Anda di halaman 1dari 5

AKHLAQUL KARIMAH

KAITANNYA DENGAN
FUNGSI HIDUP
Posted by: putrinet on: Oktober 22, 2008

 In: TUNTUNAN AGAMA


 Comment!

Pada pokoknya akhlaq itu ada 2 macam yaitu, akhlaq yang terpuji dan akhlaq
yang tercela. Akhlaq yang terpuji disebut akhlaqul mahmudah atau akhlaqul
karimah dan akhlaq yang tercela disebut akhlaqul mazmumah atau sayyiah.

Akhlaq yang akan di bahas disini mengenai akhlaq mahmudah atau akhlaq
karimah sebagaimana dicontoh oleh Rasulullah SAW dalam sebuah hadist :

Artinya : Sesungguhnya aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlaq


yang mulia ( HR. Bukhori, Baehaqi, dan Hakim ).

Yang termasuk akhlaq karimah yaitu :

1. Mengendalikan Nafsu ( Dlabtun Nafsi )

Nafsu adalah salah satu unsur rohani manusia yang sangat besar
pengaruhnya dan sangat banyak mengeluarkan instruksi- instruksi kepada
anggota jasmaniah untuk berbuat atau bertindak. Ia dapat bermanfaat,
tetapi sebaliknya dapat berbahaya bagi manusia dan ini banyak tergantung
kepada bagaimana sikap manusia itu sendiri menghadapai gejolak
nafsunya. Sebagian orang dalam menghadapi nafsu ini, ingin membunuh
nafsunya dengan tidak dikenal ampun, seperti yang dilakukan para ahli
ascetisme, para pertapa, dan para rahib yang semata-mata hidup untuk
rohaniah tanpa memperhatikan kepentingan jasmaniah dan hubungan
sosial. Sebagian orang lagi ada yang mengambil sikap menghasung dan
memanjakan nafsunya dengan mengikuti dan tunduk patuh terhadap
apapun yang dikehendaki nafsu itu.
Kedua macam sikap yang ekstrim itu sangat keliru. Membunuh nafsu akan
merugikan manusia sendiri, sebab selain akan mematikan salah satu aspek
rohaninya yang penting dan berharga, juga akan mematikan dinamika dan
gairah hidup. Begitu juga menuruti nafsu sangatlah berabahaya, sebab
tidak mesti apa yang di kehendaki oleh hawa nafsunya itu sejalan dengan
kehendak Tuhan. Itulah sebabnya Al-Qur’an melarang mengikuti hawa
nafsu semata-mata, tanpa pertimbangan akal sehat. Firmannya :

Artinya : “ ……………… dan janganlah mengikuti hawa nafsu karena


hawa nafsu itu akan menyesatkan kamu dari jalan Allah “ ( Q.S. 38: 26 )

1. Benar dan Jujur

Benar atau jujur termasuk golongan akhlaq mahmudah. Benar artinya


sesuainya sesuatu yang dilakukan atau dipikirkan dengan kenyataan yang
sesungguhnya, dan ini tidak saja berupa perkataan, tetapi juga perbuatan.

Benar atau jujur merupakan induk dari sifat-sifat baik yang lain yang
membawa orang kepada kebaikan. Karena itu Rasulullah menyebutkan
benar atau jujur ini sebagai kunci masuk syurga. Sabdanya berbunyi :

Artinya : Wajib kepadamu berlaku benar, karena sesungguhnya kebenaran


itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan memabawa ke syurga.
Seseorang tiada henti-hentinya berkata dan berlaku benar dan
mengusahakan sungguh-sungguh akan kebenaran, sehingga dicatat ia di
sisi Allah sebagai seorang Sidiq. ( HR. Bukhori )

1. Ikhlas

Ikhlas artinya murni atau bersih, tidak ada campuran. Maksud bersih disini
adalah bersihnya sesuatu pekerjaan dari campuran motif-motif atau tujuan
selain mencari ridha Allah. Lawan dari ikhlas ialah isyrak artinya
berserikat atau bercampur dengan yang lain. Kedua macam perbuatan ini
tidak dapat dipertemukan seperti halnya tidak dapat dipertemukannya
antara gerak dan diam tetapi kedua sama-sama bertempat dihati.
Orang yang beramal tetapi tidak ikhlas sangatlah celaka dan rugi, sebab
amalnya menjadi percuma tidak akan diterima Tuhan dan yang dipegang
oleh tuhan ialah apa yang sesungguhnya menjadi niat di hatinya dari amal
tersebut. Sebagaimana sebuah hadist :

Artinya : Allah tidak menerima amal, kecuali amal yang dikerjakan


dengan ikhlas karena Allah semata-mata dan dimaksudkan untuk mencari
keridhaannya ( HR. Ibnu Majah )

1. Qona’ah

Qona’ah artinya menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup
dengan apa yang diberikan oleh Allah kepadanya.

Mungkin sebagian orang yang ada menganggap sikap yang demikian


sebagai akhlaq yang buruk, sebab dengan telah merasa cukup dengan
sepanjang yang dimilikinya itu orang kemudian berpangku tangan, malas
berusaha atau meningkatkan penghasilan hidupnya.

Pandangan yang begini, adalah sesat dan keliru. Berpangku tangan, tidak
mau bekerja, bukanlah kona’ah tetapi merupakan salah satu bentuk
kemalasan.

Qona’ah dalam pengertiannya mengandung 5 perkara yaitu :

a. Menerima dengan rela apa yang ada

b. Memohon kepada Tuhan tambahan yang pantas disertai dengan usaha


dan ikhtiar

c. Menerima dengan sabar ketentuan Tuhan

d. Bertawakal kepada Tuhan

e. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia


Karena itu sungguh beruntung orang yang hatinya telah sampai pada
qona’ah. Rasulullah SAW bersabda :

Artinya : Berbahagialah bagi orang yang mendapat petunjuk untuk masuk


islam, sedang keadaan hidupnya sederhana atau berkecukupan tetapi tetap
qona’ah ( HR. Turmudzi )

1. Malu

Malu adalah perasaan enggan seseorang sewaktu lahir atau tampak dari
dirinya tentang sesuatu yang membawa ia tercela.

Adakalanya orang yang malu kepada dirinya sendiri atau kepada orang
lain, atau ada kalanya juga malu kepada Tuhan. Ketiga macam malu ini
lebih-lebih malu kepada Tuhan merupakan sendi keutamaan dan pokok
dasar budi pekerti yang mulia orang tidak akan berani durhaka atau
melanggar larangan Tuhan atau mengabaikan perintah-NYA, baik ketika
dilihat orang atau dalam keadaan sendiri. Karena itu pula beliau bersabda :

Artinya : Malulah kamu kepada Allah dengan sebenar-benar malu ( HR.


Turmudzi )

Tiap orang sebetulnya punya rasa malu, entah besar atau kecil yang
merupakan semacam kekuatan penjaga di dalam dirinya yang
menghindarkan ia dari terjatuh kepada kehinaan, atau sekurang-kurangnya
menghindarkan diri dari terulangnya kembali kesalahan yang serupa tetapi
karena sebab bermacam-macam rasa malu itu dapat luntur dan pudar
sedikit demi sedikit dan akhirnya lenyap sama sekali. Kalau malu sudah
lenyap, orang sudah tidak punya malu lagi, maka ia tidak akan dapat
diharapkan timbul kebaikan dari dirinya.

Karena itu dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW :

Artinya : Jika engkau sudah tidak malu lagi, maka kerjakanlah apa yang
engkau kehendaki ( HR. Bukhori )

Anda mungkin juga menyukai