BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin menipis setiap tahunnya.
Selama tahun 2011 - 2015, total cadangan minyak bumi Indonesia menurun sebesar 10,82%
(Statistik Migas, 2015). Untuk mengatasi keterbatasan persediaan BBM tersebut, pemerintah
melalui Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006 telah berupaya mengembangkan Bahan Bakar
Nabati (BBN), dimana salah satu BBN yang sudah dikembangkan yaitu bioetanol. Bioetanol
(C2H5OH) adalah cairan biokimia yakni alkohol yang dihasilkan pada proses fermentasi gula dari
sumber karbohidrat dengan menggunakan bantuan mikroorganisme.
Bioetanol dapat dikategorikan menjadi tiga generasi berdasarkan parameter yang berbeda,
seperti jenis teknologi pemrosesan, jenis bahan baku atau tingkat perkembangannya (Dragon et
al., 2010). Bahan berholoselulosa merupakan alternatif untuk mengatasi bahan berpati yang
lebih banyak dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan pakan dibandingkan untuk produksi
bioetanol. Bahan yang mengandung holoselulosa tinggi banyak terdapat dalam limbah padat
agroindustri (Rosi, 2016). Seperti pada pelepah sawit yang mengandung selulosa, hemiselulosa
dan lignin masing masing sebesar 40-50%; 20-35%; dan 16-29% (Kumneadklang dkk., 2015).
Bioetanol