Anda di halaman 1dari 3

 Teori Nativistik

Linguist Chomsky (1957) pertama meyakinkan komunitas ilmiah bahwa anak anak bertanggung
jawab banyak untuk belajar bahasa mereka sendiri. Berbeda dengan pandangan behavioris, ia
mengusulkan nama nativist yang menganggap bahasa sebagai prestasi yang unik dari manusia,
terukir dalam struktur otak.

Chomsky , Howe, Maratsos ( dalam Miller, 1981) berpandangan bahwa ada keterkaitan antara
faktor biologis dan perkembangan bahasa . mereka menekankan adanya peran evolusi biologis
dalam membentuk individu menjadi makhluk linguistik. Chomsky ( dalam Dworetzky, 1984)
mengembangkan teori yang ko0mpleks tentang bahasa yang disebut transformational grammar
theory. Chomsky (1974) mengatakan bahwa individu dilahirkan dengan alat penguasaan bahasa (
Langguage Acquisition Device) dan menemukan sendiri cara kerja bahasa tersebut. Dalam belajar
bahasa, individu memiliki kemampuan tata bahasa bawaan untuk mendeteksi kategori bahasa
tertentu seperti fonologi, sintaksis, dan semantik. Belajar bahasa tidak dipengaruhi oleh intelegensi
maupun pengalaman individu.

Lenneberg (1967) memiliki pendapat yang senada dengan ahli lain bahwa belajar bahasa adalah
berdasarkan pengetahuan awal yang diperoleh secara biologis. Pandangan para ahli nativis yang
memisahkan antara belajar bahasa dengan perkembangan kognitif dikritik berkenaan dengan
kenyataan bahwa anak belajar bahasa dari lingkungan sekitarnya dan memiliki kemampuan untuk
mengubah bahasanya jika lingkungannya berubah.

 Teori Behavioristik

Ada beberapa ahli behavioristik yang berpendapat bahwa bahasa merupakan masalah respons
(Skinner,1957) dan sebuah imitasi (Bandura, 1997). Skinner menggunakan teori stimulus respons
dalam menerangkan perkembangan bahasa. Skinner menyatakan bahwa bahasa dipelajari melalui
pembiasaan dari lingkungan dan merupakan hasil imitasi terhadap orang dewasa. Imitasi, reward,
reinforcement, dan frekuensi suatu perilaku merupakan faktor yang penting dalam mempelajari
bahasa. Menurut Skinner, berfikir adalah proses internal bahasa. Menurut Skinner, berfikir adalah
proses internal bahasa, berfikir, dan bahasa mulai diperoleh dari interaksi dalam lingkungan. Ahli
lain, Bandura, menerangkan perkembangan bahasa dari sudut pandang teori belajar sosial (
Hergenhahn 1982). Ia berpendapat bahwa anak belajar bahasa dengan melakukan imitasi atau
menirukan suatu model yang berarti tidak harus menerima penguatan dari orang lain. Beberapa ahli
( Brown, Cazden, dan Bellugi dalam Haditono,1984) meneliti tentang kecendrungan para ibu untuk
menerima kalimat yang tata bahasanya salah dari anak, asalkan maksudnya benar.Anak anak yang
dibesarkan dengan stimulasi bahasa yang baik akan meniru dan menggunakan bahasa yang mereka
dengar meskipun mereka belum tentu memahaminya. Teori ini tidak dapat menjelaskan adanya
peningkatan yang cepat pada bahasa maupun ekspresi pernyataan anak yang baru dan berbeda
seperti “ ayah pergi mobil” (maksudnya mobil ayah sudah pergi). Anak usia dini memiliki banyak ide
tentang arti bahasa dan menggunakan aturan dalam bahasa untuk menciptakan kata kata dan
kalimat kalimat baru. Ada banyak bahasa yang dihasilkan anak yang bukan merupakan hasil imitasi
murni melainkan merupakan hasil kesimpulan umum dari ide ide atau aturan aturan bahasa tertentu
yang dipahami anak.
 Teori Kognitif

Kajian tentang teori kognitif bertitik tolak pada pendapat bahwa anak dilahirkan dengan
kecendrungan untuk berperan aktif terhadap lingkungannya, dalam memproses suatu informasi, dan
dalam menyimpulkan tentang struktur bahasa. Bahasa dipelajari sebagai hasil dari peran aktif anak
dalam proses belajar tersebut ( Bromley,1992).

Menurut Piaget ( Hergenhahn,1982) berfikir sebagai prasyarat berbahasa, terus berkembang


sebagai hasil dari pengalaman dan penalaran. Perkembangan bahasa bersifat progresif dan terjadi
pada setiap tahap perkembangan . perkembangan anak secara umum dan perkembangan bahasa
awal anak berkaitan erat dengan berbagai kegiatan anak, objek, dan kejadian yang mereka alami
dengan menyentuh, mendengar, melihat, merasa, dan membau.

Vygotsky (1986) mengemukakan bahwa perkembangan kognitif dan bahasa anak berkaitan erat
dengan kebudayaan dan masyarakat tempat anak dibesarkan. Menurut Vygotsky, ZPD ( Zona
perkembangan proximal) memiliki dua batas, yaitu batas yang lebih rendah dan batas yang lebih
tinggi. Batas yang lebih rendah merupakan tingkat masalah yang dapat dipecahkan anak dengan
menggunakan keterampilannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Batas yang lebih tinggi
merupakan tingkat tanggung jawab ekstra yang dapat diterima anak dengan bantuan orang dewasa .
ZPD dikonseptualisasikan sebagai suatu ukuran potensi pembelajaran ( Santrock, 1995), seperti
halnya Intellectual Quotient ( IQ). Perbedaannya adalah, ZPD memandang pembelajaran sebagai
suatu proses sosial yang bersifat internal dan dinamis yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh anak. Berbeda halnya dengan IQ yang menekankan bahwa intelegensi
adalah milik anak. Vygotsky menyatakan bahwa bentuk bahasa pada dasarnya bersifat sosial,
sedangkan Piaget memiliki kecendrungan pendapat bahwa perkembangan bahasa pada anak
bersifat egosentris dan nonsosial.

Teori kognitif memandang bahwa perkembangan aspek bahasa tidak terlepas dari konteks sosial dan
perkembangan kognitif anak. Perkembangan kognitif berhubungan erat dengan perkembangan
bahasa karena awal perkembangan bahasa berada pada stadium sensori motorik, yaitu ketika anak
berusia sekitar 18 bulan. Meningkatnya perkembangan bahasa anak terjadi sebagai hasil
perkembangan fungsi simbolis. Perkembangan simbol bahasa pada anak sangat berpengaruh
terhadap kemampuan anak untuk belajar memahami bahasa dari pandangan orang lain dan
meningkatkankemampuannya untuk memecahkan persoalan.

Perkembangan kognitif berhubungan erat dengan perkembangan bahasa karena awal


perkembangan bahasa berada pada stadium sensori motorik, yaitu ketika anak berusia sekitar 18
bulan. Teori Kognitif dikritik berkenaan dengan pandangan bahwa bahasa memiliki pengaruh yang
kecil terhadap perkembangan kognisi.
 Teori Pragmatik

Teori pragmatik berpandangan bahwa anak belajar bahasa dalam rangka sosialisasi dan
mengarahkan perilaku orang lain agar sesuai dengan keinginannya. Dengan demikian, anak belajar
bahasa disebabkan oleh berbagai tujuan dan fungsi bahasa yang dapat mereka peroleh.

Halliday ( dalam Bromley, 1995) menganalisa cara anak mengembangkan bahasa awal melalui
interaksi dengan orang lain sebagai berikut .

1. Bahasa Instrumental ( Instrumental language ) contoh : saya ingin ...


2. Bahasa Dogmatis ( Regulatory Language ), contoh : berikan pada saya ...
3. Bahasa Interaksi ( Interactional Language), contoh : ajaklah saya ...
4. Bahasa Personal ( Personal Language), contoh : saya senang ini ...
5. Bahasa Heuristic ( Heuristic Language ), contoh : mengapa?bagaimana?
6. Bahasa Imajinatif ( Imaginative Language), contoh : seandainya saya ...
7. Bahasa Informatif ( Informative Language ), contoh : ada hal yang ingin saya sampaikan ...

Para penganut teori pragmatik mempelajari tentang berbagai kegiatan berbahsa, yang mencakup
konteks kalimat dan kecendrungan pembicara, namun tidak dapat memberikan penjelasan tentang
cara anak belajar sintaksis.

 Teori Interaksionis

Kajian tentang teori interaksionis bertitik tolak dari pandangan bahwa bahasa merupakan perpaduan
faktor genetik dan lingkungan. Kemampuan kognitif dan berbahasa diasumsikan terjadi secara
bersamaan . seorang anak dilahirkan dengan kemampuan untuk mempelajari dan mengemukakan
bahasa, dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya yang mencakup imitasi, reinforcement,
reward, dan peran sosial. Para ahli interaksionis menjelaskan bahwa berbagai faktor, seperti sosial,
linguistik, kematangan , biologis, dan kognitif, saling mempengaruhi berinteraksi dan memodifikasi
satu sama lain sehingga berpengaruh terhadap perkembangan bahasa individu .

Pandangan teori yang bersifat menyeluruh ini sepertinya dapat menjelaskan tentang perkembangan
kemampuan berbahasa individu. Para pendidik yang banyak melakukan interaksi dengan anak anak
dapat melihat bahwa kemampuan bahasa anak diperoleh melalui imitasi, spontanitas, maupun
kreasi.

Anda mungkin juga menyukai