Anda di halaman 1dari 8

Katarak Senilis Imatur

1. Definisi
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract,
dan Latin cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut
bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa denaturasi protein lensa atau terjadi akibat
kedua-duanya yang ditandai dengan adanya gangguan penglihatan, penurunan
tajam penglihatan secara progresif, silau dan perubahan persepsi warna.1,2
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia
lanjut, yaitu usia diatas 50 tahun.1 Katarak senilis merupakan tipe katarak
yang paling banyak ditemukan.3 Katarak senilis imatur merupakan salah satu
dari empat stadium katarak yaitu kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan
lensa sehingga masih ditemukan bagian-bagian yang jernih.2
2. Epidemiologi
Katarak merupakan 50% penyebab kebutaan diseluruh dunia.4
Menurut World Health Organization, di Asia Tenggara terdapat 28% penderita
katarak dari total populasi.5 Indonesia merupakan negara dengan angka
kebutaan tertinggi kedua di dunia setelah Ethiopia dengan prevalensi di atas
1%. Terdapat 39 juta orang buta di seluruh dunia, dengan penyebab utama
kebutaannya adalah katarak sebesar 51%.6 Angka kejadian katarak di
Indonesia diperkirakan sebesar 0,1% per tahu. Berdasarkan Riskesdar
Indonesia tahun 2013, prevalensi penduduk yang menderita katarak sebesar
1,8%.7 Prevalensi katarak pada individu berusia 65 – 74 tahun dilaporkan
sebanyak 50% dan angka ini meningkat hingga 70% pada individu di atas 75
tahun.2 Katarak senilis merupakan bentuk katarak yang paling sering
ditemukan. 90% dari seluruh kasus katarak adalah katarak senilis.8

3. Etiologi
Penyebab katarak senilis sampai saat ini tidak diketahui secara pasti.
Pada kasus-kasus yang ditemukan biasanya bersifat familial, sehingga sangat
penting untuk mengetahui riwayat keluarga pasien secara detail. 8 Selain itu
pada katarak senilis berhubungan dengan konsep penuaan yaitu sebagai
berikut :1
- Teori putaran biologik (A Biologic Clock)
- Jaringan embrio dapat membelah diri 50 kali kemudian akan mati.
- Imunologis yaitu dengan bertambah nya usia akan semakin banyak
kerusakan imunologik yang mengakibatkan kerusakan sel
- Teori mutasi spontan
- Teori A Free Radical
- Teori A Cross Link
4. Faktor Risiko
Katarak adalah penyakit degenerative yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Faktor internal yang
berpengaruh antara lain adalah umur dan jenis kelamin sedangkan faktor
eksternal yang berpengaruh adalah pekerjaan dan pendidikan yang berdampak
langsung pada status social ekonomi dan status kesehatan seseorang, serta
faktor lingkungan yang dalam hubungannya dengan paparan sinar ultraviolet.9
a. Usia
Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa mnejadi keras dan keruh.
Dengan meningkatka umur, maka ukuran lensa akan bertambah dengan
timbulnya serat-serat lensa yang baru. Seiring bertambahnya usia, lensa
berkurang kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan
bertambahnya berat katarak.9
b. Jenis Kelamin
Usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan oleh laki-laki, ini
diindikasikan sebagai faktor risiko katarak dimana perempuan penderita
katarak lebih banyak dibandingkan laki-laki.5
c. Riwayat Penyakit
Diabetes Melitus (DM) dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks
refrkasi dan kemampuan akomodasi. Meningkatnya kadar gula darah, juga
akan meningkatkan kadar gula di aqueous humor. Glukosa dari aqueous
akan masuk ke lensa melalui difusi dimana sebagian dari glukosa ini
dubah menjadi sorbitol oleh enzim aldose reductase melalui jalur poliol,
yang tidak dimetabolisme dan tetap tinggal di lensa. Telah terbukti bahwa
akumulasi intraseluler sorbitol menyebabkan perubahan osmotik sehingga
air masuk ke lensa, yang akan mengakibatkan pembengkakkan serabut
lensa. Selain itu, akumulasi poliol dapat menyebabkan kolaps dan
likuifaksi (pencairan) serabut lensa, yang akhirnya terjadi pembentukan
kekeruhan lensa.9
5. Patogenesis
Katarak senilis adalah penyebab utama gangguan penglihatan pada
orang tua. Pathogenesis katarak senilis bersifat multifactorial dan belum
sepenuhnya dimengerti. Walaupun sel lensa terus bertumbuh sepanjang hidup,
tidak ada sel-sel yang dibuang. Seiring dengan bertambahnya usia, lensa
bertambah berat dan tebal sehingga kemampuan akomodasinya menurun. Saat
lapisan baru dari serabut korteks terbentuk secara konsentris, sel-sel tua
menumpuk kearah tengah sehingga nucleus lensa mengalami penekanan dan
pengerasan (sclerosis nuclear).
Protein lensa mengalami modifikasi dan agregasi kimia menjadi high
molecular weight protein. Agregasi protein ini menyebabkan fluktuasi
mendadak pada indeks refrkasi lensa, penyebaran sinar cahaya dan penurunan
transparansi. Perubahan kimia protein lensa nuclear ini juga menghasilkan
pigmentasi yang progresif sehingga seiring berjalannya usia, lensa menjadi
bercorak kuning kecoklatan sehingga lensa yang seharusnya jernih tidak bisa
menghantarkan dan memfokuskan cahaya ke retina. Selain itu, perubahan
lensa yang berhubungan dengan usia adalah penurunan konsentrasi glutation
dan peningkatan konsentrasi natroum kalsium dan hidrasi.1,2,10
6. Stadium
Terjadinya katarak senilis berlangsung dalam 4 stadium yaitu :1
1. Stadium insipient
Stadium ini adalah awal proses degenerasi lensa. Pada stadium ini
kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak yang
membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.
Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan
ini pada awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini
terdapat keluhan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak
sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang menetap untuk waktu
yang lama.
2. Stadium imatur
Pada katarak imatur terjadi kekeruhan yang lebih tebal, tetapi belum
mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian
yang jernih pada lensa. Terjadi penambahan volume lensa akibat
meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada
keadaan lensa yang mencembung akan dapat menimbulkan hambatan
pupil, mendorong iris ke depan, mengakibatkan bilik mata dangkal
sehingga terjadi glaukoma sekunder. Pada pemeriksaan uji bayangan iris
atau sahadaw test, maka akan terlihat bayangan iris pada lensa, sehingga
hasil uji shadow test (+).
3. Stadium matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh lensa. Proses
degenerasi yang berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama
hasil disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran
normal. Bilik mata depan akan berukuran kedalaman normal kembali.
Tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang keruh, sehingga uji
bayangan iris negatif.
4. Stadium hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa, sehingga masa lensa yang
mengalami degenerasi akan mencair dan keluar melalui kapsul lensa.
Lensa menjadi mengecil dan berwarna kuning. Bila proses katarak
berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal, maka korteks yang
berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan sekantong susu dengan nukleus yang terbenam di korteks
lensa. Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. Uji bayangan iris
memberikan gambaran pseudopositif. Cairan / protein lensa yang keluar
dari lensa tersebut menimbulkan reaksi inflamasi dalam bola mata karena
di anggap sebagai benda asing. Akibatnya dapat timbul komplikasi uveitis
dan glaukoma karena aliran melalui COA kembali terhambat akibat
terdapatnya sel-sel radang dan cairan / protein lensa itu sendiri yang
menghalangi aliran cairan bola mata.
7. Klasifikasi
Lens Opacity Classification System (LOCS) III adalah sistem
perbandingan fotografi yang di standariasi untuk menilai kondisi katarak.
Katarak berdasarkan morfologi menurut LOCS III :
1. Katarak Kortikalis
Pada awal pembentukan katarak kortikalis, akan terjadi perubahan
komposisi ion pada korteks lensa sehingga menyebabkan perubahan
hidrasi. Perubahan hidrasi ini akan menghasilkan celah dengan pola
radiasi di sekitar daerah ekuator dan menimbulkan kekeruhan di korteks
lensa. Pengaruh terhadap fungsi penglihatan bergantung pada kedekatan
opasitas dengan aksis visual. Gela awal umumnya adalah penderita merasa
silau saat mencoba memfokuskan pandangan pada suatu sumber cahaya di
malam hari. Selain itu, penderita juga dapat mengeluhkan diplopia
monocular.10
2. Katarak nuklearis
Jenis katarak ini umumnya berkembang lambat dan terjadi bilateral,
meskipun dapat asimetris. Gejala yang menonjol pada katarak jenis ini
adalah kabur saat melihat jauh daripada meliha dekat. Katarak jenis ini
sedikit berwarna kekuningan dan menyebabkan kekeruhan di sentral.2,10
3. Katarak subkapsularis posterior
Katarak tipe ini terletak pada korteks posterior dan umumnya selalu aksial.
Pada tahap awal, katarak subskapsularis posterior masih terlihat halus
pada pemeriksaan slit lamp, namun pada tahap lanjut terlihat kekeruhan
granular dan seperti plak pada korteks subskapsular posterior. Gejala yang
timbul dapat berupa silau, diplopia monocular, dan lebih kabur melihat
dekat dibandingkan melihat jauh.1
8. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Gejala yang biasa dikeluhkan oleh pasien katarak
antara lain:
1. Silau
2. Diplopia
3. Halo
4. Distorsi
5. Penurunan tajam penglihatan
6. Myopic shift
Pada pemeriksaan slit lamp dapat menjelaskan morfologi katarak dan
menilai secara keseluruhan dari segmen anterior mata. Pemeriksaan segmen
posterior B scan ultrasonography dapat membantu mengevaluasi walaupun
gambaran retina atau kelainan nervus optic tidak dapat sepenuhnya
dikesampingkan sampai pemeriksaan optic nerve head, retina dan fovea
dilakukan secara langsung.2,10
9. Diagnosis Banding
Katarak merupakan kasus mata tenang dengan penurunan visus
perlahan sehingga dapat di diagnosis banding dengan, antara lain:11
1. Glaukoma: neuropati optic yang khas disertai penurunan lapang
pandang akibat kerusakan papil nervus optikus. Peningkatan TIO
merupakan faktor risiko penting.
2. Kelainan refraksi: kondisi berkas cahaya yang masuk ke mata tidak
jatuh tepat di retina.
3. Retinopati diabetikum: suatu mikroangiopati profresif yang
ditandai dengan kerusakan dan sumbatan pembuluh darah halus
yang meliputi arteriol pre-kapiler retina, kapiler-kapiler dan vena
retina. Manifestasinya dapat ditemukan penyempitan lapang
pandang, floater dan penurnan tajam penglihatan.
4. Retinopati hipertensif: merupakan kumpulan kelainan vaskulariasi
retina yang secara patologis berhubungan dengan kerusakan
mikrovaskular akibat peningkatan tekanan darah. Tanda yang dapat
ditemukan pada retinopti hipertensif yaitu penyempitan arteri,
cotton wool spot, flame shape, edema retina dan arteriosclerosis.
10. Tatalaksana
Tatalaksana definitif untuk katarak saat ini adalah tindakan bedah.
Akan tetapi jika gejala katarak tidak mengganggu, tindakan operasi tidak
diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti kacamata. Beberapa
penelitian seperti penggunaan vitamin C dan E dapat memperlambat
pertumbuhan katarak, namun belum efektif menghilangkan katarak.12
Tatalaksana katarak senilis dapat dilakukan dengan tindakan pembedahan:1,2
1. Intra capsular cataract extraction (ICCE)
ICCE merupakan teknik bedah yang digunakan sebelum adanya bedah
katarak ekstrakapsular. Seluruh lensa bersama dengan kapsul atau
pembungkusnya dikeluarkan. Prosedur ini memerlukan sayatan yang
cukup luas dan jahitan yang banyak sehingga memiliki risiko yang tinggi.
Metode ini sudah ditinggalkan karena beberapa kerugian, yaitu: angka
kejadian cystoid macular edema dan retnal detachment setelah operasi
tinggi, insisi yang sangat lebar dan astigmatisma yang tinggi.
2. Extra capsular cataract extraction (ECCE)
Merupakan teknik operasi katarak dengan melakukan pengangkatan
nuleus lensa dan korteks melalui kapsul anterior yang terbuka dengan
lebar dan meninggalkan kapsul posterior.
3. Small incision cataract surgery (SICS)
Teknik ini melakukan insisi pada sklera sekitar 5,5 – 7 mm. keuntungan
prosedur ini, pada sklera kedap air sehingga membuat katup da nisi bola
mata tidak prolapse keluar. Selain itu, insisi yang dibuat ukurannya lebih
kecil dan lebih posterior sehingga kurvatura kornea hanya berubah sedikit.
4. Fakoemulsifikasi
Teknik ini menggunakan insisi kecil, fragmentasi nucleus secara ultrasonic
dan aspirasi korteks lensa dengan menggunakan alat fakoemulsifikasi.
Kelebihannya yaitu rehabilitasi visus yang cepat, komplikasi setelah
operasi ringan, astigmatisma akibat operasi minimal dan penyembuhan
luka yang cepat.
11. Komplikasi
Komplikasi katarak dapat dibagi berdasarkan :
1. Komplikasi Selama Operasi
- Pendangkalan kamera okuli anterior
- Posterior capsule rupture (PCR)
- Nucleus drop
2. Komplikasi setelah operasi :
- Edema Kornea
- Perdarahan
- Glaukoma sekunder
- Uveitis kronik
- Edema macula kistoid
- Ablasio retina
- Endoftalmitis
- Toxic anterior segment syndrome
- Kekeruhan kapsul posterior
- Surgically induced astigmatism
- Dislokasi lensa intra okuler
12. Prognosis
Dengan teknik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat
jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Keberhasilan tanpa
komplikasi pada pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi
menjanjikan prognosis dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis
pada pemeriksaan dengan menggunakan Snellen chart.

Anda mungkin juga menyukai