Anda di halaman 1dari 18

DRIYING

ABU2 dan 2012

1. Kondisi operasi yang mempengaruhi laju pengeringan pada periode konstan

Periode laju pengeringan tetap dicirikan dengan penguapan air dari suatu permukaan yang jenuh
basah suatu produk atau permukaan air didalam produk yang dikeringkan. Laju pengeringan tetap ini
akan berlangsung terus selama migrasi air kepermukaan (ketempat penguapan berlangsung) lebih
besar dari pada air yang menguap dari permukaan. Periode laju konstan diatur sepenuhnya oleh
pemanasan eksternal yaitu kondisi operasi dari suhu media pemanas dan perpindahan
massa di sebuah film air pada permukaan penguapan. Periode pengeringan tidak
dipengaruhi oleh jenis material yang sedang dikeringkan. Banyak makanan dan produk
pertanian maupun luas permukaan bahan, bagaimanapun tidak menampilkan periode laju
konstan sama sekali, karena laju perpindahan panas, internal dan massa menentukan laju alir
menjadi terekspose ke permukaan penguapan. Pada periode pengeringan laju konstan, laju
pengeringan tidak tergantung pada kandungan kebasahan. Selama periode ini, zat cair ini
sedemikian basah sehingga terdapat suatu film kontinyu pada keseluruhan permukaan, dan air
itu berperilaku seakan-akan tidak ada zat padat disitu. Jika zat padat itu tidak berpori, air
yang keluar dalam periode ini terutama adalah air permukaan yang terdapat pada permukaan
zat. Dalam zat padat berpori kebanyakan air yang dikeluarkan pada periode laju konstan
berasal dari bagian dalam (interior) zat padat.

2. Kondisi operasi yang mempengaruhi laju pengeringan pada periode Laju pengeringan
menurun
Periode laju pengeringan menurun biasanya merupakan periode operasional pengeringan
terpanjang. Bila proses pengeringan diteruskan, air didalam produk akan berkurang, migrasi air
kepermukaan tidak mampu mengimbangi cepatnya air menguap dari permukaan keudara sekitar.
Saat dimulainya fase ini merupakan akhir dari periode pengeringan dengan laju tetap dan disebut
Kadar Air Kritis (critical moisture content), tanda dimulainya periode laju pengeringan menurun
pertama.

a. Tahap 1
Pada keadaan tersebut permukaan bahan yang dikeringkan sudah tidak jenuh dan mulai
kelihatan ada bagian yang mengering. Faktor dan kondisi operasi yang mengendalikan laju
pengeringan pada periode ini adalah
- hal-hal yang mempengaruhi perpindahan air didalam bahan padat yang dikeringkan.
- Bergantung dari jenis produk yang dikeringkan, produk pangan yang tidak higroskopis
biasanya hanya memiliki satu periode laju pengeringan menurun, sedangkan produk pangan
higroskopis memiliki dua periode laju pengeringan menurun. Kondisi operasi yang
mempengarui jenis bahan dan luas permukaan bahan
- Pada periode laju pengeringan menurun pertama , laju pengeringan terutama bergantung
kepada suhu udara pengering dan ketebalan tumpukan bahan yang dikeringkan. Kondisi
operasi yang mempengaruhi suhu udara pengering

b. Tahap 2

Pada periode laju pengeringan menurun kedua, laju pengeringan dikendalikan oleh perpindahan air
didalam bahan padat produk, tidak dipengaruhi oleh kondisi diluar bahan padat tersebut. Bermacam
mekanisme perpindahan air dalam produk bisa terjadi karena kombinasi berbagai faktor seperti
difusi cairan, perpindahan cairan karena tenaga kapiler dan difusi uap air.

3. Apakah kadar air material anda bisa dkeringkan sampai nol ?


Tidak, karena pengaruh kesetimbangan kadar air antara didalam bahan dengan kelembapan
udara sekitar, sehingga setiap bahan memiliki batas maksimal kandungan air yang dapat
dikeringkan. Hal itu dapat dilihat pada kurva sorption isotherm yang nilai tekecil kandungan
airnya tidak mencapai nilai nol namun mendekati nilai nol
Lalu saat praktikum kadar air dari bahan yang dikeringkan masih lebih banyak dan tidak
mendekatnilai nol karena waktu pengeringan yang kurang lama.

Driying
2016 putih dan ijo dan 2013
1. Mengapa ada Laju pengeringan?

2
N (gram /cm2 jam

1.5

0.5

0
495051525354555657585960616263646566676869707172737475767778798081828384
X (%)

Variabel 1 Variabel 2 Variabel 3

90
80
70
60
50
X (%)

40
30
20
10
0
0 10 20 30 40 50
t (menit)

Variabel 1 Variabel 2 Variabel 3


a. Tah
ap A – B, tahap ini
merupakan periode pemanasan (warming up period), terjadi selama kondisi permukaan
bahan menuju keseimbangan dengan udara pengering. Pada periode ini tidak banyak
terjadi perubahan kadar air dari bahan yang akan dikeringkan.
b. Tahap B – C, tahap ini dikenal sebagai periode laju pengeringan tetap (constant rate
period). Selama periode ini permukaan bahan tetap jenuh dengan air karena pergerakan
air dalam bahan menuju permukaan seimbang dengan penguapan air dari permukaan
bahan.
c. Titik C adalah titik kadar air kritis (critical moisture content). Titik kadar air terendah di
mana laju pergerakan air bebas dari dalam bahan ke permukaan bahan sama dengan
laju penguapan air maksimum dari permukaan bahan.
d. Tahap C – E, tahap ini dikenal sebagai periode laju pengeringan menurun (falling rate
period), periode ini terdiri dari dua bagian yaitu periode laju pengeringan menurun
pertama (first falling rate period) dan periode laju pengeringan menurun kedua (second
falling rate period). Di dalam periode laju pengeringan menurun terdapat dua proses
yaitu pergerakan air dari dalam bahan ke permukaan bahan dan penguapan air dari
permukaan bahan.

Laju pengeringan terdiri dari 2 bagian yaitu tetap dan menurun dikarenakan adanya
perbedaan kadar air dari bahan antara didalam bahan dan pada permukaan bahan.
Sehingga terjadi 2 jenis pergerakan air, dari dalam bahan ke permukaan bahan serta dari
permukaan bahan ke lingkungan sekitar yang terjadi karena kesetimbangan

2. Apakah kadar air material anda bisa dkeringkan sampai nol ?


Tidak, karena pengaruh kesetimbangan kadar air antara didalam bahan dengan kelembapan
udara sekitar, sehingga setiap bahan memiliki batas maksimal kandungan air yang dapat
dikeringkan. Hal itu dapat dilihat pada kurva sorption isotherm yang nilai tekecil kandungan
airnya tidak mencapai nilai nol namun mendekati nilai nol
Lalu saat praktikum kadar air dari bahan yang dikeringkan masih lebih banyak dan tidak
mendekatnilai nol karena waktu pengeringan yang kurang lama.
3. Dengan semakin tinggi suhu udara, apakah laju pengeringan juga semakin tinggi?

Tidak, belum tentu. karena laju penguapan juga bergantung pada jumlah
kandungan air pada bahan pangan dan kelembaban udara sekitar. ketika
kandungan air berkurang, dan kelembaban udara sekitar bertambah, maka
pengeringan dan penyerapan kembali uap air dai lingkungan akan terjadi secara
bersamaan. hal ini yang menyebabkan laju penguapan dapat berkurang.

Namun bisa juga benar, bila suhu bahan yang dikeringkan tetap dan suhu udara
dikondisikan semakin tinggi maka perbedaan suhu antara medium pemanas dan
bahan semakin besar.

Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan makin cepat
pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari bahan. Air yang
keluar dari bahan yang dikeringkan akan menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk
menyingkirkan air berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan, dapat dilihat pada
psichometric chart relatif humidty dari udara akan semakin berkurang sehingga proses pengeringan
akan semakin cepat karena semakin banyak air yang dapat dibawa oleh udara (media pengering).
Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi suatu peristiwa
yang disebut "Case Hardening", yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering
sedangkan bagian dalamnya masih basah.
4. Cara menentukan kadar uap air suatu bahan?
- Menimbang bahan yang akan dianalisa sebelum proses pengeringan (Berat
basah) .
- Memasukkan bahan ke dalam cawan porselen, lalu cawan beserta bahan

- dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 110 C sampai kering lalu


ditimbang (berat kering).
- Hitung selisih berat bahan awal dan akhir serta didapat kadar air.

Kadar uap air ini bisa dinyatakan dalam dua kondisi, yang pertama adalah kadar uap air basis
kering (Xbk), merupakan rasio antar berat air dibagi dengan berat padatan kering adalah :

Driying

2014

1. Hitung kadar uap air kritis (basis basah)


( )
Xbb = = x 100 %= 0.65%

2. Menghitung laju konstan (N)


W0 = 80 gram
W5 = 73 gram
A = 20 cm2

t = 5 menit x = 1/12 jam


( )
N= = = 4.2 gram/jam cm2
( )

Size reduction
Abu2 dan 2010 dan 2012
1. Pentingnya hukum kick dan rittinger dalam operasi size reduction
 Faktor yang menentukan ukuran partikelnya adalah energi yang dimiliki alat pengecil
ukuran dan kadar air bahan.
 Persamaan untuk menghitung energi yang diperlukan dalam pengecilan ukuran :
a. Hukum Kick = lebih tepat digunakan pada penggilingan kasar
b. Hukum Rittinger = lebih tepat digunakan pada penggilingan halus
2. Apa itu reduction ratio, dan bagaimana mengukur diameter produk dan umpan?
a. Reduction ratio
Reduction Ratio adalah rasio antara ukuran feed dengan ukuran produk hasil dari crushing. Limiting
reduction ratio adalah rasio antara ukuran bukaan dimana semua feed bisa masuk, dan ukuran
bukaan keluaran dimana semua produk bisa keluar. Reduction ratio 80% adalah rasio antara ukuran
bukaan dimana 80% feed bisa masuk, dan ukuran bukaan keluaran dimana 80% produk bisa keluar.
Yang mempengaruhi besarnya reduction ratio adalah ukuran feed, ukuran hasil, serta kemampuan
alat itu sendiri.

b. Mengukur diameter rata2 umpan


diukur dengan jangka sorong pada salah satu sisi kubus, karena partikel umpan berbentuk
kubus, maka diasumsikan panjang sisi kubus sama dengan diameter rata2 umpan.
c. Mengukur diameter rata2 produk
Pas pretest
3. Cara menentukan tetapan kick dan rittinger secara grafik serta pengaruh jenis material
terhadap tetapan kick dan ritiinger
A. Cara menentukan tetapan secara grafik berdasarkan data percobaan
Pretest

 menentukan konstahta kick


o menghitung energi penggerusan
o E=V.i.t.cos tetha
o E=k.log(Di/di) y=m.x
o menghitung nilai k dan Di/di
o membuat gr4afik antara E (sumbu y) dan log(Di/di) (sumbu x)
o menentukan nilai k dari gradiennya k=m
 menentukan konstanta rittinger
o menghitung energi penggerusan
o E=V.i.t.cos tetha
o E=k(1/di -1/Di) y=mx
o menghitung nilai 1/di – 1/Di
o membuat grafik antara E dan (1/di -1/Di)
o menentukan nilai k dari gradien  k=m

B. Pengaruh jenis material yang dikenal dalam operasi size reduction terhadap
konstanta kick dan rittinger
Semakin keras material, semakin besar energy yang dibutuhkan. Akibatnya tetapan kick menjadi
besar juga

Size reduction
2016

1. Cara mengkaji hukum kick dan rittinger berdasarkan data percobaan?


….
2. Cara menentukan diameter produk dengan metode sieving?
…..
3. Cara menentukan tetapan kick dan rittinger secara grafik?
pretest

Size reduction
2013
1 2 3 idem
4. Pengaruh ukuran umpan terhadap energy yang dibutuhkan

semakin besar diameter feed untuk masing-masing kapasitas feed

akan meningkatkan harga reduction ratio. Hal ini sesuai dengan persamaan bahwa:

Sedangkan besarnya energi penggerusan dipengaruhi oleh waktu penggerusan Hammer Mill
untuk mereduksi ukuran feed sesuai dengan persamaan :
Berdasarkan persamaan diatas diketahui bahwa semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk mereduksi ukuran feed maka semakin besar energi penggerusannya. Hal ini
disebabkan waktu yang dibutuhkan semakin meningkat seiring dengan diameter umpan
yang semakin besar. Sedangkan diameter umpan berbanding lurus dengan besarnya nilai
reduction ratio. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar reduction ratio maka energi
penggerusan akan semakin besar pula.
Kristalisasi

Abu2 dan 2016 dan 2013

1. Kristaliser yang digunakan? Bagaimana grafik csd nya? Bandingkan dengan yang lain
kelebihan dan kekurangannya!
Yang digunakan adalah tipe msmpr.

Dengan
N: jumlah kristal
D: diameter

Gambar 2.4 Grafik CSD


Untuk jenis MSMPR, kristal yang diperoleh mempunyai ukuran yang tidak
seragam sehingga diameter bervariasi mulai dari ukuran yang tidak terlihat sampai diameter
besar.
Kelebiihan :

Kekurangan:
….

Jenis kristaliser lainnya adalah mscpr, dimana kurva csdnya sebagai berikut.
Dengan
N: jumlah kristal
D: diameter

MSCPR kristaliser dapat menghasilkan produk yang relatif lebih seragam


ukurannya dibandingkan tipe MSMPR karena ada mekanisme klarifikasinya.
Kelebiihan :

Kekurangan:
….
2. Apa syarat kristalisasi tipe pendinginan larutan dapat digunakan? Cara kristalisasi bagi yang
larutan yang tidak memenuhi syarat tersebut?
Prinsip dasar : Kelarutan zat dalam solvent adalah Fungsi Suhu
Suatu kristal yang dimasukkan ke dalam suatu solvent, maka dipermukaan kristal tersebut ada suatu
lapisan tipis yang disebut ‘boundary layer’. Dalam boundary layer ini selalu terjadi equilibrium solute
concentration dimana konsentrasi solute  konsentrasi larutan jenuh ( saturasi ) nya.

Karena itu agar proses kristalisasi bisa berlangsung, maka konsentrasi solute dalam larutan harus
lebih tinggi dari pada konsentrasi jenuh/saturasi di boundary layer, agar bisa terjadi mass transfer (=
difusi ) solute dari larutan ke boundary layer. ( ingat dasar dari phenomena transfer : arah transfer
selalu terjadi dari potensi driving force tinggi ke yang rendah ).

Cara bagi yang tidak memenuhi syarat, dengan menambahkan Kristal agar kondisi laurutan
menjadi jenuh

Cara lain ?
…..

3. Kenapa pengeringan kristal tidak boleh pakai oven?


….

Kristalisasi
2013

1. Dalam kristalisasi kontinu ada upaya untuk mengurangi nuklei sekunder yang cendrung
terbentuk secara berlebihan , apa tujuannya dan terangkan salah satu metodenya, apa
akibatnya apabila nuklei dibiarkan terbentuk berlebihan?
tujuannya untuk mengatur size dari kristal yang akan dihasilkan. apabila kristal yang
dihasilkan terlalu banyak maka kristal yang terbentuk akan terlalu halus dan tidak memenuhi
kriteria kristal yang diinginkan.
caranya: mengatur pengadukanagar tidqak terlaku cepat untuk mengurangi tumbukan antar
kristal yang telah terbentuk.
Akibatnya bila nuclei yang terbentuk dibiarkan berlebihan maka jumlah Kristal yang
terbentuk akan lebih banyak namun dengan ukuran yang terlalu halus dan tidak memenuhi
ukuran yang diinginkan
2. pengaruh perubahan laju alir feed terhadap csd produk kristal dalam praktikum saudara
bagaimana kencendrungan bila laju alir terlalu kecil atau terlalu besar untuk produk
kristal?
200

Massa kristal (gram)


150
0,601 mm
100
0,3375 mm
50
0,25 mm
0 0,106 mm
2.2 2.5 2.8 3.1 3.4 3.7 4
Laju Alir (mL/s)

laju alir berhubungan dengan jumlah senyawa garam yang dapat dikristalkan
W = C. flowrate. t.
Sesuai dengan persamaan diatas, flowrate berbanding lurus dengan massa kristal yang
terbentuk. Namun pada percobaan kami, seiring dengan kenaikan flowrate, massa
kristal yang terbentuk cenderung fluktuatif. Hal ini disebabkan karena kondisi
saturator tank yang tidak stabil. Kondisi yang dimaksud adalah suhu tank dan
pengadukan yang tidak konstan. Suhu tank menjadi tidak stabil karena control
thermoregulator yang tidak berjalan maksimal menyebabkan cairan dalam tank
menjadi tidak jenuh dan berpengaruh pada C.
Bila terlalu kecil: akan terjadi pengendapan di dalam tangka Kristal
Bila terlalu besar: tidak ada waktu tinggal bagi produk

3. prinsip thermoregulator yang dipakai saat praktikum


thermoregulator bekerja dengan prinsip pemuaian dari raksa yang terdapat di dalam alatnya.
ketika alat diatur agar bekerja pada suhu tertentu, maka raksa yang berada di dalamnya akan
memuai hingga suhu tersebut. dan saat menyentuh switch yang terbuat dari logam di dalam
alatnya, ia akan mematikan alat tersebut sehingga pemanasan dapat dihentikan. pemanasan
akan berlangsung kembali saat suhu telah turun hingga mencapai batas toleransi suhunya.
kristalisasi
2016 dan 2010 dan 2012

1. dalam kristaliser MSCPR : bagaimana cara mengklasifikasi sehingga ukuran produk


bisa lebih homogen Serta apa yag dimaksud dengan fines destruction dan apa
tujuannya dalam mscpr kristaliser?
a. jadi mscpr itu ya kita ketahui kepanjangannya. mixer suspended clasified
product removal. kristal yang telah terbentuk di elutriation leg memiliki
ukuran yang beragam, kemudian larutan dialirkan dari bawah untuk
mengangkat kristal yang berada di dasar. besarnya laju alir disesuaikan hingga
mendekati gaya berat dari kristal dengan ukuran yang diinginkan. kristal2
akan mengambang, dan kristal yang sesuai dengan ukuran yang diinginkan
akan jatuh ke bawah terpisah dari kristal2 ukuran lainnya.
b. Dalam kristaliser MSCPR, terdapat sistem sirkulasi larutan + inti kristal keluar
kristaliser untuk mengurangi jumlah inti kristal dalam kristaliser. Pengurangan
inti kristal inilah yang disebut dengan fines destruction. Inti kristal ini akan
keluar dan dilewatkan di HE sehingga larut kembali karena pemanasan.
Tujuan pengurangan inti kristal ini adalah untuk menghindari produk yang
semakin lama semakin halus. kristal yang undersize akan dilarutkannya
kembali dengan pelarut atau mengaplikasikan panas agar kristal undersize tsb
larut kembali dan dapat di recycle kembali ke dalam kristaliser Hal ini karena
inti kristal membutuhkan solute untuk pertumbuhan selanjutnya, sedangkan
jumlah solute yang masuk dalam feed tetap, maka inti kristal tidak cukup
banyak mendapat solute untuk berubah menjadi kristal yang lebih besar.

Fluidisasi
Abu2
1. Cara kerja pengukuran porositas bed?
……
2. Kurva karakterisasi tinggi unggun
Untuk kecepatan yang kurang dari kecepatan fluidisasi minimum (Umf) maka
unggun akan berperilaku sebagai packed bed. Namun, jika kecepatan aliran fluida
dinaikkan melebihi Umf, maka tidak hanya unggun yang terangkat, tetapi partikel akan
bergerak dan akan saling berbenturan satu sama lain dan akhirnya keseluruhan massa
partikel akan menjadi fluida. tinggi unggun terakhir akan lebih besar daripada tinggi mula-
mula untuk fixed bed. Hal ini dikarenakan solid di dalam tabung cenderung berkumpul lebih
rapat daripada jika solid diam secara bertahap dari keadaan terfluidisasi.
3. Kurva karakterisasi pressure drop
BD dan DE beda karena ada pengaruh gravitasi
Fluidisasi
2016 ijo
1. Sebutkan 2 proses yang menggunakan prinsip fluidisasi !
Gasifikasi : batubara

b. Transportasi

Fluidisasi dapat terfluidisasikan sama seperti cairan, sifat ini digunakan untuk
transportasi padat berupa serbuk.

c. Pencampuran bubuk halus (dengan ukuran partikel berlainan)

d. HE

e. Pelapisan bahan peledak pada permukaan logam

f. Drying dan sizeing

2. Idem
3. Idem folio 2014
Fluidisasi
2016 dan 2013 dan 2012 dan 2014
1. Idem
2. Liat folio 2014. Itung2annya

Fluidisasi
2010

1. Idem
2. Cara penggunaan wet test metter pada alat fluidisasi di lab tk2 ?
……

Heat transfer
Abu2 dan 2016 ijo dan2010

1. Faktor yang mempengaruhi perpindahan panas dalam shell and tube heat exchanger?
1. Luas perpindahan panas (Luas permukaan mempengaruhi jumlah panas yang dapat
dipindahkan oleh suatu bend, semakin luas permukaan akan semakin banyak terjadi perpindahan
panas)
2. Kecepatan aliran fluida ( Semakin tinggi kecepatan aliran fluida akan semakin menaikan
perpindahan panasnya terhadap fluida yang lain)
3. Fouling dalam tube
4. tebal dinding pipa (makin tebal dinding, maka nilai u makin turun) berkenaan
dengan jenis materia
5. beda suhu (Makin besar beda nilai suhu, maka nilai u makin besar)
6. Arah aliran: (Dua fluida yang mempunyai temperatur berbeda dan hendak dipertukarkan panasnya,
maka fluida tersebut bisa alirannya searah (paralel flow). Tetapi boleh juga berlawanan arah alirannya
(counter flow), dalam kenyataan aliran yang berlawanan perpindahan panasnya lebih efektif.)
7. Thermal Conductivity: (Setiap benda mempunyai thermal conductivity sendiri-sendiri, yaitu angka
yang menunjukan kemampuan perambatan panas. Misalnya: logam mempunyai thermal conductivity
yang lebih baik dari pada kayu.) berkenaan dengan jenis material

2. Skema aliran 1-1 shell dan tube he dan 1-2 shell and tube he
Laluan 1-1 Yang dimaksud laluan 1-1 adalah aliran fluida panas dalam kondisi 1 pass
shell dan tube dalam kondisi 1 pass tube. Secara sederhana konstruksinya dapat dilihat
pada gambar 2.4 dibawah ini:

Gambar 2.4 Alat penukar kalor 1-1 pass Aliran fluida sebelah shell akan berbelok-belok
mengikuti sekat-sekat yang ada, Jumlah sekat yang dipasang akan mempengaruhi
perpindahan panas yang terjadi.
Laluan 1-2 Yang dimaksud laluan 1-2 adalah aliran didalam shell 1 pass, dan aliran fluida
pada sisi tube 2 pass. Untuk memperoleh laluan 2 pass pada sisi tube dipergunakan
floating heat seperti gambar di bawah ini:

Gambar 2.5 Alat penukar kalor 1-2 pass Selain laluan 1-1, 1-2 masih ada juga laluan 1-4
pass, 1-6 pass dan 1-8 pass. Pada dasarnya, prinsip yang digunakan sama dengan laluan
1-1, 1-2 pass dan semua jenis ini hampir sering di pakai oleh pabrik-pabrik.

3. beda scalling dan fouling dalam HE


fouling

fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di permukaan Heat
Exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk permukaan heat transfer. Peristiwa
tersebut adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi dan proses biologi.  Angka yang
menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran yang terbawa fluida yang mengalir di dalam HE. 
Penyebab terjadinya fouling : - Adanya pengotor berat yaitu kerak keras yang berasal dari hasil
korosi atau coke keras. - Adanya pengotor berpori yaitu kerak lunak yang berasal dari dekomposisi
kerak keras.  Akibat fouling : - mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga
meningkatkan biaya, baik investasi, operasi maupun perawatan. - ukuran Heat Exchanger menjadi
lebih besar, kehilangan energi meningkat, waktu shutdown lebih panjang dan biaya perawatan
meningkat.

scalling

Permasalahan kerak yang terjadi akibat kualitas air yang tidak bagus disebut sebagai scalling.
Pengotor air seperti kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan silika (Si) yang hampir ada di semua
jenis air akan mengendap pada temperatur tinggi dan membentuk lapisan mantel yang tebal
pada bagian sisi air dari tube boiler. Lapisan inilah yang disebut sebagai scale atau kerak.

Kerak pada umumnya memiliki konduktivitas termal yang rendah. Walaupun lapisannya
cukup tipis, kerak sangat efektif mengisolasi dan memperlambat proses perpindahan panas.
Pada water tube boiler, keberadan kerak akan menyebabkan permukaan pipa menjadi kasar
dan menghambat laju aliran air. Permasalahan lain yang ditimbulkan oleh kerak adalah
terjadinya kenaikan temperatur logam tube. Peristiwa ini terjadi akibat temperatur pada sisi
air lebih rendah (panas dihambat oleh scale), sehingga panas akan berperpindahan menuju
temperatur yang lebih rendah. Akibatnya adalah logam akan mengalami overheating dan
akan mengalami kerusakan. Penurunan efisien boiler juga akan terjadi akibat adanya scale.
Pada umumnya, penurunannya berkisar 2% untuk water tube boiler dan 5% untuk fire tube
boiler.
Heat transfer
2016
1 2 liat mono

Heat transfer
2013 dan 2012 dan 2014
1. Suatu group otk memperoleh hasil sbb : Ui = 0,765 cal/min cm2 0C ; Uo = 0,650 cal/min
cm2 0C pada flow rate 50 L/min jika diketahui Uc = 23, 2 cal/min cm2 0C
a. hitung Rd jika Rd design = 0,003 cal/min cm2 0C /cal apakah alat HE tersebut sudah
waktunya dibersihakan?
Ui = 0,765 cal/min cm2 0C ;
Uo = 0,650 cal/min cm2 0C
Uc = 23, 2 cal/min cm2 0C

HE tersebut sudah waktunya untuk diganti karena nilai Rd hasil perhitunjgan telah
melampaui batas toleransi

b. fenomena semakin besar laju maka nilai Rd turun apakah benar? jelaskan
nilai Rd cenderung menurun, seiring dengan bertambahnya laju alir, hal ini disebabkan
semakin cepat laju alir fluida waktu tinggal flyida semakin kecil sehingga akumulasi mineral
pembuat kerak dan suspended solid yang dapat menurunkanj efisiensi perpan semakin kecil.

c. 3 langkah memperkecil RD
- Aliran dibuat turbulen (memperbesar laju alir)
- Selektif terhadap jenis flluida
- Pembersihan secara berkala

Anda mungkin juga menyukai