Padatan
Padatan
Kristal logam
Kisi kristal logam terdiri atas atom logam yang terikat dengan ikatan logam. Elektron valensi
dalam atom logam mudah dikeluarkan (karena energi ionisasinya yang kecil) menghasilkan
kation. Bila dua atom logam saling mendekat, orbital atom terluarnya akan tumpang tindih
membentuk orbital molekul. Bila atom ketiga mendekati kedua atom tersebut, interaksi antar
orbitalnya terjadi dan orbital molekul baru terbentuk. Jadi, sejumlah besar orbital molekul akan
terbentuk oleh sejumlah besar atom logam, dan orbital molekul yang dihasilkan akan tersebar di
tiga dimensi. Hal ini sudah dilakukan di Bab 3.4 (Gambar 3.8).
Karena orbital atom bertumpangtindih berulang-ulang, elektron-elektron di kulit terluar setiap
atom akan dipengaruhi oleh banyak atom lain. Elektron semacam ini tidak harus dimiliki oleh
atom tertentu, tetapi akan bergerak bebas dalam kisi yang dibentuk oleh atom-atom ini. Jadi,
elektron-elektron ini disebut dengan elektron bebas.
Sifat-sifat logam yang bemanfaat seperti kedapat-tempa-annya, hantaran listrik dan panas serta
kilap logam dapat dihubungkan dengan sifat ikatan logam. Misalnya, logam dapat
mempertahankan strukturnya bahkan bila ada deformasi. Hal ini karena ada interaksi yang kuat
di berbagai arah antara atom (ion) dan elektron bebas di sekitarnya (Gambar 1).
Logam akan terdeformasi bila gaya yang kuat diberikan, tetapi logam tidak akan putus. Sifat ini
karena interaksi yang kuat antara ion logam dan elektron bebas.
Tingginya hantaran panas logam dapat juga dijelaskan dengan elektron bebas ini. Bila salah satu
ujung logam dipanaskan, energi kinetik elektron sekitar ujung itu akan meningkat. Peningkatan
energi kinetik dengan cepat ditransfer ke elektron bebas. Hantaran listrik dijelaskan dengan cara
yang sama. Bila beda tegangan diberikan pada kedua ujung logam, elektron akan mengalir ke
arah muatan yang positif.
Kilap logam diakibatkan oleh sejumlah besar orbital molekul kristal logam. Karena sedemikian
banyak orbital molekul, celah energi antara tingkat-tingkat energi itu sangat kecil. Bila
permukaan logam disinari, elektron akan mengabsorbsi energi sinar tersebut dan tereksitasi.
Akibatnya, rentang panjang gelombang cahaya yang diserap sangat lebar. Bila elektron yang
tereksitasi melepaskan energi yang diterimanya dan kembali ke keadaan dasar, cahaya dengan
rentang panjang gelombang yang lebar akan dipancarkan, yang akan kita amati sebagai kilap
logam.
b. Kristal ionik
Kristal ionik semacam natrium khlorida (NaCl) dibentuk oleh gaya tarik antara ion bermuatan
positif dan negatif. Kristal ionik biasanya memiliki titik leleh tinggo dan hantaran listrik yang
rendah. Namun, dalam larutan atau dalam lelehannya, kristal ionik terdisosiasi menjadi ion-ion
yang memiliki hantaran listrik.
Biasanya diasumsikan bahwa terbentuk ikatan antara kation dan anion. Dalam kristal ion natrium
khlorida, ion natrium dan khlorida diikat oleh ikatan ion. Berlawanan dengan ikatan kovalen,
ikatan ion tidak memiliki arah khusus, dan akibatnya, ion natrium akan berinteraksi dengan
semua ion khlorida dalam kristal, walaupun intensitas interaksi beragam. Demikian juga, ion
khlorida akan berinteraksi dengan semua ion natrium dalam kristal.
Susunan ion dalam kristal ion yang paling stabil adalah susunan dengan jumlah kontak antara
partikel bermuatan berlawanan terbesar, atau dengan kata lain, bilangan koordinasinya terbesar.
Namun, ukuran kation berbeda dengan ukuran anion, dan akibatnya, ada kecenderungan anion
yang lebih besar akan tersusun terjejal, dan kation yang lebih kecil akan berada di celah antar
anion.
Dalam kasus natrium khlorida, anion khlorida (jari-jari 0,181 nm) akan membentuk susunan kisi
berpusat muka dengan jarak antar atom yang agak panjang sehingga kation natrium yang lebih
kecil (0,098 nm) dapat dengan mudah diakomodasi dalam ruangannya (Gambar 8.9(a)). Setiap
ion natrium dikelilingi oleh enam ion khlorida (bilangan koordinasi = 6). Demikian juga, setiap
ion khlorida dikelilingi oleh enam ion natrium (bilangan koordinasi = 6) (Gambar 8.9(b)). Jadi,
dicapai koordinasi 6:6.
Kristal dengan molekul terikat oleh gaya antarmolekul semacam gaya van der Waals disebut
dengan kristal molekul. Kristal yang didiskusikan selama ini tersusun atas suatu jenis ikatan
kimia antara atom atau ion. Namun, kristal dapat terbentuk, tanpa bantuan ikatan, tetapi dengan
interaksi lemah antar molekulnya. Bahkan gas mulia mengkristal pada temperatur sangat rendah.
Argon mengkristal dengan gaya van der Waaks, dan titik lelehnya -189,2°C. Padatan argon
berstruktur kubus terjejal.
Molekul diatomik semacam iodin tidak dapat dianggap berbentuk bola. Walaupun tersusun
teratur di kristal, arah molekulnya bergantian (Gambar 4). Namun, karena strukturnya yang
sederhana, permukaan kristalnya teratur. Ini alasannya mengapa kristal iodin memiliki kilap.
d. Kristal kovalen
Banyak kristal memiliki struktur mirip molekul-raksasa atau mirip polimer. Dalam kristal seperti
ini semua atom penyusunnya (tidak harus satu jenis) secara berulang saling terikat dengan ikatan
kovelen sedemikian sehingga gugusan yang dihasilkan nampak dengan mata telanjang. Intan
adalah contoh khas jenis kristal seperti ini, dan kekerasannya berasal dari jaringan kuat yang
terbentuk oleh ikatan kovalen orbital atom karbon hibrida sp3 (Gambar 5). Intan stabil sampai
3500°C, dan pada temperatur ini atau di atasnya intan akan menyublim.
Kristal semacam silikon karbida (SiC)n atau boron nitrida (BN)n memiliki struktur yang mirip
dengan intan. Contoh yang sangat terkenal juga adalah silikon dioksida (kuarsa; SiO2) (Gambar
8.13). Silikon adalah tetravalen, seperti karbon, dan mengikat empat atom oksigen membentuk
tetrahedron. Setiap atom oksigen terikat pada atom silikon lain. Titik leleh kuarsa adalah 1700
°C.