PEMBAHASAN
(30,6%), umur 13 - 19 tahun sebanyak 13 orang (13,3%), umur >60 tahun dengan
jumlah 8 orang (8,2), umur 7 - 12 tahun sebanyak 5 orang (5,1%), dan umur 4 – 6
Hasil analisis yang dilakukan peneliti bahwa umur 35-60 tahun paling
banyak terkena TB karena pada usia ini merupakan usia produktif usia yang masih
aktif bekerja dan aktif bersosialisasi antara individu satu dengan individu yang lain.
Pada saat berinteraksi dengan orang yang terdagnosa TB disertai dengan kontak
yang lama dan intens membuat penularan TB lebih mudah dari penderita ke orang
yang sehat dan rentan. Mudahnya cara penularan TB melalui percikan dahak, ludah
penyakit menular penyebab kematian. Usia dewasa muda (20-34 tahun) adalah
masa peralihan dari remaja kedewasa. Dalam tahap ini hubungan antara satu
individu dengan yang alinnya sangat dekat, senang bermain, dan berkumpul,
44
45
mengetahu bahwa ada salah satu temannya yang terkena TB begitu juga usia remaja
13-19 tahun karakteristiknya sama dengan usia dewasa muda masih senang
pencegahan penyakit. Usia >60 bisa terjadi penyakit TB karena pada usia ini
imunitas sudah menurun, pergerkan sudah terbatas. Pada usia ini kadang-kadang
sudah tidak bisa mengurus rumah apalagi diri sendiri. Sudah tidak mampu
penderita sering sehingga penularanpun terjadi. Usia sekolah (7-12 tahun) memiliki
persentase kejadian tifoid kecil hal ini karena pada usia ini merupakan masa
intelektual atau masa keserasian sekolah. Pada masa ini tunduk terhadap aturan-
aturan sehingga sikap dan perilaku anak usa ini tergantung pada aturan didalam
keluarga dan sekolah jika pendidikan didalam keluarganya tentang kesehatan baik
maka anak ini akan mudah diberikan pengarahnya. Umur 4 -6 tahun memiliki
TB pada usia tersebut masih kurang dominan. Faktor yang paling mendukung
adalah lingkungan rumah dan keluarga terutama ibu, sehingga pada usia 4-6 tahun
menyatakan bahwa usia produktif (15-55 tahun) merupakan usia paling banyak
terkena tuberkulosis. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian dari Sihotang,
46
(2015) yang menyatakan bahwa klien tuberkulosis paru berada pada kelompok
usia dewasa muda anara 22 sampai dengan 35 tahun sebanyak 30.5%. Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa umur usia yang paling banyak terkena TB adalah
pada usia produktif dari segi penularan berbahaya sebab mempunyai aktivitas dan
Sukarame didapatkan hasil bahwa jenis kelamin pasien TB paling banyak pada
laki – laki sebanyak 50 orang (51%), dan perempuan sebanyak 48 orang (49%).
Hasil analisis yang dilakukan peneliti bahwa jenis kelamin paling banyak terjadi
TB adalah laki-laki karena merokok merupakan hal yang sudah biasa dan menjadi
pertahanan tubuh. Seseorang yang memiliki kekebalan yang kurang akan mudah
terkena berbagai penyakit terutama penyakit TB yang sangat mudah dalam cara
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sitompul, (2014) yang
tuberkulosis dibanding jenis kelamin perempuan (45,2%). Hal ini juga sejalan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin yang paling
banyak terkena TB adalah laki-laki karena faktor gaya hidup yaitu kebiasaan
Sukarame didapatkan hasil bahwa status pasien TB terbanyak adalah pasien baru
sebanyak 94 orang (95,9%), pasien kambuh sebanyak 1 orang (1%), pasien gagal
sebanyak 1 (1%), pasien pindahan sebanyak 1(1%), dan pasien sebanyak 1 orang
(1%).
banyak adalah pasien baru, hal yang dapat mempengaruhi terjadinya TB baru
48
yaitu rendahnya pengetahuan masyarakat tentang TB, pola hidup seseorang yang
merasa telah baik maksudnya banyak orang yang merasa dirinya telah sehat dan
penyebaran TB yaitu lingkungan yang jauh dari sinar matahari, lembab, dan
jarang dibersihkan, cara seorang penderita TB dalam etika batuk dengan tidak
menutup mulut dan cara perawatan TB dirumah. Pasien dapat kambuh, dana
gagal dikarenakan mereka tidak patuh dalam pengobatan yang telah ditentukan,
perasaan yang merasa sudah sehat, sudah tidak merasakan gejala TB sehingga
status pasien tuberkulosis paling banyak adalah kasus baru sebesar 28 oang dari
91% (CR)/263 orang sembuh, 2.2% meninggal, 4.5% DO, 2.08 gagal. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Laily (2012) menyaatakan bahwa
seluruh pasien TB merupakan tipe pasien dengan kasus baru sebanyak 100%.
Tidak terdapat pasien dengan tipe relaps, default, failure, transfer in, dan kasus
lain.
dinyatakan sembuh dan tidak ada yang gagal. Kasus baru disebabkan karena
yang terbanyak adalah kategori I dengan jumlah 89 orang (90,8%), dan kategori
banyak adalah kategori I yaitu pasien baru dengan BTA (+) sehingga belum
oleh petugas. Faktor yang berpengaruh dalam hal ini yaitu sering terlambatnya
banyak. Orang yang memiliki tanda gejala TB merasa dirinya tidak sakit, hanya
merasa tidak enak badan biasa dan batuk yang biasa sehingga ketika dites orang
tersebut sudah positif terjangkit TB. Kasus TB yang berat disebabkan karena
menyebabkan kuman TB resisten dan sulit diobati. Seperti hal nya kategori II ini
disebabkan karena penderita merasa dirinya sudah sembuh, gaya hidup tidak
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian dari Laily, (2012)
dapat dilihat bahwa dari penderita TB Paru BTA positif didapatkan 125 orang
sebelumnya.
penderita TB.
masyarakat sebanyak 2 orang (2%), rujukan oleh fasilitas kesehatan dan dokter
sumber rujukannya adalah pasien/ keluarga karena orang yang tau dan dekat
dengan penderita adalah dirinya dan keluarga. Orang yang telah merasa bahwa
lain dan memilih untuk mengecek kesehatannya sendiri atau dengan orang yang
51
terdekat. Sedangkan rujukan oleh dokter atau perawat dilakukan ketika pasien
sudah parah, tidak dapat dilakukan perawatan diempatnya maka akan dirujuk ke
yang menyatakan bahwa 99% pasien di rujuk oleh Puskesmas. Hasil penelitian dari
rumah sakit negeri dan pemda sebanyak 71%. Dari uraian diatas dapat disimpulkan
orang (22.4%).
lebih besar dan hasil foto thorak postif hal ini menunjukan bahwa didalam
pendukung hasil dahak negatif juga bisa dipengaruhi oleh cara pengambilan
diri juga bisa mengakibatkan kuman berkembang lebih banyak. Hasil penelitian
ini berbeda dengan hasil penelitian oleh Danastri (2013), pemeriksaan dahak
positif sebanyak 47 orang (62.6%), dan hasil foto thoraks positif sebanyak 69
orang (92%). Penelitian ini juga didukung oleh Susilayanti, (2012) bahwa
terbanyak adalah BTA derajat positif tiga (+3) sebanyak 490 orang (44,2%).
dahak dan foto thorak sebelum pengobatan hasilnya adalah positif yang
Sukarame didapatkan hasil bahwa hasil intensif paling banyak negatif 77 orang
(1%). Hasil pengobatan intensif 78.6% telah negatif hal ini meunjukan bahwa
pengobatan TB sudah efektif dan bekerja secara adekuat didalam tubuh pasien
tahan tubuh) pasien dan atau karena faktor kuman TB itu sendiri. Bahwa infeksi
(seberapa banyak TB yang terhirup napas) dan pertahanan tubuh orang yang
53
terinfeksi (daya tahan seseorang). Pada beberapa kasus, infeksi dapat cepat
oleh daya tahan tubuh. Akan tetapi, kemudian di saat terjadi suatu penurunan
daya tahan pasien, misalnya karena kurang gizi, malnutrisi, karena peny lain
pada dua bulan sedang pengobatan tidak dilakukan karena kurangnya informasi
dan sikap penderia yang merasa tidak perlu di cek dahak kembali. Penderita
yang mengalami dahak positif hal ini dapat menunjukkan adanya kesalahan
Pengawas Menelan Obat (PMO), keteraturan berobat, efek samping obat dan
2002, pengobatan penderita TB Paru diberikan dalam dua tahap yaitu tahap
intensif dan tahap lanjutan. Pada tahap intensif penderita harus minum OAT
setiap hari sebanyak 8 butir dari 4 jenis OAT (HRZE) selama dua bulan (60
penderita sehingga dapat diketahui BTA dahak penderita telah konversi (dari
konversi (dari BTA positif tetap BTA positif). Hasil evaluasi akhir bulan kedua
angka konversi dan menilai kinerja petugas TB paru Puskesmas dan kota.
Sukarame didapatkan hasil dahak bulan ke-5 paling banyak negatif sebanyak
yang dilakukan peneliti bahwa hasil pemeriksaan dahak paling banyak negatif
kebelakang. Hal ini juga didukung oleh peran keluarga dalam upaya
penting dalam penanganan TB, karena jika tidak tuntas berobat, masih ada
kuman yang hidup. Kuman ini akan menjadi kebal terhadap obat TB (resisten),
sehingga obat TB tidak dapat membunuhnya. Bila terjadi hal itu, akan
diperlukan obat-obat lain yang lebih mahal dan jangka waktu pengobatannya
bertambah lama, bahkan bisa dibutuhkan operasi guna mengangkat bagian paru
yang rusak berat, atau harus minum obat seumur hidupnya. Kondisi pasien juga
55
akan jauh lebih buruk, keluhan batuk, sesak dan lemah badan akan sering terjadi
bahwa 50% hasil pemeriksaan dahak pada bulan ke-5 dari uraian diatas dapat
Sukarame didapatkan hasil dahak pada akhir pengobatan paling banyak negatif
analisis yang dilakukan peneliti bahwa hasil dahak negatif pada akhir
Peran serta semua pihak baik penderita, keluarga, masyarakat dan petugas
sangat baik sehingga patuh dalam pengobatan TB yang haru dilakukan secara
rutin dan tidak boleh terlewat satu waktu. Faktor penunjang kelangsungan
dan penjelasan petugas kesehatan kalau pengobatan gagal akan diobati dari
bahwa hasil pemeriksaan dahak pada akhir pengobatan sebanyak 46% negatif.