Disusun oleh
JONI PUTRA
0611113113
A. Defenisi
Epidural hematoma atau perdarahan ekstradura diartikan sebagai adannya penumpukan
darah diantara dura dan tubula interna/lapisan bawah tengkorak (Japardi, 2004). Lebih sering
terjadi pada lobus temporal dan parietal (Smeltzher & Bare, 2001).
B. Etiologi
Epidural hematom terjadi karena laserasi pembuluh darah yang ada di antara tengkorak
dan durameter akibat benturan yang menyebabkan fraktur tengkorak seperti kecelakaan
kendaraan, atau tertimpa sesuatu. Sumber perdarahan biasanya dari laserasi cabang arteri
meningen, sinus duramatis, dan diploe (Japardi, 2004).
C. Patofisiologi/WOC
Fraktur tengkorak karena benturan mengakibatkan laserasi (rusak) atau robeknya arteri
meningeal tangah, arteri ini berada diantara durameter dan tengkorak daerah inferior menuju
bagian tipis tulang temporal. Rusaknya pembuluh darah ini mengakibatkan darah memenuhi
ruangan epidural yang menyebabkan hematom epidural. Apabila perdarahan ini terus
berlangsung menimbulkan desakan durameter yang akan menjauhkan duramater dari tulang
tengkorak hal ini akan memperluas hematom. Perluasan hematom ini akan menekan lobus
temporal ke dalam dan kebawah. Tekanan ini menyebabkan isi otak mengalami herniasi.
Adanya herniasi ini akan mengakibatkan penekanan saraf yang ada dibawahnya seperti
penekanan pada medulla oblongata menyebabkan hilangnya kesadaran. Pada bagian juga
terdapat nervus okulomotor, yang mana penekanan pada saraf ini meyebabkan dilatasi pupil
dan ptosis. Perluasan atau membesarnya hematom akan mengakibatkan seluruh isi otak
terdorong ke arah yang berlawanan yang mengakibatkan terjadinya peningkatan tekanan
intracranial (TIK) sehingga terjadi penekanan saraf-saraf yang ada diotak
WOC
Benturan atau kecelakaan
pada kepala
Laserasi/robeknya arteri
Resiko infeksi
meningeal
Darah keluar dari vaskuler Darah memenuhi epidural Darah membeku ↑volume
(epidural hematom) di epidural intrakranial
Syok hipovolemik
↑ TIK Udem otak
iskemik
Penekanan nervus pada Gg fungsi
batang otak menelan
Gg perfusi jaringan
H. Penelitian/artikel terkait
Ringkasan artikel yang dibuat dr. Leksomono PR, dr A hafid, dan dr M sajid dengan judul
“cedera otak dan dasar-dasar pengelolaannya”
“Dibicarakan mengenai cedera otak dan dasar-dasar pengelolaannya,sehubungan dengan
makin meningkatnya korban kecelakaanlalu lintas dimana banyak diantaranya mengalami
cedera otak.Akibat benturan kepala, terjadi cedera pada otak dan jaringansekitarnya yang
disebut dengan lesi primer. Bila korbandapat tetap bertahan, terjadi proses lebih lanjut yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor intrakranial maupun sistemik. Proses iniakan menghasilkan
kerusakan- kerusakan yang disebut lesisekunder. Mekanisme terjadinya cedera akibat
benturan kepala dan patofisiologik proses selanjutnya telah dibicarakan; juga kerusakan-
kerusakan pada jaringan sekitar otak. Pengelolaan meliputi pemeriksaan, observasi dan
pengobatan penderita baik secara konservatif maupun yang memerlukan tindakan operasi
darurat. Dengan pengelolaan yang cepat,terutama pada saat proses terjadinya lesi-lesi
sekunder, diharapkan dapat diperoleh hasil yang sebaik-baiknya bagi penderita”
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E. (2000). Rencana asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Japardi, I. (2004). Cedera kepala. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Leksomono, Hafid, & Sajid. Cedera otak dan dasar-dasar pengelolaannya. Diperoleh tanggal 27
Maret 2010 dari http//:www.kalbefarina.com
Smeltzher & Bare. (2001). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Vol 3. Jakarta: EGC
RENCANA INTEVENSI/TINDAKAN
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi rasional
keperawatan
Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan Mandiri Mandiri
jaringan serebral selama 2×24 jam perfusi - Tentukan faktor-faktor yang - Menentukan pilihan intervensi.
berhubungan jaringan serebral adekuat, berhubungan dengan penyebab Apakah pasien memerlukan
dengan ditandai dengan kriteria koma/penurunan perrfusi jaringan intervensi perawatan intensif
penghentian hasil: otak dan potensial peningkatan TIK. untuk memantau peningkatan
aliran darah - Tingkat kesadaran TIK dan atau pembedahan.
akibat SOL compus mentis.
(hematoma, - TTV dalam rentang - Pantau dan catat status neurologis - Mengkaji adanya
hemoragi), edema normal. secara teratur dan bandingkan kecenderungan penurunan
serebral - Respon motorik baik. dengan nilai standar. kesadaran dan potensial
- GCS normal 13-15 peningkatan TIK.
- Suhu tubuh <38,50C
- Urine output tidak - Kaji respon motorik terhadap - Mengukur kesadaran secara
kurang dari 0,5 perintah sederhana, gerakan yang keseluruhan dan kemampuan
ml/kg/jam dan tidak bertujuan dan gerakan yang tidak untuk berespons pada
lebih dari 200 ml/kg/jam bertujuan. Catat gerakan anggota rangsangan eksternal dan
tubuh dan catat sisi kiri dan kanan merupakan petunjuk keadaan
secara terpisah. kesadaran terbaik pada pasien
dengan mata tertutup akibat
dari trauma/afasia.
- Pantau pernapasan meliputi pola dan - Napas yang tidak teratur dapat
iramanya, seperti adanya apnea menunjukkan lokasi gangguan
setelah hiperventilasi (pernapaan serebral/peningkatan TIK.
Cheyne-Stokes).
- Kaji letak dan gerakan mata, apakah - Posisi dan gerakan mata
ada deviasi pada salah satu sisi mata. membantu menemukan lokasi
otak yang terlibat. Tanda awal
peningkatan TIK adalah
kegagalan dalam abduksi pada
mata, mengindikasikan
penekanan/trauma pada saraf
kranial V.
Kolaborasi Kolaborasi
- Batasi pemberian cairan sesuai - Pembatasan cairan mungkin
indikasi. Berikan cairan melalui diperlukan untuk menurunkan
vena melalui alat kontrol. edema serebral, meminimalkan
fluaktuasi aliran vaskuler,
tekanan darah dan TIK.
- Ubah posisi klien setiap 2 jam sekali - Perubahan posisi yang teratur
menyebabkan penyebaran
terhadap berat badan dan
meningkatkan sirkulasi pada
seluruh bagian tubuh. Jika ada
paralisis atau keterbatasan
kognitif, klien harus diubah
posisinya secara teratur dan
posisi daerah yang sakit hanya
dalam jangka waktu yang
terbatas