Anda di halaman 1dari 10

BEST PRATICE

IMPLEMENTASI PEMBUATAN SOAL HOTS UNTUK MENINGKATKAN


KOMPETENSI GURU DI GUGUS 40 KECAMATAN WUNGU
KABUPATEN MADIUN
IMPLEMENTASI PEMBUATAN SOAL HOTS UNTUK MENINGKATKAN
KOMPETENSI GURU DI GUGUS 40 KECAMATAN WUNGU
KABUPATEN MADIUN TAHUN 2018

A. Latarang belakang
Kegiatan pengawasan adalah kegiatan pengawas sekolah
dalam menyusun program pengawasan, melaksanakan program
pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan program dan melaksanakan
pembimbingan dan pelatihan profesional guru. Peraturan Pemerintah
nomor 74 tahun 2008 tentang guru pada 15 ayat 4 dijelaskan bahwa
pengawas sekolah harus melaksanakan kegiatan pengawasan
akademik dan pengawasan manajerial. Dengen demikian pengawas
sekolah dituntut mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang memadai
untuk dapat menjalankan tugas kepengawasannya.
Pengawas profesional adalah pengawas sekolah yang
melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan pengawasan
manajerial serta kegiatan pembimbing dan pelatihan profesional guru
dengan optimal. Selain itu untuk meningkatkan profesionalisme
pengawas sekolah maka perlu dilaksanakan pengembangan profesi
secara berkelanjutan dengan tujuan untuk menjawab tantangan dunia
pendidikan yang semakin kompleks dan untuk lebih mengarahkan
sekolah ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional yang efektif,
efisien dan produktif.
Begitu pentingnya peran pengawas sekolah dalam memajukan
mutu pendidikan nasional hingga tak terasa tuntuan dan tanggung
jawab yang harus dipikul pengawas sekolah juga menjadi besar pula.
Dalam kemajuan pendidikan pemerintah membuat salah satu
pembelajaran yang baru yaitu dengan pembuatan soal HOST. Apakah
soal HOST tersebut, soal HOST adalah Higher Order Thinking Skill
(HOTS) atau kemampuan berpikir tingkat tinggi dijelaskan oleh
Gunawan (2003, p.171) adalah proses berpikir yang mengharuskan
siswa untuk memanipulasi informasi yang ada dan ide-ide dengan
cara tertentu yang memberikan mereka pengertian dan implikasi baru.
Misalnya, ketika siswa menggabungkan fakta dan ide dalam proses
mensintesis, melakukan generalisasi, menjelaskan, melakukan
hipotesis dan analisis, hingga siswa sampai pada suatu kesimpulan.
Rosnawati (2013, p.3) menjelaskan kemampuan berpikir tingkat tinggi
dapat terjadi ketika seseorang mengaitkan informasi yang baru
diterima dengan informasi yang sudah tersimpan di dalam ingatannya,
kemudian menghubunghubungkannya dan/atau menata ulang serta
mengembangkan informasi tersebut sehingga tercapai suatu tujuan
ataupun suatu penyelesaian dari suatu keadaan yang sulit
dipecahkan.
Selama ini sebagian besar guru SD sasaran Kurikulum 2013
cenderung masih mengukur kemampuan berpikir tingkat rendah
(LOTS/Lower Order Thinking Skills) dan soal-soal yang dibuat tidak
kontekstual. Soal-soal yang disusun oleh guru umumnya mengukur
keterampilan mengingat (recall). Bila dilihat dari konteksnya sebagian
besar menggunakan konteks di dalam kelas dan sangat teoretis, serta
jarang menggunakan konteks di luar kelas. Akibatnya, tidak
memperlihatkan keterkaitan antara pengetahuan yang diperoleh
dalam pembelajaran dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-
hari. Selain itu, hasil studi internasional Programme for International
Student Assessment (PISA) menunjukkan prestasi literasi membaca
(reading literacy), literasi matematika (mathematical literacy), dan
literasi sains (scientific literacy) yang dicapai peserta didik Indonesia
sangat rendah. Pada umumnya kemampuan peserta didik Indonesia
sangat rendah dalam: (1) memahami informasi yang kompleks; (2)
teori, analisis, dan pemecahan masalah; (3) pemakaian alat, prosedur
dan pemecahan masalah; dan (4) melakukan investigasi.
Laporan hasil Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) tahun 2011 menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi
sains peserta didik Indonesia sebesar 406 (peringkat 40 dari 42
negara) (Salirawati, 2012). Demikian juga rata-rata skor prestasi
matematika peserta didik Indonesia pada tahun yang sama sebesar
389 (peringkat 41 dari 45 negara) (Rosnawati, 2012).
Hampir sebagian besar soal-soal sains dalam TIMSS yang
mengungkap aspek aplikasi (applying) dan penalaran (reasoning)
tidak dapat dijawab oleh sebagian besar peserta didik Indonesia. Soal-
soal tersebut hanya dapat dijawab jika peserta didik terbiasa diajarkan
untuk menggunakan logika dan penalarannya dan selalu mengaitkan
materi pelajaran dengan aplikasinya dalam kehidupan. Berdasarkan
hasil TIMSS itulah, saat ini guru diharapkan mampu menyusun soal
yang Higher Order Thinking (HOT), yaitu soal-soal yang mampu
mengungkap kognitif tingkat tinggi. Namun, untuk menyusun soal HOT
masih banyak guru yang belum memahami dan menguasainya, baik
ciri-ciri soal HOT maupun bagaimana mengubah soal biasa menjadi
soal HOT. Bahkan soal Uji Kompetensi Guru (UKG) yang barubaru ini
dilaksanakan mengarah pada soal yang termasuk dalam kategori soal
HOT.
Kemampuan guru SD dalam mengembangkan instrumen
penilaian berpikir tingkat tinggi perlu ditingkatkan. Instrumen penilaian
yang dikembangkan oleh guru diharapkan dapat mendorong
peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi, meningkatkan
kreativitas, dan membangun kemandirian peserta didik untuk
menyelesaikan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu Direktorat Pembinaan SD menyusun Modul Penyusunan
Soal HOTS bagi guru SD. Sesuai dengan latar belakang diatas maka
penulis ingin mengetahui Implementasi Pembuatan Soal Hots Untuk
Meningkatkan Kompetensi Guru Di Gugus 40 Kecamatan Wungu
Kabupaten Madiun Tahun 2018.

B. Cara Mengatasi Masalah


1. Sosialisasi Pelatihan Pengembangan
Pengawas mensosialisasikan kepada guru gugus 40
Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun. Pemaparan atau
sosialisasi secara garis besar latar belakang, maksud dan tujuan
PPM yang agar para peserta memperoleh gambaran awal
gagasan diadakannya kegiatan PPM ini dan juga mengetahui
maksud dan tujuannya, serta manfaatnya bagi pengembangan
wawasan guru-guru Gugus 40 Kecamatan Wungu khususnya
tentang hal-hal yang berkaitan dengan trend penilaian pada saat
ini yang sejalan dengan Kurikulum 2013. Selain melalui sosilisasi
yang sudah dijadwalkan pengawas juga mengembangkan hal
tersebut dengan melaksanakan bimbingan kepada guru di setiap
pertemuan KKG. Dan pengawas melakukan Monev verifikasi ke
guru. Kolaborasi Ide Soal Bertaraf HOTS secara berkelompok.

2. Pengubahan soal biasa menjadi soal HOTS


Pengubahan soal biasa menjadi soal yang memiliki taraf
HOTS merupakan salah satu cara untuk melatih keterampilan
berpikir tingkat tinggi tidak berhenti di kemampuan mengingat
kembali informasi (recall), tetapi lebih mengukur kemampuan
menalar.

3. Pengklasifikasian soal pada taraf LOTS dan HOTS


HOTS merupakan pengembangan dari kemampuan berpikir
tingkat rendah ( Lower Order Thinking Skill/ LOTS) seperti
membedakan, aplikasi sederhana dan strategi kognitif yang
dihubungkan dengan pengetahuan awalnya. Ketrampilan mental ini
awalnya ditentukan berdasarkan Taksonomi Bloom yang
mengkatagorikan berbagai tingkat pemikiran mulai dari terendah
hingga tertinggi yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan,
analisis, sintesis dan evaluasi.

4. Penyusunan Soal HOTS


Pada penyusunan soal-soal HOTS umumnya menggunakan
stimulus. Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan.
Dalam konteks HOTS, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat
kontekstual dan menarik. Stimulus dapat bersumber dari isu-isu
global seperti masalah teknologi informasi, sains, ekonomi,
kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-
permasalahan yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan
seperti budaya, adat, kasus-kasus di daerah, atau berbagai
keunggulan yang terdapat di daerah tertentu. Kreativitas seorang
guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang
digunakan dalam penulisan soal HOTS.
a. Langkah-Langkah Penyusunan Soal HOTS
Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk
dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan
merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan
(stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang
diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan
(yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam
buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS,
dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam
menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam
memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah
di sekitar satuan pendidikan. Berikut dipaparkan langkah-
langkah penyusunan soal-soal HOTS.
1) Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan
soal-soal HOTS. Tidak semua KD dapat dibuatkan model-
model soal HOTS. Guru-guru secara mandiri atau melalui
forum MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang
dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
2) Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk
membantu para guru dalam menulis butir soal HOTS. Secara
umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru
dalam: (a) memilih KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS, (b)
memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan
diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan (d) menentukan
level kognitif.
3) Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya
mendorong peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus
yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca oleh
peserta didik. Sedangkan stimulus kontekstual berarti
stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan
sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk
membaca. Dalam konteks ujian sekolah, guru dapat memilih
stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.
4) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan
butir soal HOTS. Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak
berbeda dengan kaidah penulisan butir soal pada umumnya.
Perbedaannya terletak pada aspek materi, sedangkan pada
aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal
ditulis pada kartu soal, sesuai format terlampir.
5) Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci
jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi
dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban. Pedoman
penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian. Sedangkan kunci
jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda, pilihan
ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.
C. Hasil Yang Dicapai
Peningkatan pengetahuan guru terhadap penyusunan dan
pengembangan soal berbasis HOTS

D. Faktor Kendala dan Pendukung


1. Guru belum terbiasa dengan soal HOTS
soal HOTS tidak hanya masalah menghafal dan
menyampaikan kembali informasi yang diketahui akan tetapi soal
HOTS adalah soal yang membutuhkan Berfikir tingkat tinggi yang
merupakan kemampuan menghubungkan , memanipulasi dan
mentransformasi pengetahuan serta pengalaman yang sudah
dimiliki untuk berfikir kritis dan kreatif dalam upaya menentukan
keputusan dan memecahkan masalah.
2. Guru hanya memanfaatkan soal-soal yang ada di LKS ataupun
buku siswa
Evaluasi terhadap hasil penilaian ini adalah masih
pentingnya guru belajar lebih giat lagi, baik secara mandiri di
rumah dengan berlatih secara terus-menerus dan bersama dalam
forum MGMP. Selain itu, guru harus banyak membaca dan
memperluas wawasannya sehingga mampu mengembangkan
ilmunya tidak hanya bersumber pada satu buku saja.
3. HOTS masih baru dalam dunia pendidikan
Kegiatan pelatihan ini dilakukan karena pengembangan soal
HOT merupakan pengetahuan baru yang sedang aktual
diperbincangkan dalam dunia pendidikan. guru masih terjebak
dengan soal bentuk lama karena sebagian dari mereka masih
mengandalkan mengambil dari buku, bukan pengembangan soal
dari pemikiran sendiri. Selain itu, dari hasil observasi di lapangan
dan informasi dari guru-guru Gugus 40 Kecamatan Wungu
melalui angket need assessment yang diberikan pada saat
sosialisasi kegitan, sebagian besar menyatakan belum pernah
diadakan pelatihan dengan topik soal HOTS bagi guru-guru Gugus
40 Kecamatan Wungu. Kedua alasan itulah yang membuat Tim
PPM semakin yakin bahwa topik PPM yang akan dilatihkan sangat
dibutuhkan di lapangan.

E. Alternatif Pengembangan
1. Peningkatan kualitas kompetensi pedagogik guru
2. Peningkatan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam
menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam
memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah
di sekitar satuan pendidikan.
3. Diversifikasi pendekatan, metode dan model pembelajaran
F. Simpulan dan Saran
Penilaian HOTS adalah Soal-soal yang pada umumnya
mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4),
mengevaluasi (evaluatingC5), dan mengkreasi (creating-C6).
Karakteristik penilaian HOTS yaitu: mengukur kemampuan berfikir
tingkat tinggi, berbasis permasalahan kontekstual, tidak rutin (tidak
akrab), dan menggunakan bentuk soal yang beragam. Langka-
langkah menulis item soal HOTS yaitu: a) menganalisis KD yang
dapat dibuat item soal-soal HOTS, b) menyusun kisi-kisi soal, c)
memilih stimulus yang menarik dan kontekstual, d) menulis butir
pertanyaan yang sesuai dengan kisi-kisi soal, e) membuat pedoman
penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.
Berdasarkan hasil kegiatan implementasi di Gugus 40
Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun Tahun 2018 yang telah
dilakukan, maka dapat diajukan saran, yaitu sebagai berikut:
a. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten, sebagai bahan pemikiran
pentingnya diadakan pelatihan pengembangan soal HOT secara
menyeluruh kepada guru-guru pada berbagai jenjang pendidikan dan
semua mata pelajaran, sehingga guruguru mengenal, memahami dan
dapat mempraktikkannya ketika mengembangkan soal.

b. Bagi guru-guru Kelas khususnya dan guru-guru SD Gugus 40


Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun, hendaknya secara aktif
mempelajari tentang seluk-beluk soal HOT dan cara
pengembangannya sehingga dapat menerapkan dalammata
pelajarannya masing-masing

G. Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai