Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Emulsi berasal dari kata “ emulgeo’’ yang artinya menyerupai susu, dan warn
emulsi memang putih seperti susu. Menurut FI IV, emulsi adalah system dua fase,
yang salah satu cairanya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil.
Emulsi dapat distabilakan dengan penambahan bahan pengemulsi yang disebut
emulgator ( emulsifying agen ) atau surfaktan yang dapat mencegah koalesensi,
yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetsan besar dan akhirnya menjadi satu fase
tunggal yang memisah. Surfaktan menstabilkan emulsi dengan cara menempati
antar – permukaan tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik
disekeliling partikel yang berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan
permukaan antarfase sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama
pencampuran.

Komponen Emulsi
Komponen emulsi dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:
1. Komponen dasar , yaitu bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat
didalam emulsi, terdiri atas:
a. Fase dispers/fase internal/ fase diskontinu/fase terdispersi/fase
dalam, yaitu zat cair yang terbagi –bagi menjadi butiran kecil
didalam zat cair lain.
b. Fase eksternal/ fase kontinu/fase pendispersi/ fase luar, yaitu zat
cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (bahan
pendukung ) emulsi tersebut.
c. Emulgator, adalah bagian dari emulsi yang berfungsi untuk
menstabilkan emulsi.

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 1


2. Komponen tambahan, adalah bahan tambahan yang sering ditambahkan
kedalam emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya
corrigen saporis, odoris,colouris,preservative (pengawet), dan anti
oksidan. Pengawet yang sering digunakan dalam sediaan emulsi adalah
metal-, etil-.propil- dan butyl-paraben, azam benzoat, dan senyawa
ammonium kuartener. Antioksidan yang sering digunakan antara lain :
asam askorbat (vitamin C ), 𝛼-tokoferol, asam sitrat, propil galat, dan asam
galat.

Tipe Emulsi
Berdasarkan macam zat cair yang berfungs sebagai fase internal ataupun
eksternal, emulsi digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1. Emulsi tipe O/W ( oil in water ) atau M/A (minyak dalam air ), adalah
emulsi yang terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi ke
dalam air. Minyak sebagai fase internal air sebagai fase eksternal.
2. Emulsi tipe W/O (water in oil ) atau M/A ( air dalam minyak ), adalah
emulsi yang terdiri atas butiran air yang tersebar atau terdispersi kedalam
minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal.

Cara Pembuatan Emulsi


1. Metode Gom Kering atau Metode Kontinental
Zat pengemulsi dicampur dengan minyak terlebih dahulu, kemudian
ditambah air untuk membentuk korpus emulsi, baru diencerkan dengan
sisa air yang tersedia.
2. Metode Gom Basah atau Metode Inggris
Zat pengemulsi ditambahkan kedalam air (zat pengemulsi umumnya larut
dalam air) agar membentuk suatu munsilago , kemudian perlahan –lahan
minyak dicampurkan untuk membentuk emulsi, kemudian diencerkan
dengan sisa air.

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 2


3. Metode botol atau botol forbes
Digunakan untuk minyak menguap dan zat – zat yang bersifat minyak dan
mempunyai viskositas rendah ( kurang kental ). Serbuk gom dimasukan
dalam botol kering ditambahkan 2 bagian air, botol ditutup, kemudian
campuran tersebut dikocok dengan kuat. Tambahkan sisa air sedikit demi
sedikit sambil dikocok.

Alat – alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi


1. Mortir dan stamper
Mortar dengan permukaan kasar merupakan mortir pilihan untuk
pembuatan emulsi yang baik.
2. Botol
Mengocok emulsi dalam botol secara terputus –putus lebih baik dari pada
secara terus – menerus, karena hal ini memberikan kesempatan kepada
emulgator untuk bekerja sebelum pengocokan berikutnya.
3. Mixer dan Blender
Partikel fase dispers dihaluskan dengan car dimasukan ke dalam ruangan
yang dalamnya terdapat pisau berputar dengan kecepatan tinggi.
4. Homogenizer
Dalam homogenizer disperse dari cairan terjadi karena campuran dipaksa
melalui saluran lubang kecil dengan tekanan besar.
5. Colloid Mill
Terdiri atas rotor dan stator dengan permukaan penggilingan yang dapat
diatur. Colloid Mill digunakan untuk memperoleh derajat disperse cairan
dalam cairan yang tinggi.

B. TUJUAN
Untuk mengetahui cara pembuatan emulsi yag baik secara CPOB 2012.

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 3


BAB II

PEMBAHASAN

I. PREFORMULASI
1. Master Formula
a. Formularium Nasional
OLEI IECORIS EMULSUM
Emulsi Minyak Ikan
Komposisi Oleum Iecoris Asellis 100
Glycerolum 10 g
Gummi Arabicum 30 g
Oleum Cinnamomi gtt VI
Aqua destillata hingga 215 g
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Dosis 3 kali sehari 15 ml.
Catatan 1. Serbuk Gomarab dapat diganti dengan emulgator
lain.
2. Ditambahkan zat pengawet yang cocok.
2. Rancangan Formula
R/ Ol iecoris 80 g
Gum Arab 30 g
Gliserin 40 g
Asam Sitrat 1 g
Asam Benzoat 0,3 g
Tokoferol 0,1 g
Sirupus Simplex 20 g
Pasta Orange 2 g
Ol. Citrus 20 gtt
Aquadest ad 200 ml

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 4


3. Alasan Penambahan
1. Oleum lecoris
Fungsinya : sebagai zat aktif
2. Gom Arab
Fungsinya : Sebagai emulgator dengan konsentrasi 10-20 %
Alasan penambahan: Dipilih gom arab, karena memiliki daya sebagai
emulgator yang baik sehingga dapat menghasilkan
emulsi yang baik, serta viskositas yang dihasilkan
cukup tinggi
3. Gliserin
Fungsinya : Sebagai stabilisator emulsi dan kosolven
Alasan penambahan: Digunakan gliserin dalam formulasi karena gliserin
memiliki multi fungsi selain sebagai stabilisator
emulsi, gliserin juga dapat berfungsi sebagai
pengawet, pemanis, dan juga dapat meningkatkan
viskositas.
4. Asam sitrat
Fungsinya : Sebagai penambah rasa
Alasan penambahan: Dapat memberikan sensasi asam pada sediaan
sehingga rasa tidak enak pada minyak ikan dapat
ditutupi oleh asam sitrat dan memberikan sensasi
rasa jeruk.
5. Pasta orange
Fungsinya : zat pewarna
6. Asam benzoate
Fungsinya : Sebagai pengawet
Alasan penambahan : Digunakan asam benzoate sebagai pengawet
karena baik untuk penggunaan oral dan tidak
OOT dengan bahan lain.

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 5


7. Alpha tocoferol
Fungsinya : Sebagai antioksidan
Alasan penambahan : Digunakan tocoferol sebagai antioksidan karena
tocoferol mempunyai kemampuan untuk
mencegah oksidasi dari lemak dan minyak yang
dapat menyebabkan bau tengik pada sediaan dan
tocoferol juga dapat berfungsi sebagai vitamin E,
sehingga dapat menambah asupan vitamin.
8. Sirupus simplex
Fungsinya : Sebagai pemanis
Alasan penambahan: Digunakan untuk menutupi rasa tidak enak dari zat
aktif serta untuk meningkatkan penerimaan
konsumen. Penambahan sirupus simplex juga
dapat menaikkan viskositas dari sediaan suspensi.

9. Uraian Bahan
a. Oleum Iecoris Asellis
Nama Resmi OLEUM IECORIS
Nama Lain Minyak Ikan
Pemerian Cairan; kuning pucat; bau khas, agak manis, tidak tengik, rasa khas.
Kelarutan Sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P,
dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, terisi penuh, terlindung dari cahaya.
K/P Sumber vitamin A dan vitamin D.

b. Glycerolum
Nama Resmi GLYCEROLUM
Nama Lain Gliserol; Gliserin
Pemerian Cairan seperti sirop; jernih, tidak berwarna; tidak berbau; manis
diikuti rasa hangat. Higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 6


suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna
yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 200.
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol (95%) P; praktis
tidak larut dalam kloroform P dalam eter P dan dalam minyak lemak.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
K/P Zat tambahan.

c. Gummi Arabicum
Nama Resmi GUMMI ACACIAE
Nama Lain Gom Akasia; Gomarab
Pemerian Hampir tidak berbau; rasa tawar seperti lendir.
Kelarutan Mudah larut dalam air, menghasilkan larutan yang kental dan tembus
cahaya. Praktis tidak larut dalam etanol (95%) P.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
K/P Zat tambahan

d. Oleum Cinnamomi
Nama Resmi OLEUM CINNAMOMI
Nama Lain Minyak Kayumanis
Pemerian Cairan; suling segar berwarna kuning; bau dan rasa khas. Jika
disimpan dapat menjadi coklat kemerahan.
Kelarutan Dalam etanol larutkan 1 ml dalam 8 ml etanol (70%) P; opalesensi
yang terjadi tidak lebih kuat dari opalesensi larutan yang dibuat
dengan menambahkan 0,5 ml perak nitrat 0,1 N ke dalam campuran
0,5 natrium klorida 0,02 N dan 50 ml air.
Penyimpanan Dalam wadah tetutup rapat, terisi penuh, terlindung dari cahaya, di
tempat sejuk.
K/P Zat tambahan; karminativum.

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 7


e. Aqua destillata
Nama Resmi AQUA DESTILLATA
Nama Lain Air Suling
Pemerian Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau; tidak mempunyai rasa.
Penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
K/P Pelarut

II. PRODUKSI - PENGIRIMAN BARANG

CPOB meliputi semua proses produksi, mulai dari bahan awal, tempat, dan alat
sampai pelatihan dan kebersihan dari pekerja. Prosedur tertulis dari tiap proses
produksi adalah komponen penting yang dapat mempengaruhi kualitas akhir dari
produk.

Produksi adalah :

Seluruh kegiatan dalam pembuatan obat, mulai dari penerimaan bahan,


dilanjutkan dengan pengolahan, pengemasan dan pengemasan ulang, penandaan
dan penandaan ulang sampai menghasilkan produk jadi.

Pada prinsipnya produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur


yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar ( registrasi )

Produksi terdiri dari :

1. Bahan awal

Semua bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat, yang berubah
maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun
tidak semua bahan tersebut masih terdapat didalam produk ruahan.

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 8


2. Produk antara

Tiap bahan atau campuran bahan yang masih memerlukan satu atau lebih
tahap pengolahan lanjutan untuk menjadi produk ruahan.

3. Produk ruahan

Bahan yang telah selesai diolah & tinggal memerlukan kegiatan pengemasan
untuk menjadi obat jadi.

4. Produk jadi

Produk (obat) yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan

A. BAHAN AWAL

Semua bahan, baik yang berkhasiat maupun tidak berkhasiat, yang berubah
maupun tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat.

Alur bahan awal :

 Pemasok yang terkualifikasi


 Pengecekan visual
 Memenuhi spek. & diberi label yang jelas
 Wadah sampel diberi label
 Pengambilan sampel & pengujianNdilakukan pengecekan secara
berkala terhadap persediaan
 Disimpan sesuai kondisi penyimpanan
 Catatan persedian bahan disimpan
 Penyerahan bahan awal dilakukan oleh pihak yang berwenang
 Alat timbang diverifikasi tiap hari
 Bahan awal yang direject diberi label & ditempatkan terpisah

B. PRODUK ANTARA

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 9


Tiap bahan atau campuran bahan yang masih memerlukan satu atau
lebih tahap pengolahan lanjutan untuk menjadi produk ruahan.

Produk antara dimulai dari penimbangan sampai pengisian.


 PENIMBANGAN :
- untuk penimbangan atau pengukuran hendaklah
dilakukan pembuktian kebenaran identitas dan jumlah
bahan yang ditimbang atau diukur oleh dua orang
personil yang independen, dan pembuktian tersebut
dicatat.
- Ruang timbang dan penyerahan hendaklah dijaga
kebersihannya. Bahan awal steril yang akan dipakai
untuk produksi steril hendaklah ditimbang dan
diserahkan diarea steril.

 PENGOLAHAN :

- Semua bahan yang hendak dipakai di dalam pengolahan


hendaklah diperiksa sebelum dipakai.
- Kondisi lingkungan di area pengolahan hendaklah
dipantau dan dikendalikan agar selalu bearada pada
tingkat yang dipersyaratkan untuk kegiatan pengolahan
- Semua peralatan yang dipakai dalam pengolahan
hendaklah diperiksa sebelum digunakan. Peralatan
hendaklah dinyatakan bersih secara tertulis sebelum
digunakan.
- Semua kegiatan pengolahan hendaklah dilaksanakan
mengikuti prosedur yang tertulis.Tiap penyimpangan
hendaklah dipertanggungjawabkan dan dilaporkan.

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 10


 Pencampuran Bahan Padat-Cair :

Pada proses pembuatan produk industri kimia yang siap


untuk diperdagangkan dan pada pengolahan produk
setengah jadi, seringkali bahan-bahan padat harus
dicampurkan dengan sejumlah kecil cairan. Disini dapat
terbentuk bahan padat yang lembab atau campuran yang
sangat viskos seperti pasta atau adonan. Seringkali cairan
harus juga ditambahkan ke dalam pasta, adonan atau massa
yang plastis tersebut.

 Alat yang digunakan dalam proses pengolahan


emulsi :

Pemilihan alat pencampur dan juga metode pencampuran terutama didasarkan


pada:

 Jenis-jenis bahan yang akan dicampur


 Jenis campuran yang akan dibuat
 Jumlah campuran yang akan dibuat
 Derajat pencampuran yang ingin dicapai

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 11


 Maksud pembuatan campuran
 Sistem operasi (kontinu, terputus-putus)
Selain hal-hal tersebut diatas, salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam
menentukan peralatan yang harus digunakan dalam pencampuran adalah fase dari
bahan yang akan dicampur. Berikut akan dibahas pencampuran berdasarkan fase
dari bahan yang dicampur.

 Dalam industri farmasi sebelum dibuat dalam


jumlah yang besar melalui beberapa tahap yaitu :
Skala laboratorium → skala pilot → skala industri
 Skala laboratorium
Pembuatan emulsi yang dilakukan dalam laboratorium dalam skala yang
kecil ( 100ml ) dan alat yang digunakan : mortir, stamper, gelas ukur, pipet
tetes dll.
 Sakala pilot
Pembuatan emulsi yang dilakukan dalam skala yang sedang ( 1- 50liter)
 Skala industri
Pembuatan emulsi yang dilakukan dalam skala besar ( 100 – 1000 liter)

Sediaan liquid non steril :

 Bahan awal
 Validasi proses
 Pencegahan pencemaran silang
 Penomoran bets/lots
 Penimbangan/penyerahan
 Pengembalian
 Pengolahan

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 12


CAIRAN, KRIM, SALEP (NON-STERIL) :

 Produk cairan, krim dan salep hendaklah diproduksi sedemikian rupa agar
terlindung dari pencemaran mikroba dan pencemaran lain.
 Semua alat yang digunakan yang berhubungan langsung dengan produk
didisinfeksi sebelum digunakan
 Untuk mencegah deadlegs, sambungan < 2 x diameter pipa katup, dan
katup diafragma atau kupu – kupu
 Air yang digunakan harus kualitas air murni / purified water
 Homogenitas harus dipertahankan pada saat pengisian
 Penyimpanan produk antara dan produk ruahan harus terjamin.

Pencegahan pencemaran silang :

Cross Contamination

 pencemaran dari suatu bahan dasar, produk antara atau produk jadi
dengan produk atau bahan dasar lain selama produksi. (WHO)

Pencegahan cross contamination :

 Produksi di ruang terpisah


 Memperkecil resiko pencemaran yang disebabkan sirkulasi udara
 Prosedur validasi pembersihan yang memadai
 Prosedur untuk personel
 Pengujian residu dan label status kebersihan pada peralatan
 Tersedia penghisap udara dn ruang penyangga udara
 Tindakan pencegahan dan efektifitas diperiksa secara berkala.

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 13


C. PRODUK RUAHAN

Bahan yang telah selesai diolah dan tinggal memerlukan kegiatan


pengemasan untuk menjadi obat jadi

>> proses pengemasan

Bahan pengemas :

 Bahan pengemas primer & sekunder


 Pemasok yang terkualifikasi
 Pengecekan secara visual
 Memenuhi spek. & diberi label yang jelas
 Disimpan dengan kondisi keamanan yang memadai
 Bahan pengemas yang tidak berlaku lagi dimusnakan
 Satu jenis bahan pengemas yang diletakan ditempat kodifikasi pada
saat yang sama

Proses Pengemasan :

1) PRA – KODEFIKASI BAHAN PENGEMASAN

Mencetak nomor bets, tanggal kadaluarsa dan informasi lain sesuai


perintah pengemasan.
Proses prakodefikasi ini hendaklah dilakukan di area yang terpisah dari
kegiatan pengemasan lainnya.

Sistem penomoran bets / lot :


 Tujuan
memastikan bahwa tiap bets/lot produk antara, produk ruahan atau
produk jadi dapat diidentifikasi.
 Pada tahap pengolahan & pengemasan saling berkaitan
 Menjamin bahwa no. bets/lot yang sama tidak digunakan berulang

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 14


 Alokasi no. bets/lot dicatat dalam buku log.

2) KESIAPAN JALUR

Hendaklah dilakukan sebelum melakukan proses pengemasan,


pemeriksaan kesiapan jalur harus dengan prosedur tertulis yang telah
ditetapkan yaitu memastikan bahwa semua bahan dalam produk yang
dikemas dari kegiatan pengemasan sudah tidak ada, memeriksa kebersihan
jalur dan area sekitar serta memastikan kebersihan peralatan. Pemeriksaan
selama pengemasan berlangsung dilakukan secara visual dan hendaklah
dilakukan pemeriksaan secara independen oleh bagian pengawasan mutu

3) PRAKTIK PENGEMASAN

Untuk memperkecil resiko dalam kesalahan pengemasan dapat dilakukan


dengan cara :
Menggunakan label dalam gulungan
Pemberian penandaan bets pada jalur pengemasan label
Menggunakan alat pemindai dan penghitung label elektronis, label dan
bahan cetak lain didesain sedemikian rupa.

>> produk yang dikemas akhir tapi belum diberi label yang menunjukkan
identitas dipisahkan dan diberi penandaan
>> area pengemasan hendaklah dipisahkan untuk produk tertentu seperti
obat yang berdosis rendah dan berpotensi tinggi atau produk toksik dan
bahan yang dapat menimbulkan sensilitasi area pengemas hendaklah
dilakukan pembersihan secara berkala, udara bertekanan tidak boleh
digunakan untuk membersihkan peralatan di area pengemasan karena
dapat terjadi pencemaran silang.

4) PENYELESAIAN KEGIATAN PENGEMASAN

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 15


 Hendaklah kemasan terakhir diperiksa dengan cermat untuk
memastikan bahwa kemasan produk telah sesuai dengan prosedur
pengemasan induk
 Setelah proses rekonsilisasi pengemasan bahan dan produk yang
dinyatakan memenuhi syarat tanpa dikembalikan ke gudang,
sedangkan kelebihan bahan pengemas dan produk ruahan yang
akan disingkirkan diawasi oleh supervisor agar hanya bahan dan
produk yang dinyatakan memenuhi syarat saja yang dikembalikan
kegudang dimanfaatkan kembali.

D. PRODUK JADI

 Produk ( obat ) yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan


.
 Produk jadi ditempatkan di area karantina produk jadi sambil
menunggu pelulusan dari kepala bagian pemastian mutu.

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 16


BAB III
KESIMPULAN

CPOB meliputi semua proses produksi, mulai dari bahan awal, tempat, dan alat
sampai pelatihan dan kebersihan dari pekerja. Prosedur tertulis dari tiap proses
produksi adalah komponen penting yang dapat mempengaruhi kualitas akhir dari
produk.

Pada prinsipnya produksi hendaklah dilaksanakan dengan mengikuti prosedur


yang telah ditetapkan dan memenuhi ketentuan CPOB yang menjamin senantiasa
menghasilkan produk yang memenuhi persyaratan mutu serta memenuhi
ketentuan izin pembuatan dan izin edar ( registrasi ).

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 17


DAFTAR PUSTAKA

Pedoman CPOB 2012.pdf

Syamsuni H.A. 2006. “Ilmu Meracik Obat” . EGC Kedokteran.Jakarta

MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 18


MAKALAH PREFORMULASI – PRODUKSI CPOB Page 19

Anda mungkin juga menyukai