Anda di halaman 1dari 6

Kerangka Untuk Perikatan Asurans

SA 200 : Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar
Audit
SA 210 : Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit
SA 220 : Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan
SA 230 : Dokumentasi Audit
SA 240 : Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas Laporan
Keuangan
SA 250 : Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit atas Laporan
Keuangan
SA 260 : Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola
SA 265 : Pengomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal Kepada Pihak yang
Bertanggung Jawab atas Tata Kelola dan Manajemen
SA 300 : Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan
SA 315 : Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman
atas Entitas dan Lingkungannya
SA 320 : Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
SA 330 : Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai
SA 402 : Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu Organisasi Jasa
SA 450 : Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit
SA 500 : Bukti Audit
SA 501 : Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan
SA 505 : Konfirmasi Eksternal
SA 510 : Perikatan Audit Tahun Pertama-Saldo Awal
SA 520 : Prosedur Analitis
SA 530 : Sampling Audit
SA 540 : Audit Atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai Wajar, dan Pengungkapan
yang Bersangkutan
SA 550 : Pihak Berelasi
SA 560 : Peristiwa Kemudian
SA 570 : Kelangsungan Usaha
SA 580 : Representasi Tertulis
SA 600 : Pertimbangan Khusus Audit Atas Laporan Keuangan Grup (Termasuk Pekerjaan Auditor
Komponen)
SA 610 : Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal
SA 620 : Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor
SA 700 : Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan
SA 705 : Modifikasi terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen
SA 706 : Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain dalam Laporan Auditor Independen
SA 710 : Informasi Komparatif Angka Koresponding dan Laporan Keuangan Komparatif
SA 720 : Tanggung Jawab Auditor atas Informasi Lain dalam Dokumen yang Berisi Laporan
Keuangan Auditan
SA 800 : Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun Sesuai dengan
Kerangka Bertujuan Khusus
SA 805 : Pertimbangan Khusus Audit atas Laporan Keuangan Tunggal dan Suatu Unsur, Akun, atau
Pos Tertentu dalam Laporan Keuangan
SA 810 : Perikatan untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan
SPR 2400 : Perikatan untuk Reviu atas Laporan Keuangan
SPR 2410 : Reviu atas Informasi Keuangan Interim yang Dilaksanakan oleh Auditor Independen
Entitas
SPA 3000 : Perikatan Asurans Selain Audit atau Reviu atas Informasi Keuangan Historis
SPA 3400 : Pemeriksaan atas Informasi Keuangan Prospektif
SPA 3402 : Laporan Asurans atas Pengendalian pada Organisasi Jasa
SPA 3420 : Perikatan Asurans untuk Pelaporan atas Kompilasi Informasi Keuangan Proforma yang
Tercantum dalam Prospektus
SJT 4400 : Perikatan untuk Melaksanakan Prosedur yang Disepakati atas Informasi Keuangan
SJT 4410 : Perikatan Kompilasi
SPM 1 : Pengendalian Mutu Bagi Kantor Akuntan Publik yang Melaksanakan Perikatan Asurans
(Audit, Reviu dan Perikatan Asurans Lainnya) dan Perikatan Selain Asurans
I.Apakah etika itu?

Secara harfiah Etika merupakan pengetahuan tentang azas-azas akhlak atau moral, secara terminologi kemudian
berkembang menjadi suatu konsep yang menjelaskan tentang batasan baik atau buruk, benar atau salah, dan bisa atau tidak
bisa, akan suatu hal untuk dilakukan dalam suatu pekerjaan tertentu.

1.Etika dalam Profesi Auditor

Profesi Auditor membutuhkan pengabdian yang besar pada masyarakat dan komitmen moral yang tinggi. Masyarakat
menuntut untuk memperoleh jasa para auditor publik dengan standar kualitas yang tinggi, dan menuntut auditor untuk
bersedia mengorbankan diri. Oleh karena itu profesi auditor menetapkan standar teknis dan standar etika yang harus
dijadikan panduan oleh para auditor dalam melaksanakan audit.

Standar etika diperlukan bagi profesi audit karena auditor memiliki posisi sebagai orang kepercayaan dan menghadapi
kemungkinan benturan-benturan kepentingan.

2.Pentingnya Nilai-Nilai Etika dalam Auditing

Beragam masalah etis berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan auditing. Banyak auditor menghadapi masalah
serius karena mereka melakukan hal-hal kecil yang tak satu pun tampak mengandung kesalahan serius, namun ternyata
hanya menumpuknya hingga menjadi suatu kesalahan yang besar Untuk itu pengetahuan akan tanda-tanda peringatan
adanya masalah etika akan memberikan peluang untuk melindungi diri sendiri.

II.Dilema Etika dan Solusinya

Dilema etika merupakan yang dihadapi oleh seorang dimana ia harus membuat keputusan mengenai perilaku yang patut.
Ada dua faktor utama yang bisa menyebabkan orang berperilaku tidak etis, antara lain:

1. Standar etika orang tersebut berbeda dengan masyarakat pada umumnya.

2. Seseorang secara sengaja bertindak tidak etis untuk keuntungan diri sendiri.

Bagaimana cara memecahkan Dilema Etika?

Pendekatan enam langkah berikut ini merupakan pendekatan sederhana untuk memecahkan dilema etika:

1.Dapatkan fakta-fakta yang relevan

2.Identifikasi isu-isu etika dari fakta-fakta yang ada

3.Tentukan siapa dan bagaimana orang atau kelompok yang dipengaruhi oleh dilema etika

4.Identifikasi alternatif-alternatif yang tersedia bagi orang yang memecahkan dilema etika Identifikasi konsekuensi yang
mungkin timbul dari setiap alternatif

5.Tetapkan tindakan yang tepat.

III.kebutuhan Khusus akan Kode Etik Profesi

Pentingnya Etika Profesional bagi Organisasi Profesi:

·Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya.

·Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan publik akan menjadi lebih tinggi jika profesi tersebut menerapkan
standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota profesinya.

a. Kode Etik Profesi AICPA (American Institute of Certified Public Accountants)

Standar umum perilaku yang ideal dan menjadi khusus tentang perilaku yang harus dilakukan terdiri dari empat bagian
yaitu:

·Prinsip etika profesi

·Peraturan etika
·Interpretasi atas peraturan etika

·Kaidah etika

b. Kode Etik Akuntan Indonesia

etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia Kode Etik Akuntan Indonesia
mempunyai struktur seperti kode etik AICPA yang meliputi prinsip etika, aturan etika dan interpretasi aturan etika yang
diikuti dengan tanya jawab dalam kaitannya dengan interpretasi aturan etika.

Prinsip etika akuntan atau kode etik akuntan meliputi delapan butir. Delapan butir tersebut terdeskripsikan sebagai berikut:

1.Tanggung jawab Auditor

Ketika melaksanakan tanggungjawabnya sebagai profesional auditor harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral
dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.

2.Kepercayaan publik

Akuntan sebagai anggota IAI berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada publik,
menghormati kepentingan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.

3.Integritas

Akuntan sebagai seorang profesional, dalam memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, harus memenuhi tanggung
jawab profesionalnya tersebut dengan menjaga integritasnya setinggi mungkin.

4.Obyektifitas

Dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya, setiap akuntan sebagai anggota IAI harus menjaga obyektifitasnya dan bebas
dari benturan kepentingan.

5.Kompetensi dan kehati-hatian profesional

Auditor dituntut harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan penuh kehati-hatian, kompetensi, dan ketekunan, serta
mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada tingkat yang diperlukan
untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi, dan teknik yang paling mutakhir.

6.Kerahasiaan

Auditor harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh
memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau
hukum untuk mengungkapkannya.

7.Perilaku profesional

Akuntan sebagai seorang profesional dituntut untuk berperilaku konsisten selaras dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesinya.

8.Standar teknis

Akuntan dalam menjalankan tugas profesionalnya harus mengacu dan mematuhi standar teknis dan standar profesional
yang relevan.

IV.Independensi Profesi Auditor

Dalam menjalankan tugasnya anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen di dalam memberikan
jasa profesional sebagaimana diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental
independen tersebut harus meliputi:

·Independensi dalam fakta: Auditor benar-benar mempertahankan perilaku yang tidak bias (independen) disepanjang audit.

·Independensi dalam penampilan: pandangan pihak lain terhadap diri auditor sehubungan dengan pelaksanaan audit.
ETIKA DALAM AUDITING

Pada masa sekarang ini, etika sangat diperlukan setiap orang dalam berperilaku. Dalam berbagai hal etika sangat dijunjung
tinggi oleh kebanyakan orang. Etika dianggap sebagai sesutu yang bernilai tinggi dalam kehidupan sehari-hari begitu juga
dalam proses auditing. Saat melakukan proses auditing, seorang auditor dituntut untuk bisa bekerja dan bertindak secara
profesional sesuai dengan etika dan aturan yang ada. Etika dan aturan yang harus ditaati seorang auditor telah ditetapkan
oleh pasar modal dan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM). Keputusan yang nantinya diambil oleh seorang auditor
sangat berpengaruh kepada publik dan para pengguna keputusan. Untuk itu seorang auditor diharapkan dapat melaksanakan
etika dalam auditing yang dilakukan.

Etika dalam audit dapat diartikan sebagai suatu prinsip yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen untuk
melakukan suatu proses yang sistematis dalam proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti secara objektif tentang
informasi yang dapat diukur mengenai asersi-asersi suatu entitas ekonomi, dengan tujuan untuk menentukan dan metepkan
derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut, serta melaporkan kesesuaian informasi tersebut kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Auditor harus bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit dengan tujuan untuk
memperoleh keyakinan memadai mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan
oleh kekeliruan atau kecurangan.

Etika Auditing adalah suatu sikap dan perilaku mentatati ketentuan dan norma kehidupan yang berlaku dalam suatu proses
yang sistematis untuk memperoleh dan menilai bukti-bukti secara objektif, yang berkaitan dengan asersi-asersi tentang
tindakan-tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi.

Etika dalam auditing adalah suatu prinsip untuk melakukan proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang
informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi untuk menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang
dimaksud dengan kriteria-kriteria yang dimaksud yang dilakukan oleh seorang yang kompeten dan independen.

Seorang auditor dalam mengaudit sebuah laporan keuangan harus berpedoman terhadap standar auditing yang telah
ditntukan Institut Akuntan Publik Indonesia. Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis.
Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan
demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing.

Kepercayaan Publik

Kepercayaan masyarakat terhadap auditor sangat diperlukan bagi perkembangan profesi akuntan publik. Dengan adanya
kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat tersebut, akan menambah klien yang akan menggunakan jasa auditor. Untuk
mendapatkan kepercayaan dari klien, auditor harus selalu bertanggung jawab terhadap laporan yang diperiksa dan
mengeluarkan hasil yang sebenar-benarnya, jujur dalam bekerja.

Tanggung Jawab Auditor kepada Publik

Profesi akuntan di dalam masyarakat memiliki peranan yang sangat penting dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis
secara tertib dengan menilai kewajaran dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Auditor harus memiliki
tanggung jawab terhadap laporan keuangan yang sedang dikerjakan. Tanggung jawab disini sangat penting bagi auditor.
Publik akan menuntut sikap profesionalitas dari seorang auditor, komitmen saat melakukan pekerjaan. Atas kepercayaan
publik yang diberikan inilah seorang akuntan harus secara terus-menerus menunjukkan dedikasinya untuk mencapai
profesionalisme yang tinggi. Dalam kode etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap klien
yang membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga terhadap publik. Kepentingan publik didefinisikan
sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara keseluruhan.

Tanggung Jawab Dasar Auditor

Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan

Seorang auditor perlu merencanakan, mengendalikan dan mencatat pekerjan yang ia lakukan, agar apa yang telah dilakukan
oleh auditor dapat dibaca oleh yang berkepentingan.

Sistem Akuntansi

Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan transaksi dan menilai kecukupannya sebagai
dasar penyusunan laporan keuangan.
Bukti Audit

Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk memberikan kesimpulan rasional. Dan harus
memperoleh bukti yang sangat bermanfaat dalam mengaudit laporan keuangan.

Pengendalian Intern

Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada pengendalian internal, hendaknya memastikan dan
mengevaluasi pengendalian itu dan melakukan compliance test.

Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan

Auditor melaksanakan tinjau ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam hubungannya dengan kesimpulan
yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan untuk memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan
keuangan.

Independensi Auditor

Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada
orang lain. Independensi dapat juga diartikan adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan
adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.

Independensi akuntan publik mencakup empat aspek, yaitu :

Independensi sikap mental

Independensi sikap mental berarti adanya kejujuran di dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya
pertimbangan yang obyektif tidak memihak di dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya.

Independensi penampilan.

Independensi penampilan berarti adanya kesan masyarakat bahwa akuntan publik bertindak independen sehingga akuntan
publik harus menghindari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan kebebasannya. Independensi
penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap independensi akuntan publik.

Independensi praktisi (practitioner independence)

Independensi praktisi berhubungan dengan kemampuan praktisi secara individual untuk mempertahankan sikap yang wajar
atau tidak memihak dalam perencanaan program, pelaksanaan pekerjaan verifikasi, dan penyusunan laporan hasil
pemeriksaan. Independensi ini mencakup tiga dimensi, yaitu independensi penyusunan progran, independensi investigatif,
dan independensi pelaporan.

Independensi profesi (profession independence)

Independensi profesi berhubungan dengan kesan masyarakat terhadap profesi akuntan publik.

Peraturan Pasar Modal dan Regulator mengenai Independensi Akuntan Publik

Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu “kegiatan
yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Pasar modal memiliki peran yang sangat besar
terhadap perekonomian Indonesia. institusi yang bertugas untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan
sehari-hari kegiatan pasar modal di Indonesia adalah Badan Pengawas Pasar Modal atau Bapepam. Bapepam mempunyai
kewenangan untuk memberikan izin, persetujuan, pendaftaran kepada para pelaku pasar modal, memproses pendaftaran
dalam rangka penawaran umum, menerbitkan peraturan pelaksanaan dari perundang-undangan di bidang pasar modal, dan
melakukan penegakan hukum atas setiap pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.

Salah satu tugas pengawasan Bapepam adalah memberikan perlindungan kepada investor dari kegiatan-kegiatan yang
merugikan seperti pemalsuan data dan laporan keuangan, window dressing,serta lain-lainnya dengan menerbitkan peraturan
pelaksana di bidang pasar modal. Dalam melindungi investor dari ketidakakuratan data atau informasi, Bapepam sebagai
regulator telah mengeluarkan beberapa peraturan yang berhubungan dengan kereablean data yang disajikan emiten baik
dalam laporan tahunan maupun dalam laporan keuangan emiten. Ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan oleh Bapepam
antara lain adalah Peraturan Nomor: VIII.A.2/Keputusan Ketua Bapepam Nomor: Kep-20/PM/2002 tentang Independensi
Akuntan yang Memberikan Jasa Audit Di Pasar Modal.

Contoh Kasus:

Frank Dorrance, seorang manajer audit senior untuk Bright and Lorren,CPA baru saja diinformasikan bahwa perusahaan
berencana untuk mempromosikannya menjadi rekanan pada 1 atau 2 tahun ke depan bila ia terus memperlihatkan tingkat
mutu yang tinggi sama seperti masa sebelumnya. Baru saja Frank ditugaskan untuk mengaudit Machine International
sebuah perusahaan grosir besar yang mengirimkan barang keseluruh dunia yang merupakan klien Bright and Lorren yang
bergengsi. Selama audit, Frank menentukan bahwa Machine International menggunakan metode pengenalan pendapatan
yang disebut “tagih dan tahan” yang baru saja dipertanyakan oleh SEC. Setelah banyak melakukan riset, Frank
menyimpulkan bahwa metode pengenalan pendapatan tidaklah tepat untuk Machine International. Ia membahas hal ini
dengan rekanan penugasan yang menyimpulkan bahwa metode akuntansi itu telah digunakan selama lebih dari 10 tahun
oleh klien dan ternyata tepat. Frank berkeras bahwa metode tersebut tepat pada tahun sebelumnya tetapi peraturan SEC
membuatnya tidak tepat tahun ini. Frank menyadari tanggung jawab rekan itu untuk membuat keputusan akhir, tetapi ia
merasa cukup yakin untuk menyatakan bahwa ia merencanakan untuk mengikuti persyaratan SAS 22 (AU 311) dan
menyertakan sebuah pernyataan dalam kertas kerja bahwa ia tidak setuju dengan keputusan rekannya. Rekan itu
memberitahukan Frank bahwa ia tidak akan mengizinkan pernyataan demikian karena potensi implikasi hukum. Namun, ia
mau menulis sebuah surat kepada Frank yang menyatakan bahwa ia mengambil tanggung jawab penuh untuk keputusan
akhir bila timbul suatu permasalahan hukum. Ia menutup dengan mengatakan, “Frank, rekan harus bertindak seperti rekan.
Bukan seperti meriam lepas yang berusaha untuk membuat hidup menjadi sulit bagi rekan mereka. Anda masih harus
bertumbuh sebelum saya merasa nyaman dengan anda sebagai rekan.”

Sumber:

Anda mungkin juga menyukai