Anda di halaman 1dari 6

A.

DEFENISI

SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang adanya lesipada
ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak penyebab yang dapatmenimbulkan
lesi pada otak seperti kontusio serebri, hematoma, infark, abses otak dan tumorintracranial
(Long C, 2002 130). Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang
terfiksasi makalesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi yang meluas
pertama kalidiakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan serebrospinal dari rongga cranium.
Akhirnyavena mengalami kompresi, dan gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal
mulaitimbul dan tekanan intracranial mulai naik. Kongesti venosa menimbulkan
peningkatanproduksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan volume dan
terjadikembali hal-hal seperti diatas. Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang
dramatis pada tanda-tandadan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar dari
cairan serebrospinalatau yang langsung menekan pada vena-vena besar, meyebabkan terjadinya
peningkatantekanan intracranial dengan cepat. Tanda-tanda dan gejala memungkinkan dokter
untuk melokalisirlesi akan tergantung pada terjadinya gangguan dalam otak serta
derajatkerusakan jaringan saraf yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan
akibat peregangan durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak merupakan
keluhan yang umum.Suatu pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada pasienyang diduga tumor
intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan mengarah pada timbulnya pergeseran
mendadak hemispherium cerebri melalui takik tentorium kedalamfossa cranii posterior atau
herniasi medulla oblongata dan serebellum melalui foramenmagnum. Pada saat ini CT-scan dan
MRI digunakan untuk menegakkan diagnose.Tumor otak adalah sebuah lesi yang terletak pada
intracranial yang menempati ruangdi dalam tengkorak. Tumor otak adalah lesi oleh karena ada
desakan ruang baik jinak / ganas yangtumbuh di otak, meningen dan tengkorak (Lombardo,
Mary caster 2005 : 1183).

B. ETIOLOGI
1. Riwayat trauma kepala
2. Faktor genetik
3. Paparan zat kimia yang bersifat karsinogenik
4. Virus tertentu

1
5. Defisiensi imunologi

C. PATOFISIOLOGI
 Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral
 Aktivitas kejang dan tanda-tanda neurologis fokal
 Hidrosefalus
 Gangguan fungsi hipofisis
Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia, infiltrasi leukosit /
melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa hari atau minggu dari faseawal
terjadi proses uque fraction atau dinding kista berisi pus. Kemudian rupture makainfeksi akan
meluas keseluruh otak dan bisa timbul meningitis ( long, 1996 : 193 )

Terjadi proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara sangat cepat pada daerahcentral
nervus ( CNS ). Sel ini akan terus berkembang mendesak jaringan otak yang sehatdisekitarnya
mengakibatkan terjadi gangguan neurologis ( Gangguan Fokal Akibat TumorDan Peningkatan
TIK ).

Tumor-tumor otak primer menunjukkan kira-kira 20 % dari penyebab semuakematian


kanker. Tumor-tumor otak jarang bermetastase ke otak, biasanya dari paru-paru, payudara,
cairan glastrointestinal bagian bawah, pankreas, ginjal, dan kulit ( melanoma ).

Insiden tertinggi pada tumor otak dewasa terjadi pada dekade ke 5, 6, 7 dengantingginya
insiden pada pria usia dewasa tumor otak banyak dimulai dari sel gelia ( sel untuk mebuat
struktur dan mendukung sistem otak dan medula spinalis ) dan merupakan ( Terletak Diatas
Penutup Cerebellum ) jelasnya neoplastik dalam palastik menyebabkan kematian yang
mengganggu fungsi vital, seperti pernafasan atau adanyapeningkatan TIK.(hasanudin 2001)

2
D. PATHWAY

3
E. KOMPLIKASI
1. Gangguan fungsi neurologis
2. Gangguan kognitif
3. Gangguan tidur dan mood
4. Disfungsi seksual

F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tergantung pada penyebab lesi, untuk tumor primer, jika memungkinkan
dilakukan eksisi sempurna, namun umumnya sulit dilakukan sehingga pilihan pada radio teraphi
dan kemoteraphi, namun jika tumor metastase pengobatan paliatif yang dianjurkan. Hematom
membutuhkan efakuasi Lesi infeksi membutuhkan efakuasi dan terapi antibiotic.Pengobatan lain
yang diperlukan meliputi :Dexamatason, yang dapat menurunkan edema serebral Manitiol, untuk
menurunkan peningkatan TIK Antikoonfulsan, sesuai dengan gejala yang timbul.

G. PENGKAJIAN
Data dasar ; nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, alamat, golongan
darah,penghasilanRiwayat kesehatan ; apakah klien pernah terpajan zat zat kimia tertentu,
riwayat tumor padakeluarga, penyakit yang mendahului seperti sklerosis TB dan penyakit
neurofibromatosis,kapan gejala mulai timbulAktivitas / istirahat, Gejala : kelemahan / keletihan,
kaku, hilang keseimbangan. Tanda :perubahan kesadaran, letargi, hemiparese, quadriplegi,
ataksia, masalah dalam keseimbangan, perubaan pola istirahat, adanya faktor faktor yang
mempengaruhi tidur sepertinyeri, cemas, keterbatasan dalam hobi dan dan latihanSirkulasi,
gejala : nyeri kepala pada saat beraktivitas. Kebiasaan : perubahan pada tekanan darah atau
normal, perubahan frekuensi jantung.Integritas Ego, Gejal : faktor stres, perubahan tingkah laku
atau kepribadian, Tanda : cemas,mudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan
impulsif.Eliminasi : Inkontinensia kandung kemih/ usus mengalami gangguan fungsi makanan /
cairan , Gejala : mual, muntah proyektil dan mengalami perubahan selera. Tanda :muntah
(mungkin proyektil ), gangguan menelan ( batuk, air liur keluar, disfagia )
Neurosensori, Gejala : Amnesia, vertigo, synkop, tinitus, kehilangan pendengaran,
tinglingdan baal pad aekstremitas, gangguan pengecapan dan penghidu. Tanda :
perubahankesadaran sampai koma, perubahan status mental, perubahan pupil, deviasi pada

4
mataketidakmampuan mengikuti, kehilangan penginderaan, wajah tidak simetris,
genggamanlemah tidak seimbang, reflek tendon dalam lemah, apraxia, hemiparese, quadriplegi,
kejang,sensitiv terhadap gerakanNyeri / Kenyamanan, Gejala : nyeri kepala dengan intensitas
yang berbeda dan biasanyalama. Tanda : wajah menyeringai, respon menarik dri rangsangan
nyeri yang hebat, gelisah,tidak bisa istirahat / tidur.
Pernapasan, Tanda : perubahan pola napas, irama napas meningkat, dispnea,
potensialobstruksi.Hormonal : Amenorhea, rambut rontok, dabetes insipidus.Sistem Motorik :
scaning speech, hiperekstensi sendi, kelemahan keamanan , Gejala : pemajanan bahan kimia
toksisk, karsinogen, pemajanan sinar matahari berlebihan. Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
seksualitas, gejala: masalah pada seksual (dampak pada hubungan, perubahan tingkat kepuasan)
Interaksi sosial : ketidakadekuatan sitem pendukung, riwayat perkawinan ( kepuasan
rumahtangga, dudkungan ), fungsi peran.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungn dengan obstruksi ventrikel
2. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil).
3. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan

I. INTERVENSI
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungn dengan obstruksi ventrikel
Tujuan :Setelah dilakukan perawatan selama 3x24 jam diharapkan perfusi jaringan kembali
normal dengan KH :TTV normal Kesadaran pasien kembali seperti sebelum sakit, Gelisah
hilang, Ingatanya kembali seperti sebelum sakit.
Intervensi :
1. Pantau status neurologis dengan teratur dan bandingkan dengan keadaan normalnya
seperti GCS
2. Pantau frekuensi dan irama jantung
3. Pantau suhu juga atur suhu lingkungan sesuai kebutuhan. Batasi penggunaan selimut dan
lakukan kompres hangat jika terjadi demam
4. Pantau masukan dan pengeluaran, catat karakteristik urin, tugor kulit dan keadaan
membrane mukosa

5
5. Gunakan selimut hipotermia6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi seperti steroid,
klorpomasin, asetaminofen
2. Gangguan imobilitas fisik berhubungan dengan tekanan pada serebelum (otak kecil)
Tujuan : klien dapat menunjukkan cara mobilisasi secara optimal. KH :Klien dapat
mempertahankan meningkatkan kekuatan dan fungsi tubuh yang sakit,mempertahankan
integritas kulit dan kandung kemih dan fungsi usus.
Intervensi :
1. Periksa kembali kemampuan dan keadaan secara fungsional pada kerusakan yang terjadi.
2. Kaji derajat imobilitas pasien dengan menggunakan skala ketergantungan (0– 4)
3. Letakkan pasien pada posisi tertentu, ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit
perubahan posisi antara waktu
3. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan
Tujuan :Setelah dilakukan perawatan selama 3 x 24 jam diharapkan penglihatan pasien kembali
normal dengan KH :Pasien dapat melihat dengan jelas.
Intervensi :
1. Pastikan atau validasi persepsi pasien dan berikan umpan balik, orientasikan kembali
pasien secara teratur pada lingkungan, dan tindakan yang akan dilakukan terutama jika
penglihatannya terganggu
2. Buat jadwal istirahat yang adekuat/periode tidur tanpa ada gangguan
3. Berikan kesempatan yang lebih banyak untuk berkomunikasi dam melakikan aktivitas4.
Rujuk pada ahli fisioterapi

J. IMPLEMENTASI
Setelah menyusun rencana keperawatan, selanjutnya dalam pelaksanaan keperawatan penulis
dapat melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah penulis susun. Dalammelaksanakan
tindakan keperawatan penulis bekerja sama dengan baik dengan klien,keluarga dan perawat
ruangan. Selain itu disesuaikan dengan kondisi dan fasilitas yang ada diruangan..
K. EVALUASI
Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis
dan klien, keluarga dan perawat ruangan. Faktor penghambat selama evaluasitidak temukan
adanya hambatan.

Anda mungkin juga menyukai