tekan = 0.85
Parameter kelangsingan (slenderness) yang merupakan fungsi dari KL/r dirumuskan
sebagai berikut :

𝐾𝐿 𝐹𝑦
𝜆𝑐 = √ ............................................................................. (Persamaan AISC E2-
𝑟𝜋 𝐸

4)

F 
Persamaan diatas memasukkan properti material  Y  yang tidak berdimensi. Untuk
 E 
kolom elastis

π2 E 1
𝐹𝑐𝑟 = 2
= 2 𝐹𝑦
(𝐾𝐿 ∕ 𝑟) 𝜆𝑐

Bila efek initial crookedness diperhitungkan Fcr menjadi

0.877
𝐹𝑐𝑟 = 𝐹𝑦
𝜆𝑐 2

Untuk kolom inelastis yang juga memasukkan initial crookedness digunakan formulasi

2
𝐹𝑐𝑟 = (0.658𝜆𝑐 ) . 𝐹𝑦

Batas atas rasio rasio dari lebar plat sayap atau tinggi plat badan terhadap ketebalannya
menurut AISC :

b bf / 2 bf
  
2 tf 2.t f
95
r 
FY

Batas atas rasio rasio dari lebar plat sayap atau tinggi plat badan terhadap ketebalannya
menurut AISC :

h

tW

253
r 
FY

Anda mungkin juga menyukai