berkaitan. Bangkitan epileptic adalah tanda dan/atau gejala yang timbul sepintas
akibat aktivitas neuron di otak yang berlebihan dan abnormal serta sinkron. Epilepsy
adalah gangguan otak yang ditandai oleh adanya factor predisposisi secara terus
menerus untuk terjadinya suatu bangkitan epileptic, dan juga ditandai oleh adanya
factor neurobiologis, kognitif, psikolohis, dan konsekuensi social akibat kondisi
tersebut.
Tatalaksana
1. Medikamentosa
Titik berat tatalaksana epilepsy adalah pencegahan bangkitan berulang dan
pencarian etiologi.
Pada bangkitan epileptic pertama, terapi obat anti epilepsy (OAE) dapat
langsung diberikan bila terdapat risiko yang tinggi untuk terjadinya bangkitan
berulang. Misalnya pada status epileptikus sebagai bangkitan epileptic
pertama, ditemukannya lesi intracranial sebagai penyebab bangkitan, riwayat
keluarga epilepsy dan beberapa indikasi lainnya.
OAE diberikan berdasarkan tipe bangkitan. OAE pilihan pada kejang tipe
parsial berdasarkan pedoman ILAE 2013 antara lain adalah: karbamazepin,
levetirasetam, zonisamid, dan fenitoin. Piliha OAE pada anak adalah
okskarabazepin dan pada lanjut usia adalah lamotrigini dan gabapentin.
Sementara pada bangkitan pertama umum tonik klonik pada dewasa dan anak
adalah karbamazepin, okskarabazepin, fenitoin, dan lamotrigin.
Dosis obat dimulai dari dosis kecil dan dinaikkan secara bertahap sampai
mencapai dosis terapi. Pantau efek samping jangka pendek, seperti
mengantuk, gangguan emosi dan perilaku, gangguan hematologi, fungsi hepar,
atau alergi. Jika tidak ditemukan efek smaping dan pasien merasa nyaman
dengan obat tersebut, dosis obat dapat dinaikkan bertahap sampai tercapai
bebas bangkitan atau terjadi intoksikasi. Gejala dan tanda intoksikasi dapat
muncul ringan sampain berat. Bila muncul gejala dan tanda intoksikasi ringan,
seperti dizziness dan nistagmus pada intoksikasi fenitoin, dosis dapat
diturunkan ke dosis sebelum tanda intoksikasi tersebut muncul. Namun
apabila terjadi intoksikasi berat seperti penurunan kesadaran dan intoksikasi
valproate maka obat harus langsung dihentikan dan diganti dengan obat yang
tidak mempunyai profil efek samping yang sama serta waktu steady state
untuk mencegah status epileptikus akibat efek withdrawal.
Selain tipe bangkitan, pemilihan OAE perlu memperhatikan fakor-faktor
individual seperti komorbiditas, usia, ekonomi, interaksi obat, ketersediaan,
dan lain sebagainya.
Prinsip pengobatan epilepsy adalah monoterapi dengan target pengobatan 3
tahun bebas bangkita. Bila pemberian monoterapi tidak dapat mencegah
bangkitan berulang, politerapi dapat diberikan dengan pertimbangan profil
obat yang akan dikombinasikan. Apabila masih tidak dapat diatasi, maka perlu
dipertimbangkan tindakan pembedahan untuk menghilangkan focus epileptic.
2. Nonmedikamentosa
Tata laksana non medikamentosa pada epilepsy antara lain:
a. Pembedahan epilepsi
b. Stimulasi nervus vagus
c. Diet ketogenik
Pembedahan epilepsy adalah salah satu tatalaksana nonmedikamentosa yang
efektif pada pasien epilepsy fokal resisten obat. Stimulasi nervus vagus (SNV)
merupakan metode invasive pada terapi pasien epilepsy yang resisten obat.
Metode ini menggunakan suatu elektroda yanag ditanam di bawah kulit pada
dada kiri dan berhubungan dengan elektroda stimulator yang dietakkan pada
nervus vagus kiri. Stimulator ini mengeluarkan impuls dengan berbagai
frekuensi sesuai dengan kebutuhan pasien. Frekuensi bangkitan sangat
menurun setelah penggunaan stimulasi nervus vagus ini. Diet ketogenik
sampai saat ini terbukti efektif pada pasien epilepsy anak-anak. Diet ketogenik
adalah diet dengan tinggi lemak, rendah protein, dan rendah karbohidrat.