Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang disebabkan karena
adanya invasi bakteri pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih disebabkan oleh
bakteri Escherechia coli, Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi
saluran kemih dapat mengenai baik pria maupun wanita dari semua umur baik anak,
remaja, dewasa maupun umur lanjut. Wanita lebih mudah terinfeksi dari pada pria
dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15% (Tessy, A.& Suwanto, 2001).
ISK sering terjadi pada wanita salah satu penyebabnya adalah uretra wanita
yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah melewati jalur ke
kandung kemih. Faktor lain yang berperan adalah kecenderungan untuk menahan
urine serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu berhubungan kelamin. Uretra yang
pendek meningkatkan kemungkinan mikroorganisme yang menempel di lubang
uretra sewaktu berhubungan kelamin memiliki akses ke kandung kemih. Wanita
hamil mengalami relaksasi semua otot polos yang dipengaruhi oleh progesterone,
termasuk kandung kemih dan ureter, sehingga mereka cenderung menahan
urindibagian tersebut. Uterus pada kehamilan dapat pula menghambat aliran urin
pada keadaan-keadaan tertentu.
Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita adalah
pembentukan selaput mukus yang dependen estrogen di kandung kemih. Mukus ini
mempunyai fungsi sebagi antimikroba. Pada menopause, kadar estrogen menurun
dan sistem perlindungan ini lenyap sehingga pada wanita yang sudah mengalami
menopause rentan terkena infeksi saluran kemih. Proteksi terhadap infeksi saluran
kemih pada wanita dan pria, terbentuk oleh sifat alami urin yang asam dan berfungsi
sebagai anti bakteri.
Infeksi saluran kemih pada pria jarang terjadi, pada pria dengan usia yang
sudah lanjut, penyebab yang paling sering adalah prostatitis atau hiperplasia prostat.
Prostat adalah sebuah kelenjar seukuran kenari yang terletak tepat di bawah saluran
keluar kandung kemih. Hiperplasia prostat dapat menyebabkan obstruksi aliran yang

1
merupakan predisposisi untuk timbulnya infeksi dalam keadaan normal, sekresi
prostat memiliki efek protektif antibakteri.
Menurut WHO sebanyak 25 juta kematian diseluruh dunia pada tahun 2011,
sepertiganya disebabkan oleh penyakit infeksi (WHO, 2011). Infeksi saluran kemih
(ISK) merupakan infeksi dengan keterlibatan bakteri tersering dikomunitas dan
hampir 10% orang pernah terkena ISK selama hidupnya. Sekitar 150 juta penduduk
di seluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis menderita infeksi saluran kemih.
Prevalensinya sangat bervariasi berdasar pada umur dan jenis kelamin, dimana
infeksi ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria yang oleh
karena perbedaan anatomis antara keduanya. Infeksi saluran kemih menempati posisi
kedua tersering (23,9%) di negara berkembang setelah infeksi luka operasi (29,1%)
sebagai infeksi yang paling sering didapatkan oleh pasien di fasilitas kesehatan. ISK
merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup signifikan (Pezzlo,
1992).
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan infeksi saluran kemih?
2. Bagaimana epidemiologi, etiologi, patologi, dan patofisiologi penyakit
saluran kemih?
3. Gejala, tanda dan faktor penyebab apa yang timbul pada penderita ISK?
4. Bagaimana cara mendiagnosis infeksi saluran kemih?
1.3.Tujuan
1. Tujuan Umum : mampu mengetahui tentang keseluruhan infeksi saluran
kemih.
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud infeksi saluran kemih.
b. Untuk mengetahui epidemiologi, etiologi, patologi dan patofisiologi penyakit
saluran kemih.
c. Untuk mengetahui gejala, tanda dan factor penyebab infeksi saluran kemih.
d. Untuk mengetahui cara mendiagnosis infeksi saluran kemih.

2
1.4.Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sebagai
penambahan informasi secara keseluruhan tentang infeksi saluran kemih.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih (ISK) adalah jenis infeksi nosokomial yang paling
umum yang menyebabkan sekitar 40% dari semua infeksi per tahun. Selain itu,
beberapa penelitian telah melaporkan bahwa sekitar 80% infeksi saluran kemih
terjadi setelah instrumentasi terutama kateterisasi (Darmadi, 2008).
ISK merupakan merupakan penyakit infeksi yang sering ditemukan di praktik
umum. Beberapa penelitian menunjukkan adanya faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya ISK seperti umur, jenis kelamin, penggunaan obat
immunosupresan dan steroid, pemasangan katerisasi, kebiasaan menahan kemih,
kebersihan genitalia dan faktor predisposisi lain (Sholihah, 2017).
Angka kejadian ISK meningkat pada pasien berumur 40 tahun keatas dengan
puncak tertinggi pada kelompok umur 50-59 tahun. Sebagian pasien ISK berjenis
kelamin perempuan (Shirby & Seoliongan, 2013).
Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi cystitis dan pielonefritis. Cystitis
adalah infeksi kandung kemih, yang merupakan tempat tersering terjadinya infeksi.
Pielonefritis adalah infeksi pada ginjal itu sendiri. Pielonefritis dapat bersifat akut
atau kronik. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih
asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen.
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
1. Cystitis primer, merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang
ini dapat terjadi karena penyakit lain seperti batu pada kandung kemih,
divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
2. Cystitis sekunder , merupakan gejala yang timbul kemudian sebagai
akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis..
2.2.Etiologi ISK
Umumnya ISK disebabkan oleh mikroorganisme tunggal seperti :
1. Escherichia coli merupakan mikroorganisme yang paling sering diisolasi dari
pasien ISK.

4
2. Mikroorganisme lain yang sering ditemukan adalah proteus sp, klebsiella sp
dan stafilokokus dengan koagulase negatif.
3. Infeksi yang disebabkan oleh pseudomonas jarang ditemukan kecuali pasca
katerisasi.
2.3.Patogenesis
Patogenesis bakteriuria asimptomatik menjadi simtomatik dengan presentasi klinis
tergantung patogenesis bakteri dan status kesehatan pasien :
1. Peranan patogenesis bakteri, meliputi peranan perlekatan bakteri pada mukosa
dan peranan faktor virulansi lainnya seperti toksin escherichia coli dan
fimbriae.
2. Peranan status kesehatan pasien meliputi faktor presdiposisi dan status
imunologi dari pasien.
2.4.Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran
kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan
dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2014). Kuman ini biasanya memasuki saluran kemih
melalui uretra, kateter, perjalanan sampai ke kandung kemih dan dapat bergerak naik
ke ginjal dan menyebabkan infeksi yang disebut pielonefritis (National Kidney
Foundation, 2012). ISK terjadi karena gangguan keseimbangan antara
mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran
kemih sebagai host.
Mikroorganisme penyebab ISK umumnya berasal dari flora usus dan hidup
secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar
anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih
bagian bawah atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke
ginjal (Fitriani, 2013).
Mikroorganisme tersebut dapat memasuki saluran kemih melalui 3 cara yaitu
ascending, hematogen seperti penularan M.tuberculosis atau S.aureus , limfogen dan
langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah mengalami infeksi
(Purnomo,2014). Sebagian besar pasien ISK mengalami penyakit komplikasi. ISK
komplikasi adalah ISK yang diperburuk dengan adanya penyakit lainya seperti lesi,

5
obstruksi saluran kemih, pembentukan batu, pemasangan kateter, kerusakan dan
gangguan neurologi serta menurunya sistem imun yang dapat mengganggu aliran
yang normal dan perlindungan saluran urin. Hal tersebut mengakibatkan ISK
komplikasi membutuhkan terapi yang lebih lama (Aristanti, 2015).
2.5.Tanda dan Gejala
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti :
 Demam
 susah buang air kecil
 nyeri setelah buang air besar (disuria terminal)
 sering buang air kecil
 kadang-kadang merasa panas ketika berkemih
 nyeri pinggang dan nyeri suprapubik (Permenkes, 2011).

Namun, gejala-gejala klinis tersebut tidak selalu diketahui atau ditemukan


pada penderita ISK. Untuk memegakan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan
penunjang pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, ureum dan kreatinin, kadar gula
darah, urinalisasi rutin, kultur urin, dan dip-stick urine test. (Stamm dkk, 2001).

2.6.Faktor yang mempengaruhi ISK


Faktor resiko yang berpengaruh terhadap ISK :
1. Panjang uretra
Wanita lebih rentan terkena infeksi ini karena uretra wanita lebih pendek
dibanding laki-laki, sehingga jalur bakteri menuju kandung kemih lebih
pendek yang membuat wanita lebih mudah terkena penyakit ini dibanding
laki-laki.
2. Faktor usia
Orang tua lebih mudah terkena dibanding dengan usia yang lebih muda.
3. Wanita hamil
Wanita hamil lebih mudah terkena penyakit ini karena pengaruh hormonal
ketika kehamilan yang menyebabkan perubahan pada fungsi ginjal
dibandingkan sebelum kehamilan.
4. Faktor hormonal seperti menopause.

6
Wanita pada masa menopause lebih rentan terkena karena selaput mukosa
yang tergantung pada estrogen yang dapat berfungsi sebagai pelindung.
5. Gangguan pada anatomi dan fisiologis urin.
Sifat urin yang asam dapat menjadi anti bakteri alami tetapi apabila terjadi
gangguan dapat menyebabkan menurunnya pertahanan terhadap kontaminasi
bakteri.
6. Penderita diabetes, orang yang menderita cedera korda spinalis, atau
menggunakan kateter dapat mengalami peningkatan resiko infeksi.
2.8.Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih
Klasifikasi ISK dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Infeksi Saluran Kemih Bawah (Sistitis)
Sistitis adalah keadaan inflamasi pada mukosa buli-buli yang
disebabkan oleh infeksi bakteri (Purnomo, 2011). Pasien ISK tanpa
komplikasi terjadi pada perempuan yang sehat dan tidak ada perubahan fungsi
traktus urinarius. Gambaran klinis yang terjadi pada pasien ISK bawah, antara
lain nyeri di daerah suprapubis bersifat sering berkemih, disuria, kadang
terjadi hematuria (Imam, 2013). Bakteri penyebab infeksi saluran kemih
bawah (sistitis) terutama bakteri Escherichia coli, Enterococcus, Proteus, dan
Staphylococcus aureus yang masuk ke buli-buli melalui uretra (Purnomo,
2011). Jumlah koloni bakteri yang 5 ditemukan pada pasien ISK bawah
sebesar >103 cfu (colony forming unit)/mL (Grabe et al., 2013).
2. Infeksi Saluran Kemih Atas (Pielonefritis)
Pielonefritis adalah keadaan inflamasi yang terjadi akibat infeksi pada
pielum dan parenkim ginjal (Purnomo, 2011). Gambaran klinis yang terjadi
pada pasien ISK atas, antara lain demam tinggi, nyeri di daerah pinggang dan
perut, mual serta muntah, sakit kepala, disuria, sering berkemih (Imam,
2013). Bakteri penyebab infeksi saluran kemih atas (pielonefritis) adalah
Escherichia coli, Klebsiella spp, Proteus, dan Enterococcus faecalis
(Purnomo, 2011). Jumlah koloni bakteri yang ditemukan pada pasien ISK atas
sebesar >104 cfu (colony forming unit)/mL (Grabe et al., 2013).
3. Infeksi Saluran Kemih Komplikasi

7
Infeksi saluran kemih komplikasi adalah infeksi yang berkaitan
dengan kondisi, seperti kelainan struktural dan fungsional pada saluran
genitourinaria atau adanya penyakit yang mendasari meningkatkan resiko ISK
pada individu tanpa faktor resiko yang diketahui atau gagal terapi (Grabe et
al., 2015). Infeksi saluran kemih komplikasi perlu terapi yang lebih panjang
yang disebabkan karena kelainan urologi, penggunaan kateter, obstruksi aliran
urin, diabetes melitus, dan penyakit lainnya (Imam, 2013). Gambaran klinis
yang terjadi pada pasien ISK komplikasi dapat berupa gejala kombinasi antara
sistitis dan pielonefritis (Williams and Wilkins, 1995). Infeksi saluran kemih
komplikasi dapat disebabkan karena batu ginjal dan penggunaan kateter
(Grabe et al., 2015). Bakteri yang berperan sebagai penginfeksi pada pasien
ISK komplikasi, antara lain Escherichia coli (bakteri dominan), Pseudomonas
aeruginosa, staphylococci dan enterococci. Jumlah koloni bakteri yang
ditemukan pada pasien ISK komplikasi jumlah koloni sebesar >105 cfu
(colony forming unit)/mL (Grabe et al., 2015).
2.9.Diagnosis Infeksi Saluran Kemih
Diagnosis pada infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Urinalisis
a. Leukosuria
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting
terhadap dugaan adalah infeksi saluran kemih. Leukosuria dinyatakan
positif bilamana terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang padang besar
(LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada sedimen air
kemih menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun adanya
leukosuria tidak selalu menyatakan adanya infeksi saluran kemih
karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi.
b. Hematuria
Hematuria dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk
adanya infeksi saluran kemih yaitu bilamana dijumpai 5–10
eritrosit/LPB sedimen air kemih. Hematuria dapat pula disebabkan
oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus

8
ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau
nekrosis papilaris.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan air kemih segar tanpa
disentrifuse atau pewarnaan Gram. Bakteri dinyatakan positif
bermakna bilamana dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak
emersi.
b. Biakan bakteri
Pemeriksaan biakan bakteri contoh air kemih dimaksudkan untuk
memastikan diagnosis infeksi saluran kemih yaitu bila ditemukan
bakteri dalam jumlah bermakna = 105 organisme patogen/mL urin
pada 2 contoh urin .
3. Tes kimiawi
Tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria,
diantaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate.
Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi nitrat
bila dijumpai lebih dari 100.000-1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat dilihat
dengan perubahan warna pada uji carik.
4. Tes plat-celup (dip-slide)
Pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempeng plastik
bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan padat
khusus. Lempeng tersebut dicelupkan ke dalam air kemih pasien atau dengan
digenangi air kemih setelah itu lempeng dimasukkan kembali ke dalam
tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan pengeraman
semalam pada suhu 37o C. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan
membandingkan pola pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan
serangkaian gambar yang memperlihatkan kepadatan koloni yang sesuai
dengan jumlah kuman antara 1000 dan 100.000 dalam tiap mL air kemih
yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup akurat.
Keterangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui

9
walaupun demikian plat celup ini dapat dikirim ke laboratorium yang
mempunyai fasilitas pembiakan dan tes kepekaan yang diperlukan.
5. Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya
Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya
batu atau kelainan anatomis sedangkan pemeriksaan lainnya, misalnya
ultrasonografi dan CT-scan.
2.9.Penanganan Penyakit Infeksi Saluran Kemih
Pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala
dengan cepat, membebaskann saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah
infeksi berulang,sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka kematian.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan perawatan berupa
1. Meningkatkan intake cairan 2-3 liter/hari bila tidak ada kontra indikasi.
2. Perubahan pola hidup diantaranya :
a. Membersihkan perineum dari depan ke belakang.
b. Pakaian dalam dari bahan katun.
3. Obat-obatan
a. Antibiotic : untuk menghilangkan bakteri.
a) Antibiotic jangka pendek dalam waktu 1-2 minggu.
b) Antibiotic jangka panjang (baik dengan obat sama atau di
ganti) dalam jangka wakktu 3-4 minggu.
c) Pengobatan profilatik dengan dosis rendah satu kali sehari
sebelum tidur dalam waktu 3-6 bulan atau lebih ini merupakan
pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut
b. Analgetik dan anti spasmodic
Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita.
c. Obat golongan venozopyridine : pyridium
Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih.

10
BAB III

PENUTUP

3.1.Kesimpulan
Infeksi saluran kemih secara umum dapat disebabkan oleh E. coli atau
penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan penyebab
infeksi saluran kemih pertama pada wanita. Gejala dan tanda-tandanya antara lain
demam, susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal), sering
buang air kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri pinggang dan
nyeri suprapubik
3.2.Saran
Dengan penjelasan mengenai Infeksi Saluran Kemih (ISK) diharapkan kepada
pembaca untuk dapat memahami tentang Infeksi Saluran Kemih (ISK) tersebut,
sehingga pembaca dapat memperluas pengetahuan serta dapat memahami apa saja
yang berkaitan dengan hal tersebut, serta bagi mahasiswa dapat menambah ilmu
pengetahuannya mengenai Infeksi Saluran Kemih (ISK) serta diharapkan dapat
menegakkan asuhan keperawatan yang professional dan bersungguh-sungguh
menjadi perawat yang professional nantinya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Darmadi 2008, Infeksi Nosokomial, Problematika dan Pengendaliannya, Penerbit


Salemba Medika, Jakarta.
Pezzlo M., 1992 , Urinary Tract Specimens, In editor: Tilton RC.,Clinical Pharmacy
and Therapeutics,562,5𝑟𝑑 Edition,Churchill Livingstone, London.
Tessy, A. & Suwanto, A., 2001. Infeksi Saluran Kemih dalam Buku Ajar Ilmu Jilid II
E. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia, ed., Jakarta
World Health Organization (WHO),2011. Prevention of hospital acquired infection,
A practical Guide 2nd edition

12

Anda mungkin juga menyukai