Best Pratice Edit
Best Pratice Edit
A. Latarang belakang
Kegiatan pengawasan adalah kegiatan pengawas sekolah
dalam menyusun program pengawasan, melaksanakan program
pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan program dan melaksanakan
pembimbingan dan pelatihan profesional guru. Peraturan Pemerintah
nomor 74 tahun 2008 tentang guru pada 15 ayat 4 dijelaskan bahwa
pengawas sekolah harus melaksanakan kegiatan pengawasan
akademik dan pengawasan manajerial. Dengen demikian pengawas
sekolah dituntut mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang memadai
untuk dapat menjalankan tugas kepengawasannya.
Pengawas profesional adalah pengawas sekolah yang
melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan pengawasan
manajerial serta kegiatan pembimbing dan pelatihan profesional guru
dengan optimal. Selain itu untuk meningkatkan profesionalisme
pengawas sekolah maka perlu dilaksanakan pengembangan profesi
secara berkelanjutan dengan tujuan untuk menjawab tantangan dunia
pendidikan yang semakin kompleks dan untuk lebih mengarahkan
sekolah ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional yang efektif,
efisien dan produktif.
Begitu pentingnya peran pengawas sekolah dalam memajukan
mutu pendidikan nasional hingga tak terasa tuntuan dan tanggung
jawab yang harus dipikul pengawas sekolah juga menjadi besar pula.
Dalam kemajuan pendidikan pemerintah membuat salah satu
pembelajaran yang baru yaitu dengan pembuatan soal HOST. Apakah
soal HOST tersebut, soal HOST adalah Higher Order Thinking Skill
(HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi dijelaskan oleh
Gunawan (2003, p.171) adalah proses berpikir yang mengharuskan
siswa untuk memanipulasi informasi yang ada dan ide-ide dengan
cara tertentu yang memberikan mereka pengertian dan implikasi baru.
Misalnya, ketika siswa menggabungkan fakta dan ide dalam proses
mensintesis, melakukan generalisasi, menjelaskan, melakukan
hipotesis dan analisis, hingga siswa sampai pada suatu kesimpulan.
Rosnawati (2013, p.3) menjelaskan kemampuan berpikir tingkat tinggi
dapat terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi yang baru
diterima dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam ingatannya,
kemudian menghubunghubungkannya dan/atau menata ulang serta
mengembangkan informasi tersebut sehingga tercapai suatu tujuan
ataupun suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit
dipecahkan.
Selama ini sebagian besar guru SD sasaran Kurikulum 2013
cenderung masih mengukur kemampuan berpikir tingkat rendah
(LOTS/Lower Order Thinking Skills) dan soal-soal yang dibuat tidak
kontekstual. Soal-soal yang disusun oleh guru umumnya mengukur
keterampilan mengingat (recall). Bila dilihat dari konteksnya sebagian
besar menggunakan konteks di dalam kelas dan sangat teoretis, serta
jarang menggunakan konteks di luar kelas. Akibatnya, tidak
memperlihatkan keterkaitan antara pengetahuan yang diperoleh
dalam pembelajaran dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-
hari. Selain itu, hasil studi internasional Programme for International
Student Assessment (PISA) menunjukkan prestasi literasi membaca
(reading literacy), literasi matematika (mathematical literacy), dan
literasi sains (scientific literacy) yang dicapai peserta didik Indonesia
sangat rendah. Pada umumnya kemampuan peserta didik Indonesia
sangat rendah dalam: (1) memahami informasi yang kompleks; (2)
teori, analisis, dan pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur
dan pemecahan masalah; dan (4) melakukan investigasi.
Laporan hasil Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) tahun 2011 menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi
sains peserta didik Indonesia sebesar 406 (peringkat 40 dari 42
negara) (Salirawati, 2012). Demikian juga rata-rata skor prestasi
matematika peserta didik Indonesia pada tahun yang sama sebesar
389 (peringkat 41 dari 45 negara) (Rosnawati, 2012).
Hampir sebagian besar soal-soal sains dalam TIMSS yang
mengungkap aspek aplikasi (applying) dan penalaran (reasoning)
tidak dapat dijawab oleh sebagian besar peserta didik Indonesia. Soal-
soal tersebut hanya dapat dijawab jika peserta didik terbiasa diajarkan
untuk menggunakan logika dan penalarannya dan selalu mengaitkan
materi pelajaran dengan aplikasinya dalam kehidupan. Berdasarkan
hasil TIMSS itulah, saat ini guru diharapkan mampu menyusun soal
yang Higher Order Thinking (HOT), yaitu soal-soal yang mampu
mengungkap kognitif tingkat tinggi. Namun, untuk menyusun soal HOT
masih banyak guru yang belum memahami dan menguasainya, baik
ciri-ciri soal HOT maupun bagaimana mengubah soal biasa menjadi
soal HOT. Bahkan soal Uji Kompetensi Guru (UKG) yang barubaru ini
dilaksanakan mengarah pada soal yang termasuk dalam kategori soal
HOT.
Kemampuan guru SD dalam mengembangkan instrumen
penilaian berpikir tingkat tinggi perlu ditingkatkan. Instrumen penilaian
yang dikembangkan oleh guru diharapkan dapat mendorong
peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi, meningkatkan
kreativitas, dan membangun kemandirian peserta didik untuk
menyelesaikan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu Direktorat Pembinaan SD menyusun Modul Penyusunan
Soal HOTS bagi guru SD. Sesuai dengan latar belakang diatas maka
penulis ingin mengetahui Implementasi Pembuatan Soal Hots Untuk
Meningkatkan Kompetensi Guru Di Gugus 40 Kecamatan Wungu
Kabupaten Madiun Tahun 2018.
E. Alternatif Pengembangan
1. Peningkatan kualitas kompetensi pedagogik guru
2. Peningkatan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam
menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam
memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah
di sekitar satuan pendidikan.
3. Diversifikasi pendekatan, metode dan model pembelajaran
F. Simpulan dan Saran
Penilaian HOTS adalah Soal-soal yang pada umumnya
mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4),
mengevaluasi (evaluatingC5), dan mengkreasi (creating-C6).
Karakteristik penilaian HOTS yaitu: mengukur kemampuan berfikir
tingkat tinggi, berbasis permasalahan kontekstual, tidak rutin (tidak
akrab), dan menggunakan bentuk soal yang beragam. Langka-
langkah menulis item soal HOTS yaitu: a) menganalisis KD yang
dapat dibuat item soal-soal HOTS, b) menyusun kisi-kisi soal, c)
memilih stimulus yang menarik dan kontekstual, d) menulis butir
pertanyaan yang sesuai dengan kisi-kisi soal, e) membuat pedoman
penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.
Berdasarkan hasil kegiatan implementasi di Gugus 40
Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun Tahun 2018 yang telah
dilakukan, maka dapat diajukan saran, yaitu sebagai berikut:
a. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten, sebagai bahan pemikiran
pentingnya diadakan pelatihan pengembangan soal HOT secara
menyeluruh kepada guru-guru pada berbagai jenjang pendidikan dan
semua mata pelajaran, sehingga guruguru mengenal, memahami dan
dapat mempraktikkannya ketika mengembangkan soal.
G. Daftar Pustaka