Anda di halaman 1dari 19

HERPES ZOSTER

LAPORAN KASUS

JUDUL :
MANAJEMEN SEPSIS

Dibuat untuk :
Sebagai Syarat Yudisium pada Program Internsip Dokter Indonesia Batch November
2018

Penulis :
dr. Verliana Floyani Uly

RS MARSUDI WALUYO
2018

1
HERPES ZOSTER

BAB I
PENDAHULUAN

Herpes zoster adalah radang kulit akut dan setempat ditandai adanya rasa nyeri radikuler
unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom yang dipersarafi serabut spinal
maupun ganglion serabut saraf sensorik dari nervus kranialis. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus
varisela zoster dari infeksi endogen yang menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh
virus 1.
Herpes zoster terjadi secara sporadis sepanjang tahun tanpa prevalensi musiman. Terjadinya
herpes zoster tidak tergantung pada prevalensi varisela, dan tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa
herpes zoster dapat diperoleh oleh kontak dengan orang lain dengan varisela atau herpes. Sebaliknya,
kejadian herpes zoster ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan host-virus 2.
Salah satu faktor risiko yang kuat adalah usia lebih tua 2. Ada peningkatan insidens dari zoster pada
anak – anak normal yang terkena chicken pox ketika berusia kurang dari 2 tahun 3. Faktor resiko
utama adalah disfungsi imun selular. Pasien imunosupresif memiliki resiko 20 sampai 100 kali lebih
besar dari herpes zoster daripada individu imunokompeten pada usia yang sama 2. Immunosupresif
kondisi yang berhubungan dengan risiko tinggi dari herpes zoster termasuk “human
immunodeficiency virus” (HIV), transplantasi sumsum tulang, leukimia dan limfoma, penggunaan
kemoterapi pada kanker, dan penggunaan kortikosteroid 2.
Pasien dengan herpes zoster kurang menular dibandingkan pasien dengan varisela. Virus
dapat diisolasi dari vesikel dan pustula pada herpes zoster tanpa komplikasi sampai 7 hari setelah
munculnya ruam, dan untuk waktu yang lebih lama pada individu immunocompromised. Pasien
dengan zoster tanpa komplikasi dermatomal muncul untuk menyebarkan infeksi melalui kontak
langsung dengan lesi mereka.2 Pasien dengan herpes zoster dapat disebarluaskan, di samping itu,
menularkan infeksi pada aerosol, sehingga tindakan pencegahan udara, serta pencegahan kontak
diperlukan untuk pasien tersebut (6).
Manifestasi dari herpes zoster biasanya ditandai dengan rasa sakit yang sangat dan pruritus
selama beberapa hari sebelum mengembangkan karakteristik erupsi kulit dari vesikel berkelompok
pada dasar yang eritematosa.
Gejala prodormal biasanya nyeri, disestesia, parestesia, nyeri tekan intermiten atau terus
menerus, nyeri dapat dangkal atau dalam terlokalisir, beberapa dermatom atau difus.1 Nyeri
prodormal tidak lazim terjadi pada penderita imunokompeten kurang dari usia 30 tahun, tetapi
muncul pada penderita mayoritas diatas usia 60 tahun.4 Nyeri prodormal : lamanya kira –kira 2 – 3
hari, namun dapat lebih lama 3.

2
HERPES ZOSTER

Tujuan dari pengobatan adalah menekan inflamasi, nyeri dan infeksi 7. Pengobatan zoster akut
mempercepat penyembuhan, mengkontrol sakit, dan mengurangi resiko komplikasi 7. Obat yang biasa
digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya,

3
HERPES ZOSTER

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus varisela yg menyerang kulit
dan mukosa, infeksi, ini merupakan keaktifan virus yang terjadi setelah infeksi primer (ilmu penyakit
kulit dan kelamin). Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan
vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomanya (persyarafannya). Infeksi ini dialami oleh seseorang
yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak
terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air). (Smeitzer, Suzanne C.2001)
Menurut Purrawan Juradi, dkk (1982) herpes zoster adalah radang kulit dengan sifat khasnya
yaitu terdapat vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang persyarafan sensorik sesuai dengan
dermatomnya dan biasanya unilateral.
Menurut Arif Mansyur, herpes zoster (cacar ular) adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus
varicella. Zoster yang menyerang kulit dan mukosa infeksi ini merupakan reaktivitas virus yang terjadi
setelah infeksi primer kadang-kadang infeksi berlangsung sub kronis.
Menurut Jewerz .E. dkk (1984) herpes zoster adalah suatu penyakit sporadik yang melemahkan
pada orang dewasa yang ditandai oleh reaksi peradangan radiks posterior syaraf dan ganglia. Diikuti
oleh kelompok vesikel di atas kulit yang dipersyarafi oleh syaraf sensorik yang terkena.
Menurut Peruus herpes zoster adalah radang kulit akut yang disebabkan oleh virus Varisella
zoster dengan sifat khas yaitu tersusun sepanjang persyarafan sensorik.
Kesimpulan dari penulis tentang Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang
terjadi setelah infeksi primer. Herpes zoster disebut juga shingles. Dikalangan awam popular atau
lebih dikenal dengan sebutan “dampa” atau “cacar ular”.

2.2 Klasifikasi
Klasifikasi herpes zoster menurut Harahap,Marwali. 2000 adalah sebagai berikut:
1. Herpes zoster oftalmikus
Herpes zoster oftalmikus merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian
ganglion gasseri yang menerima serabut saraf dari cabang ophtalmicus saraf trigeminus (N.V),
ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit. Infeksi diawali dengan nyeri kulit pada satu sisi
kepala dan wajah disertai gejala konstitusi seperti lesu, demam ringan. Gejala prodromal
berlangsug 1 sampai 4 hari sebelum kelainan kulit timbul. Fotofobia, banyak kelar air mata,
kelopak mata bengkak dan sukar dibuka.

4
HERPES ZOSTER

Gambar 1. Herpes zoster oftalmikus sinistra


2. Herpes zoster fasialis
Herpes zoster fasialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai bagian ganglion
gasseri yang menerima serabut saraf fasialis (N.VII), ditandai erupsi herpetik unilateral pada
kulit.

Gambar 2. Herpes zoster fasialis dekstra.


3. Herpes zoster brakialis
Herpes zoster brakialis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus brakialis
yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 3. Herpes zoster brakialis sinistra

5
HERPES ZOSTER

4. Herpes zoster torakalis


Herpes zoster torakalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus
torakalis yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 4. Herpes zoster torakalis sinistra


5. Herpes zoster lumbalis
Herpes zoster lumbalis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus lumbalis
yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 5. Herpes zoster lumbalis


6. Herpes zoster sakralis
Herpes zoster sakralis merupakan infeksi virus herpes zoster yang mengenai pleksus sakralis
yang ditandai erupsi herpetik unilateral pada kulit.

Gambar 6. Herpes zoster sakralis dekstra.

2.3 Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan tergolong virus berinti
DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat
6
HERPES ZOSTER

biologisnya seperti siklus replikasi, penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten
diklasifikasikan kedalam 3 subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai
sifat khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler. Selanjutnya
setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap dalam bentuk laten didalam
neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya akan menimbulkan kekambuhan secara
periodik. Secara in vitro virus herpes alfa mempunyai jajaran penjamu yang relatif luas dengan siklus
pertumbuhan yang pendek serta mempunyai enzim yang penting untuk replikasi meliputi virus
spesifik DNA polimerase dan virus spesifik deoxypiridine (thymidine) kinase yang disintesis di dalam
sel yang terinfeksi. (Harahap,Marwali. 2000)
Faktor risiko utama untuk herpes zoster adalah bertambahnya usia. Frekuensi untuk terjadinya
herpes zoster akan meningkat jika seseorang terinfeksi human immunodeficiency virus (HIV),
mengalami keganasan hematologi, melakukan transplantasi organ atau tulang belakang, menderita
lupus eritematosus dan sedang melakukan terapi immunosupresif.

2.4 Manifestasi klinis


1. Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala prodomal lokal (nyeri
otot tulang, gatal, pegal).
2. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang berkelompok,
vesikel ini berisi cairan yang jernih kemudian menjadi keruh (berwarna abu-abu) dapat
menjadi pustule dan krusta. (Prof. dr. Adhi Juwanda, 199:107).
3. Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hampir selalu
unilateral
Menurut daerah penyerangnya dikenal :
a) Herpes zosrter of oftalmikus : menyerang dahi dan sekitar mata
b) Herpes zosrter servikalis : menyerang pundak dan lengan
c) Herpes zosrter torakalis : menyerang dada dan perut
d) Herpes zosrter lumbalis : menyerang bokong dan paha.
e) Herpes zosrter sakralis : menyerang sekitar anus dan getalia
f) Herpes zosrter atikum : menyerang telinga.
(Prof.dr.Adhi Juwanda, 199:107)

7
HERPES ZOSTER

nfeksi primer ,infeksi virus alfa menetap


dalam bentuk laten neuron dari ganglion

Presdisposisi pada klien pernah menderita cacar air,


sistem imun yang lemah dan yang menderita kelainan maglinitas

Reaksi virus varisela zoester

Vesikula tersebar

Respon inflamasi respon inflamasi kondisi kerusakan Ganggilion posterior , ganggilion anterior
lokal sistemik integritas kulit susunan saraf tepi dan bagian motorik
ganggion kranilas kranialis

kerusakan saraf perifer gangguan respon psikologis gejala prodomal


gastroinstestinal sistemik
nyeri terjadi lesi pada kulit nyeri otot

Mk : gangguan demam,
Mk: gangguan kerusakan integritas mual,anoreksia kepercayaan diri pusing
istirahat dan tidur kulit dan malesie
Mk :Gangguan rasa
ketidaknyamanan
Mk : gangguan Mk :keseimbangan reaksi inflamasi
gambar diri nutrisi MK
kurang dari
kebutuhan
Mk:hipertermi

Kurangnya pengetahuan

2.5 fdsfsdf

8
HERPES ZOSTER

2.6 Pemeriksaan penunjang


Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
1. Tzanck Smear
- Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru, kemudian diwarnai dengan
pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin, Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue ataupun
Papanicolaou’s. Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai multinucleated
giant cells
- Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.
- Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes simpleks virus
2. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibodi: Pemeriksaan digunakan untuk membedakan
diagnosis herpes virus
3. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
4. Pemerikasaan mikroskop electron
5. Kultur virus
6. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ
7. Deteksi antibody terhadap infeksi virus
8. Biopsi kulit, pemeriksaan histopatologis tampak vesikel intraepidermal dengan degenerasi sel
epidermal dan acantholysis. Pada dermis bagian atas dijumpai adanya lymphocytic infiltrate.
(Price, Sylvia Anderson. 2005 )

2.7 Penatalaksanaan medis


Tujuan utama terapi pada pasien herpes zoster yaitu untuk mempercepat penyembuhan,
mencegah kearah yang lebih parah, mengurangi rasa nyeri akut dan kronis dan mengurangi
komplikasi.
Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatik, untuk nyerinya diberikan analgetik, jika
disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik. Pada herpes zoster oftalmikus mengingat
komplikasinya diberikan obat antiviral atau imunostimulator. Obat-obat ini juga dapat diberikan
pada penderita dengan defisiensi imunitas.Indikasi pemberian kortikosteroid ialah untuk Sindrom
Ramsay Hunt. Pemberian harus sedini-dininya untuk mencegah terjadinya parasialis. ( Judith M.
Wilkinson. 2006)
Terapi sering digabungkan dengan obat antivirus untuk mencegah fibrosis ganglion.
Pengobatan topical bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan bedak
dengan tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder bila
erosit diberikan kompres terbuka. Kalau terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.( Judith
M. Wilkinson. 2006)

9
HERPES ZOSTER

Tiga obat antivirus yang dianjurkan oleh petunjuk CDC 1998 adalak asiklovir,
famsiklovir, dan valasiklovir. Obat antivirus harus dimulai sejak awal tanda kekambuhan
untuk mengurangi dan mempersingkat gejala. Apabila obat tertunda sampai lesi kulit
muncul, maka gejala hanya memendek 1 hari. Pasien yang mengalami kekambuhan 6 kali
atau lebih setahun sebaiknya ditawari terapi supresif setiap hari yang dapat mengurangi
frekuensi kekambuhan sebesar 75%. Terapi topical dengan krim atau salep antivirus tidak
terbukti efektif. Untuk pengobatan secara topical diberikan tergantung stadium herpes
zoster. Pemberian bedak dapat diberikan jika masih dalam stadium vesikel tujuannya supaya
vesikel tidak pecah sehingga tidak terjadi infeksi sekunder. Dilakukan kompres terbuka bila
terjadi erosif dan dapat diberikan salep antibiotik bila terjadi ulserasi

2.8 Pencegahan Dan Komplikasi


Vaksin herpes zoster yang tersedia di Indonesia mengandung Virus Varicella-Zoster (VZV) strain
Oka/Merck hidup yang telah dilemahkan. Dosis pemberian adalah sebanyak satu vial (0,65 mL)
mengandung 19,400 plaque forming units [PFU] VZV, secara subkutan di regio deltoid. Vaksin ini tidak
boleh diberikan secara intramuskuler ataupun intravena. Vaksin herpes zoster tidak diindikasikan
untuk pengobatan herpes zoster ataupun neuralgia pascaherpetika. Advisory Committee for
Immunization Practices (ACIP) bekerja sama dengan Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
pada tahun 2014 merekomendasikan pemberian vaksin herpes zoster secara rutin pada setiap pasien
berumur ≥60 tahun. Di Indonesia, satgas imunisasi dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit
Dalam Indonesia (PAPDI) pada tahun 2014 merekomendasikan vaksin herpes zoster diindikasikan
untuk semua individu berusia 50 tahun ke atas dengan atau tanpa riwayat herpes zoster.
Vaksin herpes zoster dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat anafilaksis terhadap
komponen vaksin, seperti gelatin dan neomycin; gangguan imun baik primer maupun didapat
(leukemia, limfoma, keganasan lain yang mempengaruhi sistem limfatik dan sumsum tulang, AIDS);
serta pasien yang mendapatkan terapi imunosupresan. Vaksin herpes zoster juga dikontraindikasikan
pada ibu hamil dan sebaiknya kehamilan dihindari minimal selama 3 bulan setelah pemberian vaksin
Komplikasi herpes zoster menurut Bricker dkk, 2002 adalah sebagai berikut:
1) Neuralgia paska herpetik
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas penyembuhan.
Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai beberapa tahun. Keadaan ini
cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun, persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri
yang bervariasi. Semakin tua umur penderita maka semakin tinggi persentasenya.
2) Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi. Sebaliknya

10
HERPES ZOSTER

pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau berusia lanjut dapat
disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan jaringan nekrotik.
3) Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis paralitik,
keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.
4) Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus, sehingga
memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit yang sesuai dengan
tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran, nistagmus, nausea, dan gangguan
pengecapan.
5) Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan virus secara
kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis ini biasanya
muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi seperti: di
wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria dan anus. Umumnya akan
sembuh spontan.

2.9 Prognosis
Herpes zoster merupakan penyakit self limiting atau dapat sembuh sendiri dan biasanya
sembuh dalam waktu 10:15 hari. Prognosis untuk pasien usia muda dan sehat sangat baik karena
Pada orang tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya komplikasi herpes zoster seperti
neualgia pascaherpes, infeksi sekunder dan timbulnya jaringan parut.
Varicella dan herpes zoster pada anak imunokompeten tanpa disertai komplikasi prognosis
biasanya sangat baik sedangkan pada anak imunokompromais, angka morbiditas dan mortalitasnya
signifikan. (Blackwell Science, 2000)

11
HERPES ZOSTER

LAPORAN KASUS
HERPES ZOSTER
I. IDENTITAS PASIEN
 Nama : Tn.
 Usia : 60 Tahun
 Jenis Kelamin : Laki-Laki
 Agama : Katolik
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Alamat : New Kartika Asri Blok K1/6. Malang
 Tanggal Masuk : 26 Desember 2017
 Tanggal Periksa : 26 Desember 2017

II. ANAMNESA
A. Keluhan Utama
Terdapat gelembung – gelembung yang terasa nyeri
B. Riwayat Penyakit Sekarang
± 3 hari SMRS pasien mengeluhkan timbul gelembung – gelembung pada bagian dada kanan.
Gelembung – gelembung tersebut berbentuk besar dan terlihat seperti ada cairan di dalamnya. Selain
keluhan tersebut, pasien juga mengeluhkan rasa nyeri dan panas pada bagian dada tersebut menjalar
hingga ke punggung kanan. Nyeri seperti di tusuk dan panas seperti di bakar.
± 8 hari SMRS pasien juga mengeluhkan panas badan. Panas terus dirasakan pasien. Panas
turun ketika pasien sudah mengkonsumsi obat penurun panas.
± 10 hari SMRS pasien mengeluhkan rasa nyeri. Rasa nyeri berawal dari daerah kepala yang
turuh ke bagian perut. Nyeri di rasakan terus – terusan dan seperti di tusuk – tusuk.
Oleh karena semua keluhan tersebut, pasien berobat ke dokter, dan di berikan obat
paracetamol 500mg yang di minum 3 x sehari. Pasien baru mengkonsumsi obat tersebut 2 hari dan
merasakan tidak ada perbaikan.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah terkena cacar air waktu usia remaja, DM(-), Hipertensi (-), Riwayat kontak dengan
penderita cacar air (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Di Keluarga tidak ada yang memiliki keluhan yang sama dengan pasien.
E. Riwayat Sosial
Pasien merupakan duda , memiliki seorang anak. Tidak ada riwayat sex bebas, penggunaan
obat terlarang maupun tranfusi darah

12
HERPES ZOSTER

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
Keadaan Umum: Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda vital : - Nadi : 110 x/menit
- Respirasi : 20 x/menit
- Suhu : 38 0C
- Tekanan Darah : 140/100 mmHg
Kepala : - Mata : DBN
: - THT : DBN
Leher : DBN
Thorax : Paru : DBN
Jantung : DBN
Abdomen : DBN
Extemitas : DBN

B. Status Dermatologis

Eritematous

Vesikel

Lokasi : Thorakal dextra


Distribusi : Sesuai dermatom T5 – T7 dextra
Ruam : Vesikel berkelompok berisi cairan jernih dengan dasar patches erythematous

13
HERPES ZOSTER

IV. RESUME
Pasien perempuan usia 60 tahun datang ke IGD RS Marsudi Waluyo dengan keluhan adanya
gelembung – gelembung disekitar perut sejak ± 3 hari SMRS. Selain itu terdapat keluhan nyeri dan
panas. Pasien juga sudah berobat ke dokter lalu di berikan obat paracetamol 3 x 500 mg.
Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan gambaran vesikel yang berkelompok lalu
terdapat eritematous.
V. DIAGNOSIS BANDING
1. Herpes zoster thoracalis dextra
2. Dermatitis venenata
VI. DIAGNOSIS KERJA
Herpes zoster thoracalis dextra
VII. USULAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Tzanc
VIII. PENGOBATAN
a. Umum
 Istirahat
 Tidak menggaruk-garuk bila gatal
b. Medikamentosa
 Topikal
Lotio calamine / caladin lotion
 Oral
Antiviral : Asiklovir 5 x 800 mg / hari selama 7 hari
Analgetik : Paracetamol 3 x 500 mg
VItamin : IVFD NS + Neurobion  20 tpm
IX. PROGNOSIS
- Qua ad Vitam : ad Bonam
- Qua ad Fungtionam : ad Bonam
- Qua ad Sanationam : ad Bonam
- Qua ad Cosmetikan : ad Bonam

14
HERPES ZOSTER

PEMBAHASAN

Pada kasus ini, dapat di diagnosis sebanyak penyakit herpes zoster. Diagnosis tersebut
didapatkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesa didapatkan pasien
mengeluh terdapat gelembung – gelembung di daerah perut bagian kanan sejak ± 3 hari smrs dan
semakin bertambah banyak. Pasien juga mengatakan sebelumnya merasakan panas badan. Pada
daerah perutnya, sekarang terasa panas, nyeri dan terkadang gatal. Keluhan ini memberi gambaran
kemungkinan pasien menderita suatu infeksi. Pada kasus ini, tempat predileksi herpes zoster di
daerah abdominal region hypocondrium dextra dan torakal. Selain itu, pasien juga sudah berobat
sebelumnya lalu diberikan obat paracetamol 3 x 500 mg. Usia pasien ini adalah 56 tahun dimana
terjadinya herpes zoster ini adalah pada masa dewasa.
Berdasarkan anamnesa, faktor-faktor yang mendukung timbulnya herpes zoster ini yaitu :
- Awalnya terjadi panas badan dan nyeri badan
- Timbul suatu gelembung – gelembung ( vesikel ) dengan disertai rasa nyeri dan panas
Pada pemeriksaan kulit ditemukan vesikel yang berkelompok dan eritematous Adapun
diagnosis banding pada kasus ini adalah sebagai berikut
1. Dermatitis venenata
Dermatitis venenata merupakan dermatitis kontak iritan yaitu dermatitis yang dis ebabkan oleh
bahan/substansi yang menempel pada kulit. Dermatitis venenata disebabkan oleh racun serangga
yang terbang pada malam hari, penderita baru merasa pedih esok harinya. Pada awalnya terlihat
eritem kemudian pada sore harinya sudah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis. Salah satu serangga
penyebab dermatitis kontak iritan ini adalah Kumbang Rove termasuk dalam species Paederus
fuscipes Curtis.
2. Varisela
Gejala klinis berupa papul eritematosa yang dalam waktu beberapa jam berubah menjadi
vesikel. Bentuk vesikel ini seperti tetesan embun (tear drops). Vesikel akan berubah menjadi pustul
dan kemudian menjadi krusta. Lesi menyebar secara sentrifugal dari badan ke muka dan ekstremitas 1,
7
.

Komplikasi
Penderita yang tidak disertai keadaan penurunan imunitas, biasanya tanpa komplikasi. Komplikasi
yang dapat terjadi ialah adanya vesikel yang berubah menjadi ulkus dengan jaringan nekrotik 1.
 Neuralgia pascaherpetik
Nyeri merupakan komplikasi tersering herpes zoster yang membuat pasien menderita. Pada fase
akut, nyeri biasanya berkurang dalam beberapa minggu. Jika nyerinya masih menetap lebih dari 3

15
HERPES ZOSTER

bulan setelah hilangnya ruam zoster, maka diduga pasien mengalami komplikasi neuralgia pasca
herpes (NPH). Nyeri ini dapat berlangsung sampai beberapa bulan bahkan bertahun-tahun
dengan gradasi nyeri yang bervariasi dalam kehidupan sehari-hari. Kecenderungan ini dijumpai
pada orang yang menderita herpes zoster di atas usia 40 tahun, ruam yang meluas, dan intensitas
nyeri akut yang lebih berat merupakan indikator meningkatnya risiko terjadinya NPH 5.
 Pada herpes zoster oftalmikus dapat terjadi berbagai komplikasi, di antaranya ptosis paralitik,
keratitis, skleritis, uveitis, korioretinitis, dan neuritis optik 5,7.
 Paralisis motorik terdapat pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat penjalaran virus secara per
kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan. Paralisis biasanya timbul
dalam 2 minggu sejak awitan munculnya lesi. Berbagai paralisis dapat terjadi, misalnya di muka,
diafragma, batang tubuh, ekstremitas, vesika urinaria, dan anus. Umumnya akan sembuh
spontan.
Infeksi juga dapat menjalar ke organ dalam, misalnya paru, hepar, dan otak.
Herpes Zoster merupakan penyakit kulit yang adalah virus. diperlukan imunitas yang baik
untuk mempercepat penyembuhan. Adapun obat-obatan yang diberikan, bertujuan untuk Mengatasi
infeksi virus akut, Mengatasi nyeri akut yang ditimbulkan oleh virus herpes zoster, Mencegah
timbulnya neuralgia pasca herpetik10.

Pengobatan Umum
Selama fase akut, pasien dianjurkan tidak keluar rumah, karena dapat menularkan kepada
orang lain yang belum pernah terinfeksi varisela dan orang dengan defisiensi imun. Usahakan agar
vesikel tidak pecah, misalnya jangan digaruk dan pakai baju yang longgar. Untuk mencegah infeksi
sekunder jaga kebersihan badan (11).
Pengobatan Khusus
1. Obat Antivirus
Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dan modifikasinya, misalnya valasiklovir dan
famsiklovir. Asiklovir dapat diberikan peroral ataupun intravena. Asiklovir Sebaiknya pada 3
hari pertama sejak lesi muncul. Dosis asiklovir peroral yang dianjurkan adalah 5×800 mg/hari
selama 7 hari, sedangkan melalui intravena biasanya hanya digunakan pada pasien yang
imunokompromise atau penderita yang tidak bisa minum obat. Obat lain yang dapat
digunakan sebagai terapi herpes zoster adalah valasiklovir. Valasiklovir diberikan 3×1000
mg/hari selama 7 hari, karena konsentrasi dalam plasma tinggi. Selain itu famsiklovir juga
dapat dipakai. Famsiklovir juga bekerja sebagai inhibitor DNA polimerase. Famsiklovir
diberikan 3×200 mg/hari selama 7 hari (12, 13).

16
HERPES ZOSTER

Maka pada kasus ini diberikan obat antivirus berupa Asiklovir dengan dosis 5 x 800 mg
selama 7 hari.

2. Analgetik
Analgetik diberikan untuk mengurangi neuralgia yang ditimbulkan oleh virus herpes
zoster. Obat yang biasa digunakan adalah asam mefenamat atau golongan acetaminofen.
Analgetik Dapat juga dipakai seperlunya ketika nyeri muncul (7, 12, 13).
Sesuai dengan teori maka pada pasien ini diberikan analgetik untuk mngurangi neuralgia
berupa golongan acetaminophen : paracetamol dengan dosis 2 x 500 mg, yang dapat
digunakan ketika terasa nyeri saja.
3. Topikal
Jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan tujuan protektif untuk mencegah
pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder. Bila erosif diberikan kompres terbuka.
Kalo terjadi ulserasi dapat diberikan salep antibiotik (7).
Sesuai dengan teori, maka pada kasus ini juga diberikan obat topical berupa lotio calamine
untuk tujuan protektif .

Alogaritma Komplikasi

Terapi penunjang:

 Jaga ruam agar tetap bersih dan kering


 Untuk rasa tidak nyaman: kompres dingin/lotio kalamin/anestetik
topikal
 Anjuran memakai pakaian dari serat alami yang longgar
 Edukasi mengenai penyakit herpes zoster
Catatan: 17
Acyclovir topikal tidak dianjurkan

Terapi antivirus oral tidak dianjurkan pada herpes zoster dengan kehamilan
HERPES ZOSTER

Prognosis
Terhadap penyakitnya pada dewasa dan anak-anak umumnya baik, tetapi usia tua risiko
terjadinya komplikasi semakin tinggi, dan secara kosmetika dapat menimbulkan makula
hiperpigmentasi atau sikatrik. Dengan memperhatikan higiene & perawatan yang teliti akan
memberikan prognosis yang baik & jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit.

18
HERPES ZOSTER

DAFTAR PUSTAKA

1. Handoko RP, Djuanda A, Hamzah M. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed.4. Jakarta: FKUI;
2005.

2. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ. Varicella and Herpes Zoster. In
: Fitzpatrick. Dermatology in General Medicine. 7 thed. New York : McGraw Hill
Company.2008.p. 1885-1898.

3. Marks James G Jr, Miller Jeffrey. Herpes Zoster. In: J Lookingbill and Marks’ Principles of
Dermatology. 4th ed. Philadelphia : Elseiver Saunders. 2006 .p.145-148.

4. Habif P.Thomas. Warts, Herpes Simplex, and Other Viral Infection. In : Clinical Dermatology. 5
thed. United States of America : Elseiver Saunders. 2010.p. 479 – 490

5. Mandal BK, dkk. Lecture Notes :Penyakit Infeksi.6th ed. Jakarta : Erlangga Medical Series.
2008 : 115 – 119

6. Habif, T.P. Viral Infection. In : Skin Disease Diagnosis and Treatment. 3rd ed. Philadelphia :
Elseiver Saunders. 2011 .p. 235 -239

7. Siregar, RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. EGC. Jakarta. 2009.

8. Schalock C.P, Hsu T.S, Arndt, K.A. Viral Infection of the Skin. In : Lippincott’s Primary Care
Dermatology. Philadelphia : Walter Kluwer Health. 2011 .p. 148 -151.

9. Daili SF, B Indriatmi W. Infeksi Virus Herpes. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2002.

10. Indrarini, Soepardiman L. Penatalaksaan Infeksi Virus Varisela-Zoster pada Bayi dan Anak.
Media Dermato-Venereologica Indonesiana. Volume 27. Jakarta: Perdoski, 2000; 65s-71s.

11. Stankus SJ, Dlugopolski M, Packer D. Management of Herpes Zoster and Post Herpetic
Neuralgia. eMedicine World Medical Library:
http://www.emedicine.com/info_herpes_zoster.htm [diakses pada tanggal 1 november
2013].

12. . Andrews. Viral Diseases. Diseases of the Skin. Clinical Dermatology. 9th Edition.
Philadelphia: WB Saunders Company, 2000; 486-491.

13. Wilmana PF. Antivirus dan Interferon. Farmakologi dan Terapi. Edisi Ke-4. Jakarta: Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995; 617.

19

Anda mungkin juga menyukai