Anda di halaman 1dari 79

BUKU INFORMASI

PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

MENERAPKAN PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN TERKAIT KONSTRUKSI DAN
SMK3 KONSTRUKSI PERUSAHAAN DI
TEMPAT KERJA
M.712010.001.01

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI
DIREKTORAT BINA KOMPETENSI DAN PRODUKTIVITAS KONSTRUKSI
Jl. Sapta Taruna Raya, Komplek PU Pasar Jumat, Jakarta Selatan

KEMETERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI

DIREKTORAT BINA KOMPETENSI DAN PRODUKTIVITAS KONSTRUKSI


Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… 2


BAB I PENDAHULUAN …………………………………….………………… 5
A. Tujuan Umum ………………………………………………………………….. 5
B. Tujuan Khusus …………………………………………………………………. 5
BAB II MENGIVENTARISASI PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN TERKAIT PELAKSANAAN K3 KONSTRUKSI
……........................................................................................ 6
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengiventarisasi
Peraturan Perundang-Undangan Terkait Pelaksanaan K3
Konstruksi ………………..………………………………………….............. 6
1. Peraturan Perundang-undangan yang terkait dengan
pelaksanaan K3 diidentifikasi .........................................
2. Peraturan Pelaksanaan K3 Konstruksi yang sesuai dipilih
8
berdasarkan hasil identifikasi .........................................
3. Peraturan Pelaksanaan K3 Konstruksi didokumentasikan
15
B.
sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan.............................
Keterampilan yang Diperlukan dalam Mengiventarisasi 23
Peraturan Perundang-Undangan Terkait Pelaksanaan K3
Konstruksi ………………………………………………………….…............ 41
C. Sikap Kerja dalam Melaksanakan Mengiventarisasi Peraturan
Perundang-Undangan Terkait Pelaksanaan K3 Konstruksi
…………................................................................................. 41
BAB III MELAKSANAKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
………………............................................................................ 42
A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Peraturan
Perundang-Undangan …………................................................. 42
1 Rencana pelaksanaan peraturan perundang-undangan
42
sistem manajemen keselamatan dan kerja diidentifikasi ......
2 Realisasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan,
44
sistem manajemen K3 diperiksa .....................................
3 Laporan pelaksanaan perundang-undangan dan sistem 58
manajemen K3 dibuat ...................................................
63
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Peraturan

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 2 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Perundang-Undangan …………..................................................
C. Sikap Kerja dalam Mengomunikasikan Melaksanakan Peraturan
Perundang-Undangan ………………………………............................ 63
BAB IV MENINDAKLANJUTI HASIL PELAKSANAAN PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN DAN SISTIM MANAJEMEN K3
……………………………………………........................................ 64

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Menindaklanjuti Hasil


Pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan Dan Sistim
Manajemen K3 ……………………................................................. 64
1 Laporan pelaksanaan peraturan perundang-undangan K3
dan SMK3 diverifikasi ...................................................... 64
2 Hasil verifikasi pelaksanaan perundang-undangan K3 dan
SMK3 dianalisis penyebabnya untuk menentukan tindak
lanjut perbaikan ............................................................. 67
3 Perbaikan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-
undangan K3 dan SMK3 dibuat sesuai dengan hasil analisis
sebagai bahan rekomendasi ............................................ 72
B. Keterampilan yang Diperlukan dalam Menindaklanjuti Hasil
Pelaksanaan Peraturan Perundang-Undangan Dan Sistim
Manajemen K3 ………………………………..................................... 76
C. Sikap Kerja dalam Melakukan Menindaklanjuti Hasil Pelaksanaan
Peraturan Perundang-Undangan Dan Sistim Manajemen K3
…………………………………………………......................................... 76
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………… 77
A. Dasar Perundang-undangan………………………………………………. 77
B. Buku Referensi………………………………………………………………… 78

DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN …………………………………. 79


A. Daftar Peralatan/Mesin……………………………………………………… 79
B. Daftar Bahan…………………………………………………………………… 79

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 3 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 4 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

BAB I

PENDAHULUAN

A. TUJUAN UMUM

Setelah mempelajari modul ini peserta latih diharapkan mampu Menerapkan


peraturan perundang-undangan terkait konstruksi dan SMK3 konstruksi
perusahaan di tempat kerja.

B. TUJUAN KHUSUS

Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi ini guna memfasilitasi peserta latih
sehingga pada akhir pelatihan diharapkan memiliki kemampuan sebagai
berikut:

1. Mengiventarisasi peraturan perundang-undangan terkait pelaksanaan K3


konstruksi

2. Melaksanakan peraturan perundang-undangan

3. Menindaklanjuti hasil pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan


sistim manajemen K3

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 5 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

BAB II

MENGIVENTARISASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT


PELAKSANAAN K3 KONSTRUKSI

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Mengiventarisasi Peraturan


Perundang-Undangan Terkait Pelaksanaan K3 Konstruksi

Umum
Usaha penanganan masalah keselamatan kerja di Indonesia dimulai pada tahun
1847, sejalan dengan dipakainya mesin-mesin uap untuk keperluan industri
oleh Pemerintah Hindia Belanda. Penanganan keselamatan kerja pada waktu itu
pada dasarnya adalah bukan untuk pengawasan terhadap pemakaian pesawat-
pesawat uap tetapi untuk mencegah terjadinya kebakaran yang ditimbulkan
akibat penggunaan pesawat uap.
Pelaksanaan terhadap pengawasannya pada waktu itu diserahkan kepada
instansi Dienst Van het Stoomwezen. Dengan berdirinya Dinas Stoomwezen,
maka untuk pertama kalinya di Indonesia pemerintah secara nyata
mengadakan usaha perlindungan tenaga kerja dari bahaya kecelakaan.
Pengertian perlindungan tenaga kerja pada saat itu adalah tenaga kerja
Belanda yang bekerja di perusahaan-perusahaan di wilayah jajahan Belanda.
Pada waktu itu perlindungan tenaga kerja yang berasal dari orang-orang yang
dijajah dianggap bukan sebagai suatu kepentingan masyarakat oleh pihak
pemerintah yang menjajah.
Untuk membantu kepentingan pengawasan pesawat uap, dirasakan perlunya
suatu unit penyelidikan bahan atau laboratorium yang merupakan bagian dari
dinas Stoomwezen.
Laboratorium tersebut diserahkan kepada Sekolah Teknik Tinggi di Bandung
pada tahun 1912, untuk keperluan pendidikan. Laboratorium penyelidikan

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 6 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

bahan tersebut kini menjadi bagian dari Departemen Perindustrian dengan


nama Balai Penelitian Bahan (B4T).
Pada akhir abad 19 pemakaian pesawat uap meningkat dengan pesat dan
disusul dengan pemakaian mesin-mesin diesel dan listrik di pabrik-pabrik.
Hal tersebut menyebabkan timbulnya sumber-sumber bahaya baru bagi
para pekerja dan kecelakaan kerja bertambah sering terjadi.
Pada tahun 1905, akhirnya pemerintah mengeluarkan Staatsblad No. 521
yaitu peraturan tentang keselamatan kerja yang disebut dengan nama
Veiligheids Reglement yang disingkat VR, dan kemudian diperbaharui pada
tahun 1910 dengan Staatsblad No. 406 pengawasannya dilakukan oleh
Dinas Stoomwezen.
Sesudah perang dunia kesatu proses mekanisasi dan elektrifikasi di
perusahaan industri berjalan lebih pesat. Mesin-mesin diesel dan listrik
memegang peranan di pabrik-pabrik, jumlah kecelakaan meningkat
sehingga pengawasan terhadap pabrik-pabrik dan bengkel-bengkel
ditingkatkan. Pada tahun 1925 nama Dienst Van het Stoomwezen diganti
dengan nama yang lebih sesuai yaitu Dienst Van het Veiligheidstoezight,
disingkat VT atau Pengawasan Keselamatan Kerja.
Dengan berkembangnya model dan tipe pesawat uap yang didatangkan ke
Indonesia dimana tekanannya juga semakin tinggi, maka pada tahun 1930
pemerintah mengeluarkan Stoomordinate dan Stoom Verordening dengan
Staatsblad No. 225 dan No. 339. Kemudian secara berturut-turut tugas VT
ditambah sesuai dengan undang-undang yang dikeluarkan, yaitu pada :
a. Tahun 1931 :
Pengawasan terhadap bahan-bahan yang mengandung racun di
perusahaan (pabrik cat, accu, percetakan, dll.) dengan Loodwit
Ordonantie, Staatsblad No. 509.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 7 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

b. Tahun 1932 dan 1933 :


Pengawasan terhadap pabrik petasan dengan Undang-undang dan
Peraturan Petasan (Vuurwerk Ordonantie dan Vuurwerk Verordening
Staatsblad No. 143 dan No. 10).
c. Tahun 1938 dan 1939 :
Pengawasan terhadap jalan rel kereta api loko dan gerbongnya yang
digunakan sebagai alat pengangkutan di perusahaan pertanian,
kehutanan, pertambangan dan sebagainya selain dari jalan kereta api
PJKA, yaitu melalui Industriebaan Ordonantie dan Industriebaan
Verordening Staatsblad nomor : 595 dan nomor : 29.
d. Tahun 1940 :
Untuk pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Pengawasan Keselamatan
Kerja, para pengusaha ditarik biaya retribusi melalui Retibutie
Ordonantie dan Retributie Verordening, Staatsblad nomor 424 dan
nomor : 425.

1. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan


K3 diidentifikasi

a. Undang-undang No.1 tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya


Undang-undang Kerja Tahun 1948 No. 12.
Di dalam penjelasannya dikatakan bahwa Undang-undang No. 12 tahun
1948 ini dimaksudkan sebagai undang-undang pokok ( lex generalis)
undang-undang kerja yang memuat aturan-aturan dasar tentang pekerjaan
anak, orang muda dan orang wanita, waktu kerja, istirahat dan tempat
kerja.
Mengenai pekerjaan anak, ditentukan bahwa anak-anak tidak boleh
menjalankan pekerjaan (pasal 2). Maksud larangan ini adalah memberikan

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 8 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

perlindungan terhadap keselamatan, kesehatan dan pendidikan si anak.


Larangan itu sifatnya mutlak, artinya di semua perusahaan, tanpa
membedakan jenis perusahaan tersebut. Tetapi kenyataannya masih ada
anak yang bekerja dengan berbagai alasan. Yang perlu diperhatikan adalah
perlindungannya serta kesempatan untuk sekolah dan mengembangkan
diri. Orang muda pada dasarnya dibolehkan melakukan pekerjaan. Namun
untuk menjaga keselamatan, kesehatan dan kemungkinan perkembangan
jasmani dan rohani, pekerjaan itu dibatasi.
Orang wanita pada dasarnya tidak dilarang melakukan pekerjaan, tetapi
hanya dibatasi berdasarkan pertimbangan bahwa wanita badannya lemah
serta untuk menjaga kesehatan dan kesusilaannya.
Dalam Undang-undang Kerja dinyatakan :
1) Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan pada malam hari,
kecuali jikalau pekerjaan itu menurut sifat, tempat dan keadaan
seharusnya dijalankan oleh seorang wanita. Demikian pula apabila
pekerjaan itu tidak dapat dihindarkan berhubungan dengan
kepentingan atau kesejahteraan umum (pasal 7). Malam hari, ialah
waktu antara jam 18.00 sampai 06.00.
2) Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan di dalam tambang,
lubang di dalam tanah atau tempat lain untuk mengambil logam dan
bahan-bahan lain dari dalam tanah (pasal 8).
3) Orang wanita tidak boleh menjalankan pekerjaan yang berbahaya bagi
kesehatan atau keselamatannya, demikian pula pekerjaan yang
menurut sifat, tempat dan keadaannya berbahaya bagi kesusilaannya
(pasal 9). Disamping itu, pasal 13 memuat pula ketentuan yang
khusus ditujukan bagi orang wanita, yaitu mengenai haid dan
melahirkan.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 9 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

b. Undang-Undang Keselamatan Kerja, Lembaran Negara No. 1


Tahun 1970
Undang-undang Keselamatan Kerja, Lembaran Negara Nomor 1 tahun 1970
adalah Undang-undang keselamatan kerja yang berlaku secara nasional di
seluruh wilayah hukum Republik Indonesia dan merupakan induk dari
segala peraturan keselamatan kerja yang berada di bawahnya. Meskipun
judulnya disebut dengan Undang-undang Keselamatan Kerja sesuai bunyi
pasal 18 namun materi yang diatur termasuk masalah kesehatan kerja.
Setelah bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan, sudah barang tentu
dasar filosofi pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja seperti
tercermin di dalam peraturan perundangan yang lama tidak sesuai lagi
dengan falsafah Negera Republik Indonesia yaitu Pancasila.
Pada tahun 1970 berhasil dikeluarkan Undang-Undang No. I tahun 1970
tentang Keselamatan Kerja yang merupakan penggantian VR. 1910 dengan
beberapa perubahan mendasar, antara lain :
1) Bersifat lebih preventif
2) Memperluas ruang lingkup
3) Tidak hanya menitik beratkan pengamanan terhadap alat produksi.

1) Tujuan
Pada dasarnya Undang-Undang No. I tahun 1970 tidak menghendaki
sikap kuratif atau korektif atas kecelakaan kerja, melainkan menentukan
bahwa kecelakaan kerja itu harus dicegah jangan sampai terjadi, dan
lingkungan kerja harus memenuhi syarat-syarat kesehatan. Jadi,
jelaskah bahwa usaha-usaha peningkatan keselamatan dan kesehatan
kerja lebih diutamakan daripada penanggulangan.
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai 'kejadian yang tidak
diduga sebelumnya". Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja dapat

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 10 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak
memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, kewajiban berbuat secara
selamat, dan mengatur perala serta perlengkapan produksi sesuai
standar yang diwajibkan oleh UU adalah suatu cara untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.
H.W. Heinrich dalam bukunya The Accident Prevent mengungkapkan
bahw 80% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman
(unsafe act) dan hanya 20% oleh kondisi yang tidak aman ( unsafe
condition), dengan demikian dapat disimpulkan setiap karyawan
diwajibkan untuk memelihara keselamatan dan kesehatan kerja secara
maksimal melalui perilaku yang aman.
Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh :
(1) Kekurangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap ;
(2) Keletihan atau kebosanan ;
(3) Cara kerja manusia tidak sepadan secara ergonomis ;
(4) Gangguan psikologis ;
(5) Pengaruh sosial-psikologis.
Penyakit akibat kerja disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :
(1) Faktor biologis ;
(2) Faktor kimia termasuk debu dan uap logam ;
(3) Faktor fisik terinasuk kebisingan/getaran, radiasi, penerangan, suhu
dan kelembaban ;
(4) Faktor psikologis karena tekanan mental/stress.
“ Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional …”
Kutipan di atas adalah konsiderans Undang-undang No. 1/1970 yang
bersumber dari pasal 27 ayat (2) UUD 1945 dan oleh sebab itu
seluruh faktor penyebab kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 11 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

tempat kerja wajib ditanggulangi oleh pengusaha sebelum membawa


korban jiwa.
Tujuan dan sasaran daripada Undang-undang Keselamatan seperti
pada pokok-pokok pertimbangan dikeluarkannya Undang-undang No.
I tahun 1970, maka dapat diketahui antara lain :
1) Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
2) Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara
efisien.
3) Agar proses produksi dapat berajalan secara lancar tanpa
hambatan apapun.

Kondisi tersebut dapat dicapai antara lain apabila kecelakaan


termasuk kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dapat
dicegah dan ditanggulangi.
Oleb karena itu setiap usaha keselamatan dan kesehatan kerja tidak
lain adalah pencegahan dan penanggulangan kecelakaan di tempat
kerja untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas Nasional.

2) Ruang Lingkup
Undang-undang Keselamatan Kerja ini berlaku untuk setiap tempat
kerja yang didalamnya terdapat tiga unsur, yaitu :
(1) Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis
maupun usaha sosial;
(2) Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya baik secara terus
menerus maupun hanya sewaktu-waktu;
(3) Adanya sumber bahaya.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 12 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Tempat Kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi sesuatu


usaha, dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan
adanya bahaya kerja di tempat itu.
Tempat kerja tersebut mencakup semua tempat kegiatan usaha baik
yang bersifat ekonomis maupun sosial.
Tempat kerja yang bersifat sosial seperti :
1) bengkel tempat untuk pelajaran praktek ;
2) tempat rekreasi ;
3) rumah sakit ;
4) tempat ibadah ;
5) tempat berbelanja ;
6) pusat hiburan.

Tenaga kerja yang bekerja disana, diartikan sebagai pekerja maupun


tidak tetap atau yang bekerja pada waktu-waktu tertentu, misalnya :
rumah pompa, gardu transformator dan sebagainya yang tenaga
kerjanya memasuki ruangan tersebut hanya sementara untuk
mengadakan pengendalian, mengoperasikan instalasi, menyetel, dan
lain sebagainya maupun yang bekerja secar terus menerus.
Bahaya kerja adalah sumber bahaya yang ditetapkan secara terperinci
dalam
Bab II pasal 2 ayat (2) yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
Perincian sumber bahaya dikaitkan dengan :
1). keadaan perlengkapan dan peralatan ;
2). lingkungan kerja ;
3). sifat pekerjaan ;
4). cara kerja ;
5). proses produksi.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 13 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Materi keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur dalam ruang


lingkup UU No. 1 tahun 1970 adalah keselamatan dan kesehatan kerja
yang bertalian dengan mesin, peralatan, landasan tempat kerja dan
lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya kecelakaan dan
sakit akibat kerja, memberikan perlindungan kepada sumber-sumber
produksi sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam pasal 3
dan 4 mulai dari tahap perencanaan, perbuatan dan pemakaian
terhadap barang, produk teknis dan aparat produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan
kerja untuk :
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan ;
d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya ;
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan ;
f) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja ;
g) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin,
cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran ;
h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik pisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan ;
i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai ;
j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik ;
k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 14 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,


lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang;
o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang;
q) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada
pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah
tinggi;

3) Pengawasan
Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah unit organisasi pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai dengan ketentuan pasal 10 UU No. 14 tahun 1969 dan pasal 5
ayat (a) UU No. 1 tahun 1970. Secara operasional dilakukan oleh
Pegawai Pengawasan Ketenagakerjaan berfungsi untuk:
(1) Mengawasi dan memberi penerangan pelaksanaan ketentuan
hukum mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
(2) Memberikan penerangan teknis serta nasehat kepada pengusaha
dan tenaga kerja tentang hal-hal yang dapat menjamin
pelaksanaan secara efektif dari peraturan-peraturan yang ada.
(3) Melaporkan kepada yang berwenang dalam hal ini Menteri
Tenaga Kerja tentang kekurangan-kekurangan atau
penyimpangan yang disebabkan karena hal-hal yang tidak
secara tegas diatur dalam peraturan perundangan atau berfungsi
sebagai pendeteksi terhadap masalah-masalah keselamatan dan
kesehatan kerja di lapangan.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 15 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Fungsi pengawasan yang harus dijalankan oleh Direktur, para


Pegawai Pengawas dan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
harus dapat dijalankan sebaik-baiknya. Untuk itu diperlukan
tenaga pengawas yang cukup besar jumlahnya dan bermutu
dalam arti mempunyai keahlian dan penguasaan teoritis dalam
bidang spesialisasi yang beraneka ragam dan berpengalaman di
bidangnya.
Untuk mendapatkan tenaga yang demikian tidaklah mudah dan
sangat sulit apabila hanya mengandalkan dari Departemen
Tenaga Kerja sendiri.
Karena fungsi pengawasan tidak memungkinkan untuk dipenuhi
oleh pegawai teknis dari Departemen Tenaga Kerja sendiri, maka
Menteri Tenaga Kerja dapat mengangkat tenaga-tenaga ahli dari
luar Departemen Tenaga Kerja maupun swasta sebagai ahli K3
seperti dimaksud dalam pasal 1 ayat (6) UU No. Tahun 1970.
Dengan sistem ini maka terdapat desentralisasi pelaksanaan
pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja tetapi
kebijaksanaan nasional tetap berada, dan menjadi tanggung
jawab Menteri Tenaga Kerja guna menjamin pelaksanaan
Undang-undang Keselamatan Kerja dapat berjalan secara serasi
dan merata di seluruh wilayah hukum Indonesia.
Dalam pasal 6 diatur tentang tata cara banding yang dapat
ditempuh apabila terdapat pihak-pihak yang merasa dirugikan
atau tidak dapat menerima putusan Direktur dalam hal
keselamatan dan kesehatan kerja. Panitia banding adalah panitia
teknis yang anggotanya terdiri dari ahli-ahli dalam bidang yang
diperlukan. Tata cara, susunan anggota, tugas dan lain-lain
ditentukan olehMenteri Tenaga Kerja.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 16 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Untuk pengawasan yang dilakukan oleh petugas Departemen


Tenaga Kerja dalam hal ini Pengawas Ketenagakerjaan maka
pengusaha harus membayar retribusi seperti yang diatur dalam
pasal 7.
Agar setiap tenaga kerja mendapatkan jaminan terhadap
kesehatannya yang mungkin dapat diakibatkan oleh pengaruh-
pengaruh lingkungan kerja yang bertalian dengan jabatannya
dan untuk tetap menjaga efisiensi dan produktivitas kerja, maka
diwajibkan untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap
setiap tenaga kerja baik secara awal maupun berkala.

4) Kewajiban Manajemen (Pengusaha)


a) Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan
fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun yang akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan
padanya.
b) Memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh
pengusaha dan disetujui oleh Direktur.
c) Menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja baru
tentang :
(1) Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul
dalam tempat kerjanya.
(2) Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang
diharuskan dalam tempat kerjanya.
(3) Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan.
(4) Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 17 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

d) Hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan


setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami
syarat-syarat tersebut diatas.
e) Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja,
dan juga dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
f) Memenuhi dan mentaati semua syarat dan ketentuan yang berlaku
bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
g) Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja yang
dipimpinnya pada pejabat Yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja, sesuai dengan tata cara pelaporan dan pemeriksaan
kecelakaan yang telah ditentukan.
h) Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, semua syarat keselamatan, kerja yang diwajibkan,
sehelai undang-undang keselamatan kerja dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang
bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamata kerja.
i) Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinannya, semua
gambar keselamatan kerja. Yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat
terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
j) Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya.
Dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 18 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan


menurut pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

5) Kewajiban dan hak tenaga kerja.


a) Memberikan keterangan apabila diminta oleh Pegawai Pengawas/
Ahli K3.
b) Memakai alat-alat pelindung diri.
c) Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
d) Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat K3 yang di
wajibkan.
e) Menyatakan keberatan terhadap pekerjaan dimana syarat-syarat
K3 dan alat-alat pelindung diri tidak menjamin keselamatannya.

6) S a n g s i
Ancaman hukuman dari pada pelanggaran UU No. 1 Tahun 1970
merupakan ancaman pidana dengan hukuman kurungan selama-
lamanya 3 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,-

7) Peraturan Pelaksanaan
Peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan berdasarkan VR 1910 tetap
berlaku berdasarkan pasal 17 sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-Undang Keselamatan Kerja.

Peraturan tersebut berupa Peraturan Khusus sebagai berikut :

Peraturan Khusus AA : Untuk Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan


Peraturan Khusus BB : Tentang Instalasi-instalasi Listrik (dicabut)
Peraturan Khusus CC : Keselamatan kerja di Pabrik Gula Putih.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 19 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Peraturan Khusus DD : Bejana-bejana Berisi Udara Penggerak Motor


Bakar (dicabut)
Peraturan Khusus EE : Perusahaan-perusahaan, Pabrik-pabrik dan
Bengkel-bengkel dimana Bahan yang mudah terbakar dibuat,
dipergunakan dan dikeringkan.

c. Undang-undang No. 4 tahun 1982 tentang Lingkungan Hidup.


Dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 4 tahun 1982 tentang
Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Peraturan
Pemerintah No. 29 tahun 1986 tentang Analisa Dampak Lingkungan
sebagai peraturan pelaksanaan Undang-undang No.4 tahun 1982, maka
pembuangan bahan beracun dan berbahaya menjadi makin penting karena
masalah atau proses yang terjadi di dalam perusahaan akan memberikan
dampak di dalam pembuangan limbah yang kemungkinan dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan. Dari segi peraturan perundangan
sebetulnya sudah banyak instansi teknis yang mengatur penanganan
bahan-bahan yang berbahaya dan beracun di dalam perusahaan/industri.

d. Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga


Kerja.
Dikeluarkannya undang-undang tersebut dimaksudkan untuk memberikan
perlindungan jaminan sosial kepada setiap tenaga kerja melalui mekanisme
asuransi.
Ruang lingkup jaminan sosial tenaga kerja dalam undang-undang ini
meliputi:

1) Jaminan Kecelakaan Kerja


2) Jaminan Kematian
3) Jaminan Hari Tua

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 20 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

4) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Selain dari itu di dalam pasal 11 menyebutkan bahwa, daftar jenis penyakit
yang timbul karena hubungan kerja serta perubahannya ditetapkan dengan
Keputusan Presiden. Tentang jaminan pemeliharaan kesehatan dapat
dijelaskan bahwa :
Pemeliharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas
tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan
merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan (kuratif). Oleh karena
upaya penyembuhan memerlukan dana yang tidak sedikit dan
memberatkan jika dibebankan kepada perorangan, maka sudah selayaknya
diupayakan penanggulangan kemampuan masyarakat melalui program
jaminan sosial tenaga kerja.
Disamping itu pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan
kesehatan tenaga kerja yang meliputi upaya peningkatan ( promotif),
pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif), dan pemulihan
(rehablitatif). Dengan demikian diharapkan tercapainya derajat kesehatan
tenaga kerja yang optimal sebagai potensi yang produktif bagi
pembangunan. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan selain untuk tenaga kerja
yang bersangkutan juga untuk keluarganya.

e. Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


Undang-undang Ketenagakerjaan adalah Undang-undang
keketenagakerjaan yang berlaku secara nasional di seluruh wilayah hukum
Republik Indonesia dan merupakan induk dari segala peraturan
ketenagakerjaan yang berada di bawahnya.

f. Undang-undang No. 02 tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 21 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Undang-undang Jasa Konstruksi adalah Undang-undang yang mengatur


mengenai jasa konstruksi yang berlaku secara nasional di seluruh wilayah
hukum Republik Indonesia dan merupakan induk dari segala peraturan jasa
konstruksi yang berada di bawahnya. Keamanan, Kesehatan, Keselamatan,
Kesehatan dan Keberlanjutan diatur tersendiri dalam satu Bab.

Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan dan Keberlanjutan


(1) Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Pengguna Jasa dan
Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan,
Kesehatan, dan Keberlanjutan.
(2) Dalam memenuhi Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pengguna Jasa
dan/atau Penyedia Jasa harus memberikan pengesahan atau
persetujuan atas :
a. hasil pengkajian, perencanaan, dan/atau perancangan;
b. rencana teknis proses pembangunan, pemeliharaan, pembongkaran,
dan/atau pembangunan kembali;
c. pelaksanaan suatu proses pembangunan, pemeliharaan,
pembongkaran, dan/atau pembangunan kembali;
d. penggunaan material, peralatan dan/atau teknologi; dan/atau e.
hasil layanan Jasa Konstruksi.
(3) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit meliputi :
a. standar mutu bahan;
b. standar mutu peralatan;
c. standar keselamatan dan kesehatan kerja;
d. standar prosedur pelaksanaan Jasa Konstruksi;
e. standar mutu hasil pelaksanaan Jasa Konstruksi;

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 22 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

f. standar operasi dan pemeliharaan;


g. pedoman pelindungan sosial tenaga kerja dalam pelaksanaan Jasa
Konstruksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
h. standar pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan untuk
setiap produk Jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur oleh menteri teknis terkait sesuai dengan kewenangannya.
(5) Dalam menyusun Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan untuk setiap produk Jasa Konstruksi, menteri teknis
terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (4) memperhatikan kondisi
geografis yang rawan gempa dan kenyamanan lingkungan terbangun.

3 Peraturan pelaksanaan K3 konstruksi yang sesuai dipilih berdasarkan


hasil identifikasi

a. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 Tentang Sistim


Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur tentang Sistem Manajemen
Keselamatan Kesehatan Kerja atas pekerjaan serta pelaksanaan. Peraturan
ini merupakan pelaksanaan daripada Undang-undang Keselamatan Kerja
No. 1 Tahun 1970.
Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 adalah Peraturan Pemerintah
Keselamatan Kesehatan Kerja yang berlaku secara nasional di seluruh
wilayah hukum Republik Indonesia dan merupakan induk dari segala
peraturan keselamatan kerja yang berada di bawahnya.
Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian
dari sistim mananjemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 23 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya


tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

1) Tujuan
Pada dasarnya Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012 menghendaki
sikap efektifitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang
terencana, terukur, terstruktur, dan terintegrasi.
Jadi, jelaskah bahwa usaha-usaha peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja lebih diutamakan daripada penanggulangan.
Secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai 'kejadian yang
tidak diduga sebelumnya". Sebenarnya, setiap kecelakaan kerja dapat
diramalkan atau diduga dari semula jika perbuatan dan kondisi tidak
memenuhi persyaratan. Oleh karena itu, kewajiban berbuat secara
selamat, dan mengatur perala serta perlengkapan produksi sesuai
standar yang diwajibkan oleh UU adalah suatu cara untuk mencegah
terjadinya kecelakaan.
H.W. Heinrich dalam bukunya The Accident Prevent mengungkapkan
bahw 80% kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak aman
(unsafe act) dan hanya 20% oleh kondisi yang tidak aman ( unsafe
condition), dengan demikian dapat disimpulkan setiap karyawan
diwajibkan untuk memelihara keselamatan dan kesehatan kerja
secara maksimal melalui perilaku yang aman.
Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) meliputi:
a) Penetapan kebijakan K3
b) Perencanaan K3
c) Pelaksanaan rencana K3
d) Pemantauan dan evaluasi kinerja K3 dan
e) Peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3
Dalam penyusunan Rencana K3 (RK3) harus mempertimbangkan :
a) Hasil penelahaan awal

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 24 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

b) Identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko;


c) Peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya, dan
d) Sumber daya yang dimiliki.
Rencana K3 paling sedikit memuat :
a) Tujuan dan sasaran
b) Skala prioritas
c) Upaya pengendalian bahaya
d) Penetapan sumber daya
e) Jangka waktu pelaksanaan
f) Indikator pencapaian
g) Sistem pertanggung jawaban
Perbuatan berbahaya biasanya disebabkan oleh :
a) Kekurangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap ;
b) Keletihan atau kebosanan ;
c) Cara kerja manusia tidak sepadan secara ergonomis ;
d) Gangguan psikologis ;
e) Pengaruh sosial-psikologis.
Penyakit akibat kerja disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain :
a) Faktor biologis ;
b) Faktor kimia termasuk debu dan uap logam ;
c) Faktor fisik terinasuk kebisingan/getaran, radiasi, penerangan,
suhu dan kelembaban ;
d) Faktor psikologis karena tekanan mental/stress.
“ Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan
hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional …”
Kutipan di atas adalah konsiderans Undang-undang No. 1/1970 yang
bersumber dari pasal 27 ayat (2) UUD 1945 dan oleh sebab itu
seluruh faktor penyebab kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 25 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

tempat kerja wajib ditanggulangi oleh pengusaha sebelum membawa


korban jiwa.

Tujuan dan sasaran daripada Undang-undang Keselamatan seperti


pada pokok-pokok pertimbangan dikeluarkannya Undang-undang No.
I tahun 1970, maka dapat diketahui antara lain :
a) Agar tenaga kerja dan setiap orang lainnya yang berada dalam
tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat.
b) Agar sumber-sumber produksi dapat dipakai dan digunakan secara
efisien.
c) Agar proses produksi dapat berajalan secara lancar tanpa
hambatan apapun.

Kondisi tersebut dapat dicapai antara lain apabila kecelakaan


termasuk kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja dapat
dicegah dan ditanggulangi.
Oleb karena itu setiap usaha keselamatan dan kesehatan kerja tidak
lain adalah pencegahan dan penanggulangan kecelakaan di tempat
kerja untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas Nasional.

2) Ruang Lingkup
Undang-undang Keselamatan Kerja ini berlaku untuk setiap tempat
kerja yang didalamnya terdapat tiga unsur, yaitu :
a) Adanya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis
maupun usaha sosial;
b) Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya baik secara terus
menerus maupun hanya sewaktu-waktu;
c) Adanya sumber bahaya.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 26 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Tempat Kerja adalah tempat dilakukannya pekerjaan bagi sesuatu


usaha, dimana terdapat tenaga kerja yang bekerja, dan kemungkinan
adanya bahaya kerja di tempat itu.
Tempat kerja tersebut mencakup semua tempat kegiatan usaha baik
yang bersifat ekonomis maupun sosial.

Tempat kerja yang bersifat sosial seperti :


a) bengkel tempat untuk pelajaran praktek ;
b) tempat rekreasi ;
c) rumah sakit ;
d) tempat ibadah ;
e) tempat berbelanja ;
f) pusat hiburan.

Tenaga kerja yang bekerja disana, diartikan sebagai pekerja maupun


tidak tetap atau yang bekerja pada waktu-waktu tertentu, misalnya :
rumah pompa, gardu transformator dan sebagainya yang tenaga
kerjanya memasuki ruangan tersebut hanya sementara untuk
mengadakan pengendalian, mengoperasikan instalasi, menyetel, dan
lain sebagainya maupun yang bekerja secar terus menerus.
Bahaya kerja adalah sumber bahaya yang ditetapkan secara
terperinci dalam
Bab II pasal 2 ayat (2) yang ditetapkan oleh instansi yang
berwenang. Perincian sumber bahaya dikaitkan dengan :
a) keadaan perlengkapan dan peralatan ;
b) lingkungan kerja ;
c) sifat pekerjaan ;
d) cara kerja ;
e) proses produksi.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 27 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Materi keselamatan dan kesehatan kerja yang diatur dalam ruang


lingkup UU No. 1 tahun 1970 adalah keselamatan dan kesehatan
kerja yang bertalian dengan mesin, peralatan, landasan tempat kerja
dan lingkungan kerja, serta cara mencegah terjadinya kecelakaan
dan sakit akibat kerja, memberikan perlindungan kepada sumber-
sumber produksi sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas.
Persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja diatur dalam pasal 3
dan 4 mulai dari tahap perencanaan, perbuatan dan pemakaian
terhadap barang, produk teknis dan aparat produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
a) Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c) Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan ;
d) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya ;
e) Memberi pertolongan pada kecelakaan ;
f) Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja ;
g) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran ;
h) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja
baik pisik maupun psikis, peracunan, infeksi dan penularan ;
i) Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai ;
j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik ;
k) Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
l) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 28 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,


lingkungan, cara dan proses kerjanya;
n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang,
binatang, tanaman atau barang;
o) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
p) Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat,
perlakuan dan penyimpanan barang;
q) Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
r) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi;

3) Pengawasan
Direktorat Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja
adalah unit organisasi pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja
sesuai dengan ketentuan pasal 10 UU No. 14 tahun 1969 dan pasal 5
ayat (a) UU No. 1 tahun 1970. Secara operasional dilakukan oleh
Pegawai Pengawasan Ketenagakerjaan berfungsi untuk:
a) Mengawasi dan memberi penerangan pelaksanaan ketentuan
hukum mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
b) Memberikan penerangan teknis serta nasehat kepada pengusaha
dan tenaga kerja tentang hal-hal yang dapat menjamin
pelaksanaan secara efektif dari peraturan-peraturan yang ada.
c) Melaporkan kepada yang berwenang dalam hal ini Menteri
Tenaga Kerja tentang kekurangan-kekurangan atau
penyimpangan yang disebabkan karena hal-hal yang tidak
secara tegas diatur dalam peraturan perundangan atau berfungsi
sebagai pendeteksi terhadap masalah-masalah keselamatan dan
kesehatan kerja di lapangan.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 29 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Fungsi pengawasan yang harus dijalankan oleh Direktur, para


Pegawai Pengawas dan Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja
harus dapat dijalankan sebaik-baiknya. Untuk itu diperlukan
tenaga pengawas yang cukup besar jumlahnya dan bermutu
dalam arti mempunyai keahlian dan penguasaan teoritis dalam
bidang spesialisasi yang beraneka ragam dan berpengalaman di
bidangnya.
Untuk mendapatkan tenaga yang demikian tidaklah mudah dan
sangat sulit apabila hanya mengandalkan dari Departemen
Tenaga Kerja sendiri.
Karena fungsi pengawasan tidak memungkinkan untuk dipenuhi
oleh pegawai teknis dari Departemen Tenaga Kerja sendiri, maka
Menteri Tenaga Kerja dapat mengangkat tenaga-tenaga ahli dari
luar Departemen Tenaga Kerja maupun swasta sebagai ahli K3
seperti dimaksud dalam pasal 1 ayat (6) UU No. Tahun 1970.
Dengan sistem ini maka terdapat desentralisasi pelaksanaan
pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja tetapi
kebijaksanaan nasional tetap berada, dan menjadi tanggung
jawab Menteri Tenaga Kerja guna menjamin pelaksanaan
Undang-undang Keselamatan Kerja dapat berjalan secara serasi
dan merata di seluruh wilayah hukum Indonesia.
Dalam pasal 6 diatur tentang tata cara banding yang dapat
ditempuh apabila terdapat pihak-pihak yang merasa dirugikan
atau tidak dapat menerima putusan Direktur dalam hal
keselamatan dan kesehatan kerja. Panitia banding adalah panitia
teknis yang anggotanya terdiri dari ahli-ahli dalam bidang yang
diperlukan. Tata cara, susunan anggota, tugas dan lain-lain
ditentukan olehMenteri Tenaga Kerja.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 30 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Untuk pengawasan yang dilakukan oleh petugas Departemen


Tenaga Kerja dalam hal ini Pengawas Ketenagakerjaan maka
pengusaha harus membayar retribusi seperti yang diatur dalam
pasal 7.
Agar setiap tenaga kerja mendapatkan jaminan terhadap
kesehatannya yang mungkin dapat diakibatkan oleh pengaruh-
pengaruh lingkungan kerja yang bertalian dengan jabatannya
dan untuk tetap menjaga efisiensi dan produktivitas kerja, maka
diwajibkan untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap
setiap tenaga kerja baik secara awal maupun berkala.

4) Kewajiban Manajemen (Pengusaha)


a) Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan
fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun yang akan
dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan
padanya.
b) Memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah
pimpinannya secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh
pengusaha dan disetujui oleh Direktur.
c) Menunjukkan dan menjelaskan kepada setiap tenaga kerja baru
tentang :
(1) Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul
dalam tempat kerjanya.
(2) Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang
diharuskan dalam tempat kerjanya.
(3) Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang
bersangkutan.
(4) Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan
pekerjaannya.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 31 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

d) Hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan


setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami
syarat-syarat tersebut diatas.
e) Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja,
dan juga dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
f) Memenuhi dan mentaati semua syarat dan ketentuan yang berlaku
bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankannya.
g) Melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi di tempat kerja yang
dipimpinnya pada pejabat Yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga
Kerja, sesuai dengan tata cara pelaporan dan pemeriksaan
kecelakaan yang telah ditentukan.
h) Secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang
dipimpinnya, semua syarat keselamatan, kerja yang diwajibkan,
sehelai undang-undang keselamatan kerja dan semua peraturan
pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang
bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan
terbaca dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamata kerja.
i) Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinannya, semua
gambar keselamatan kerja. Yang diwajibkan dan semua bahan
pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat
terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli
keselamatan kerja.
j) Menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya.
Dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 32 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan


menurut pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.

5) Kewajiban dan hak tenaga kerja.


a) Memberikan keterangan apabila diminta oleh Pegawai Pengawas/
Ahli K3.
b) Memakai alat-alat pelindung diri.
c) Mentaati syarat-syarat K3 yang diwajibkan.
d) Meminta pengurus untuk melaksanakan syarat-syarat K3 yang di
wajibkan.
e) Menyatakan keberatan terhadap pekerjaan dimana syarat-syarat
K3 dan alat-alat pelindung diri tidak menjamin keselamatannya.

6) S a n g s i
Ancaman hukuman dari pada pelanggaran UU No. 1 Tahun 1970
merupakan ancaman pidana dengan hukuman kurungan selama-
lamanya 3 bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,-

b. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2014 Tahun


2014 Tentang Pedoman Sistim Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum
Dalam Peraturan Menteri ini diatur tentang Sistem Manajemen Keselamatan
Kesehatan Kerja atas pekerjaan serta pelaksanaan. Peraturan ini
merupakan pelaksanaan daripada Undang-undang Jasa Konstruksi No. 18
Tahun 1999.
Peraturan Menteri Nomor 05/PRT/M/2014 tahun 2014 adalah Peraturan
Menteri mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) Konstruksi yang berlaku secara nasional di seluruh wilayah hukum

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 33 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Republik Indonesia dan merupakan induk dari segala peraturan


keselamatan kerja yang berada di bawahnya.
Sistim Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian
dari sistim mananjemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka
pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

1) Tujuan
Pada dasarnya Peraturan Menteri Nomor 05/PRT/M/2014 tahun 2014
dimaksudkan sebagai acuan bagi Pengguna jasa dan Penyedia Jasa
dalam penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU.
Tujuan Peraturan Menteri agar Sistim Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) Bidang PU dapat diterapkan secara konsisten
untuk :
a) meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur dan
terintegrasi;
b) dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja;
c) menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan efisien, untuk
mendorong produktifitas. Dalam penyusunan Rencana K3 (RK3)
harus mempertimbangkan :

Ruang lingkup Peraturan Menteri ini meliputi :


a) Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU;
b) Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang; dan
c) Biaya Penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang PU.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 34 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

SMK3 Konstruksi Bidang PU meliputi:


a) Kebijakan K3;
b) Perencanaan K3;
c) Pengendalian Operasional;
d) Pemeriksaan dan Evaluasi Kinerja K3; dan
e) Tinjauan Ulang Kinerja K3.
Penerapan SMK3 Konstruksi Bidang PU ditetapkan berdasarkan
potensi bahaya. Potensi bahaya ditetapkan menjadi :
a) Potensi bahaya tinggi, apabila pekerjaan bersifat berbahaya
dan/atau mempekerjakan tenaga kerja paling sedikit 100 orang
dan/atau nilai kontrak diatas Rp. 100.000.000.000,- (seratus milyar
rupiah);
b) Potensi bahaya rendah, apabila pekerjaan bersifat tidak berbahaya
dan/atau mempekerjakan tenaga kerja kurang dari 100 orang
dan/atau nilai kontrak dibawah Rp. 100.000.000.000,- (seratus
milyar rupiah).
Keterlibatan K3 Konstruksi dapat dilihat juga dari potensi bahaya nya
yaitu :
a) Pelaksanaan Konstruksi dengan potensi bahaya tinggi wajib
melibatkan Ahli K3 konstruksi.
b) Pelaksanaan konstruksi dengan potensi bahaya rendah wajib

melibatkan Petugas K3 konstruksi.

Penerapan SMK3 Pada Tahap Pelaksanaan Konstruksi, yaitu :


a) RK3K dipresentasikan pada rapat persiapan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi/Pre Construction Meeting (PCM) oleh Penyedia Jasa,
untuk disahkan dan ditanda tangani oleh PPK.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 35 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

b) RK3K yang telah disahkan menjadi bagian yang tidak terpisahkan


dari dokumen kontrak pekerjaan konstruksi dan menjadi acuan
penerapan SMK3 pada pelaksanaan konstruksi.
c) Dalam hal pekerjaan konstruksi dilaksanakan oleh beberapa
Penyedia Jasa dalam bentuk Kerja Sama Operasi (KSO), Pemimpin
KSO harus menetapkan Kebijakan K3 Konstruksi yang berlaku
untuk seluruh Penyedia Jasa.
d) Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terdapat ketidaksesuaian
dalam penerapan RK3K dan/atau perubahan dan/atau pekerjaan
tambah/kurang, maka RK3K harus ditinjau ulang dan disetujui
oleh PPK.
e) Dokumentasi hasil pelaksanaan RK3K dibuat oleh penyedia jasa
dan dilaporkan kepada PPK secara berkala (harian, mingguan,
bulanan dan triwulan), yang menjadi bagian dari laporan
pelaksanaan pekerjaan.
f) Apabila terjadi kecelakaan kerja, Penyedia Jasa wajib membuat
laporan kecelakaan kerja kepada PPK, Dinas Tenaga Kerja
setempat, paling lambat 2 x 24 jam.

Rencana K3 paling sedikit memuat :


a) Tujuan dan sasaran
b) Skala prioritas
c) Upaya pengendalian bahaya
d) Penetapan sumber daya
e) Jangka waktu pelaksanaan
f) Indikator pencapaian
g) Sistem pertanggung jawaban

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 36 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Penyedia Jasa Pelaksana


Konstruksi meliputi:
a) berhak meminta penjelasan kepada Pokja ULP tentang Risiko K3
Konstruksi termasuk kondisi dan potensi bahaya yang dapat terjadi
pada saat Rapat Penjelasan Pekerjaan (aanwizjing) atau pada
waktu sebelum batas akhir pemasukan penawaran;
b) menyampaikan RK3K Penawaran sebagai lampiran dokumen
penawaran;
c) apabila ditetapkan sebagai pemenang lelang maka:
(1) menyampaikan RK3K yang memuat seluruh kegiatan dalam
pekerjaan yang akan dilaksanakan pada saat rapat persiapan
pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau disebut Pre
Construction Meeting (PCM);
(2) menugaskan Ahli K3 Konstruksi untuk setiap paket pekerjaan
yang mempunyai Tingkat Potensi Bahaya K3 Tinggi atau
Petugas K3 Konstruksi untuk paket pekerjaan dengan Tingkat
Potensi Bahaya K3 Rendah.
d) menghitung dan memasukkan biaya penyelenggaraan SMK3
Konstruksi Bidang PU dalam harga penawaran sebagai bagian dari
biaya umum;
e) membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3 Konstruksi Bidang
PU sebagai bagian dari Dokumen Serah Terima Kegiatan pada akhir
kegiatan;
f) melaporkan kepada PPK dan Dinas yang membidangi
ketenagakerjaan setempat tentang kejadian berbahaya, kecelakaan
kerja konstruksi dan penyakit akibat kerja konstruksi dalam bentuk
laporan bulanan;
g) menindaklanjuti surat peringatan yang diterima dari PPK;

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 37 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

h) bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit


akibat kerja apabila tidak menyelenggarakan SMK3 Konstruksi
Bidang PU sesuai dengan RK3K;
i) mengikutsertakan pekerjanya dalam program perlindungan tenaga
kerja selama kegiatan pekerjaan konstruksi;
j) melakukan pengendalian risiko K3 konstruksi, termasuk inspeksi
yang meliputi :
(1) Tempat kerja;
(2) Peralatan kerja;
(3) Cara kerja;
(4) Alat Pelindung Kerja;
(5) Alat Pelindung Diri;
(6) Rambu-rambu; dan
(7) Lingkungan kerja konstruksi sesuai dengan RK3K.

4. Peraturan Pelaksanaan K3 Konstruksi di dokumentasikan sebagai


dasar pelaksanaan pekerjaan
Banyak Perundang-undangan dan Peraturan pelaksanaan penting yang perlu
di dokumentasikan. Bahkan berbeda dengan sistim dokumen lainnya, dalam
bidang K3, banyak dokumen yang bersifat long life misalanya data atau
dokumentasi mengenai kasus-kasus kecelakaan atau insiden, perlu
disimpang dengan baik, karena diperlukan di masa depan dalam membuat
analisa kecelakaan atau menyusun program pencegahan kecelakaan.
Oleh karena itu, diperlukan sistem dokumentasi, dimana semua dokumen
penting terpelihara dan tersimpan dengan baik sehingga mudah diperoleh
untuk digunakan kembali.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 38 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

DAFTAR PERATURAN
Undang-undang
Undang-undang No.1 Tahun 1970 Keselamatan Kerja
Undang-undang No .4 Tahun 1982 Lingkungan Hidup
Undang-undang No.13 Tahun 2003 Ketenagakerjaan
Undang-undang No.2 Tahun 2017 Jasa Konstruksi
Peraturan Pemerintah
PP No. 50 Tahun 2012 Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
Permenaker
Permenaker No. Per-01/MEN/1980 Keselamatan dan kesehatan kerja pada konstruksi
bangunan
Permenaker No. Per-02/MEN/1980 Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dan
penyelenggaraan keselamatan kerja
Permenaker No. Per-04/MEN/1980 Syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat
pemadam api ringan
Permenaker No. Per-02/MEN/1982 Klasifikasi Juru Las
Permenaker No. Per-02/MEN/1983 Instalasi alarm kebakaran otomatik
Permenaker No. Per-05/MEN/1985 Pesawat angkat dan angkut
Permenaker No. Per-03/MEN/1985 Keselamatan dan kesehatan kerja pemakaian
asbes
Permenaker No. Per-04/MEN/1985 Pesawat tenaga dan produksi
Permenaker No. Per-04/MEN/1987 Panitia Pembina K3 & tata cara penunjukan ahli K3
Permenaker No. Per-02/MEN/1989 Pengawasan instalasi penyalur petir
Permenaker No. Per-01/MEN/1989 Kualifikasi dan syarat-syarat operator keran
angkat
Permenaker No. Per-02/MEN/1992 Tata cara penunjukan kewajiban dan wewenang
ahli K3
Permenaker No. Per-03/MEN/1998 Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan
Permenaker No. Per-03/MEN/1999 Syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja lift
untuk pengangkutan orang dan barang

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 39 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Kepmenaker No. Kep-186/MEN/1999 Unit Penanggulangan kebakaran di tempat kerja

Keputusan Menteri
Kemenakertrans No. Kep-1135/MEN/1987 Bendera Keselamatan Kerja
Kemenakertrans No. Kep-186/MEN/1999 Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja
Kemenakertrans No. Kep-75/MEN/2002 Berlakunya Standar Nasional Indonesia SNI 04-
0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi
listrik (PUIL 2000) di tempat kerja
Keputusan Bersama
SK Bersama Menaker & Men PU No. Kep- Keselamatan dan Kesehatan kerja di tempat
174/MEN/1986 No Kep-104/KPTS/1986 kegiatan konstruksi
Instruksi Menteri
Instruksi Menaker No. Ins-11/BW/1997 Pengawasan khusus K3 penanggulangan
kebakaran
Surat Edaran Menteri
SE Menakertrans Peningkatan Pengawasan Keselamatan dan
No.SE.03/MEN/DJPPK/IX/2008 Kesehatan Kerja Terhadap pemasangan dan
penggunaan atau pengoperasian Gondola
SE Menakertrans Peningkatan Pembinaan dan Pengawasan
No.SE.02/MEN/DJPPK/I/2011 Terhadap Perusahaan Jasa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (PJK3)
SE Menakertrans Pemenuhan Kewajiban Syarat-syarat Keselamatan
No.SE.01/MEN/DJPPK/IV/2012 dan Kesehatan Kerja di Ruang Terbuka/Confined
Space
KEPUTUSAN DIRJEN
Kep Dirjen Binawas No. Kep-20/VI/2004 Sertifikasi Kompetensi Keselamatan Kesehatan
Kerja Bidang Konstruksi Bangunan
Kep Dirjen Binawas No. Kep-407/BW/1999 Persyaratan, penunjukan, hak dan kewajiban
teknis lift
Kep Dirbinhub industrial dan pengawas Tentang Sertifikasi Kompetensi K3 teknisi listrik
ketenagakerjaan No. Kep-31/BW/2002
Kepmenaker No. Kep-1987/MEN/1999 Pengendalian bahan kimia berbahaya di tempat
kerja

B. KETERAMPILAN YANG DIPERLUKAN DALAM MENGIVENTARISASI


PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT K3 KONSTRUKSI

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 40 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

1. Mengidentifikasi Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan


dengan pelaksanaan K3

2. Memilih peraturan pelaksanaan K3 konstruksi yang sesuai berdasarkan hasil


identifikasi

3. Mendokumentasikan peraturan pelaksanaan K3 konstruksi sebagai dasar


pelaksanaan pekerjaan.

C. SIKAP KERJA YANG DIPERLUKAN DALAM MENGIVENTARISASI


PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT K3 KONSTRUKSI

1. Cermat

2. Teliti

BAB III

MELAKSANAKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 41 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Melaksanakan Peraturan


Perundang-undangan

1. Rencana pelaksanaan peraturan perundang-undangan, sistem


manajemen keselamatan dan kesehatan kerja diidentifikasi
Hal ini diperlukan untuk memastikan pemenuhan peraturan perundangan
K3 yang menjadi bagian integral dalam proses pengelolaan K3 di
perusahaan, meliputi identifikasi semua peraturan perundangan K3 yang
terkait dengan kegiatan operasinya serta langkah-langkah yang diperlukan
untuk pemenuhannya.
a. Peraturan perundangan dan pedoman K3 terkait dengan K3 termasuk :
1) Undang-undang No.1 tahun 1970, peraturan pelaksanaannya,
pedoman, standar dan lain-lain
2) Undang-undang lainnya yang berkaitan dengan K3 (seperti UU
Ketenagakerjaan, Migas, Ketenagalistrikan, Perlindungan Konsumen,
Konstruksi, Keselamatan Transportasi, Kesehatan, Radiasi, dan
lainnya)
3) Pedoman K3 yang berlaku untuk industri terkait

b. Tanggung jawab K3 menurut peraturan perundang-undangan berlaku


bagi pihak-pihak :
1) Pengusaha
2) Pekerja
3) Kontraktor
4) P2K3/Komite K3
5) Ahli K3
6) Konsumen
c. Personil terkait dapat termasuk :
1) Pengusaha
2) Manajer

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 42 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

3) Penyelia
4) P2K3

d. Penegakan Hukum dan Instrument dapat mencakup :


1) Nota Pelanggaran
2) Catatan Perbaikan
3) Sanksi Hukum

e. Pihak yang bertanggung jawab dapat termasuk :


1) Pimpinan Perusahaan
2) Para Manajer
3) Para Penyelia
4) Ahli K3
5) Ketua P2K3

f. Persyaratan pengetahuan dan pemahaman meliputi :


1) Perundangan K3 Nasional (Undang-undang, Peraturan Pemerintah,
Kepmen, dsb)
2) Kewajiban dan tanggung jawab menurut peraturan perundang-
undangan K3 yang berlaku bagi pengusaha, P2K3, Ahli K3, pekerja,
kontraktor, pihak ketiga, penghuni, pemasok, perancang, pembuat,
importir, dan lainnya.
3) Struktur dan kerangka perundangan-undangan termasuk undang-
undang, standar asosiasi industri, dan pedoman lainnya baik
nasional maupun internasional.
4) Tata cara pelaporan kecelakaan atau kejadian.
2. Realisasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan, sistem
manajemen K3 diperiksa

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 43 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Hal ini diperlukan untuk memastikan pemenuhan peraturan perundangan


K3 yang menjadi bagian integral dalam proses pengelolaan K3 di
perusahaan, meliputi memeriksa semua peraturan perundangan K3 yang
terkait dengan kegiatan operasinya serta langkah-langkah yang diperlukan
untuk pemenuhannya.

a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi Bangunan


1) Undang-Undang Dasar 1945
2) Undang-undang No. 1/1970 tentang Keselamatan Kerja
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/Men/1980 tentang K3
Konstruksi Bangunan:
Terdiri dari ; 19 Bab, 106 Pasal
a) Bab I : Ketentuan Umum
b) Bab II : Tempat Kerja dan alat-alat kerja
c) Bab III : Perancah
d) Bab IV : Tangga dan tangga rumah
e) Bab V : Alat-alat angkat
f) Bab VI : Kabel baja, tambang, rantai dan peralatan bantu
g) Bab VII : Mesin-mesin
h) Bab VIII : Peralatan Konstruksi Bangunan
i) Bab IX : Konstruksi di bawah tanah
j) Bab X : Penggalian
k) Bab XI : Pekerjaan memancang
l) Bab XII : Pekerjaan beton
m) Bab XIII : Penggalian
n) Bab XIV : Pekerjaan memancang
o) Bab XV : Pekerjaan beton
p) Bab XVI : Pekerjaan lainnya
q) Bab XVII : Pembongkaran

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 44 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

r) Bab XVIII : Penggunaan perlengkapan Penyelamatan dan


Perlindungan diri
s) Bab XIX : Ketentuan peralihan
t) Bab XX : Ketentuan lain-lain
u) Bab XXI : Ketentuan hukuman
v) Bab XXII : Penutup.
4) Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan
Umum No. Kep.174/Men/1986 / No. 104/Kpts/1986
a) 8 (delapan) pasal
b) Buku Pedoman Pelaksanaan tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja pada tempat Kegiatan Konstruksi.

b. Instalasi Listrik, Petir dan Lift


Listrik, lift maupun petir adalah merupakan bentuk dari sumber bahaya
yang perlu dikendalikan sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 1 Tahun
1970. Pasal-pasal dalam Undang-undang No. 1 tahun 1970 yang berkaitan
dengan batasan ruang lingkup, tujuan, metoda K3 listrik perlu difahami
secara baik. Dari ketentuan-ketentuan dasar tersebut di atas, lebih lanjut
ditetapkan pengaturan secara teknis mengacu sesuai perkembangan
teknologi. Standar teknik perencanaan, pemasangan, pengoperasian,
pemeliharaan dan pemeriksaan/pengujian instalasi listrik, adalah
mengikuti perkembangan penerbitan Peraturan Umum Instalasi Listrik
(PUIL). Edisi PUIL yang terbaru adalah “PUIL 2000” sebagai generasi ke
lima.
Sejarah PUIL berawal dari sejak jaman Belanda bernama AVE 1938
diterjemahkan dan disempurnakan menjadi PUIL 1964, disempurnakan
menjadi PUIL 1977, selanjutnya direvisi menjadi PUIL 1987 (SNI – 225 –
1987), dan terakhir PUIL 2000 (SNI 04 – 0225 – 2000). Sejak AVE 1938
sudah menjadi bagian dari Standar K3 listrik, yang terakhir PUIL 2000

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 45 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

ditetapkan dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No


Kep.75/Men/2002.
PUIL berdiri sendiri adalah standar yang bersifat netral, sebagai panduan
yang tidak mengikat secara hukum. Biasanya standar digunakan sebagai
rujukan dalam suatu kontrak kerja, antara kontraktor/instalatir dengan
pemberi kerja.
Oleh karena PUIL telahditetapkan diberlakukan secara utuh dengan
Peraturan dan Keputusan Menteri, maka semua persyaratan teknis
maupun administratif, menjadi bersifat wajib.
Dalam PUIL juga memuat persyaratan khusus instalasi listrik untuk
pesawat lift dan persyaratan instalasi proteksi bahaya sambaran petir.
Ketentuan secara lebih teknis Lift dan proteksi bahaya sambaran petir
masing-masing diatur dalam peraturan tersendiri yaitu :
1) Permenaker No Per 02/Men/1989, mengatur persyaratan mengenai
instalasi penyalur petir.
2) Permenaker No Per 03/Men/1999, mengatur persyaratan mengenai
lift.
3) Kepmenaker No Kep 407/M/BW/1999, mengatur lebih lanjut tentang
kompetensi teknisi lift.
4) Keputusan Dirjen Binawas No Kep.311/BW/2002, mengatur lebih lanjut
mengenai Sertifikasi Kompetensi K3 bagi teknisi listrik.
Ruang lingkup obyek pengawasan lift adalah yang dipasang di setiap
tempat kerja. Sedangkan jenis yang diatur dalam Permen 03/99 adalah
lift untuk mengangkut orang dan barang.

c. Keselamatan dan Kesehatan Penanggulangan Kebakaran


Sasaran obyektif K3 penanggulangan kebakaran sebagaimana dirumuskan

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 46 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 ayat (3) al :


1) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran ;
2) Memberi kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri pada kejadian
kebakaran
3) Mengendalikan penyebaran asap, panas dan gas
Strategi teknis penanggulangan kebakaran lebih lanjut dijabarkan
dengan peraturan perundangan dan standar.
4) Pengendalian energi ;
5) Perencanaan sistem proteksi kebakaran aktif maupun pasif;
6) Perencanaan sistem manajemen penanggulangan kebakaran.

Penanggulangan kebakaran
1) Undang-undang No 1 Th 1970 tentang Keselamatan Kerja
2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04/Men/1980 Tentang Syarat-
syarat pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 02/Men/1983 Tentang
Instalasi Alaram Kebakaran Otomatik
4) Peraturan Khusus EE
5) Peraturan Khusus K
6) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 04/Men/1987 Tentang P2K3
7) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per 05/Men/1996 Tentang SMK3
8) Keputusan Menteri Tenaga Kerja No Kep 186/Men/1999 Tentang Unit
Penanggulangan Kebakaran di tempat kerja
9) Instruksi Menteri Tenaga Kerja RI No. Ins. II/M/BW/1997.

d. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Mekanik

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 47 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

1) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 04/Men/1985 tentang pesawat


tenaga dan produksi
2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 05/Men/1985 tentang pesawat
angkut dan angkut
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/Men/1989 tentang kwalitas
dan syarat-syarat operator keran angkat.

e. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kap Bejana Tekan


1) Undang-Undang Uap Tahun 1930
2) Peraturan Uap Tahun 1930
3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/Men/1982 tentang bejana
tekan
4) Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 02/Men/1982 tentang klasifikasi
juru las
5) Peraturan Menteri No. 01/Men/1988 tentang klasifikasi dan syarat-
syarat Operator Pesawat Uap.

f. Kesehatan Kerja
Undang-Undang
1) Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Syarat-
syarat keselamatan kerja sesuai dengan Bab III pasal 3 dalam
peraturan perundangan ini menunjukkan bahwa 50% dari syarat-
syarat tersebut adalah syarat-syarat kesehatan kerja, yaitu:
a) memberi pertolongan pada kecelakaan;
b) memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
c) mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan
angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran;

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 48 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

d) mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja


baik phisik maupun psykis, peracunan, infeksi dan penularan;
e) memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
f) menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;
g) menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
h) memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
i) memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja,
lingkungan cara dan proses kerjanya.

Di dalam pasal 8 menyebutkan kewajiban pengusaha untuk :


1) Memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan
fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun yang akan
dipindahkan, sesuai dengan sifat pekerjaan yang akan diberikan
kepadanya;
2) Memeriksakan kesehatan dari semua tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya secara berkala pada dokter yang ditunjuk
oleh pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.
2). Undang-undang No. 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga
Kerja.
Pasal 6 ayat (1) menyatakan ruang lingkup program meliputi :
a) Jaminan Kecelakaan Kerja
b) Jaminan Kematian
c) Jaminan Hari Tua
d) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja ini akan dijabarkan di
dalam peraturan pelaksanaan dari Undang-undang ini.

g. Peraturan Pemerintah dan Keppres


1) Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 1993 tentang Jamsostek.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 49 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Di dalam Peraturan Pemerintah ini diatur mengenai ketentuan


penyelenggaraan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
2) Keputusan Presiden RI. Nomor 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit yang
Timbul Karena Hubungan Kerja.
Di dalam Keputusan Presiden ini diatur mengenai penyakit-penyakit yang
timbul karena hubungan kerja dan mendapat kompensasi dari
Jamsostek.

h. PERATURAN MENTERI
1) Peraturan Menteri Perburuhan (PMP) No. 7 tahun 1964 tentang Syarat
Kesehatan, Kebersihan, Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja.
Di dalam Peraturan ini memuat ketentuan-ketentuan antara lain
tentang :
a) Menghindarkan bahaya keracunan,
b) Penularan penyakit, atau timbulnya penyakit,
c) Memajukan kebersihan dan ketertiban,
d) Mendapat suhu yang layak dan peredaran udara yang cukup,
e) Menghindarkan gangguan debu, gas, uap dan bauan yang tidak
menyenangkan,
f) Penanggulangan sampah,
g) Persyaratan kakus (WC),
h) Kebutuhan locker (tempat penyimpanan pakaian),
i) Dll.

2) Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor


Per- 01/Men/ 1976 tentang Kewajiban Latihan Hyperkes Bagi Dokter
Perusahaan.
Kewajiban dari perusahaan untuk mengirimkan setiap dokter
perusahaannya untuk mendapatkan latihan dalam bidang Hiperkes.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 50 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

3) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor Per-01/


Men/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan, Kesehatan
Dan Keselamatan Kerja Bagi Tenaga Para Medis Perusahaan.
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga paramedis diwajibkan
untuk mengirimkan tenaga kerja tersebut untuk mendapatkan latihan
Hiperkes.

4) Permenkaker No. 02/Men/1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan


Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja.
Memuat ketentuan dan tujuan mengenai pemeriksaan kesehatan
tenaga kerja awal (sebelum kerja), berkala (periodik) dan khusus.

5) Permenkakertrans No. Per. 01/Men/1981 tentang Kewajiban Melapor


Penyakit AkibatKerja.
a) Penyakit akibat kerja harus dilaporkan secara tertulis
b) Paling lama 2 x 24 jam
c) Melakukan usaha-usaha preventif
d) Menyediakan alat pelindung diri.

6) Permenakertrans No. Per. 03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan


Kerja.
Pelayanan Kesehatan Kerja merupakan salah satu lembaga K3 yang
ada di perusahaan, sebagai sarana perlindungan tenaga kerja
terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau
lingkungan kerja.
Karena itu, Pelayanan Kesehatan Kerja merupakan lembaga K3 yang
sangat strategis untuk dikembangkan, dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja, meningkatkan

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 51 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

kualitas sumber daya manusia, yang pada akhirnya akan


meningkatkan produktivitas nasional.
Pelayanan Kesehatan Kerja (PKK) adalah sarana penerapan upaya
kesehatan kerja yang bersifat komprehensif, meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sesuai dengan kaidah perlindungan
yang universal, PKK lebih mengutamakan upaya-upaya promotif dan
preventif, disamping tetap melaksanakan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
Dalam Peraturan Menteri ini disebutkan bahwa tujuan PKK adalah:
1) Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri
baik fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan
dengan tenaga kerja.
2) Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan
yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja.
3) Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan
kemampuan fisik tenaga kerja.
4) Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehablitasi bagi
tenaga kerja yang menderita sakit.

7) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/Men/1998 tentang


Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Tenaga Kerja Dengan
Manfaat Lebih Baik Dari Paket Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Di dalam peraturan ini memuat ketentuan kewajiban
mengikutsertakan semua tenaga kerja dalam jaminan pemeliharaan
kesehatan Jamsostek, apabila belum melaksanakan pemeliharaan
kesehatan dengan manfaat lebih baik dari program dasar Jamsostek.
Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan yang telah disetujui oleh
Kepala Kantor Wilayah Departemen Tenaga Kerja tidak boleh

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 52 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

meniadakan pelayanan kesehatan kerja yang telah ada di perusahaan


dan harus memanfaatkan untuk meningkatkan penyelenggaraan
pemeliharaan kesehatan.

i. KEPUTUSAN MENTERI
1) Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 33 Tahun 1989 Tentang
Diagnosa dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja.
Diagnosa penyakit akibat kerja dapat ditemukan atau didiagnosa
sewaktu melaksanakan pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dan
sewaktu penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja. Setelah
penyakit akibat kerja didiagnosa harus dilaporkan dalam waktu 2 x 24
jam.
2) Keputusan Menteri Kimpraswil No. 384/KPTS/M/2004, tentang :
Pedoman Teknis Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat
kegiatan konstruksi bendungan.
Pedoman teknis tersebut sebetulnya terbatas pada tempat kegiatan
konstruksi bendungan, tetapi karena komplesitas item-item pekerjaan
konstruksi bendungan boleh dikatakan berada juga di pekerjaan
konstruksi lainnya, maka pada dasarnya dapat dipergunakan untuk
item-item pekerjan pada pekerjaan konstruksi di bidang sipil.

j. Surat Edaran dan Instruksi Menteri


1) Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1979 tentang
Pengadaan Kantin dan Ruang Makan.
Surat Edaran ini berisi anjuran kepada semua perusahaan untuk:
a) Menyediakan ruang makan untuk perusahaan yang
mempekerjakan buruh antara 50 – 200 orang.
b) Menyediakan kantin untuk perusahaan yang mempekerjakan lebih
dari 200 orang.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 53 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

c) Mengacu pelaksanaannya dengan PMP No.7 tahun 1964


khususnya yang termaktub dalam pasal 8.
2) Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 07/BW/1997 tentang Pengujian
Hepatitis B Dalam Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja.
Pengujian Hepatitis B dalam pemeriksaan kesehatan tenaga kerja tidak
boleh digunakan untuk menentukan fit atau unfit terhadap tenaga
kerja.
3) Surat Edaran Dirjen Binawas No. SE. 86/BW/1989 tentang
Perusahaan Catering Yang Mengelola Makanan Bagi Tenaga Kerja.
Surat Edaran ini mengatur kewajiban perusahaan catering yang
mengelola makanan bagi tenaga kerja untuk :
a) Mendapat rekomendasi dari Kandepnaker setempat
b) Rekomendasi diberikan berdasarkan persyaratan kesehatan
hygiene dan sanitasi.

k. Ruang Lingkup
1). K3 Konstruksi Bangunan
a) Perencanaan Proyek
b) Pelaksanaan Fisik Proyek
(1) Pekerjaan panggilan
(2) Pekerjaan pondasi
(3) Pekerjaan konstruksi beton
(4) Pekerjaan konstruksi baja
(5) Pekerjaan finishing
c) Serah Terima Proyek
d) Pemeliharaan Konstruksi

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 54 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

2). K3 Instalasi Listrik, Lift dan Petir


a) K3 listrik tersirat dalam Bab II Pasal 2 ayat (2) huruf q UU 1/70,
yaitu tertulis : di setiap tempat dimana dibangkitkan, diubah,
dikumpulkan disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas,
minyak atau air.
Dari ketentuan tersebut dapat digambarkan ruang lingkup K3
listrik, yaitu mulai dari pembangkitan, jaringan transmisi
Tegangan Ekstra Tinggi (TET), Tegangan Tinggi (TT), Tegangan
Menengah (TM) dan jaringan distribusi Tegangan Rendah (TR)
sampai dengan setiap tempat pemanfaatannya, khususnya tempat
kerja.
b) Memperhatikan Pasal 3 ayat (1) huruf q UU 1/70 tertulis : Dengan
peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat K3 untuk
mencegah terkena aliran listrik berbahaya.
c) Menurut ketentuan PUIL 2000 listrik yang berbahaya adalah listrik
yang memiliki tegangan lebih dari 25 Volt di tempat lembab atau
50 Volt ditempat yang normal.
d) Ruang lingkup obyek sistem proteksi petir sesuai Permenaker No
Per-02/Men /1989 adalah yang dipasang di setiap tempat kerja,
hanya untuk konvensional dan sistem elektro statik dan hanya
mengatur perlindungan sambaran langsung.
Sambaran langsung adalah pelepasan muatan listrik dari awan
ke bumi melalui obyek yang tertinggi. Obyek yang dilalui arus
petir tadi adalah tersambar petir secara langsung, selanjutnya
akan menyebar ke bumi ke segala arah hingga netral. Obyek
yang tersambar dan dialiri arus dan tegangan petir akan
merasakan pengaruh secara langsung yaitu suhu yang sangat
tinggi bisa mencapai 30.000 C, tegangan dan kuat arus yang
tinggi dapat mengakibatkan kerusakan secara fisik.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 55 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Penyebaran arus dan teganan petir di dalam bumi akan


menyebar ke berbagai penjuru. Kemungkinan dari itu dapat
dirasakan oleh grounding instalasi listrik pada bangunan itu
sehingga penghantar bumi bertegangan petir yang akibatnya
terjadi beda potensial pada jaringan instalasi listrik R, S, T
bertegangan 220 V sedangkan penghantar pengaman dan
penghantar netral bertegangan petir. Ini yang disebut dengan
sambaran tidak langsung yang dapat merusak peralatan listrik
dan peralatan elektronik yang ada di dalam bangunan itu.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja No Per-02/Men/1989 tidak
mengatur syarat-syarat sistem proteksi sambaran petir tidak
langsung.
e) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Lift
Membuat, memasang, memakai pesawat lift dan perubahan
teknis maupun administrasi.

3). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Penanggulangan


Kebakaran.
a) Tindakan pencegahan agar tidak terjadi kebakaran dengan cara
mengeliminir atau mengendalikan berbagai bentuk perwujudan
energi yang digunakan hendaknya diprioritaskan pada masalah
yang paling menonjol dalam statistik penyebab kebakaran.
b) Upaya mengurangi tingkat keparahan risiko kerugian yang terjadi
maupun jatuhnya korban jiwa, dengan cara melokalisasi atau
kompartemenisasi agar api, asap dan gas tidak mudah meluas
ke bagian yang lain.
c) Penyediaan / instalasi proteksi kebakaran seperti sistim deteksi /
alarm kebakaran dan alat pemadam api ringan, hydrant,

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 56 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

springkler atau instalasi khusus yang handal dan mandiri melalui


perencanaan, pemasangan dan pemeliharaan.
d) Tersedianya sarana jalan untuk menyelamatkan diri yang aman,
lancar dan memadai sesuai jumlah orang dan bentuk konstruksi
bangunan.
e) Terbentuknya organisasi tanggap darurat untuk menanggulangi
bila terjadi bahaya kebakaran.

4). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Mekanik


a) Perencanaan, pembuatan, pemasangan atau perakitan,
penggunaan atau pengoperasian dan pemeliharaan pesawat
tenaga dan produksi.
b) Perencanaan, pembuatan, pemasangan atau perakitan,
penggunaan atau pengoperasian dan pemeliharaan pesawat
angkat dan angkut.
c) Operator yang mengoperasikan peralatan pada a dan b.

5). Keselamatan dan Kesehatan Kerja Uap bejana tekan


a) Perencanaan, pembuatan, pemasangan atau perakitan, modifikasi
atau reparasi dan pemeliharaan pesawat uap dan bejana tekan.
b) Operator yang mengoperasikan peralatan tersebut.
6). Kesehatan Kerja
a) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja
(1) Sarana
(2) Tenaga (dokter pemeriksa kesehatan kerja, dokter
perusahaan dan paramedis perusahaan)
(3) Organisasi (pimpinan unit PKK, pengesahan
penyelenggaraan PKK)

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 57 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

b) Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan kerja tenaga kerja (awal,


berkala, khusus dan purna bakti)
c) Pelaksanaan P3K (Petugas, Kotak dan Isi Kotak P3K)
d) Pelaksanaan gizi kerja (pemeriksaan gizi dan makanan bagi
tenaga kerja, kantin dan katering pengelola makanan bagi
tenaga kerja, pengelola dan petugas kotak ring)
e) Pelaksanaan pemeriksaan syarat-syarat ergonomi
f) Pelaksanaan pelaporan (PKK, pemeriksaan kesehatan tenaga
kerja, penyakit akibat kerja)

3. Laporan pelaksanaan peraturan perundang-undangan, dan sistem


manajemen K3 dibuat

a. Umum
Dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang mulai
banyak dikenal di masyarakat luas saat ini adalah diberikan sebagai berikut
ini :
1) OHSAS 18001:1999, Occupational Health And Safety Assessment Series
2) OHSAS 18002:2000, Guideline for the implementation of
OHSAS18001:1999
3) COHSMS, Construction Industry Occupational Health and Safety
Management Systems
4) ILO, Guideline on Occupational Safety and Health Management System,
2001
5) Guidelines or Development and Application of Health, Safety and
Environmental Management Systems, Report No. 6.36/210, E & P Forum
July1994, London

b. Proses Pelaksanaan Dan Pemantauannya


1) Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bangunan.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 58 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Di dalam materi ini akan dijelaskan mekanisme pengawasan K3


Konstruksi dan Sarana Bangunan. Mekanismenya menyangkut
administrasi teknis K3 yang wajib dilaksanakan oleh pelaksana
Konstruksi (Kontraktor), khususnya keberadaan wajib lapor pekerjaan/
proyek konstruksi bangunan dan Akte Pengawasan ketenagakerjaan
tempat kerja kegiatan konstruksi bangunan.
Bahwa wajib lapor pekerjaan proyek/ konstruksi bangunan, adalah
kewajiban administrasi teknis K3 dari pelaksana Konstruksi/ Kontraktor
sebelum pekerjaan proyek/ konstruksi bangunan dimulai, untuk
melaporkan secara tertulis dengan formulir tertentu kepada Kepala
Kantor Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota. Dengan wajib lapor
pekerjaan proyek/konstruksi bangunan diharapkan para kontraktor
memahami apa yang menjadi tanggung jawabnya di bidang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi Bangunan. Bila dipelajari
secara lebih teliti maka isi materi cukup banyak dan komprehensif
Sedang bagi Pemerintah Cq Pemerintah Kabupaten/Kota merupakan.
data-data yang diperlukan untuk pimpinan dan pengawasan K3 pada
saat sekarang maupun, masa yang akan datang.
Akte Pengawasan. Ketenagakerjaan tempat kerja kegiatan konstruksi
bangunan merupakan. Akte yang dikeluarkan oleh Pemerintah
Kabupaten/ Kota Cq. Kepala Dinas Tenaga Kerja mengenai data-data
teknis K3 konstruksi bangunan di wilayahnya. Seluruh kegiatan
pekerjaan proyek/konstruksi bangunan yang terjadi di proyek ini, akan
terdapat di dalam buku ini. Untuk itu para, kontraktor/ pelaksana
konstruksi wajib memiliki dan memeliharanya sampai dengan proyek
selesai.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 59 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

2) Akte Pengawasan Ketenagakerjaan Proyek Konstruksi Bangunan


Akte ini dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten/ Kota Cq. Kepala Dinas
Tenaga Kerja setelah menerima wajib lapor pekerjaan proyek/ konstruksi
dan dilakukan pemeriksaan pertama di proyek/konstruksi bangunan oleh
Pengawas K3 Spesialis konstruksi bangunan dan atau Ahli K3 Konstruksi.
Tempat kerja proyek / konstruksi bangunan: suatu proses tahapan
konstruksi yang menghimpun : bahan proyek, instalasi/pesawat, pekerja
di lokasi proyek. Tahapan konstruksi bangunan dalam perkembangan
teknologi makin lama makin tinggi dan kompleks, kemungkinan
kecelakaan kerja makin tinggi; untuk itu diperlukan upaya pengendalian
administrasi agar dapat mengurangi kecelakaan tersebut. Salah satu.
upaya pengendalian administrasi itu. adalah Akte Pengawasan.
Akte Pengawasan Ketenagakerjaan proyek konstruksi bangunan adalah
buku/ dokumen K3 Konstruksi Bangunan yang dikeluarkan oleh Kepala
Dinas Tenaga Kerja dan wajib dimiliki oleh pelaksana
konstruksi/kontraktor dengan lama waktu proyek 6 bulan atau lebih yang
terdiri dari, data-data Pelaksana Konstruksi/ Pengawas Konstruksi, data-
data teknis proyek, Berita Acara Pemeriksaan, Kartu Pemeriksaan dan
lembaran pemeriksaan.
1) Pengertian
a) Akte Pengawasan Ketenagakerjaan Proyek Konstruksi Bangunan
adalah dokumen teknik K3 yang terdiri dari: data Pelaksana
Konstruksi/ Pengawas - Perencana Konstruksi, data teknis proyek,
berita, acara pemeriksaan, kartu pemeriksaan dan lembaran
pemeriksaan.
b) Data Pelaksana Konstruksi adalah nama perusahaan pelaksana
konstruksi, alamat perusahaan, nama proyek manajer, lokasi
proyek, besar kontrak.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 60 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

c) Data Pengawas, Konstruksi; Nama perusahaan tersebut


penanggung jawab pengawas konstruksi.
d) Data Teknis Proyek; data-data luas lahan, luas bangunan, lama
proyek, sub kontraktor.
e) Berita, Acara Pemeriksaan adalah lembaran yang merupakan bukti
tertulis telah dilakukan pemeriksaan K3 di proyek Konstruksi
Bangunan, oleh Pengawas Spesialis K3 Konstruksi Bangunan, dain
diketahui oleh manajer proyek.
f) Kartu pemeriksaan adalah daftar pertanyaan pemeriksaan K3
proyek yang dilakukan oleh pengawas K3 Spesialis Konstruksi
Bangunan kepada manajer proyek atau diwakili.
g) Lembaran Pemeriksaan adalah hasil temuan pemeriksaan K3,
mengenai tidak dipenuhi peraturan perundangan K3 di proyek
konstruksi dan wajib dilaksanakan oleh manajer proyek.
h) Akte ini harus disimpan dengan baik oleh pelaksana konstruksi di
proyek.
i) Pada waktu diadakan pemeriksaan K3, akte ini harus ditunjukkan
kepada Pengawas K3 Spesialis' K3 Konstruksi bangunan yang
bersangkutan.
j) Setiap teguran, saran dan pertimbangan K3 konstruksi bangunan
harus ditulis dalam akte ini.
k) Setiap tegoran, saran dan pertimbangan K3 Konstruksi Bangunan
harus dilaksanakan oleh manajer proyek dalarn waktu yang telah
ditetapkan.
l) Setiap perolehan yang terjadi di proyek sehingga tidak sesuai lagi
dengan keadaan yang tertulis dalam akte ini harus segera
dilaporkan kepada Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 61 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

m) Akte ini dikeluarkan/ diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan.


pertarna oleh Pengawas Spesialis K3 Konstruksi Bangunan di
proyek konstruksi bangunan.
2) Batasan
a) Tempat kerja/ pekerjaan konstruksi bangunan dengan waktu
proyek 6 bulan atau lebih harus diterbitkan akte ini.
b) Akte ini harus diserahkan Pelaksana Konstruksi kepada Pemberi
Tugas/ Pemilik setelah proyek selesai.
3) Prosedur Administrasi
a) Pada saat pekerjaan proyek/ konstruksi bangunan akan dimulai,
Pelaksana Konstruksi mengambil Formulir Wajib Lapor
Pekerjaan/Konstruksi Bangunan di Dinas Tenaga Kerja Pemerintah
Kabupaten/Kota.
b) Pelaksana Konstruksi mengisi data-data yang ada dalam formulir
wajib lapor dengan teliti dan benar kemudian ditandatangani oleh
manajer proyek.
c) Manajer proyek menyerahkan wajib lapor pekerjaan proyek ke
Dinas Tenaga Kerja Pemerintah Kabupaten/Kota.
d) Pengawas Spesialis K3 Konstruksi Bangunan berdasarkan adanya
wajib lapor pekerjaan melakukan pemeriksaan K3 terhadap
proyek tersebut.
e) Meneliti kebenaran data-data dari Wajib Lapor Pekerjaan
Proyek/Konstruksi Bangunan.
f) Melakukan pemeriksaan K3 menggunakan Kartu Pemeriksaan
(Form: 001 C).
g) Selesai melakukan pemeriksaan K3 di proyek/ konstruksi bangunan
membuat Berita Acara Pemeriksaan (Form: 001D).
h) Membuat laporan hasil pemeriksaan K3.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 62 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

4) Pengesahan Akte :
a) Setelah meneliti Wajib Lapor pekerjaan proyek/ konstruksi
bangunan.
b) Melakukan pemeriksaan K3 proyek oleh Pengawas Spesialis K3
Konstruksi.
c) Menerbitkan Akte Pengawasan.
d) Melakukan pemeriksaan berkala, sampai proyek selesai.

Dialog Box:
a. Akte Pengawasan merupakan dokumen teknis K3.
b. Proyek/ konstruksi bangunan dengan lama proyek 6 (enam) bulan
atau lebih wajib diterbitkan Akte ini.

B. Keterampilan yang diperlukan dalam Melaksanakan Peraturan


Perundang-undangan
1. Mengidentifikasi rencana pelaksanaan peraturan perundang-undangan,
sistim manajemen keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Memeriksa realisasi pelaksanaan peraturan perundang-undangan, sistim
manajemen K3
3. Membuat laporan pelaksanaan perundang-undangan dan sistim manajemen
K3

C. Sikap Kerja yang diperlukan dalam Melaksanakan Peraturan


Perundang-undangan
1. Cermat
2. Teliti

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 63 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

BAB IV

MENINDAKLANJUTI HASIL PELAKSANAAAN PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN DAN SISTEM MANAJEMEN K3

A. Pengetahuan yang Diperlukan dalam Menindaklanjuti Hasil


Pelaksanaaan Peraturan Perundang-Undangan Dan Sistem
Manajemen K3

1. Laporan pelaksanaan peraturan perundang-undangan, dan sistem


manajemen K3 dibuat

a. Wajib Lapor Pekerjaan / Proyek Konstruksi Bangunan


Pengertian :
Di dalam pekerjaan konstruksi bangunan, kita mengenal para pihak yang
terkait dalam pekerjaan tersebut : pengguna jasa dan penyedia jasa.
Pengguna Jasa :
Orang perseorangan atau badan sebagai pemberi tugas atau pemilik
pekerjaan/proyek yang memerlukan layanan jasa konstruksi.
Penyedia Jasa :
Orang perseorang atau badan yang kegiatan usahanya menyediakan
layanan jasa konstruksi terdiri :
1) Perencana Konstruksi
Adalah penyedia jasa atau badan usaha yang dinyatakan ahli yang
profesional di bidang perencana jasa konstruksi yang mampu mewujud
kan pekerjaan dalam bentuk dokumen perencanaan bangunan atau
bentuk fisik.
2) Pelaksana Konstruksi
Adalah penyedia jasa orang perseorang atau badan usaha yang

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 64 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

dinyatakan ahli profesional di bidang pelaksana jasa konstruksi yang


mampu menyelenggarakan kegiatannya.
3) Pengawas Konstruksi
Adalah penyedia jasa orang perseorang atau badan usaha yang
dinyatakan ahli profesional di bidang pengawasan jasa konstruksi yang
mampu melaksanakan pekerjaan pengawasan sejak awal pelaksanaan
pekerjaan konstruksi sampai selesai dan diserahterimakan.
4) Wajib Lapor Ketenagakerjaan
Setiap pengusaha atau pengurus perlu melaporkan mengenai
ketenagakerjaan di perusahaannya. Undang-Undang No.7 Tahun 1981
tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan.
5) Perlindungan Jamsostek
Adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan
berupa uang sebagai pengganti sebahagian dari penghasilan yang
hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau
keadaan yang dialami tenaga kerja berupa : kecelakaan kerja, sakit,
meninggal dunia, hari tua.
Persyaratan Administrasi
Pasal 2 :
Setiap pekerjaan konstruksi bangunan yang akan dilakukan wajib
dilaporkan kepada direktur atau pejabat yang ditunjuk.
Laporan harus memuat keterangan :
1) Identitas : Perencana Konstruksi
: Pelaksana Konstruksi.
2) Penanggung jawab : Pelaksana Konstruksi
: Pengawas Konstruksi
3) Perlindungan Jamsostek
4) Jenis-jenis Pekerjaan
5) Waktu pelaksanaan setiap jenis pekerjaan

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 65 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

6) Jumlah pekerja
7) Fasilitas pesawat, alat, mesin dan perlengkapan kerja yang tersedia.
8) Bahan-bahan Berbahaya
9) Fasilitas K3 yang tersedia.
10) Unit K3 (Susunan Pengurus)
11) Usaha-usaha K3 yang akan dilakukan.

Pengambilan Formulir:
1) Laporan pekerjaan/proyek konstruksi bangunan disediakan oleh
Kantor Depnakertrans/ Kantor Dinas Tingkat Kota/Kabupaten.
2) Laporan pekerjaan/ proyek konstruksi bangunan dibuat rangkap 5
(lima) dengan menggunakan bentuk dan isi laporan sesuai dengan
Surat Dirjen Binawas No. B. 147/BW/KK/IV/1997.
Tata Cara Pengisian
1) Laporan pekerjaan/proyek konstruksi harus dibuat secara tertulis dan
disampaikan kepada Kepala Kantor Depnakertrans/Kadinas Tenaga
Kerja di tempat Proyek tersebut.
2) Cara penyampaian laporan pekerjaan / proyek konstruksi bangunan
disampaikan kepada Kepala Kantor Depnakertrans / Kadinas Tenaga
Kerja secara langsung atau melalui pos.
3) Kepala Kantor Depnakertrans/ Kadinas Tenaga Kerja menerima
laporan pekerjaan/proyek konstruksi bangunan wajib mencatat dan
memberi tanda penerimaan dan nomor pendaftaran pada kelima
bentuk laporan.
4) Kepala Kantor Depnakertrans/ Kadinas Tenaga Kerja setelah
menerima laporan pekerjaan/proyek konstruksi bangunan segera :
Menyampaikan masing-masing I (satu) lembar kepada direktur PNKK,
pelaksana konstruksi, Kadinas Tenaga Kerja Tingkat Propinsi.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 66 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Dialog Box:
(a) Bahwa wajib lapor pekerjaan proyek/konstruksi bangunan wajib
dilaporkan oleh kontraktor/ pelaksana konstruksi.
(b) Pemerintah Kabupaten/Kota kemudian melakukan
pencatatan/register dari laporan tersebut.
(c). Pelaksana konstruksi memahami tanggung jawab keselamatan dan
kesehatan kerja di bidang konstruksi bangunan.
(d) Pemerintah Kabupaten/ Kota dapat memperoleh data-data teknis
K3, kemudian dapat dipakai untuk melakukan pembinaan dan
pengawasan K3 konstruksi bangunan.
(e) Isi materi :
1) Data-data Pelaksana Konstruksi/ Konsultan Pengawas/ Konsultan
Perencana.
2) Data-data teknis proyek.
3) Tahapan pekerjaan konstruksi
4) Instalasi/pesawat/alat yang dipakai. 5) Unit K3 proyek
6) Kompetensi personil K3 7) Jumlah pekerjaan
8) Bahan-bahan berbahaya
9) Prosedur Kerja Aman tahapan pekerjaan konstruksi.

2. Hasil verifikasi pelaksanaan perundang-undangan K3 dan SMK3


dianalisis penyebabnya untuk menentukan tindak lanjut perbaikan

a. Penerapan K3 Konstruksi Bangunan


Penerapan K3 Konstruksi bangunan tidak diuraikan pada modul ini,
tetapi ada modul CSE – 07 Penerapan K3 Dalam Pelaksanaan Konstruksi.
b. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Listrik, Lift dan Petir.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 67 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Pola pengawasan K3 sesuai pasal 4 Undang-undang No. 1 Tahun 1970.


Gambar rencana instalasi listrik harus mendapatkan persetujuan sebelum
dipasang. Pegawai pengawas melakukan analisis gambar rencana
tersebut dengan berpedoman sesuai persyaratan PUIL 2000.
Dokumen perencanaan instalasi listrik meliputi :
1) Peta lokasi
2) Gambar instalasi
a) Lay out perlengkapan dan peralatan listrik
b) Rangkaian peralatan dan pengendaliannya
3) Diagram garis tunggal
4) Gambar rinci
5 Perhitungan beban
6) Tabel bahan
7) Ukuran teknis
a) Spesifikasi & cara pasang
b) Cara menguji
c) Jadwal waktu
Sebelum pelaksanaan gambar rencana perlu di evaluasi kembali,
diperiksa bila diperlukan dihitung ulang kembali bilamanan terdapat
ketidaksesuaian terhadap PUIL 2000, maka dibuat pembetulan
sebagaimana mestinya, koreksi langsung pada gambar rencana dengan
warna merah.
Koreksi atau rekomendasi bersifat mengikat wajib dilaksanakan, karena
itu harus seteliti mungkin. Test commissioning, adalah pemeriksaan dan
pengujian setelah pekerjaan pemasangan instalasi listrik selesai
dilaksanakan, sebelum diserahterimakan kepada pemberi kerja.
Langkah pelaksanaan test commissioning secara administratif meliputi :
(1) Pemeriksaan kelengkapan dokumen terutama gambar purna bangun
apakah ada penyimpangan dari gambar yang telah disyahkan.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 68 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

(2) Bila ya, - Lakukan pemeriksaan visual kesesuaian dokumen dengan


pelaksanaannya (verifikasi terhadap spesifikasi perlengkapan listrik)
(3) Pemeriksaan visual meliputi cara pemasangan, penundaan sirkit,
polaritas, kesesuaian tipe perlengkapan listrik dan lain-lain).
(4) Pengukuran resistan pembumian;
(5) Pengukuran resistan isolasi;
(6) Pengukuran resistan isolasi lantai kerja;
(7) Pengukuran susut tegangan dan susut arus;
(8) Percobaan pembebanan
Semua hasil pemeriksaan dan pengujian dicatat dan dianalisis, sehingga
dapat disimpulkan memenuhi syarat atau tidak. Terutama hal-hal yang
menyimpang harus disyaratkan dan dituangkan secara tertulis.
Kontraktor bertanggung jawab atas semua syarat dan hal-hal yang harus
diperbaiki.
Apabila terjadi gangguan atau kerusakan, kontraktor bertanggung jawab
selama satu tahun.
Pola K3 baik listrik, penyalur petir maupun lift pada dasarnya sama.
Dasar pertimbangan
Pertimbangan teknis penetapan Peraturan K3 Lift (Menteri Tenaga Kerja
No Per 03/Men/1999) adalah bahwa Pesawat lift dinilai mempunyai
potensi bahaya tinggi,
Pasal 25
Pengurus yang membuat, memasang, memakai pesawat lift dan
perubahan teknis maupun administrasi harus mendapat ijin dari Menteri
atau pejabat yang ditunjuknya.
Pasal 24
Ayat (1)
Pembuatan dan atau pemasangan lift harus sesuai dengan gambar
rencana yang disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 69 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Ayat (2)
Dokumen perencanaan
1) Gambar konstruksi lengkap
2) Perhitungan konstruksi
3) Spesifikasi dan sertifikasi material
Ayat (3)
Proses pembuatannya harus memenuhi SNI atau Standar Internasional
yang diakui Ijin Pemasangan Lift
Pasal 24 Ayat (4)
Gambar rencana pemasangan lift terdiri :
1) Denah ruang mesin dan peralatannya
2) Konstruksi mesin dan penguatannya
3) Diagram instalasi listrik
4) Diagram pengendali
5) Rem pengaman
6) Bangunan ruang luncur dan pintu-pintunya
7) Rel pemandu dan penguatannya
8) Konstruksi kereta
9) Governor dan peralatannya
10) Kapasitas angkut, kecepatan, tinggi vertikal
11) Perhitungan tali baja

PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN LIFT


Pasal 30 Ayat (1)
Setiap lift sebelum dipakai harus diperiksa dan diuji sesuai standar uji
yang ditentukan Standar uji K3 lift : SNI 1718 – 1989 – E

Bentuk laporan :
1) 38 – L

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 70 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

2) 39 – L

PEMERIKSAAN PENGUJIAN ULANG


Pasal 30 Ayat (2)
Pemeriksaan dan pengujian dilakukan setiap tahun oleh Pegawai
Pengawas atau ahli K3.
Standar uji K3 lift : SNI 1718 – 1989 – E
Bentuk laporan :
1) 38 – L
2) 39 – L
K3 Penangkal / Penyalur Petir
Instalasi penyalur petir non radio aktif di tempat kerja

Tempat kerja yang dimaksud adalah :


1) Bangunan yang terpencil atau tinggi dan lebih tinggi dari pada
bangunan sekitarnya seperti : menara-menara, cerobong, silo,
antenna pemancar, monument dan lain-lain.
2) Bangunan dimana disimpan, diolah atau digunakan bahan yang
mudah meledak atau terbakar seperti pabrik-pabrik amunisi, gudang
penyimpanan bahan peledak dan lain-lain.
3) Bangunan untuk kepentingan umum seperti : tempat ibadah, rumah
sakit,sekolah, gedung pertunjukan, hotel, pasar, stasiun, candi dll.
4) Bangunan untuk menyimpan barang-barang yang sukar diganti
seperti : museum, perpustakaan, tempat-tempat penyimpanan arsip
dan lain-lain.
5) Daerah-daerah terbuka seperti : daerah perkebunan, padang golf,
stadion olah raga dan tempat-tempat lainnya.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 71 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Pemeriksaan dan Pengujian :


Instalasi penyalur petir harus diperiksa dan diuji :
1) Sebelum penyerahan instalasi penyalur petir dari instalatir kepada
pemakai
2) Setelah ada perubahan atau perbaikan suatu bangunan dan atau
instalasi penyalur petir
3) Secara berkala setiap dua tahun sekali
4) Setelah ada kerusakan akibat sambaran petir

3 Perbaikan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan K3


dan SMK3 dibuat sesuai dengan hasil analisis sebagai bahan
rekomendasi
a. Klasifikasi hunian
Klasifikasi jenis hunian akan menentukan persyaratan standar teknik sistem
proteksi kebakaran yang harus diterapkan.
b. Sumber ignition
Perhatikan potensi apa saja yang dapat menjadi sumber pemicu kebakaran
dan perhatikan apakah alat Pengamanan yang diperlukan telah sesuai.
Kapan diadakan pemeriksaan terakhir dan apakah syarat-syarat yang
diberikan telah dilaksanakan.
c. Bahan-bahan yang mudah terbakar/meledak.
Perhatikan jenis-jenis bahan yang diolah, dikerjakan atau disimpan. Kenali
sifat fisik dan sifat-sifat kimianya apakah mengandung potensi mudah
terbakar atau meledak.
Apakah ada prosedur keselamatan kerja dan dilaksanakan dengan benar.
d. Kompartemen

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 72 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

Amati keadaan lingkungan tempat kerja terhadap masalah penyebaran api,


panas, asap apakah telah ada upaya untuk mengendalikannya.

e. Kompartemen
Amati jalur evakuasi, intu keluar atau tangga darurat apakah ada rintangan
yang dapat mengganggu, apakah ada petunjuk arah, apakah ada
penerangan darurat,
panjang jarak tempuh mencapai pintu ke luar tidak melebihi 36 meter untuk
resiko berat.
f. Alat pemadam api ringan
Apakah ada pemadam api ringan telah sesuai jenis dan cukup jumlahnya.
Apakah penempatannya mudah dilihat dan mudah dijangkau serta muda
untuk diambil.
Periksa pula masa efektif bahkan pemadamnya serta masa uji tabungnya.
g. Instalasi alarm
1) Periksalah apakah memiliki pengesahan, ada dokumen teknis seperti
gambar pemasangan, katalog, dan petunjuk pemeliharaan;
2) Periksa hasil pemeriksaan terakhir, apakah syarat-syarat yang diberikan
sebelumnya telah dilaksanakan;
3) Periksalah indikator pada panel kontrol dalam status stand by;
4) Lakukan test fungsi perlengkapan pada panel. Apakah telah dipasang
penandaan zone alarm;
5) Lakukan test fungsi kerja sistem dengan mengaktifkan tombol manual
dan detektor pada setiap zona alarm sambil mencocokkan gambar
dengan pelaksanaannya. Amati konfirmasi indikasi lokal alarm dan
indikasi pada panel apakah berfungsi dan sesuai dengan nomor zonenya.
Amati pula apakah kekerasan suara alarm dapat didengar pada jarak
terjauh pada zone tersebut;
6) Lakukan test open circuit dengan cara membuka resistor pada rangkaian

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 73 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

detektor terakhir. Amati konfirmasi pada panel, apakah ada indikasi foult
alarm;
7) Catat semua penyimpangan yang ditemukan.
h. Instalasi Hydrant dan Sprinkler
1) Periksalah apakah memiliki pengesahan, ada dokumen teknis seperti
gambar pemasangan, katalog, dan petunjuk pemeliharaan ;
2) Periksa hasil pemeriksaan terakhir, apakah syarat-syarat yang diberikan
sebelumnya telah dilaksanakan ;
3) Periksalah indikator pada panel kontrol apakah dalam status stand by ;
4) Periksa ruang pompa dan catat data-data teknik pompa, motor penggerak
dan perlengkapan yang ada, panel kontrolnya dan lain-lain ;
5) Periksa sistem persediaan air apakah dapat menjamin kebutuhan air
untuk operasi pemadaman dalam waktu sesuai standar waktu tertentu;
6) Lakukan test kerja pompa dengan membuka kerangan uji yang disediakan
dalam ruang pompa dan amati tekanan pompa.
Langkah-langkah pengujian pompa sebagai berikut :
1) Catat tekanan stand by ;
2) Catat tekanan pompa pacu jalan ;
3) Tutup kembali kerangan uji dan catat tekanan pompa pacu stoop ;
4) Buka kembali kerangan uji sampai pompa utama jalan dan catat
tekanannya;
5) Amati beberapa saat tekanan operasi pompa utama dan catat ;
6) Tutup kembali kerangan uji dan pompa utama biarkan tetap jalan. Catat
tekanannya dan amati safety valve bekerja atau tidak;
7) Test pompa cadangan. Catat tekanan start dan tekanan operasionalnya
seperti langkah pengujian pompa utama.
(a) Evaluasi Pompa
Pompa hydran harus mempunyai karakteristik tekanan minimal 4.5
kg/cm2 dan laju aliran minimal 500 US GPM. Cocokkan spesifikasi

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 74 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

pompa berdasarkan katalog dengan hasil uji coba.


Periksa sirkit pengendalian pompa antara lain :
1) Suplai daya listrik harus ditarik darisisi suplai pada panel utama
dengan menggunakan sakelar sendiri;
2) Kabel penghantar yang dipakai harus jenis kabel tahan api atau dapat
diizinkan menggunakan kabel lain dengan syarat harus dipasang dalam
pipa berulir;
3) Pada sirkit instalasi pemadam kebakaran tidak diizinkan adanya
pembebanan lain yang tidak berhubungan dengan keperluan pelayanan
pompa;
4) Alat Pengamanan sirkit pompa harus mempunyai karakteristik mampu
dialiri arus 125% beban penuh secara terus-menerus dan pada 600%
beban penuh membuka tidak kurang dari 20 detik tetapi tidak lebih dari
50 detik.
5) Antara motor dan sirkit kendala tidak diizinkan dipasang pengaman
beban lebih
(a) Pengujian operasional hydran
1) Buka titik hydran terdekat dengan pompa. Ukur tekanan pada
mulut pancar dengan pipa pitot dan catat tekanan pada
manometer di ruang pompa;
2) Buka titik hydran kedua yaitu titik hydran terjauh dan titik
pengujian pertama tetap terbuka. Ukur tekanan pada mulut
pancar dan tekanan manometer di ruang pompa.
(b) Evaluasi pengujian operasional
Syarat yang diminta adalah tekanan terberat tidak lebih dari 7
kg/cm2 dan tekanan pada titik terjauh tidak kurang dari 4,5
kg/cm.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 75 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

i. Instalasi khusus
Pada obyek-obyek tertentu ada kalanya memerlukan sistem proteksi
kebakaran secara khusus dengan media tertentu yang disesuaikan dengan
karakteristik obyek yang bersangkutan. Kriteria penilaian instalasi khusus
harus berpedoman pada standar yang berlaku dan spesifikasi teknis
peralatan dari pabrik pembuatnya.

B. Keterampilan yang diperlukan dalam Menindaklanjuti Hasil


Pelaksanaaan Peraturan Perundang-Undangan Dan Sistem
Manajemen K3
1. Memverifikasi laporan pelaksanaan peraturan perundang-undangan K3 dan
SMK3.
2. Menganalisi penyebab untuk menentukan tindak lanjut perbaikan hasil
verifikasi pelaksanaan perundang-undangan K3 dan SMK3.
3. Membuat perbaikan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan
K3 dan SMK3 sesuai dengan hasil analisis sebagai bahan rekomendasi.

C. Sikap Kerja yang diperlukan dalam Melaksanakan Peraturan


Perundang-undangan
1. Cermat
2 Teliti

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 76 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

DAFTAR PUSTAKA

A. Dasar Perundang-undangan

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970 tentang


Keselamatan Kerja

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1982 tentang


Lingkungan Hidup

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 tentang


Ketenagakerjaan

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa


Konstruksi.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 92 tahun 2000 tentang Perubahan Kedua


Atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan
Peran Masyarakat Jasa Konstruksi

6. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan Sistem


Manajemen K3

7. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No 378/KPTS/1987 tentang


Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan Indonesia.

8. Peraturan Menteri PU No 14/PRT/M/2009 tentang Pedoman Teknis


Penyusunan Bakuan Kompetensi Sektor Jasa Konstruksi

9. PERMENAKER No. Per 01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan


Kerja Pada Konstruksi Bangunan

10. PERMENAKER No. : Per.05/MEN/1985 tentang Pesawat Angkat dan


Angkut

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 77 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

11. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan
Umum No.Kep.174/MEN/ 1986, No. 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan
Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi

12. PERMENAKER No. : PER.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja

13. Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555/K/26MPE/1995


tanggal 22 Mei 995 tentang : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan Umum.

14. OHSAS 18001:1999, Occupational Health and Safety Assesment Series

15. OHSAS 18002:2000, Guidline for the implementation of OHSAS


18001:1999

16. COHSMS, Construction Industry Occupational Health and Safety


Management Systems.

B. Buku Referensi

1. SKKNI No. 307 Tahun 2013 tentang Penetapan Standar kompetensi Kerja

Nasional Indonesia Kategori Jasa Profesional, Ilmiah dan Teknis Golongan


Pokok Jasa Arsitektur dan Teknik Sipil, Analisis dan Uji Teknis Kelompok
usaha Jasa Sertifikasi Jabatan Kerja Petugas Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) Konstruksi

2. Buku Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan karya Dr.


Suma`mur P.K..,M.Sc

3. Buku Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja karya Rudi

Suardi

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 78 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018
Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi Kode Modul
Kategori Konstruksi Sub Golongan Analis dan Uji Teknis M.712010.001.01

DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN

A. Daftar Peralatan/Mesin

No. Nama Peralatan/Mesin Keterangan

1.

2.

B. Daftar Bahan

No. Nama Bahan Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

Judul Modul Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Konstruksi Halaman 79 dari 79
Buku Informasi Versi: 2018

Anda mungkin juga menyukai