Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN MAKALAH

MATA KULIAH: PENGELOLAAN KURIKULUM


POKOK BAHASAN: REVIEW KURIKULUM 2013
DOSEN PENGAMPU: Drs. FIRMANSYAH, MT

Disusun Oleh:

Nur Indah Laelasari (G1A. 17.0005)

UNIVERSITAS SUBANG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menberikan
kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Riview Makalah Kurikulum 2013” tepat pada waktunya.

Terima kasih kami ucapkan kepada pihak yang telah ikut berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah


ini. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran dari pembaca dengan tangan
terbuka. Akhir kata kami harapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Aamiin.

Subang, 07 Juni 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan nasional kita masih menghadapi berbagai macam persoalan.
Persoalan itu memang tidak akan pernah selesai, karena substansi yang
ditransformasikan selama proses pendidikan dan pembelajaran selalu berada di bawah
tekanan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemajuan masyarakat. Salah satu
persoalan pendidikan kita yang masih menonjol saat ini adalah adanya kurikulum yang
silih berganti dan terlalu membebani anak tanpa ada arah pengembangan yang betul-
betul diimplementasikan sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada kurikulum
tersebut.
Tidak bisa dipungkiri bahwa perubahan kurikulum selalu mengarah pada
perbaikan sistem pendidikan. Perubahan tersebut dilakukan karena dianggap belum
sesuai dengan harapan yang diinginkan sehingga perlu adanya revitalisasi kurikulum.
Usaha tersebut mesti dilakukan demi menciptakan generasi masa depan berkarakter,
yang memahami jati diri bangsanya dan menciptakan anak yang unggul, mampu
bersaing di dunia internasional.
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat
mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa di masa depan, yang diyakini akan menjadi faktor determinan bagi
tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang jaman.
Dari sekian banyak unsur sumber daya pendidikan, kurikulum merupakan salah
satu unsur yang memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Jadi tidak dapat disangkal lagi bahwa
kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan
sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi: (1) manusia berkualitas
yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2)
manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, man-diri; dan (3) warga negara yang demokratis
dan bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional
sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Kurikulum 2013 di SMP?
2. Perubahan Standar Isi Ktsp 2006 Menjadi Kurikulum 2013
3. Bagaimana Standar proses dan Standar Isi Kurikulum 2013 di SMP?

C. Tujuan
1. Mengetahui Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Kurikulum 2013 di SMP
2. Mengetahui Perubahan Standar Isi Ktsp 2006 Menjadi Kurikulum 2013
3. Mengetahui Standar proses dan Standar Isi Kurikulum 2013 di SMP
BAB II
PEMBAHASAN

A. Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Kurikulum 2013


1. Standar Kompetensi Lulusan
Standar Kompetensi Lulusan merupakan salah satu dari 8 (delapan) Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana yang ditetapkan dalam Pasal 35 Ayat (1)
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang
mencakup Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan, yang akan menjadi acuan bagi
pengembangan kurikulum dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Cakupan kompetensi lulusan satuan pendidikan berdasarkan
Permendikbud RI Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah elemen-elemen yang harus dicapai dapat dilihat
dalam tabel berikut ini :

DOMAIN Elemen SD SMP SMA-SMK


Menerima + Menjalankan + Menghargai +
Proses
Menghayati + Mengamalkan
beriman, berakhlak mulia (jujur, disiplin,
Individu tanggung jawab, peduli, santun), rasa ingin
SIKAP tahu, estetika, percaya diri, motivasi internal
toleransi, gotong royong, kerjasama, dan
Sosial
musyawarah
pola hidup sehat, ramah lingkungan, patriotik,
Alam
dan cinta perdamaian
Mengetahui + Memahami + Menerapkan +
Proses
Menganalisis + Mengevaluasi
PENGETAHUAN
Objek ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya
Subyek manusia, bangsa, negara, tanah air, dan dunia
Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah
Proses
+ Menyaji + Menalar + Mencipta
membaca, menulis, menghitung,
KETERAMPILAN Abstrak
menggambar, mengarang
menggunakan, mengurai, merangkai,
Konkret
memodifikasi, membuat, mencipta
Cakupan Kompetensi Lulusan Satuan Pendidikan secara holistik dapat dilihat dalam
tabel di bawah ini :
DOMAIN SD SMP SMA-SMK
Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati +
Mengamalkan
SIKAP pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan
bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya
Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisis +
Mengevaluasi
PENGETAHUAN pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban
Mengamati + Menanya + Mencoba + Mengolah + Menyaji +
Menalar + Mencipta
KETERAMPILAN
pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan
kreatif dalam ranah abstrak dan konkret

a. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Sikap Dari tabel di atas, cakupan


kompetensi lulusan secara holistik dirumuskan sebagai berikut:
Manusia yang memiliki pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri,
dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya. Pencapaian pribadi tersebut
dilakukan melalui proses: menerima, menjalankan, menghargai, menghayati,
dan mengamalkan.

b. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Pengetahuan


Manusia yang memiliki pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban. Pencapaian pribadi tersebut dilakukan melalui proses: mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi.

c. Kemampuan Lulusan dalam Dimensi Keterampilan


Manusia yang memiliki pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang
efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret. Pencapaian pribadi tersebut
dilakukan melalui proses: mengamati; menanya; mencoba dan mengolah;
menalar; mencipta; menyajikan dan mengkomunikasikan
Perumusan kompetensi lulusan antar satuan pendidikan mempertimbangkan
gradasi setiap tingkatan satuan pendidikan dan memperhatikan kriteria sebagai
berikut:
a. perkembangan psikologis anak,
b. lingkup dan kedalaman materi,
c. kesinambungan, dan
d. fungsi satuan pendidikan.

2. Standar Isi

Menurut Permendikbud Nomor 64 Tahun 2013, Standar Isi adalah kriteria


mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Ruang lingkup
materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang ditetapkan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik
satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya, tingkat kompetensi
dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik, kualifikasi
kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang.

Secara umum, Standar Isi mencakup sasaran (goal) yang mencakup segala
sesuatu yang terdiri dari berbagai aspek yang akan dicapai dan menjadi
pengalaman belajar peserta didik. Hal ini sejalan dengan Urdan dalam Ku dan
Soulier (2009: 651) bahwa “goals are generally defined as performance objectives,
or what learners want to achieve”. Artinya, tujuan digambarkan secara umum
sebagai sasaran hasil atau hal yang ingin dicapai siswa. Selain sasaran, Kriedl
(2010: 227) menambahkan bahwa “curriculum purposes typically include the
goals, aims, and objectives an educational program”. Artinya tujuan kurikulum
pada dasarnya terdiri dari sasaran, tujuan dan program pendidikan yang objektif.
Sasaran pada kurikulum 2013 dituangkan dalam SKL, tujuan dituangkan dalam
Standar Isi yang merupakan turunan dari SKL terdiri KI dan KD, dan program
pendidikan yang objektif dituangkan dalam Standar Proses dan Standar Penilaian.

B. Perubahan Standar Isi KTSP 2006 Menjadi Kurikulum 2013


1. Perubahan muatan kurikulum
Pemerintah berupaya mengurangi muatan kurikulum, dengan kebijakan
pengurangan jumlah mata pelajaran. Sistem pengelompokka mata pelajaran pada
KTSP 2006 juga diubah seiring perubahan SKL yang mengacu pada kompetensi inti:
(1) sikap, (2) pengetahuan, dan (3) keterampilan. Untuk KTSP 2006, pada Lampiran
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dinyatakan bahwa Standar Isi untuk jenis pendidikan
umum, kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
a. kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
b. kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
c. kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
d. kelompok mata pelajaran estetika;
e. kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Pada KTSP 2006 semua mata pelajaran berdiri sendiri secara terpisah (kecuali
tematik kelas I-III SD). Dari standar isi tersebut, diklasifikasi menjadi 10 mata
pelajaran di SD, 12 mata pelajaran di SMP, dan 16 mata pelajaran di SMA kelas X.
Sedangkan pada Kurikulum 2013, pengelompokkan seperti di atas tidak berlaku lagi.
Semua mata pelajaran terikat satu sama lain dengan mendukung kompetensi inti.
Perubahan standar isi masing-masing jenjang pendidikan dijelaskan sebagai berikut:
a. Standar Isi Kurikulum SD/Mi
Di SD, IPS dan IPA direncanakan menjadi materi ajar (tema) atau diintegrasikan
pada mata pelajaran lain, melalui pembelajaran tematik integratif. Sehingga jumlah
mata pelajaran berkurang dari 10 matapelajaran menjadi 8 matapelajaran. Kebijakan
ini diikuti peraturan bagian inti RPP memuat (1) sikap, (2) pengetahuan, (3)
keterampilan.
Di satu sisi, rencana ini meringankan beban belajar siswa. Namun di sisi lain, akan
menyulitkan siswa, khususnya pengintegrasian IPA. Tidak ada masalah jika
matapelajaran IPS dijadikan tema pembelajaran PPKn, dalam Bahasa Indonesia, Seni
Budaya dan Prakarya, atau Agama, atau mata pelajaran lainnya. Hal ini akan
mendukung terciptanya kompetensi secara utuh antara sikap, keterampilan dan
pengetahuan. Dasar pemikirannya sebagai berikut:
1) Pengintegrasian IPS ke dalam PPKn [atau mata pelajaran lainnya] membuka
peluang agar siswa belajar PPKn [atau mata pelajaran lain ] secara kontekstual.
Pancasila --sebagai jiwa mata pelajaran PPKn-- adalah manifestasi nilai-nilai
sosio-kultural dan ekonomi Indonesia yang dapat diterima secara universal.
Tema-tema sosial berada dalam jangkauan aplikasi nilai-nilai Pancasila.
Kehadiran IPS dan PPKn sebagai mata pelajaran terpisah dalam KTSP 2006
sebenarnya menimbulkan ketumpangtindihan materi ajar. Ada materi IPS yang
dibicarakan lagi di PPKn. Sebaliknya materi PPKn ada yang dibahas lagi dalam
IPS. Di Indonesia, tidak mungkin dilakukan kebijakan mengintegrasian mata
pelajaran PPKn, sebab Pancasila sebagai dasar negara harus menjadi entitas
tersendiri dalam dunia pendidikan Indonesia.
Demikian juga, tema-tema sosial dapat dengan mudah diintegrasikan dalam
matematika, Bahasa Indonesia, Seni Budaya dan Prakarya, atau matapelajaran
lainnya. Kenyataan misalnya, matematika selalu menjadikan tema sosial
sebagai bidangterapannya. Demikian juga, dalam pelajaran Bahasa Indonesia,
selain wacana IPA, pembelajaran Bahasa Indonesia juga sering menggunakan
kutipan wacana/teks bertema sosial sebagai materi pelajaran. Dengan demikian,
pengintegrasian IPS akan mendorong pembelajaran realistik atau pembelajaran
kontekstual.
Pengintegrasian ini tidak mengurangi kesempatan siswa untuk memeroleh
kajian ilmu sosial. Materi IPS yang tidak tercakup dalam tematik Matematika
atau Bahasa Indonesia, atau mata pelajaran lainnya dapat dikosentrasikan di
PPKn.
2) Pengintegrasian IPA akan menyulitkan siswa dalam memahami materi
pelajaran
Bagaimana pun, konsep IPA adalah suatu konsep fisik alam. Domain konsep
IPA adalah tubuh manusia, tumbuhan, hewan, zat-zat kimia, gejala-gejala alam,
dan antariksa. Walaupun sering ada tema-tema IPA dijadikan materi kajian
Bahasa Indonesia, namun ada istilah IPA yang membingungkan siswa SD
karena memiliki makna berbeda dalam Bahasa Indonesia. Contoh: gaya dan
daya. Berbeda dengan IPS, materi IPA cenderung lebih rumit. Ada sebagian
materi IPA yang sulit ditematikkan ke Bahasa Indonesia atau mata pelajaran
lain.
Merupakan hal yang sangat sulit jika harus melakukan percobaan
IPA/eksperimen IPA sekaligus berusaha memahami materi Bahasa Indonesia
atau materi pelajaran lainnya. Contoh: eksperimen rangkaian listrik, gejala
kemagnetan, pelarutan zat, dan sebagainya. Perlu konsentrasi khusus bagi siswa
untuk mempelajarinya. Dapat diduga bahwa siswa SD sulit memahami konsep
IPA sekaligus konsep Bahasa Indonesia [atau konsep mata pelajaran lain]
dalam satu pembelajaran yang sama.
Apalagi jika konsep IPA dijadikan tema dalam matematika. Sementara materi
matematika itu sendiri sangat abstrak dan dianggap sulit. Walaupun ada
sebagian materi IPA yang selama ini merupakan tema dalam pelajaran
matematika. Misalnya teori kecepatan dan debit. Jadi pada kurikulum 2013,
IPA sebaiknya tetap berdiri sendiri.
b. Struktur Kurikulum SMP/MTs
Di SMP direncanakan pengurangan dari 12 mata pelajaran menjadi 10 mata
pelajaran. Dalam hal ini, mata pelajaran TIK dihapus. Kebijakan menjadikan TIK
sebagai sarana pembelajaran adalah kebijakan yang tepat. Hal ini akan mendorong
kemajuan penggunaan teknologi oleh siswa dan guru. TIK tidak efektif sebagai mata
pelajaran tersendiri, sebab peredaran produk-produk teknologi sudah menyentuh
hingga penduduk di pelosok. Siswa SMP dengan mudah belajar memahami istilah dan
belajar mengoperasikan produk-produk teknologi canggih. Siswa hanya perlu dibekali
dengan pengetahuan bahasa Inggris yang selalu menjadi bahasa perintah produk
teknologi.
Pengintegrasian Muatan Lokal juga merupakan kebijakan tepat. Sebab, seni dan
budaya merupakan kearifan lokal yang cenderung dijadikan materi Muatan Lokal.
Walaupun ada daerah lain yang menjadikan bahasa asing atau pertanian sebagai
muatan lokal. Tetapi yang terbaik, tetaplah kebudayaan lokal yang menjadi materi mata
pelajaran Seni Budaya.
c. Struktur Kurikulum SMA/SMK/MA
Pada KTSP 2006, penjurusan dimulai dari kelas II. Kelas I menempuh beban
belajar sebanyak 18 mata pelajaran. Sedangkan masing-masing jurusan IPA, Bahasa,
atau IPS menempuh 15 mata pelajaran. Ini merupakan beban belajar yang cukup berat
dan siswa dianggap memiliki kemampuan yang sama dalam belajar. Sistem penjurusan
memaksa kemampuan dan cenderung tidak menghargai minat pribadi siswa.
Maka pemerintah mengupayakan di tingkat SMA/SMK dirancang 9 mata pelajaran
wajib dan ditambah kelompok mata pelajaran peminatan akademik (untuk SMA) dan
tambahan kelompok mata pelajaran peminatan akademik dan vokasi (untuk SMK).
Sedangkan pada Kurikulum 2013, sejak kelas I siswa SMA/SMK dapat memilih
mata pelajaran peminatannya. Beban belajar siswa menjadi lebih ringan atau siswa
dapat mengambil beban belajar sesuai kemampuannya. Standar isi kurikulum 2013
dirancang sebagai berikut (Bahan Uji Publik Kurikulum 2013: 59):
1) Untuk SMA dan SMK
 mata pelajaran wajib: kelompok A dan kelompok B (total 18 JP per pekan).
 Pramuka menjadi ekstra kurikuler wajib demi keterlibatan siswa dalam
kegiatan kemasyarakatan dan lingkungan.
2) Sistem jurusan diganti dengan peminatan
 Mata pelajaran peminatan (IPA, IPS, Bahasa: 16 JP)
 Mata pelajaran pilihan (6JP) dapat diambil dari:
a) matapelajaran pilihan lintas minat (dari kelompok matapelajaran
peminatan lain),
b) matapelajaran pendalaman minat; dan/atau
c) mata pelajaran pilihan
d) sekolah dapat menawarkan mata pelajaran pilihan tambahan (maksimum 4
JP)
2. Dari segi penyusun Kurikulum
KTSP disusun oleh Pihak Sekolah sebagai satuan pendidikan dengan acuan Standar
Isi (dari Delapan Standar Pendidikan) yang dibuat oleh BSNP. Dalam KTSP, kegiatan
pengembangan silabus merupakan kewenangan satuan pendidikan. Pada kuriulum
2013 kegiatan pengembangan silabus beralih menjadi kewenangan pemerintah, kecuali
untuk mata pelajaran tertentu yang secara khusus dikembangkan di satuan pendidikan
yang bersangkutan. Dengan demikan isi dari materi pelajaran yang bersifat nasional
akan identik di seluruh Indonesia sesuai Standar Isi pendidikan nasional.
Untuk menghindari pengembangan bahan ajar yang tidak sesuai psikologi
perkembangan siswa, pemerintah mengadakan buku-buku pelajaran. Dengan demikian
kontrol pemerintah terhadap kasus materi ajar yang salah dapat dihindari.

3. Pengembangan Kompetensi dan Mata Pelajaran kurikulum 2013


Pada KTSP 2006, tiap mata pelajaran memiliki beberapa Pokok Bahasan. Pada tiap
pokok bahasan ini ditentukan Standar Kompetensi Lulusan nasional yang hendak
dicapai siswa. Dari pokok bahasan akan dipilah-pilah oleh pihak sekolah menjadi
beberapa Standar Kompetensi/ Kompetensi Dasar. Inilah yang menjadi standar isi
kurikulum di tingkat satuan pendidikan. Jadi, kompetensi dasar siswa diturunkan dari
materi pelajaran.

C. Standar Proses Pembelajaran Kurikulum 2013


Standar Proses Pembelajaran Kurikulum 2013 berdasarkan standar proses
pembelajaran pada implementasi Kurikulum 2013, maka guru harus melaksanakan 3
tahapan yaitu: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
1. Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pendahuluan yang harus dilakukan oleh guru berdasarkan amanat
Kurikulum 2013 adalah:
 Kegiatan yang mula-mula harus dilakukan oleh guru pada kegiatan
pendahuluan di dalam sebuah proses pembelajaran adalah mempersiapkan
siswa baik psikis maupun fisik agar dapat mengikuti proses pembelajaran
dengan baik.
 Selanjutnya guru harus mengajukan beberapa pertanyaan-pertanyaan terkait
materi pembelajaran baik materi yang telah siswa pelajari serta materi-materi
yang akan mereka pelajari dalam proses pembelajaran tersebut.
 Setelah memberikan pertanyaan-pertanyaan, guru kemudian mengajak siswa
untuk mencermati suatu permasalahan atau tugas yang akan dikerjakan
sehingga dengan demikian mereka akan belajar tentang suatu materi, kemudian
langsung dilanjutkan dengan menguraikan tentang tujuan pembelajaran atau
KD yang akan dicapai pada pembelajaran tersebut.
 Terkahir, dalam kegiatan pendahuluan guru harus memberikan outline cakupan
materi serta penjelasan mengenai kegiatan belajar yang akan dilakukan oleh
siswa untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas yang diberikan.
2. Kegiatan Inti
Pada hakikatnya, kegiatan inti adalah suatu proses pembelajaran agar tujuan yang
ingin dicapai dapat diraih. Kegiatan ini mestinya dilakukan oleh guru dengan cara-cara
yang bersifat interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa agar
dengan cara yang aktif menjadi seorang pencari informasi, serta dapat memberikan
kesempatan yang memadai bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Metode yang digunakan dalam kegiatan inti harus bersesuaian dengan karakteristik
siswa dan mata pelajaran. Kegiatan inti mencakup proses-proses berikut: (1)
melakukan observasi; (2) bertanya; (3) mengumpulkan informasi; (4) mengasosiasikan
informasi-informasi yang telah diperoleh; (5) dan mengkomunikasikan hasilnya. Pada
proses pembelajaran yang terkait dengan KD yang bersifat prosedur untuk melakukan
sesuatu, guru memfasilitasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan
pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi yang diberikan guru atau ahli, siswa
menirukannya, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik,
dan latihan lanjutan kepada siswa.
Di tiap kegiatan pembelajaran seharunya guru memperhatikan kompetensi yang
terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi, disiplin, taat aturan,
menghargai pendapat orang lain sebagaimana yang telah dicantumkan pada silabus dan
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Cara-cara yang dilakukan berkaitan dengan
proses pengumpulan data (informasi) diusahakan sedemikian rupa sehingga relevan
dengan jenis data yang sedang dieksplorasi, misalnya di laboratorium, studio,
lapangan, perpustakaan, museum, dan lain-lain. Sebelum menggunakan informasi atau
data yang telah dikumpulkan dan diperoleh siswa mesti tahu dan kemudian berlatih,
lalu dilanjutkan dengan menerapkannya pada berbagai situasi.
Berikut ini merupakan contoh penerapan dari kelima tahap kegiatan ini pada proses
pembelajaran
a. Melakukan observasi (melakukan pengamatan)
Dalam kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka secara luas dan bervariasi
kesempatan siswa untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan-kegitan seperti:
melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

b. Bertanya
Pada saat siswa berada pada kegiatan melakukan pengamatan, guru membuka
kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk mempertanyakan mengenai apapun
yang telah mereka lihat, mereka simak, atau mereka baca. Penting bagi guru untuk
memberikan bimbingan kepada siswa agar bisa mengajukan pertanyaan. Pertanyaan
yang dimaksud di sini berkaitan dengan pertanyaan dari hasil pengamatan objek yang
konkrit sampai kepada yang abstrak baik berupa fakta, konsep, prosedur, atau pun hal
lain yang lebih abstrak. Pertanyaan dapat pula yang bersifat faktual hingga pada
pertanyaan yang bersifat hipotetik.
Berawal situasi siswa diajak untuk berlatih menggunakan pertanyaan dari guru
diusahakan agar terus meningkat kualitas tahapan ini sehingga pada akhirnya siswa
mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan bertanya ini akan
dihasilkan sejumlah pertanyaan. Kegiatan bertanya dimaksudkan juga agar siswa dapat
mengembangkan rasa ingin tahunya. Pada prinsipnya, semakin terlatih siswa untuk
bertanya maka rasa ingin tahu mereka akan semakin berkembang.
Pertanyaan-pertanyaan yang telah mereka ajukan akan dijadikan dasar untuk
mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber-sumber belajar yang
telah ditentukan oleh guru hingga mencari informasi ke sumber-sumber yang
ditentukan oleh siswa sendiri, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
c. Mengumpulkan dan mengasosiasikan informasi
Adapun langkah selanjutnya yang merupakan tindak lanjut dari kegiatan bertanya
adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari beragam sumber dengan
bermacam cara. Dalam hal ini siswa boleh membaca buku yang lebih banyak,
mengamati fenomena atau objek dengan lebih teliti, atau bisa juga melaksanakan
eksperimen. Berdasarkan kegiatan-kegiatan inilah pada akhirnya akan dikumpulkan
banyak informasi.
Informasi yang banyak ini selanjutnya akan dijadikan fondasi untuk kegiatan
berikutnya yakni memproses informasi sehingga pada akhirnya siswa akan
menemukan suatu keterkaitan antara satu informasi dengan informasi lainnya,
menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai
kesimpulan dari pola yang ditemukan.
d. Mengkomunikasikan hasil
Kegiatan terakhir dalam kegiatan inti yaitu membuat tulisan atau bercerita tentang
apa-apa saja yang telah mereka temukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai
oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok siswa tersebut.
3. Kegiatan Penutup pada Proses Pembelajaran Kurikulum 2013
Pada kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran, melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan
umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak
lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling
dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan
hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Perlu diingat, bahwa KD-KD diorganisasikan ke dalam 4 (empat) KI (Kompetensi
Inti).
 KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
 KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial.
 KI-3 berisi KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar
 KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan.
KI-1, KI-2, dan KI-4 harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses
pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3, untuk semua mata
pelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan langsung, tetapi menggunakan proses
pembelajaran yang bersifat indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai