Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Kebijakan, Etika Dan Hukum TI


Masalah privacy dan freedom of speech dan kaitannya Dengan Etika Dan Hukum
Studi kasus privacy dan freedom of speech di Media Sosial
Dosen Pengampuh: Dr. Bambang Sutiyoso,SH.,m.Hum.

Disusun Oleh:
Ari Yuda Perkasa Hasibuan (18917208)
Nurdi Afrianto (18917218)

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang maha esa Allah
SWT yang telah memberikan banyak nikmat, rahmat dan karunianya kepada kita
semua hingga kita dapat sampai sejauh ini. Atas segala petunjuk dan izinnya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Privacy dan
freedom of speech studi kasus media sosial”. Penulis tentu menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan
serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa
Indonesia kami Bapak Tanjun yang telah membimbing kami dalam menulis
makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Yogyakarta, 15 Mei 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 1


DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 4
1.2 Maksud dan Tujuan .............................................................................................. 5
1.3 Batasan Masalah................................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penuliasan .............................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Privasi ................................................................................................... 6
2.2 Nilai Privasi ........................................................................................................ 7
2.3 Fungsi Privasi ..................................................................................................... 7
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Privasi ....................................................... 8
1. Faktor Personal ............................................................................................. 8
2. Faktor Situasional ......................................................................................... 8
3. Faktor Budaya .............................................................................................. 8
2.5 Pengaruh Privasi Terhadap Perilaku ................................................................... 9
2.6 Personal Space .................................................................................................... 9
2.7 Teritorialitas ........................................................................................................ 10
2.8 Karakter Dasar Dari Suatu Teritori .................................................................... 10
2.9 Hubungan Antara Privasi, Ruang Personal dan Teritorialitas Dengan Lingkungan. 10
2.10 Definisi Spech of freedom ....................................................................................... 11
2.11 Definisi Media Sosial ............................................................................................. 13
2.12 Fungsi Media Sosial ............................................................................................... 14
2.13 Jenis-Jenis Media Sosial .......................................................................................... 14
2.14 Regulasi Privacy ..................................................................................................... 14
2.15 Regulasi Freedoom Of Speech ................................................................................ 16
2.15.1 Contoh Kebebasan Berpendapat........................................................................... 18

2
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 20
4.2 Saran ................................................................................................................... 20

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan teknologi pada era globalisasi semakin cepat.
teknologi terus mengalami perkembangannya berbanding lurus dengan
kemajuan ilmu pengetahuan. dahulu internet serta perangkat elektronk
eperti komputer merupakan sesuatu yang sangat spesial dan hanya orang-
orang dari kalangan tertentu yang dapat memilikinya. namun sekarang
banyak merk komputer dan leptop sera barang elektronik lainnya yang
sudah banyak dipasaran dengan harga yang relatif terjangkau.
Pekembangan teknologi juga sangat membantu dalam kehidupan manusia.
Seperti ketika ingin berkomunikasi dengan seseorang dari jarak yang jauh
tidak perlu melakukan dengan berkirim surat cukup dengan membuka
gadget dan proses komuikasi dapat dilakukan.
Media sosial adalah salah satu alat komunikasi yang sering
digunakan pada saat ini dengan berkembang pesatnya teknologi dan internet
maka berkembang pesat pula pertembuhan media sosial. Penggunaan media
sosial juga sangat beagam tidak hanya untuk berkenalan dengan orang lain
namun juga berguna untuk melakukan promosi produk, barang dan jasa
serta membuat petisi-petisi online.
Saat ini hampir setiap individu memiliki akun sosial media,
birineraksi secara intensif dengan individu lain secara maya. Namun
beberapa individu sering sekali menggunakan sosial media seringkali
kehidupan pribadi sering di umbar sehingga menjadi konsumsi publik yang
sebenarnya tabu untuk diketahui publik. dengan tidak bijak dalam berbicara
dan mengeluarkan pendapat disosial media, tidak berpikir apa yang yang
dilakukannya berdampak pada dirinya sendiri dan lingkungan disekitarnya.

4
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan pembatan paper adalah:
Memberikan penjelasan kepada pembaca terkait privacy dan freedom of
speech dalam penggunaan social media serta kaitannya dengan Etika
Hukum.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam paper adalah:
Hanya membahas tentang privacy dan freedom of speech dengan contoh
kasus yang terjadia dalam pelanggaran sosial media.
1.4 Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan paper ini adalah untuk memberikan pengetahuan
kepada para pmbacara tentang pentingnya menjaga privasi dan cara
berkomunikasi yang baik didalam social media.

5
BAB II
PEMBAHASAN
Privacy Dan Freedom Of Speech Di Media Sosial

2.1 Definisi Privacy

Kerahasiaan pribadi (privacy) adalah kemampuan satu atau sekelompok


individu untuk menutup atau melindungi kehidupan dan urusan personalnya
dari publik, atau untuk mengontrol arus informasi mengenai diri mereka. Privasi
kadang dihubungkan dengan anonimitas walaupun anonimitas terutama lebih
dihargai oleh orang yang dikenal publik. Privasi dapat dianggap sebagai suatu aspek
dari keamanan.
Hak pelanggaran privasi oleh pemerintah, perusahaan, atau individu
menjadi bagian di dalam hukum di banyak negara, dan terkadang
sebagai konstitusi atau hukum privasi. Hampir semua negara memiliki hukum
yang, dengan berbagai cara, membatasi privasi, sebagai contoh,
aturan pajak umumnya mengharuskan pemberian informasi mengenai pendapatan
(gaji). Pada beberapa negara, privasi individu dapat bertentangan dengan
aturan kebebasan berbicara, dan beberapa aturan hukum mengharuskan pemaparan
informasi publikyang dapat dianggap pribadi di negara atau budaya lain.

Privasi dapat secara sukarela dikorbankan, umumnya demi keuntungan


tertentu, dengan risiko hanya menghasilkan sedikit keuntungan dan dapat disertai
bahaya tertentu atau bahkan kerugian. Contohnya adalah pengorbanan privasi untuk
mengikut suatu undian atau kompetisi; seseorang memberikan detail personal atau
biodata (sering untuk kepentingan periklanan) untuk mendapatkan kesempatan
memenangkan suatu hadiah. Contoh lainnya adalah jika informasi yang secara
sukarela diberikan tersebut dicuri atau disalah gunakan seperti pada pencurian
identitas.

6
Informasi privasi mengacu pada individu, kelompok, atau institusi untuk
menentukan diri mereka sendiri dan bagaimana tentang luasnya informasi tentang
apa yang dikomunikasikan pada orang lain (Malhotra.,et al 2004 dalam Syahran
2008). Secara umum privasi mengacu pada perlindungan informasi pribadi. Chau.,
et al (1999) mendefinisikan adalah hak individu untuk menjadikan dirinya sendiri
dengan mempertimbangkan beberapa dimensi privasi seperti, perilaku, komunikasi,
dan data pribadi. Privasi dibedakan menjadi dua bagian yaitu privasi Fisik dan
nonFisik/informasi (Alter 2002 dalam Pramika 2012). Privasi fisik adalah hak
seseorang untuk mencegah seseorang yang tidak dikehendaki terhadap waktu,
ruang, dan hak milik. Privasi informasi adalah hak individu untuk menentukan
kapan, bagaimana dan apa saja informasi pribadi yang ingin dikomunikasikan
dengan pihak lain. Penggunaan teknologi informasi berkecendrungan membuat
pelanggaran terhadap privasi jauh lebih mudah terjadi.
Pandangan konsumen mengenai privasi berbeda-beda satu sama lain, untuk
konteks informasi yang disebarluaskan baik secara, individu, kelompok dan institusi.
Privasi pada umumnya dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti budaya, lingkungan, hukum,
dan industri. Akan tetapi faktor tersebut tidak mutlak mengenai persepsi privasi karena
didasarkan karakteristik konsumen dan pengalaman masa lalu dalam bertransaksi online.
Oleh karena itu persepsi mengenai transaksi online dan penggunaan informasi pribadi
berbeda-beda.

2.2 Nilai Privasi


Ada sejumlah jawaban mengapa privasi penting bagi kita, yakni:
1. Privasi memberikan kemampuan untuk menjaga informasi pribadi yang
bersifat rahasia sebagai dasar pembentukan otonomi individu.
2. Privasi dapat melindungi dari cacian dan ejekan orang lain, khususnya
dalam masyarakat dimana toleransi masih rendah, dimana gaya hidup dan tingkah
laku aneh contoh nyata.
3. Privasi merupakan mekanisme untuk mengontrol reputasi seseorang.
Semakin banyak orang tahu tentang diri kita semakin berkurang kekuatan kita
untuk menentukan nasib kita sendiri. Contoh peredaran video mesum Yahya Zaini
dan Maria Eva, dimana rekaman tersebut sejatinya merupakan privasi dari
keduanya.

7
4. Privasi merupakan perangkat bagi berlangsungnya interaksi sosial. Berbagai
regulasi yang mengatur penyusupan membuktikan bahwa privasi penting bagi
interaksi sosial. Begitu juga regulasi yang mengatur soal pemakaian lensa tele.
5. Privasi merupakan benteng dari kekuasaan pemerintah. Sebagaimana slogan
yang berbunyi "pengetahuan adalah kekuatan", maka privasi menjaga agar
kekuasaan tidak disalahgunakan. Pada satu sisi pemerintah memiliki privasi
berupa rahasia negara yang tidak boleh dibuka dalam kondisi tertentu, pada sisi
lain masyarakat juga memiliki privasi sehingga penguasa tidak berlaku semena-
mena.

2.3 Fungsi Privasi


Altman (1975) menjabarkan beberapa fungsi privasi, antara lain :
1. fungsi pertama privasi adalah pengatur dan pengontrol interaksi interpersonal yang
berarti sejauh mana hubungan dengan orang lain diinginkan, kapan waktunya
menyendiri dan kapan waktunya bersama-sama dengan orang lain. privasi dibagi
menjadi 2 macam, yaitu privasi rendah (terjadi bila hubungan dengan orang lain
dikehendaki), dan privasi tinggi (terjadi bila ingin menyendiri dan hubungan
dengan orang lain dikurangi).
2. fungsi kedua privasi adalah merencanakan dan membuat strategi untuk
berhubungan dengan orang lain, yang meliputi keintiman / jarak dalam
berhubungan dengan orang lain.
3. fungsi ketiga privasi adalah memperjelas identitas diri.

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Privasi


Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi privasi yaitu faktor personal, faktor
situasional, faktor budaya :
1. Faktor Personal. Marshall (dalam Gifford, 1987) mengatakan bahwa perbedaan
dalam latar belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan akan privasi.
Dalam penelitiannya, ditemukan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam suasana
rumah yang sesak akan lebih memilih keadaan yang anonim dan reserve saat ia
dewasa. Sedangkan orang menghabiskan sebagian besar waktunya di kota akan
lebih memilih keadaan anonim dan intimacy.
2. Faktor Situasional. Beberapa hasil penelitian tentang privasi dalam dunia kerja,
secara umum menyimpulkan bahwa kepuasaan terhadap kebutuhan akan privasi

8
sangat berhubungan dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang-orang
di dalamnya untuk menyendiri (Gifford, 1987).
3. Faktor Budaya. Penemuan dari beberapa peneliti tentang privasi dalam berbagai
budaya (seperti Patterson dan Chiswick pada suku Iban di Kalimantan, Yoors pada
orang Gypsy dan Geertz pada orang Jawa dan Bali) memandang bahwa tiap-tiap
budaya tidak ditemukan adanya perbedaan dalam banyaknya privasi yang
diinginkan, tetapi sangat berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan
privasi (Gifford, 1987).

2.5 Pengaruh Privasi Terhadap Prilaku


Maxine Wolfe dan kawan-kawan (dalam Holahan, 1982) mecatat bahwa
pengelolahan hubungan interpersonal adalah pusat dari pengalaman tentang privasi
dalam kehidupan sehari-hari. Menurutnya, orang yang terganggu privasinya akan
merasakan keadaan yang tidak mengenakkan. Sedangkan Schwartz (dalam
Holahan, 1982) menemukan bahwa kemampuan untuk menarik diri ke dalam
privasi (privasi tinggi) dapat membantu membuat hidup ini lebih mengenakkan saat
harus berurusan dengan orang-orang yang “sulit”. Sementara hal yang senada
diungkapkan oleh westin bahwa saat-saat kita mendapatkan privasi seperti yang
kita inginkan, kita dapat melakukan pelepasan emosi dari akumulasi tekanan hidup
sehari-hari dan kita juga dapat melakukan evaluasi diri serta membantu kita
mengembangkan dan mengelola perasaan otonomi diri. Otonomi ini meliputi
perasaan bebas, kesadaran memilih dan kemerdekaan dari pengaruh orang lain.

2.6 Personal Space (Ruang Tunggu)


Menurut Sommer (dalam Alt man, 1975) ruang personal adalah daerah di
sekeliling seseorang dengan batasan-batasan yang tidak jelas dimana seseoramg
tidak boleh memasukinya. Goffman (dalam Altman, 1975) menggambarkan ruang
personal sebagai jarak / daerah di sekitar individu dimana dengan memasuki daerah
orang lain, menyebabkn orang lain tersebut merasa batasnya dilanggar, merasa
tidak senang, dan kadang-kadang menarik diri. Beberapa definisi ruang personal
secara implisit berdasarkan hasil-hasil penelitian, antara lain :

9
1. Ruang personal adalah batasan-batasan yang tidak jelas antara seseorang dengan
orang lain.
2. Ruang personal sesungguhnya berdekatan dengan diri sendiri.
3. Pengaturan ruang personal merupakan proses dinamis yang memungkinkan diri
kita keluar darinya sebagai suatu perubahan situasi.
4. Ketika seseorang melanggar ruang personal orang lain, maka dapat berakibat
kecemasan, stress, dan bahkan perkelahian.
5. Ruang personal berhubungan secara langsung dengan jarak-jarak antar manusia,
walaupun ada tiga orientasi dari orang lain : berhadapan, saling membelakangi, dan
searah.
Menurut Edward T. Hall, seorang antropolog, bahwa dalam interaksi sosial
terdapat 4 zona spasial yang meliputi : jarak intim, jarak personal, jarak sosial, dan jarak
publik. Kajian ini kemudian dikenal dengan istilah Proksemik (kedekatan) atau cara
seseorang menggunakan ruang dalam berkomunikasi (dalam Altman, 1975).

2.7 Teritorialitas
Holahan (dalam Iskandar, 1990), mengungkap bahwa teritorialitas adalah suatu
tingkah laku yang diasosiasikan pemilikan atau tempat yang ditempatinya / area yang
sering melibatkan ciri pemilikannya dan pertahanan dari serangan orang lain.
Menurut Sommer dan de War perbedaan ruang personal dengan teritorialitas adalah ruang
personal dibawa kemanapun seseorang pergi dan tidak memperlihatkan dengan jelas
kawasan yang menjadi pembatas antar dirinya dengan orang lain. Sedangkan teritori
memiliki implikasi tertentu yang secara geografis merupakan daerah yang tidak berubah-
ubah dengan batasan-batasan yang nyata.

2.8 Karakter Dasar Dari Suatu Teritori


Karakter dasar dari suatu teori dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitu :
1. Kepemilikan dan tatanan tempat.
2. Personalisasi atau penandaan wilayah.
3. Taturan atau tatanan untuk mempertahankan terhadap gangguan
4. Kemampuan berfungsi yang meliputi jangkauan kebutuhan fisik dasar,
psikologis, sampai kepuasan kognitif dan kebutuhan estetika.

10
2.9 Hubungan Antara Privasi, Ruang Personal dan Teritorialitas Dengan
Lingkungan
Hubungan antara privasi, ruang personal, dan teritorialitas dengan lingkungan
yaitu : manusia memerlukan privasi untuk dirinya sendiri agar ia merasa nyaman dan orang
lain tidak mengetahui aktivitas apa yang dilakukan dan manusia juga membutuhkan ruang
personal agar mereka bisa terlepas dari kepenatan dan kesesakan serta bisa menjadi suatu
tempat dimana manusia menarik dirinya dari kerumunan orang sekitarnya. Selain itu
manusia juga memerlukan teritorialitas dimana mereka mempunyai tempat untuk dirinya
sendiri dan orang-orang terdekatnya. perilaku teritorialitas dalam hubungannya dengan
lingkungan dapat dilihat pada penggunaan elemen-elemen fisik untuk menandai demarkasi
teritori yang dimiliki seseorang, misalnya pagar halaman. Teritorialitas ini terbagi sesuai
dengan sifatnya yaitu mulai dari yang privat sampai yang publik. Intinya seseorang
memerlukan privasi, ruang personal dan teritorialitas untuk mendapatkan kenyamanan
untuk dirinya. Ketika individu mempresepsikan daerah teritorinya sebagai daerah
kekuasaannya, itu berarti mempunyai kemungkinan untuk mencegah segala kondisi
ketidaknyamanan terhadap teritorinya.

2.10 Definisi Spech of freedom (Kebebasan Berbicara)


Freedom of speech adalah kebebasan setiap individu untuk menyampaikan
aspirasi tanpa adanya intervensi dari pihak manapun. Kebebasan berpendapat
sering disebut dengan kebebasan berekspresi dan merupakan hak asasi manusia
yang artinya hak yang melekat pada setiap manusia dan bersifat mutlak. Pada era
modern hak kebebasan berbicara dapat dengan mudah untuk disampaikan.

Dengan kemajuan teknologi individu antar individu dapat dengan mudah


untuk saling berbicara dan berkomunikasi. Akan tetapi saling di salah artikan
penggunaan teknologi dalam kebebasan berbicara. Menurut Budi, Rayudaswati
terdapat 12 prinsip dalam berkomunikasi yaitu:
a. Prinsip 1 komunikasi adalah suatu proses simbolik.
Komunikasi adalah sesuatu sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak
berakhir pada satu titik namun berkelanjutan.
b. Prinsip 2 Setiap prilaku mempunyai potensi komunikasi.

11
Setiap orang tidak bebas bernilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang
tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi.
c. Prinsip 3 Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan.
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dan dimensi isi
tersebut kita bisa mempresiksi dimensi hubungan yang ada di antara pihak-
pihak yang melakukan proses komunikasi.
d. Prinsip 4 komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesenjangan.
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai
dari tingkat kesenjangan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak
direncanakan sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja.
e. Prinsip 5 komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.
Pesan Komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal
maupun non verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu
berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu
berlangsung.
f. Prinsip 6 komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.
Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar
norma yang berlaku di masyarakat. jika kita tersenyum maka dapat mempresiksi
bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa
seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita.
g. Prinsip 7 Komunikasi bersifat sistematik.
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar
belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana
seseorang berkomunikasi di pengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi
internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia bersosialisasi
mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.
h. Prinsip 8 Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah
komunikasi.
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan
yang sama, maka ada kecendrungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang

12
sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang
sama terhadap simbol yang saling dipertukarkan.
i. Prinsip 9 komunikais bersifat nonsekuensial.
Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti tidak berlangsung satu arah.
Melinbatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan dikirimkan itu
diterima dan dimengerti.
j. Prinsip 10 komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional.
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah
komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan
menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.
k. Prinsip 11 Komunikasi Bersifat irrevesible.
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol
sedemikian rupa terhadapa efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirim.
Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti
orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang
lain tersebut.
l. Prinsip 12 komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat
digunakan untuk menyelesaikan masalah. Banyak persoalan dan konflik antar
manusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi bukanlah
obat mujarab untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena konflik
atau persoalan tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural.
2.11 Definisi Media social.
Media social adalah sebuah media online yang penggunanya dapat
berkomunikasi secara online tanpa batasan ruang dan waktu serta Pengguna sosial
media juga dapat berbagi menciptakan blog, forum dan grup komunitas. Menurut
Ardha Berliani sosial media adalah adalah kajaringan baru yang komunikasinya
dilakukan secara modern hubungan interpersonal diciptakan dan dipelihara.
Rohma, Andrew dkk Sosial Media adalah segala hal tentang meciptakan,
memengaruhi, berbagi terhadap sesuatu dan yang terpenting dari semua itu adalah
dampak besar yang dihasikan dari sosial media.

13
2.12 Fungsi Media Sosial
Menurut Rahadil Dedi Rianto Fungsi social media adalah:
a. identity adalah gambaran pengguna media social seperti nama, jenis
kelamiin, alamat, foto dan lainnya.
b. Conversations adalah gambaran peraturan para pengguna social media
dalam berkomunikasi antar pengguna lainnya.
c. Sharing adalah penggabaran transaksi konten antar pengguna socila
media.
d. Present yaitu menggambarkan akses antar pengguna sosial dapat berjalan
dengan baik.

2.13 Jenis-Jenis Media Sosial


1. S Meilanny Budiarti dkk berpendapat jenis sosial media adalah Konten
kolaborasi (contohnya, Wikipedia), Blog dan microblog (contohnya,
Twitter) Situs jejaring sosial berita (contohnya, Digg), Konten Video
(contohnya, YouTube), Situs jejaringan sosial (contohnya, Facebook),
Game dunia maya (contohnya, World of Warcraft), Situs dunia sosial
virtual (contohnya, Second Life).

2.14 Regulasi privacy


Konstitusi Indonesia tidak secara eksplisit mengatur mengenai
perlindungan data didalam UUD 1945 (sama halnya juga dengan privasi),
meskipun UUD 1945 menyatakan dengan tegas adanya perlindungan
terhadap hak asasi manusia. Dalam UUD 1945 ketentuan mengenai
perlindungan data, secara implisit bisa ditemukan dalam pasal 28F dan 28G
(1), mengenai kebebasan untuk menyimpan informasi dan perlindungan
atas data dan informasi yang melekat kepadanya :

14
a. Pasal 28F UUD RI 1945
“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang
tersedia”.
b. Pasal 28G Ayat (1) UUD RI 1945
“Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas
rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi”.
c. Pengaturan Penggunaan Data Pribadi Dalam UU ITE
Pengertian informasi dan data pribadi belum secara spesifik diatur dalam
UU ITE, begitu pula dengan penggunaannya melalui media elektronik.
Namun Pengertian yang terkait dengan hal ini dapat dilihat:
1. Pasal 1 ayat (1) UU ITE No 11 tahun 2008 yaitu :
“Informasi Elektronik adalah satu atau sekumpulan data elektronik,
termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta,
rancangan, foto, electronic data interchange (EDI), surat
elektronik (electronic mail), telegram, teleks,telecopy atau sejenisnya,
huruf, tanda, angka, Kode Akses, simbol, atau perforasi yang telah
diolah yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh orang yang mampu
memahaminya”.
2. Pasal 1 ayat (4) UU ITE No 11 tahun 2008 dinyatakan bahwa :
“Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat,
diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog,
digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat,
ditampilkan, dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem
Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, gambar,
peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses,

15
simbol atau perforasi yang memiliki makan atau arti atau dapat
dipahami oleh orang yang mampu memahaminya”.
3. UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM
Jaminan privacy sedikit berbeda dirumuskan pada pasal pasal berikut:
a. Pasal 29 ayat (1) yang berbunyi:
setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat dan hak miliknya.
b. Pasal 30 yang berbunyi:
Setiap orang berhak atas rasa aman dan tenteram serta
perlindungan terhadap ancaman ketakutan untuk berbuat atau
tidak berbuat sesuatu.
c. Pasal 31 ayat (2) yang berbunyi:
Menginjak atau memasuki suatu pekarangan tempat kediaman
atau memasuki suatu rumah bertentangan dengan kehendak orang
yang mendiaminya, hanya diperbolehkan dalam hal-hal yang telah
ditetapkan dengan undang-undang.

2.15.1 Regulasi Freedom Of Speech.


Adapun kebebasan berendapat diatur dalam:
4.1 UU No 9 Tahun 1998 yang berbunyi:
1. Bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum adalah
hak asasi manusia yangdijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 dan
Deklarasi Universal Hak-Hak AsasiManusia.
2. Bahwa untuk membangun negara demokrasi yang menyelenggarakan
keadilan sosial danmenjamin hak asasi manusia diperlukan adanya
suasana yang aman, tertib, dan damai.
3. bahwa hak menyampaikan pendapat di muka umum dilaksanakan secara
bertanggung jawab sesuaidengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

16
4. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf
a, b, c, dan d, perludibentuk undang-undang tentang kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum
4.2 UUD 45 Pasal 28E ayat 3 yang berbunyi:
Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul, dan
mengeluarkan pendapat.
4.3 UU No 40 Tahun 1999 Tentang Pers yang berbunyi:
1. bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan
rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis,
sehingga kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat
sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945
harus dijamin.
2. bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
yang demokratis, kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat
sesuai dengan hati nurani dan hak memperoleh informasi, merupakan
hak asasi manusia yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan kesejateraan umum,
dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. bahwa pers nasional sebagai wahana komunikasi massa, penyebar
informasi, dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi,
hak, kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan
kemerdekaan pers yang profesional, sehingga harus mendapat jaminan
dan perlindungan hukum, serta bebas dari campur tangan dan paksaan
dari manapun.
4. bahwa pers nasional berperan ikut menjaga ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
4.4 UU N0 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Pasal 27 ayat 3 yang berbunyi:
“Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi

17
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.”

2.15.1 Contoh Kasus Kebebasan Berpendapat.


Pada tanggal 10/04/2018 sebuah acara di statasiun swasta dengan Rocky Gerung
selaku pembicara memberikan pernyataan kitab suci itu fiksi. saat itu Rocky Gerung
menjadi pembicara dan diminta untuk menyampaikan pendapatnya terkait tema
yang sedang dibahas. pada awalnya rocky berbicara soal pentingnya masyarakat
dalam mengerti tentang pemahaman kata fiksi menurut Rocky fiksi merupakan
energi yang dapat mengaktifkan imajinasi. kemudian rocky menjelaskan perbedaan
antara fiksi dan fakta, menurutnya fiksi adalah lawannya realistis bukannya fakta.
kemudian rocky memberikan pertanyaan kepada seluruh pembicara "jika fiksi
mengaktifkan imajinasi, maka kitab suci fiksi atau bukan?" karena tidak ada
pembicara yang menjawab terkait pertanyaan tersebut, maka rocky menjawab
bahwa kitab suci adalah fiksi. ada beberapa pembicara yang kurang setuju terkait
pernyataan tersebut.
Karena pernyataannya tersebut, rocky gerung dilaporkan oleh Permadani
Arya dan Jack Boyd terkait penistaan agama. Rocky Gerung dijerat dalam pasal 28
ayat 2 juncto Pasal 45A Ayat 2 Undang-Undang RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas UU RI Nomor 11 tahun 2008 tentang ITE.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil adalah:
1. Media sosial adalah media online yang penggunanya dapat dengan
dengan mudah berintraksi menciptakan jejaring sosial serta
Pemahaman bahwa harus menjaga rahasia dengan bahasa simbolik
tutup mulut tersebut menyiratkan pentingnya untuk selalu menjaga
atau menyimpan rahasia secara rapat tanpa diketahui oleh orang lain.
2. Kebebasan berpendapat dan hak pribadi adalah hak dari setiap
individu dan sudah dilindungi dalam Undang-Undang yang berlaku.
3. Penggunaan sosial media dalam hal privacy dan freedom of speech
Perlu adanya kesadaran dalam diri setiap individu bahwa setiap
menggunakan sosial media harus diikuti dengan tanggung jawab
moral.

3.1 Saran
adapun dari saran adalah:
1. Sebaiknya bijak dalam berbicara di sosial media karena hal tersebut akan
menjadi bumerang bagi diri sendiri.
2. Perlu ditambahkan studi kasus lain terkait privacy dan freedom of speech
serta sumber yang digunakan lebih lebih banyak.

19
DAFTAR PUSTAKA (Belum Fix)

Budi, Rayuwastari. 2010. “Pengantar ILMU KOMUNIKASI”. Rayudaswati Budi


Makassar. 2010

Ardha, Berliani. 2014 SOCIAL MEDIA SEBAGAI MEDIA KAMPANYE PARTAI POLITIK
DI INDONESIA, Jurnal Visi Komunikasi Volume 13, No. 01, Mei 2014: 105-120. Jakarta
Indonesia.

Rahadil, Dedi Rianto 2017 PERILAKU PENGGUNA DAN INFORMASI HOAX DI


MEDIA,jurnal management & kewirausahaan vol.5,No 1, 2017. Malang Indonesia.

S, Mailanny, Budiarti, dkk. PENGARUH MEDIA SOSIAL TERHADAP PERILAKU


REMAJA, PROSIDING KS: RISET & PKM VOLUME: 3 NOMOR: 1 HAL: 1 - 154 ISSN:
2442-4480

Rohma Andrew, dkk. 2011. We’re all connected: The power of the social media ecosystem,
BUSHOR-881; No. of Pages 9. USA

Pemerintah Indonesia.1998. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1998


Tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum. Lembaran negara
Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 181. Jakarta : Sekertariat Negara.

Pemerintah Indonesia.2002. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.


Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2002. Jakarta : Sekertariat Negara.

Pemerintah Indonesia.1999. Undang-Undang Republik Indonesia NOMOR 40 TAHUN 199


TENTANG P E R S. Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 3887.
Jakarta : Sekertariat Negara.

20
Johanna G. Tan, A Comparative Study of the APEC Privacy Framework – A New Voice in
the Data Protection Dialogue?, Asian Journal of Comparative Law, Volume 3-issue I,
2008, hal. 1 http://www.bepress.com/cgi/viewcontent.cgi?article=1071&context=asjcl.

Konsensus untuk membentuk Komunitas Ekonomi Eropa dan Komunitas Batubara dan
Besi telah dimulai pada sebelum tahun 1950an yang kemudian menjadi Uni Eropa di masa
sekarang. http://europa.eu/about-eu/eu-history/index_en.htm

Purtova, Nadezhda, “Private Law Solution in European Data Protection Relationship to


Privacy, and Waiver of Data Protection Rights,” Netherlands Quarterly of Human Rights,
2010, vol. 28, nr. 2, pp. 179–19, page 3

21
22

Anda mungkin juga menyukai