Anda di halaman 1dari 7

BIOBLEACHING PELEPAH SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN

NITROSELULOSA MENGGUNAKAN ENZIM XYLANASE

Medonna Febrina Putri, Dita Permata Sari, Adisty Caesari, Gilda Miranda

Program Studi Teknik Kimia S1, Fakultas Teknik, Universitas Riau


Email : medonnafebrinaputri@gmail.com
diyt_1712@yahoo.com
acaesari91@gmail.com
gildamirandaamris@gmail.com

Abstract

Palm midrib is a waste which produced from palm plantations and contained of 35% cellulose-
α. Cellulose-α can be used as raw material for nitrocellulose if the purity is more than 92%. To
improve the purity of cellulose-α, palm midrib have to go through some process of purification.
Most of purification agent of cellulose-α is chemicals using, which it will give a bad impact to
environment. Xylanase is a group of enzymes that have the ability to hydrolyze hemicellulose
and damage xilose bonds as a constituent of xylan in the hemicellulose. The purpose of this
research is to utilize an agent xylanase enzyme purification of cellulose-α and produce
nitrocellulose from palm midrib. Before purification, palm midrib is extracted to eliminate the
extractive substances then hydrolyzed with extract the extract solution ash of palm empty fruit
bunches. The condition of purification process is 50 oC,60 oC and 70oC temperature variations,
volume 1,2 and 3 ml enzyme, pH at 4,5 and 6 as well as the time for 60,90 and 120 minutes.
From this research, the highest purity cellulose-α obtained at pH 6, temperature of 60oC, the
enzyme 3 ml volume and time for 90 which reached 97.55%.

Keywords: Cellulose Alpha, Nitrocellulose, Palm Midrib, Xylanase Enzyme

1. PENDAHULUAN menjadi produk yang bermanfaat dan


Pertumbuhan industri sawit di bernilai ekonomis.
Indonesia saat ini telah menunjukkan Padil [2009] melaporkan komposisi
perkembangan yang sangat cepat. Pada selulosa, hemiselulosa, dan lignin pelepah
tahun 2010, produksi CPO (Crude Palm sawit secara berturut-turut ; 34,89%,
Oil) Indonesia mengalami pertumbuhan 27,14%, dan 19,87%. Kandungan selulosa
sebesar 5,7% dari 21 juta ton menjadi 22,20 tersebut dapat digunakan sebagai bahan
juta ton. Dari perkebunan sawit, dalam satu baku untuk pembuatan nitroselulosa.
tahun akan dihasilkan 6,3 ton pelepah sawit Zulfieni [2011] melakukan hidrolisis
per hektar [Litbang Deptan, 2010]. pelepah sawit untuk memurnikan selulosa
Provinsi Riau tercatat sebagai dengan menggunakan larutan pemasak dari
wilayah yang memiliki perkebunan sawit ekstrak abu TKS (Tandan Kosong Sawit)
terluas di Indonesia yaitu 2,25 juta hektar dan kadar selulosa yang diperoleh yaitu
[Badan Pusat Statistik Riau, 2011]. Dapat 86,12%. Hasil tersebut belum dapat
dihitung potensi pelepah sawit yang akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan
dihasilkan provinsi Riau mencapai 14,2 juta nitroselulosa. Kadar selulosa yang harus
ton pelepah sawit per hektar dalam satu dicapai agar dapat digunakan untuk bahan
tahun. Akan tetapi, limbah pelepah sawit baku pembuatan nitroselulosa adalah lebih
hanya dimanfaatkan menjadi pakan ternak dari 92%. Untuk mencapai kemurnian
dan pupuk kompos. Analisa kimia terhadap tinggi maka dilakukan proses bleaching.
pelepah sawit menunjukkan bahwa terdapat Diharapkan dari proses bleaching,
komponen selulosa, hemiselulosa, dan komponen selulosa yang terdapat di dalam
lignin yang memperlihatkan bahwa pelepah pelepah sawit akan semakin murni dan
sawit berpeluang untuk diolah lebih lanjut dapat diolah menjadi nitroselulosa.
Pemucatan (bleaching) merupakan mantle, kondensor, thermohaake,
suatu tahap proses pemurnian untuk termometer, gelas kimia, labu erlenmeyer,
menghilangkan zat-zat warna yang tidak oven, timbangan analitik, waterbath, pH
disukai dalam suatu bahan dan meter, batang pengaduk, corong kaca,
meningkatkan kemurnian dari suatu bahan. desikator, kertas saring whatman,
Proses bleaching terdiri dari tiga yaitu aluminium foil, soklet, pompa vakum, dan
bleaching secara fisika, bleaching secara cawan petri.
kimia dan bleaching secara biologi.
Bleaching yang paling banyak digunakan Bahan yang digunakan
dalam industri yaitu bleaching secara Bahan yang digunakan dalam
kimia. Proses bleaching dengan penelitian ini adalah limbah pelepah sawit,
menggunakan senyawa kimia seperti klorin ekstrak abu tandan kosong sawit (TKS),
mendapat sorotan khususnya dari organisasi enzim xylanase, buffer pH 5 (Acetate
peduli lingkunngan karena limbah yang Buffer), aquadest, asam asetat (CH3COOH),
dihasilkan sangat berbahaya bagi asam sulfat (H2SO4) 98%, asam sulfat
lingkungan [Bajpai, 1999]. Oleh karena itu, (H2SO4) 72%, heksan, NaOH 17,5%,
diperlukan metode alternatif yang ramah kalium dikromat (K2Cr2O7) 0,5 N,
lingkungan untuk mengatasi problem ini,
indikator feroin (C12H8N2)3FeSO4), dan
salah satunya adalah dengan
mengembangkan proses bleaching ferrous ammonium sulfat
menggunakan enzim xylanase. (Fe(NH4)2(SO4)26H2O) 0,1 N.
Enzim xylanase diketahui memiliki
kemampuan untuk memurnikan komponen Prosedur Penelitian
selulosa yang terdapat di dalam Tahap - tahap penelitian terdiri dari
lignoselulosa karena xylanase merupakan preparasi bahan baku, analisa bahan baku,
kelompok enzim yang memiliki proses pemurnian mengunakan enzim
kemampuan menghidrolisis hemiselulosa xylanase dan analisa hasil.
[Tsujibo et al., 1992]. Pemakaian enzim
dalam industri tentu akan memberikan Persiapan dan Analisa Bahan Baku
dampak lingkungan yang lebih baik, Selulosa diperoleh dari pelepah
sehingga proses bleaching selulosa sawit. Pelepah sawit dibersihkan dari lidi
menggunakan enzim xylanase ini akan dan daunnya, kemudian dihaluskan menjadi
memberikan kemurnian selulosa yang lebih ukuran yang lebih kecil. Bahan baku
tinggi sekaligus menjawab permasalahan dikeringkan sampai kadar air sisa ±10%.
lingkungan yang dihadapi ketika Kemudian dilakukan analisa komponen
melakukan bleaching menggunakan zat kimia pelepah sawit. Analisis komponen
kimia seperti selama ini. kimia bahan baku bertujuan untuk
Adapun tujuan yang akan dicapai dari mengetahui komposisi kimia yang terdapat
penelitian ini adalah memperoleh kadar dalam bahan baku, yang terdiri dari kadar
selulosa-α lebih dari 92% melalui proses air (SNI 08-7070-2005), kadar selulosa – α
bleaching dengan menggunakan enzim (SNI 0444-2009), hemiselulosa (SNI 01-
xylanase, memperoleh kondisi optimum 1561-1989), dan kadar lignin (SNI 0492-
proses bleaching pada pelepah sawit 2008).
dengan menggunakan enzim xylanase
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan Hidrolisis
baku pembuatan nitroselulosa serta Hidrolisis merupakan tahap
memberikan nilai tambah pada enzim pertama dalam pemasakan. Hidrolisis
xylanase. bertujuan untuk mempercepat penghilangan
pentosan (hemiselulosa) dalam bahan baku
2. METODE pada waktu pemasakan. Kondisi hidrolisis
Alat yang digunakan pada suhu maksimum 1000C, rasio bahan
Alat-alat yang digunakan dalam baku terhadap larutan pemasak ekstrak abu
penelitian ini antara lain labu didih, heating tandan kosong sawit (TKS) 1:10 dan waktu
pemasakan 1 jam. Setelah proses hidrolisis,
filtrat dikeluarkan dan dilanjutkan dengan
proses delignifikasi.

Delignifikasi
Delignifikasi pelepah sawit
bertujuan untuk mendapatkan selulosa yang
memiliki kadar lignin rendah. Proses
delignifikasi dilakukan setelah proses
hidrolisis. Hasil hidrolisis disaring dan
dicuci dengan air panas untuk Gambar 2 Komposisi Kimia Pelepah Sawit
menghilangkan lindi hitam. Residu
ditambahkan dengan larutan pemasak Gambar 2 memperlihatkan bahwa
ekstrak abu tandan kosong sawit (TKS) komposisi yang paling besar dari pelepah
yang baru dengan nisbah padatan larutan sawit adalah selulosa (35,88%), sehingga
1:5, kondisi delignifikasi pada suhu 1000C pelepah sawit berpotensi untuk
dan waktu 30 menit. Selanjutnya residu dimanfaatkan sebagai bahan baku sintesa
dicuci hingga pH netral. produk-produk bernilai ekonomi tinggi. Di
samping selulosa, pelepah sawit tersusun
Proses Pemurnian dengan Enzim atas hemiselulosa (26,47%), lignin (18,9%),
Xylanase ekstraktif (9,05%) dan air (9,7%). Menurut
Sampel hasil hidrolisis sebanyak 5 Tarmansyah [2007], untuk pemanfaatan
gram dimasukkan ke dalam labu produk-produk turunan selulosa di
erlenmeyer 100 mL, dan ditambahkan 125 antaranya nitroselulosa sebagai bahan baku
mL aquadest. Kemudian dilakukan variasi propelan, komponen selulosa dalam bahan
pH (pH 4, 5, 6), variasi suhu (50oC, 60oC, bakunya harus di atas 92%, sehingga harus
70oC), variasi volume enzim (1 ml, 2 ml, 3 dilakukan pemurnian terlebih dahulu
ml) dan variasi waktu (60 menit, 90 menit, sebelum pelepah sawit dapat dimanfaatkan
120 menit). Setelah proses pemurnian, lebih lanjut. Salah satu caranya yaitu
sampel didinginkan dan disaring. dengan melakukan proses hidrolisis dan
Residunya dicuci sampai pH netral dan pemurnian menggunakan enzim xylanase.
dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC.
Komposisi Kimia Pelepah Sawit Hasil
Analisa Hasil Pemurnian Hidrolisis
Setelah proses pemurnian selesai, Bahan baku pelepah sawit setelah
dilakukan analisa kadar ekstraktif (TAPPI T dilakukan proses pengeringan, pengecilan
222 cm-98), kadar lignin (SNI 0492-2008), dan penyeragaman ukuran menjadi 20-40
dan kadar selulosa-α (SNI 0444-2009). mesh [Zulfieni, 2011]. Adapun pengecilan
dan penyeragaman ukuran ini untuk
3. HASIL DAN PEMBAHASAN meningkatkan luas permukaan serta
Analisa Komponen Kimia Pelepah Sawit meningkatkan kelarutan dalam air. Laju
Bahan baku yang digunakan pada reaksi meningkat seiring dengan waktu
penelitian ini adalah pelepah sawit yang terhadap ukuran partikel. Semakin kecil
didapat dari perkebunan sawit Fakultas ukuran partikel memberikan waktu
Pertanian Universitas Riau. Analisa pemasakan yang semakin cepat.
selulosa-α dilakukan dengan metode SNI Selanjutnya dilakukan proses hidrolisis
0444-2-2009 di Laboratorium Dasar dengan menggunakan larutan ekstrak abu
Teknik, Jurusan Teknik Kimia Universitas TKS yang memiliki pH larutan 12.5,
Riau. Analisa selulosa-α bertujuan untuk kemudian sampel hasil hidrolisis dianalisa
mengetahui kadar selulosa-α dari pelepah komposisi kimianya. Komposisi kimia
sawit. Selulosa-α merupakan penentu pelepah sawit hasil hidrolisis ditampilkan
kemurnian dari selulosa. pada Gambar 3.
Gambar4. Pengaruh Waktu Reaksi
Gambar 3. Komposisi Kimia Pelepah Terhadap Kadar Selulosa-α
Sawit Hasil Hidrolisis
Gambar 4 menunjukkan bahwa
Gambar 3 memperlihatkan bahwa variasi waktu reaksi memberikan pengaruh
pelepah sawit hasil hidrolisis mengandung terhadap komposisi hasil pemurnian. Waktu
selulosa-α sebesar 86,48%, tidak jauh reaksi terhadap proses pemurnian
berbeda dengan yang didapatkan oleh menggunakan enzim xylanase akan
Zulfieni [2011], yaitu 86,12%. Kadar mempengaruhi besarnya degradasi terhadap
selulosa-α pelepah sawit hasil hidrolisis ikatan xilan dalam bahan baku. Struktur
yang masih rendah yaitu 86,48% xilan yang merupakan komponen penyusun
dikarenakan masih mengandung lignin hemiselulosa bersifat amorf (tidak kristal)
(6,6%), hemiselulosa (4,54%), dan sehingga lebih mudah diputuskan
ekstraktif (2,375%), sehingga masih (dihidrolisis) oleh enzim xylanase [Tolan,
memungkinkan untuk mendapatkan kadar 1992].
selulosa-α yang lebih tinggi, yaitu dengan Namun dari waktu reaksi 90 menit
proses pemurnian menggunakan enzim hingga 120 menit, terjadi penurunan kadar
xylanase. Proses pemurnian menggunakan selulosa-α dari 96,60% menjadi 96,3%. Hal
enzim xylanase dilakukan dengan harapan ini kemungkinan disebabkan karena waktu
dapat dihasilkan selulosa dengan kadar di reaksi yang lebih lama mengakibatkan
atas 92%, karena selulosa dengan kadar rusaknya rantai selulosa seperti terjadi
tinggi (>92%) dapat dimanfaatkan sebagai hidrolisis selulosa-α dan membentuk gula
bahan baku utama pembuatan nitroselulosa. sederhana (glukosa).
Pengaruh Waktu Reaksi Terhadap Pengaruh Suhu Reaksi Terhadap
Kemurnian Selulosa-α Kemurnian Selulosa-α
Proses pemurnian dilakukan Variasi suhu reaksi dilakukan dari
dengan bantuan enzim xylanase, dengan 50 C, 60 oC, dan 70 oC dengan variabel
o
variasi waktu reaksi yaitu 60, 90 dan 120 tetap waktu reaksi 90 menit, nisbah
menit, serta variabel tetap suhu pemurnian padatan-larutan 1:25, serta pH pemurnian 5.
60oC, nisbah padatan-larutan 1:25, volume Komposisi kimia pelepah sawit hasil
enzim 3 ml, serta pH pemurnian 5. Data pemurnian menggunakan enzim xylanase
hasil analisa komposisi kimia pelepah sawit dengan variasi suhu reaksi ditampilkan
hasil dari proses pemurnian menggunakan pada Gambar 5.
enzim xylanase dengan variasi waktu reaksi
ditampilkan pada Gambar 4.
enzim xylanase dengan variasi penambahan
volume enzim ditampilkan pada Gambar
5.4.

Gambar 5 Pengaruh Suhu Reaksi Terhadap


Kadar Selulosa-α

Meningkatnya aktivitas xylanase


seiring dengan kenaikan suhu dikarnakan Gambar 6 Pengaruh Dosis Enzim
pada saat suhu meningkat maka pergerakan Terhadap Kadar Selulosa-α
dari molekul-molekul juga akan semakin
meningkat. Ketika pergerakan dari Dari Gambar 6 terlihat semakin
molekul-molekul enzim meningkat, maka banyak penambahan volume enzim
kemungkinan tumbukan yang terjadi juga xylanase, maka akan meningkatkan kadar
semakin besar dan produk yang terbentuk selulosa-α. Variasi volume enzim xylanase
juga akan semakin banyak [Jacobsen dkk, memberikan pengaruh berupa peningkatan
2000]. kadar selulosa-α pelepah sawit. Hal ini
Namun dari suhu reaksi 60 oC disebabkan karena semakin besar
hingga 70 oC, terjadi penurunan kadar penambahan volume enzim xylanase maka
selulosa-α dari 96.30% menjadi 95.43%. semakin banyak jumlah atau konsentrasi
Hal ini dikarenakan, ketika suhu dari suatu enzim yang bereaksi dengan hemiselulosa
sistem meningkat, maka energi internal dari menjadi xilosa akibat kerja dari enzim
molekul-molekul dalam sistem juga xylanase tersebut [Lehniger, 1982].
meningkat. Sebagian dari panas yang ada
akan diubah menjadi energi potensial. Pengaruh pH Terhadap Proses
Apabila energi potensial tersebut cukup Pemurnian Selulosa-α
besar, maka beberapa ikatan lemah Variasi pH dilakukan pada 4,5 dan 6
(contohnya ikatan hidrogen) yang dengan variabel tetap yaitu waktu
menyusun struktur tiga dimensi dari protein pemurnian selama 90 menit, volum enzim 3
akan putus. Hal ini menyebabkan ml, nisbah padatan-larutan 1 : 25 dan suhu
denaturasi protein sehingga sisi aktif dari 600C. Gambar 5.6 menunjukkan tingkat
enzim akan berubah konformasinya yang kemurnian selulosa-α dengan variasi pH
menyebabkan enzim menjadi inaktif. Enzim kondisi pemurnian.
merupakan suatu protein, sehingga pada
suhu tertentu akan bisa mengalami
denaturasi [Jacobsen dkk, 2000].

Pengaruh Penambahan Volume Enzim


Terhadap Kemurnian Selulosa-α
Proses pemurnian dilakukan
dengan bantuan enzim xylanase, dengan
variasi volume enzim yaitu 1, 2, dan 3 ml,
serta variabel tetap suhu pemurnian 60oC,
waktu reaksi 90 menit, nisbah padatan-
larutan 1:25, serta pH pemurnian 5. Data Gambar 7 Pengaruh pH Terhadap Kadar
hasil analisa komposisi kimia pelepah sawit Selulosa-α
hasil dari proses pemurnian menggunakan
Dari Gambar 5.6 dapat terlihat disebabkan karena konformasi enzim
bahwa kinerja enzim xylanase dalam terbentuk sedemikian rupa sehingga sisi
memurnikan selulosa-α mengalami aktif dari xylanase tepat dan mampu
kenaikan seiring dengan kenaikan pH tetapi mengadakan kontak dengan substrat.
tidak dalam jumlah yang signifikan. Akibatnya, kompleks enzim-substrat yang
Kemurnian selulosa-α tertinggi didapatkan terbentuk menjadi maksimal dan produk
pada kondisi pH 6 yaitu, 97,48%. Hal ini yang dihasilkan menjadi lebih banyak.
membuktikan bahwa enzim xylanase
bekerja sangat spesifik pada kondisi pH 4. KESIMPULAN
tertentu yaitu 4-6 (Richana, 2002). Pada pH 1. Enzim xylanase dapat digunakan untuk
4 kemurnian selulosa-α mencapai nilai memurnikan selulosa-α dalam pelepah
terendah baik oleh enzim yang dihasilkan sawit.
oleh Trichoderma sp. Selanjutnya 2. Kondisi terbaik pada penelitian ini
kemurnian selulosa-α terus mengalami didapat pada suhu 600C, waktu 90 menit,
kenaikan seiring dengan kenaikan pH. volum enzim 3 ml dan pH 6 dengan nilai
pH optimum adalah pH yang paling selulosa-α sebesar 97,55%.
tepat bagi suatu reaksi yang menggunakan 3. Nitroselulosa terbentuk ketika selulosa-α
enzim tertentu untuk menghasilkan produk hasil pemurnian dengan enzim xylanase
[Wirahadikusumah, 1989]. Enzim dinitrasi menggunakan campuran asam
mengalami penurunan aktivitas pada saat nitrat dan asam sulfat.
pH diatas maupun dibawah pH optimum.
pH yang lebih rendah dari pH optimumnya 5. REFERENSI
menyebabkan suasana enzim berubah
sangat asam (kadar H+ meningkat), maka Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, 2011,
terlalu banyak ion-ion H+ yang akan Luas Perkebunan Sawit Provinsi
tertarik pada gugus –NH2 pada xylanase Riau, http://riau.bps.go.id/publikasi-
dan membentuk NH3+. Akibatnya xylanase online/riau-dalam-angka-
berada dalam keadaan kation. Xylanase 2010/perkebunan.html, 7 Februari
dalam keadaan ini disebut mengalami 2013
protonasi. Selain itu, ion H+ dari gugus – Bajpai, P. 1999. Application of enzymes
COOH pada sisi aktif glukosa akan lebih inthe Pulp and Paper Industry.
sukar lepas karena lingkungan enzim Biotechnolonogy Progress.15 : 147-
bersifat sangat asam, sehingga komplek 157
enzim substrat tidak terbentuk. Esteves, F. D. L, Ruelle, V, Bresseuer, J.
Pada pH yang lebih tinggi dari L., Quinting, B, and Frere, J. M,
keadaan optimumnya, suasana lingkungan 2004, Acidophilic Adapation of
enzim akan menjadi sedikit basa (ada Family II Endo-β-1-4-Xylanases :
sedikit kadar OH-). Ion-ion OH- yang Modelling and Mutattional Analysis,
mengelilingi enzim xylanase tersebut akan “Protein Sciences, Cold Spring
berinteraksi dengan daerah-daerah positif Harbor Laboratory Press, USA, 13 :
yang terdapat di dalam enzim xylanase 1209-1218.
yaitu ion-ion H+ pada gugus –COOH yang Fengel, D. dan Wegener, G., 1995, Kayu:
merupakan sisi aktif xylanase sehingga Kimia, Ultrastruktur, Reaksi-Reaksi.
mengakibatkan enzim dalam keadaan Translated from the English by H.
anion. Enzim xylanase dalam keadaan ini Sastrohamidjojo, Gajah Mada
mengalami deprotonasi [Esteves, 2004]. University Press, Yogyakarta .
Selain itu banyaknya ion OH- dalam Jacobsen, S.E., Wyman, C.E., 2000.
lingkungan dapat mengganggu reaksi Cellulose and hemicellulose
enzimatis karena ion OH- dari lingkungan hydrolysis models for application to
yang akan bereaksi dengan substrat current and novel pretreatment
sehingga produk yang diharapkan tidak processes. Appl. Biochem.
terbentuk. Peningkatan nilai aktivitas Biotechnol. 84–86, 81 .
spesifik xylanase pada kondisi optimum ini
Lehniger, A.L., 1982. Principles of
Biochemistry Jilid I. Terjemahan
Thenewidjaja, M. Penerbit Erlangga,
Jakarta
Litbang Deptan, 2010, Pengolahan Pelepah
Kelapa Sawit menjadi Pakan,
http://lolitkambing.litbang.deptan.go.
id/ind/images/stories/pdf/pakan_kom
plit_pelepah_sawit.pdf, 2 Agustus
2012
Padil dan Yelmida, 2009, Produksi
NitroSelulosa Sebagai Bahan Baku
Propelan yang Berbasis Limbah
Padat Sawit ,Laporan Penelitian
Hibah Penelitian Stranas Batch II,
UniversitasRiau.
Sjostrom, E., 1995, Kimia Kayu: Dasar-
dasar dan Penggunaan, edisi ke-2,
Gajah Mada University Press,
Yogyakarta
Tolan, J. S., R. V. Conovas, 1992. The Use
of Enzymes to Decrease the Cl2
Requirements in Pulp Bleaching,
Pulp and Paper Canada, Vol 93 No.5,
39-42.
Tsujibo, H., K. Miyomoto, T. Kuda, K.
Minami, T. Sakamoto, T. Hasegawa,
and Y. Ianamori. 1992. Purification,
properties, and partial amino acid
sequences of thermostable xylanase
from Streptomyces termoviolaceus
OPC-520. Apll. Environ. Microbiol.
58:371-375.
Wirahadikusuma, M., 1989, Biokimia
Protein, Enzim dan Asam Nukleat,
Penerbit ITB, Bandung 61, 67-69.
Yang, V.W., Z. Zhuang, G. Elegir, and
T.W. Jeffries. 1995. Alkaline-active
xylanase produced by an alkaliphilic
Bacillus sp. (VI-4) isolated from kraft
pulp. J. Industrial Microbiol. 15:434-
441
Zulfieni, W.Y., 2011. Hidrolisis Pelepah
Sawit Untuk Memurnikan Selulosa-α.
Skripsi, Universitas Riau

Anda mungkin juga menyukai