Anda di halaman 1dari 9

Lex Crimen Vol. VI/No.

6/Ags/2017

TANGGUNG JAWAB PIDANA PARA MEDIS Faktor penyebab tindak pidana malpraktek
TERHADAP TINDAKAN MALPRAKTEK ini masih simpang siur. Di satu sisi pelaku
MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 36 malpraktek tidak dapat dipersalahkan
TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN1 mengingat perbuatannya dilakukan untuk
Oleh: Sartika Damopolii2 menyelesaikan suatu masalah akan tetapi
perbuatannya tidak menjamin selesainya
ABSTRAK masalah tersebut. Di sisi lain kurangnya
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk profesionalitas dalam menjalankan profesi
mengetahui bagaimana Tanggung Jawab sehingga menimbulkan perbuatan malpraktek.
Malpraktek menurut Hukum Pidana dan Hal ini yang penulis jadikan faktor penyebab
bagaimana Tanggung Jawab Para Medis kajian dari skripsi ini.
terhadap tindakan Malpraktek. Dengan Permasalahan yang lebih luas terjadi pada
menggunakan metode penelitian yuridis bidang hukum kesehatan antara lain kegiatan
normatif, disimpulkan: 1. Tanggung jawab malpraktek. Malpraktik (malpractice) adalah
Malpraktek dalam hukum Pidana sangat erat menjalankan suatu profesi secara salah atau
kaitannya dengan pembuktian perbuatan keliru, yang baru dapat membentuk
seseorang (dokter/para medis) untuk dapat pertanggungjawaban hukum bagi pembuatnya
dimasukkan dalam kategori criminal apabila membawa akibat suatu kerugian yang
malpractice, manakala perbuatan tersebut ditentukan atau diatur dalam hukum.
memenuhi rumusan delik pidana. 2. Tanggung Malpraktek dapat terjadi dalam menjalankan
jawab Para medis berkaitan dengan tindakan segala macam profesi, termasuk profesi
Malpraktek Pidana yang telah melanggar pasal- kedokteran. Kesalahan dalam menjalankan
pasal Pidana dalam KUHP yang berkaitan profesi kedokteran akan membentuk
dengan Malpraktek antara lain: Pasal 322 pertanggungjawaban hukum pidana atau
tentang Wajib Simpan Rahasia, Pasal 346 perdata (bergantung sifat akibat kerugian yang
sampai dengan Pasal 349 KUHP, tentang timbul) mengandung 3 (tiga) aspek pokok
Abortus Provokatus. Pasal 351 KUHP, tentang sebagai suatu kesatuan yang tak terpisahkan,
Penganiayaan. ialah
Kata kunci: Tanggung Jawab Pidana, Para (1) perlakuan yang tidak sesuai norma,
Medis, Tindakan Malpraktek (2) dilakukan dengan kelalaian (culpa), dan
(3) mengandung akibat kerugian dalam
PENDAHULUAN hukum.
A. Latar Belakang. Kerugian dalam hukum adalah kerugian
Pertanggungjawaban tindak pidana yang dinyatakan hukum dan boleh dipulihkan
malpraktek saat ini menjadi sorotan penting dengan membebankan tanggungjawab hukum
dikarenakan aturan hukum yang mengaturnya pada pelaku beserta yang terlibat dengan cara
masih kabur. Hal ini dikarenakan pengaturan hukum. Perlakuan medis malpraktik kedokteran
mengenai kualifikasi perbuatan malpraktek terdapat pada pemeriksaan alat dan cara yang
tidak jelas dicantumkan aturan hukumnya, dipakai dalam pemeriksaan, perolehan fakta
perbuatan malpraktek ini tidak dapat dilihat medis yang salah, diagnosa yang ditarik dari
dari satu sudut pandang keilmuan saja, perolehan fakta, perlakuan terapi, maupun
melainkan dari segi ilmu hukum juga. perlakuan menghindari akibat kerugian dari
Perbuatan malpraktek mengandung unsur salah diagnosa atau salah terapi.
pidana dan perdata hal ini seharusnya Kelalaian/culpa adalah pengertian hukum yang
diperhatikan agar setiap pihak tidak pada tataran penerapannya dibidang
memberikan penafsiran masing-masing malpraktek kedokteran belum seragam, ini
menurut keilmuan masing-masing. menimbulkan ketidak pastian hukum. Titik
penentu pertanggungjawaban hukum dalam
perlakuan medis malpraktek kedokteran ada
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof.Atho Bin Smith,
pada akibat yang ditimbulkan berupa kerugian
SH., MH; Djoly A. Sualang, SH.,MH menurut hukum.
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM.
100711129

55
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

Berdasarkan uraian di atas maka penulis hukum yang berlaku, secara obyektif kepada
ingin melakukan kajian tentang: “Tanggung pembuat yang memenuhi syarat-syarat
Jawab Pidana Para Medis Terhadap Tindakan undang-undang untuk dapat di kenai pidana
Malpraktek Menurut Undang-Undang Nomor karena perbuatanya 4.
36 Tahun 2009 tentang Kesehatan”. Pengertian perbuatan pidana tidak
termasuk pertanggungjawaban, selanjutnya
B. PERUMUSAN MASALAH perbuatan pidana terhadap orang yang
1. Bagaimana Tanggung Jawab Malpraktek melakukan perbuatan pidana dan memang
menurut Hukum Pidana ? mempunyai kesalahan merupakan dasar
2. Bagaimanakah Tanggung Jawab Para Medis adanya pertanggungjawaban pidana. Asas
terhadap tindakan Malpraktek ? Pidana mengatakan bahwa: “tidak ada pidana
jika tidak ada kesalahan,” merupakan dasar dari
C. METODE PENELITIAN pada di pidananya pelaku 5.
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian Unsur objektif harus ada apabila setiap
hukum normatif. Penulis mengumpulkan bahan orang yang melakukan kesalahan dan jika pada
hukum primer yakni UU Nomor 36 Tahun 2009 waktu melakukan delict, serta ditinjau dari segi
tentang Kesehatan dan KUHP sebagai landasan masyarakat patut di cela, sehingga setiap orang
peraturan hukum pidana, khususnya yang akan mendapatkan pidana tergantung pada 2
berhubungan dengan tindak pidana (dua) hal, yaitu:
malpraktek. Untuk menemukan suatu 1) Harus ada perbuatan yang bertentangan
kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka dengan hukum, atau dengan kata lain,
penulis menggunakan metode pengumpulan harus ada unsur melawan hukum, dan
data dengan cara studi kepustakaan, yaitu 2) Terhadap pelakunya ada unsur kesalahan
mengumpulkan, mempelajari dan menganalisa dalam bentuk kesengajaan dan atau
secara sitematis buku-buku, bahan internet, kealpaan,
putusan-putusan, peraturan perundang- sehingga perbuatan yang melawan hukum
undangan dan bahan-bahan lain yang tersebut dapat di pertanggungjawabkan
berhubungan dengan materi yang dibahas kepadanya 6.
dalam skripsi ini. Sedangkan unsur subjektif, bahwa
perbuatan pidana memiliki konsekuensi
PEMBAHASAN pertanggungjawaban serta penjatuhan pidana,
A. Tanggung jawab Hukum Pidana. harus memenuhi 2 (dua) alasan mengenai
Pertanggungjawaban pidana dalam bahasa hakikat kejahatan, yakni
asing di sebut sebagai “toereken-baarheid,” 1) pendekatan yang melihat kejahatan
“criminal reponsibilty,” “criminal liability,” sebagai dosa atau perbuatan yang tidak
pertanggungjawaban pidana di maksudkan senonoh yang dilakukan manusia
untuk menentukan apakah seseorang dapat lainnya.
mempertanggungjawabkan perbuatan pidana 2) pendekatan yang melihat kejahatan
atau tidak terhadap tindakan yang di lakukanya sebagai perwujudan dari sikap dan
itu, atau pertanggungjawaban yang dilakukan pribadi pelaku yang tidak normal
tersebut tidak hanya menyangkut masalah sehingga berbuat jahat 7
hukum semata akan tetapi menyangkut pula Di dalam hal kemampuan bertanggungjawab
masalah nilai-nilai moral ataupun kesusilaan bila di lihat dari keadaan batin orang yang
yang ada dalam suatu masyarakat 3
Dalam rumusan konsep KUHP tahun 1982- 4
Djoko Prakoso. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia.
1983, menjelaskan bahwa pertanggungjawaban Yogyakarta. Liberty. 1987. Hlm.75
dan termuat d 5
Ibid., Hlm 77
6
alam pasal 27 adalah pertanggungjawaban Martiman Prodjohamidjojo. Memahami dasar-dasar
pidana, dimana di teruskanya celaan yang Hukum Pidana Indonesia. Jakarta. Pradnya Paramita.
1997. Hlm.31
objektif ada pada tindak pidana berdasarkan 7
Lihat: J.E. Sahetapy (ed.) Victimology sebuah Bunga
Rampai disadur oleh Andi Matalatta, dalam “santunan
3
S.R Sianturi . Asas-asas Hukum Pidana Indonesia dan bagi korban”. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. 1987. Hlm
Penerapanya. Jakarta. Alumni .1996. Hlm.245 41-42

56
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

melakukan perbuatan pidana merupakan 3. Yang di tentukanya dalam ayat di atas


masalah kemampuan bertanggungjawab dan ini, hanya berlaku bagi Mahkamah
menjadi dasar yang penting untuk menentukan Agung, Pengadilan Tingi dan
adanya kesalahan, yang mana keadaan jiwa Pengadilan Negeri 9.
orang yang melakukan perbuatan pidana
haruslah sedemikian rupa sehingga dapat Mengenai kemampuan bertanggungjawab
dikatakan normal, sebab karena orang yang sebenarnya tidak secara terperinci di tegaskan
normal, sehat inilah yang dapat mengatur oleh Pasal 44 KUHP. Hanya di temukan
tingkah lakunya sesuai dengan ukuran-ukuran beberapa pandangan para sarjana, misalnya
yang di anggap baik oleh masyarakat, yakni Van Hammel yang mengatakan, orang yang
pertama pendekatan yang melihat kejahatan mampu bertanggungjawab harus memenuhi
sebagai dosa atau perbuatan yang tidak setidaknya 3 (tiga) syarat, yaitu :
senonoh yang di lakukan manusia lainya. (1) dapat menginsafi (mengerti) makna
Kedua pendekatan yang melihat kejahatan perbuatannya dalam alam kejahatan,
sebagai perwujudan dari sikap dan pribadi (2) dapat menginsafi bahwa perbuatanya di
pelaku yang tidak normal sehingga pelaku pandang tidak patut dalam pergaulan
berbuat jahat. Kedua pendekatan ini masyarakat,
berkembang sedemikian rupa bahkan di yakini (3) mampu untuk menentukan niat atau
mewakili pandangan-pandangan yang ada kehendaknya terhadap perbuatan tadi 10.
seputar pidana dan pemidanaan. Dari sinilah Setiap orang yang mampu
kemudian berbagai perbuatan pidana dapat bertanggungjawab adalah mampu menginsafi
dilihat sebagai perbuatan yang tidak muncul sifat melawan hukumnya perbuatan dan sesuai
begitu saja, melainkan adalah hasil dari refleksi dengan ke insafan itu menentukan
dan kesadaran manusia. Hanya saja perbuatan kehendaknya. Adapun kemampuan
tersebut telah menimbulkan kegoncangan beranggungjawab maka harus ada 2 (dua)
sosial di masyarakat 8. unsur yaitu :
Sementara bagi orang yang jiwanya tidak 1) kemampuan untuk membeda-bedakan
sehat dan normal, maka ukuran-ukuran antara perbuatan yang baik dan buruk,
tersebut tidak berlaku baginya tidak ada yang sesuai dengan hukum dan yang
gunanya untuk di adakan pertanggungjawaban, melawan hukum;
sebagaimana di tegaskan dalam ketentuan 2) kemampuan untuk menentukan
Buku I Bab III Pasal 44 KUHP yang berbunyi kehendaknya menurut keinsafan
sebagai berikut : tentang baik dan buruknya perbuatan
1. Barang siapa mengerjakan sesuatu tadi.
perbuatan, yang tidak dapat di Ketidak mampuan bertanggung jawab
pertanggungjawabkan kepadanya dengan alasan masih muda usia tidak bisa di
karena kurang sempurna akalnya atau dasarkan pada Pasal 44 KUHP. Yang di sebutkan
karena sakit berubah akal tidak boleh tidak mampu bertanggung jawab adalah alasan
di hukum penghapusan pidana yang umum yang dapat di
2. Jika nyata perbuatan itu tidak dapat di salurkan dari alasan-alasan khusus seperti
pertanggungjawabkan kepadanya tersebut dalam pasal pasal 44, 48, 49, 50, dan
karena kurang sempurna akalnya 51. Jadi, bagi Jonkers orang yang tidak mampu
karena sakit berubah akal maka hakim bertanggung jawab itu bukan saja karena
boleh memerintahkan menempatkan pertumbuhan jiwanya yang cacat atau karena
di di rumah sakit gila selama-lamanya gangguan penyakit, tetapi juga karena umurnya
satu tahun untuk di periksa. masih muda, terkena hipnotis dan sebagainya.
Dengan kata lain, bahwa kemampuan
bertanggung jawab berkaitan dengan dua
8
faktor terpenting, yakni pertama faktor akal
Lihat: Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan
Acara Pidana. Disadur I Gusti Bagus Sutrisna. Dalam
untuk membedakan antara perbuatan yang
“Peranan Keterangan Ahli dalam Perkara Pidana (Tijauan
9
terhadap pasal 44 KUHP)” .Jakarta. Ghalia Indonesia. KUH Pidana. Pasal 44
10
1986.Hlm. 78 I Gusti Bagus Sutisna., Op.cit. Hlm 79

57
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

diperbolehkan dan yang di larang atau Sedangkan terjadinya malpraktek oleh


melanggar hukum, dan kedua faktor perasaan dokter menurut Soejono Soekanto paling
atau kehendak yang menetukan kehendaknya sedikit tergantung pada syarat-syarat, sebagai
dengan menyesuaikan tingkah lakunya dengan berikut :
penuh kesadaran. Ketidakmampuan 1. Akibat dari perbuatan dapat
bertanggung jawab dengan alasan masih muda diperhitungkan terlebih dahulu ; dan
usia tidak bisa di dasarkan pada pasal 44 KUHP. 2. Akibat faktor ketidak hati-hatian di
Yang di sebutkan tidak mampu bertanggung dalam melakukan sesuatu atau tidak
jawab adalah alasan penghapusan pidana yang melakukannya.
umum yang dapat di salurkan dari alasan-alasan 2. Malpraktek Medik dan Kelalaian Medik.
khusus seperti tersebut dalam pasal pasal 44, Perbedaan malpraktik medik dengan
48, 49, 50, dan 51. Jadi, bagi Jonkers orang yang kelalaian medik dimana terminologi malpraktek
tidak mampu bertanggungjawab itu bukan saja medik (malpractice medic) dan kelalaian medic
karena pertumbuhan jiwanya yang cacat atau merupakan 2 (dua) hal yang berbeda. Kelalaian
karena gangguan penyakit, tetapi juga karena medic memang termasuk malpraktek medik,
umurnya masih muda, terkena hipnotis dan akan tetapi di dalam malpraktek medik tidak
sebagainya 11. hanya terdapat unsur kelalaian, dapat juga
Mengenai anak kecil yang umurnya masih kerena adanya kesengajaan. Jika dilihat dari
relative muda, dalam keadaan-keadaan yang definisi di atas jelaslah bahwa malpractice
tertentu untuk di anggap tidak mampu mempunyai pengertian yang lebih luas
bertanggungjawab haruslah didasarkan pada daripada negligence karena selain mencakup
pasal 44 KUHP, jadi sama dengan orang arti kelalaian, istilah malpraktek pun mencakup
dewasa. Tidak mampu bertanggungjawab tindakan-tindakan yang dilakukan dengan
karena masih muda hal keadaan tertentu tidak sengaja (international, dolus, opzettelijk) dan
di benarkan. melanggar undang-undang.
Dengan demikian, maka anak yang Perbedaan yang lebih jelas kalau kita
melakukan perbuatan pidana, tidak mempunyai melihat motif yang dilakukan, yaitu:
kesalahan karena dia sesungguhnya belum 1. Pada malpraktik (dalam arti ada
mengerti atau belum menginsyafi makna kesengajaan): tindakannya dilakukan
perbuatan yang di lakukan. Anak memiliki ciri secara sadar, dan tujuan dari
dan karakteristik kejiwaan yang khusus, yakni tindakannya memang sudah terarah
belum memiliki fungsi batin yang sempurna. kepada akibat yang hendak ditimbulkan
Maka, dia tidak di pidana karena tidak atau tidak perduli terhadap akibatnya,
mempunyai kesengajaan atau kealpaan. Sebab walaupun ia mengetahui atau
satu unsur kesalahan tidak ada padanya, seharusnya mengetahui bahwa
karenanya dia di pandang tidak bersalah, sesuai tindakannya itu bertentangan dengan
dengan asas tidak di pidana tidak ada hukum yang berlaku.
kesalahan, maka anak belum cukup umur ini 2. Pada kelalaian: tidak ada motif ataupun
pun tidak di pidana. tujuan untuk menimbulkan akibat yang
terjadi. Akibat yang timbul disebabkan
B. Tanggung jawab Para Medis dalam kerena adanya kelalaian yang
Tindakan Malpraktek. sebenarnya terjadi di luar
1. Akibat Hukum Malpraktek kehendaknya.
Secara harfiah pengertian “malpraktek 3. Tindakan medik: Tindakan medik
adalah suatu tindakan atau praktek yang buruk adalah tindakan professional oleh
atau dengan kata lain malpraktek adalah dokter terhadap pasien dengan tujuan
kelalaian profesi yang terjadi ketika melakukan memelihara, meningkatkan,
profesinya”. memulihkan kesehatan, atau
menghilangkan atau mengulangi
penderitaan.
11
Roeslan Saleh. Perbuatan Pidana dan 1. Risiko medik (Untoward Result): Untuk
Pertanggungjawaban Pidana, Dua Pengertian dalam setiap manfaat yang kita dapatkan
Hukum Pidana. Jakarta. Aksara Baru. 1983. Hlm.83

58
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

selalu ada risiko yang harus dihadapi. menggantungkan harapan hidupnya dari
Satu-satunya jalan menghindari risiko kesembuhan dan penderitaan sakitnya.
adalah dengan tidak berbuat sama Hubungan antara pasien dan dokter yang
sekali. terjadi dianggap tidak seimbang karena
2. Kecelakaan Medik (medical mishap): kedudukan dokter lebih tinggi sekarang
"Kecelakaan Medis" (medical mishap, mengalami pergeseran. Masyarakat dalam hal
misadventure,accident) adalah sesuatu ini pasien menilai bahwa hubungan antara
yang dapat dimengerti dan dimaafkan, mereka dengan dokternya adalah seimbang,
tidak dipersalahkan, sehingga tidak dimana dalam kewajiban dokter untuk
dihukum. Kecelakaan adalah lawan melaksanakan tugasnya dengan hati-hati
dari kesalahan , kecelakaan terdapat hak pasien untuk mendapatkan
mengandung unsur yang tidak dapat pelayanan yang sebaik-baiknya.
dipersalahkan (verwijt baar heid), tidak Tuntutan yang demikian dari masyarakat
dapat dicegah (vermijd baar heid) dan dapat dipahami mengingat sangat sedikit
terjadinya tidak dapat diduga jumlah kasus malpraktek medic yang
sebelumnya (voorzien baar heid). diselesaikan di pengadilan. Apakah secara
Dalam kasus kecelakaan dimana hal ini hukum perdata, hukum pidana atau dengan
merupakan kecelakaan murni, dimana tidak ada hukum administrasi. Padahal media massa
unsur kelalaiannya. Hal ini disebabkan karena di nasional juga daerah berkali-kali melaporkan
dalam Hukum Medis yang terpenting bukanlah adanya dugaan malpraktek medic yang
akibatnya, tetapi cara bagaimana sampai dilakukan dokter tetapi sering tidak berujung
terjadinya akibat itu, bagaimana tindakan itu pada penyelesaian melalui sistem peradilan.
dilakukan. Inilah yang paling penting untuk Kasus-kasus malpraktek hanya sedikit yang
diketahui. Untuk itu dipakailah tolak ukur, yaitu muncul di permukaan. Ada banyak tindakan
Etik Kedokteran dan Standar Profesi Medis. dan pelayanan medik yang dilakukan dokter
Sebagaimana diketahui bahwa Hukum Pidana atau tenaga medis lainnya yang berpotensi
pertama-tama melihat dahulu akibat yang merupakan malpraktek yang dilaporkan
ditimbulkan, baru motif dari tindakan tersebut masyarakat masyarakat tetapi tidak
12
. diselesaikan secara hukum. Bagi masyarakat hal
Malpraktek dalam hukum kedokteran ini sepertinya menunjukkan bahwa para
mengandung arti praktek dokter yang buruk penegak hukum tidak berpihak kepada pasien
(bed practice). Apabila kita membahas terutama masyarakat kecil yang kedudukannya
pengertian medical malpractice dari sudut tentu tidak setara dengan dokter.
tanggung jawab dokter yang berada dalam Tanggung jawab para medis terhadap
suatu perikatan dengan pasien, maka harus malpraktek dalam Undang-Undang Kesehatan
menilai kualifikasi yuridis tindakan medis yang dimana dampak kesehatan dalam
dilakukan dokter tersebut. perkembangan nasional menuntut adanya
Profesi kedokteran dan tenaga medis perhatian untuk kesehatan di seluruh
lainnya dianggap sebagai profesi yang mulia nusantara. Ganguan kesehatan akan
(officium nobel) dan terhormat dimata menimbulkan kerugian ekonomi negara. Upaya
masyarakat. Seorang dokter sebelum peningkatan derajat kesehatan masyarakat juga
melakukan praktek kedokterannya atau berarti investasi bagi pembangunan negara.
melakukan pelayanan medis telah melalui Upaya peningkatan kesehatan tersebut harus
pendidikan dan pelatihan yang cukup panjang. berdasarkan pengetahuan yang luas tentang
Dari profesi ini banyak masyarakat kesehatan demi peningkatan kesejahteraan
(kesehatan) masyarakat.
Seiring dengan perkembangan zaman
aturan mengenai kesehatan yang terdahulu
12
Lihat: Nurul Latifah. Pertanggungjawaban Pidana yakni UU. No.23 Tahun 1992 tidak sesuai lagi
Dokter dalam Kasus Malpraktek Medik menurut KUHP.
dalam
dengan perkembangan, tuntutan, kebutuhan
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/12345678 hukum maka dibentuklah UU.No.36 tahun 2009
9/5825/JURNAL%20IFHA.pdf?sequence=1

59
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

yang lebih sesuai dengan kebutuhan hukum malpraktek dapat dijerat dengan
saat ini. ketentuan yang tegas 13.
Dalam menjaga kesehatan tentu seringkali Menurut Eka Julianta, bahwa dalam
ditemukan beberapa tindakan tindakan yang hubungan hukum antara dokter dan pasien
mengancam kesehatan tersebut dapat berupa (transaksi teuperatik) terjadi apa yang
kesengajaan, kelalaian, ataupun kecelakaan. dinamakan pelayanan medic dan tindakan
Hal-hal seperti ini dapat dikategorikan sebagai medik dan diperlukan adanya transparansi dan
malpraktek yang lebih ditekankan kepada akuntabilitas, sehingga jauh dari perbuatan
tindak pidana malpraktek. kesewenangan secara sepihak. Dalam profesi
Pada pasal 63 UU No. 36 Tahun 2009 medik, perbuatan tanpa asas akan berdampak
tentang Kesehatan dengan jelas diatur pada praktek kedokteran yang menyimpang,
mengenai upaya penyembuhan penyakit dan yang kemudian dikenal dengan malpraktik.
upaya untuk pemulihan kesehatan sebagai Oleh karena itu dalam peraturan perundangan
tolak ukur perbuatan malpraktek menurut yang mengatur tentang kesehatan perlu
ketentuan pidana yang terdapat pada pasal 190 menentukan standar operasional prosedur
di atas. sebagai pedoman pelayanan kesehatan di
Dalam Pasal 63 disebutkan: Indonesia14.
(1) Penyembuhan penyakit dan Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun
pemulihan kesehatan 2009 tentang Kesehatan telah diatur tentang
diselenggarakan untuk kebutuhan akan perlindungan hukum bagi para
mengembalikan status kesehatan ahli. Para ahli dalam bidang kesehatan,
akibat penyakit, mengembalikan misalnya tenaga medis, dalam melaksanakan
fungsi badan akibat cacat atau profesinya melakukan suatu pekerjaan yang
menghilangkan cacat. kadang-kadang penuh risiko. Kalau yang
(2) Penyembuhan penyakit dan bersangkutan telah melakukan tugasnya
pemulihan kesehatan dilakukan dengan benar menurut tolak ukur profesional
dengan pengobatan dan atau (standar profesi), maka yang bersangkutan
perawatan. harus mendapat perlindungan hukum.
(3) Pengobatan dan atau perawatan Kebutuhan perlindungan hukum tidak
dapat dilakukan berdasarkan ilmu terlepas dari hak dan kewajiban yang
kedokteran dan ilmu keperawatan dimilikinya, bidan sebagai tenaga medis 15.
atau cara lain yang dapat Hak dan Kewajiban Bidan seperti yang
dipertanggungjawabkan. diuraikan di bawah ini:
(4) Pelaksanaan pengobatan dan atau Hak-hak bidan:
perawatan berdasarkan ilmu a. Bidan berhak mendapat perlindungan
kedokteran atau ilmu keperawatan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
hanya dapat dilakukan oleh tenaga dengan profesinya.
kesehatan yang mempunyai b. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan
keahlian dan kewenangan untuk standar profesi pada setiap tingkat /
itu. jenjang pelayanan kesehatan.
(5) Pemerintah melakukan pembinaan c. Bidan berhak menolak keinginan pasien /
dan pengawasan terhadap klien dan keluarga yang bertentangan
pelaksanaan pengobatan dan atau
perawatan berdasarkan cara lain 13
yang dapat Lihat: UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pasal
63.
dipertanggungjawabkan. 14
Eka Julianta Wahjoepramono. Konsekuensi Hukum
Pembentukan perundang- dalam Profesi Medik. Karya Darwati. Bandung. 2012. Hlm
undangan di bidang pelayanan 81.
15
kesehatan diperlukan, hal ini Lihat: Pengaturan Tindak Pidana Malpraktek menurut
UU.No. 36 Tahun 2009 dan KUHP dalam:
dilakukan supaya tindak pidana http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39387/
3/Chapter%20II.pdf Diunduh 30 September 2016

60
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

dengan peraturan perundangan, dan kode 1. Tanggung jawab Malpraktek dalam hukum
etik profesi. Pidana sangat erat kaitannya dengan
d. Bidan berhak atas privasi / kedirian dan pembuktian perbuatan seseorang
menuntut apabila nama baiknya (dokter/para medis) untuk dapat
dicemarkan baik oleh pasien, keluarga dimasukkan dalam kategori criminal
maupun profesi lain. malpractice, manakala perbuatan tersebut
e. Bidan berhak atas kesempatan untuk memenuhi rumusan delik pidana.
meningkatkan jenang karir dan jabatan 2. Tanggung jawab Para medis berkaitan
yang sesuai. dengan tindakan Malpraktek Pidana yang
f. Bidan berhak mendapat kompensasi dan telah melanggar pasal-pasal Pidana dalam
kesejahteraan yang sesuai. KUHP yang berkaitan dengan Malpraktek
Kewajiban- kewajiban bidan : antara lain: Pasal 322 tentang Wajib Simpan
a. Bidan wajib mematuhi peraturan rumah Rahasia, Pasal 346 sampai dengan Pasal 349
sakit sesuai dengan hubungan hukum KUHP, tentang Abortus Provokatus. Pasal
antara bidan tersebut dengan rumah sakit 351 KUHP, tentang Penganiayaan.
bersalin dan sarana pelayanan dimana ia
bekerja dan memberikan pelayanan asuhan B. SARAN
kebidanan sesuai dengan standar profesi 1. Kiranya pihak aparat penegak hukum,
dengan menghormati hak-hak pasien. sebagai pencari penegakan hukum yang
b. Bidan wajib merujuk pasien dengan aktif di dalam masyarakat, kiranya dapat
penyulit kepada dokter yang mempunyai berperan aktif dan melihat dengan jeli
kemampuan dan keahlian sesuai dengan indikasi-indikasi kasus malapraktek ini.
kebutuhan pasien. Selanjutnya, sebagai rangkaian dalam
c. Bidan wajib memberi kesempatan kepada keaktifannya dalam mencari penegakan
pasien untuk didampingi oleh suami atau hukum, Kejaksaan sebagai Penuntut Umum
keluarga. dan sebagai pengawasan penyidik sesuai
d. Bidan wajibmemberikan kesempatan dengan isi KUHP, dapat meningkatkan
kepada pasien untuk menjalankan ibadah peranannya dengan jalan membina kerja
sesuai dengan keyakinannya. sama yang erat dengan pihak penyidik
g. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu (polisi) untuk dapat membongkar kasus-
yang diketahuinya tentang seorang pasien kasus malapraktek yang selama ini masih
dan memberikan informasi yang akurat banyak yang ter-tutup, baru kemudian
tentang tindakan yang akan dilakukan serta tugas bagi hakim untuk lebih teliti dan
resiko yang mungkin dapat timbul. obyektif dalam mengambil vonisnya.
h. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis 2. Perlu juga untuk menambah pengetahuan
(informand consent) atas tindakan yang bagi para penegak hukum ini, khususnya
akan dilakukan. pengetahuan dalam bidang medis seperti
i. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan, sehingga jika terjadi kasus
kebidanan yang diberikan dan mengikuti malapraktek mereka dapat melakukan
perkembangan ilmu pengetahuan dan proses penyidikan, menuntut dan memutus
teknologi serta menambah ilmu perkara dengan tepat sesuai dengan
pengetahuannya melalui pendidikan formal kemampuan/pengetahuannya. Hal ini
dan non formal. dapat ditempuh dengan cara mengadakan
j. Bidan wajib bekerja sama dengan proesi seminar-seminar atau diberikan semacam
lain dan pihak yang terkait secara timbal pendidikan khusus yang menyangkut
balik dalam memberikan asuhan kebidanan masalah malpraktek dan kebidanan,
16
. khususnya hal-hal yang sangat erat
kaitannya dengan kejadian-kejadian yang
PENUTUP timbul di sekitar malapraktek. Atau minimal
A. Kesimpulan mereka diberikan suatu
pegangan/pedoman tentang hukum untuk
16
Peraturan Menteri kesehatan Nomor profesi bidan dan segala aspeknya. Dari hal
369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan.

61
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

ini diharapkan agar nantinya setiap kasus Hukum Pidana. Aksara Baru.
malpraktek dapat benar-benar diselesaikan Jakarta. 1983.
dengan tuntas. S.R Sianturi . Asas-asas Hukum Pidana
Indonesia dan Penerapanya.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta. Alumni .1996
Buku-buku Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian
Adami Chazawi. Malpraktik Kedokteran. Hukum Normatif, Rajawali,
Malang. Bayumedia Publishing Jakarta, 1985
2007 Sudarto. Hukum dan Perkembangan
Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana Masyarakat. Sinar Baru.
dan Acara Pidana. Jakarta. Bandung 1983.
Ghalia Indonesia. 1986 Syahrul Machmud. Penegakan Hukum dan
Andi Hamzah. Asas-Asas Hukm Pidana. Rineka Perlindungan Hukum Bagi
Cipta. Jakarta. 2008. Dokter yang diduga Melakukan
Andi Matalatta. Victimology sebuah Bungan Medikal Malpraktek. Karya
Rampai .Jakarta. Pustaka Sinar Putra Darwati. Bandung 2012
Harapan. 1987
Bambang Poernomo. Asas-asas Hukum Pidana. Undang-Undang
Yogyakarta: Ghalia Indonesia Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. UU
1994 Nomor 20 Tahun 1946.
Cahirul Huda. Asas Tiada Pidana Tanpa Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesalahan. Yogyakarta. Fakultas Kesehatan
Hukum. 2014. Disadur oleh Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang
Hanafi Amrani dan Mahrus Ali. Rumah Sakit
Eka Julianta Wahjoeramono. Konsekuensi Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Hukum dalam Profesi Medik. Kekuasaan Kehakiman
Karya Putra Darwati. Bandung. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
2012. Indonesia
Djoko Prakoso. Asas-asas Hukum Pidana di No.1239/Menkes/SK/XI/2001
Indonesia. Yogyakarta. Liberty. tentang Registrasi Dan Praktik
1987 Perawat.
Hanafi Amrani dan Mahrus Ali. Sistem Peraturan Menteri kesehatan Nomor
Pertanggungjawaban Pidana 369/Menkes/SK/III/2007
Perkembangan dan Penerapan. tentang Standar Profesi Bidan.
Rajawali Pers. Jakarta. 2015
I Gusti Bagus Sutrisna. Dalam “Peranan Internet/Website
Keterangan Ahli dalam Perkara http://jurnal.usu.ac.id/index.php/jmpk/article/
Pidana. Jakarta. Ghalia view/6511.
Indonesia. 1986. http://infodanpengertian.blogspot.co.id/2015/
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta. Balai 11/pengertian-tanggung-
Pustaka. 2007. jawab-hukum-menurut.html.
Leden Marpaung. Asas-Teori-Praktik Hukum http://ojs.unud.ac.id/index.php/Kerthanegara/
Pidana. Jakarta. Sinar Grafika article/viewFile/5283/4040
2005. www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-
Martiman Prodjohamidjojo. Memahami dasar- tindakan-medis-informed.html`
dasar Hukum Pidana Indonesia. https://www.scribd.com/document/246118808
Jakarta. Pradnya Paramita. /Hukum-Tentang-Malpraktek
1997. https://www.scribd.com/document/232746356
Roeslan Saleh. Perbuatan Pidana dan /Kelalaian-Medik-Dapat-
Pertanggunjawaban Pidana: Digolongkan-Sebagai-
Dua PengertinDasar dalam Malpraktek.

62
Lex Crimen Vol. VI/No. 6/Ags/2017

https://www.scribd.com/document/246118808
/Hukum-Tentang-Malpraktek
https://www.scribd.com/document/228284403
/JURNAL-malpraktek.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567
89/39387/3/Chapter%20II.pdf
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle
/123456789/5825/JURNAL%20I
FHA.pdf?sequence=1

63

Anda mungkin juga menyukai