XX / April 201
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Krisis keuangan dunia terjadi pada tahun tahun 2008 yang dipicu oleh
krisis kredit perumahan, produk sekuritas dan bangkrutnya beberapa perusahaan
besar di Amerika Serikat. Krisis ini ikut mempengaruhi perekonomian di Indonesia,
salah satunya adalah sektor industri perbankan. Sektor industri perbankan
mengalami kesulitan likuiditas seiring dengan ketatnya likuiditas di pasar
keuangan dunia ( Tiara Citra Kusuma, 2011). Sektor industri perbankan merupakan
sektor yang rentan terhadap risiko karena sektor ini berhubungan dengan tingkat
kepercayaan atas pengembalian dana di masa mendatang. Banyak pihak
memperkirakan bahwa perekonomian di Indonesia termasuk indutri perbankan
akan terpuruk. Kelangkaan likuiditas menyebabkan penurunan kepercayaan di
sektor korporasi dan rumah tangga terhadap kondisi perekonomian. Menurunnya
kapasitas permintaan dan produksi di sektor riil dapat berpotensi kuat terhadap
kualitas aktiva perbankan di Indonesia.
Penelitian mengenai DPK dan faktor-faktor yang mempengaruhi telah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya. Isabella Hutasoit (2009) dalam penelitiannya menunjukkan
bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap DPK di PT. BRI Persero
Tbk Cabang Balige . Fitria Sanusi (2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa
kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPK Pada Perbankan Syariah
Periode 2000-2007. Selanjutnya hasil penelitian Nikmatul Umroh (2010) menemukan
1
*) Dosen STIE Dharmaputra Semarang
Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi - ISSN 0853 – 8778 No. 34 / Th. XX / April 201
adanya pengaruh negatif dan signifikan pengaruh BI rate terhadap DPK pada
Perbankan Syariah. Sedangkan hasil penelitian Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra
(2009) menunjukkan bahwa suku bunga, kurs dan inflasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap DPK pada Bank Devisa di Indonesia
Berkaitan dengan uraian di atas , berikut ini ditampilkan data awal mengenai
inflasi , nilai tukar, suku bunga SBI dan DPK antara tahun 2008 sampai dengan
2012 pada tabel berikut ini.
Tabel 1.
Kondisi Inflasi, Kurs, Suku Bunga SBI Dan DPK
Pada Bank Umum Di Indonesia Tahun 2008 – 2012
Inflasi Kurs Suku bunga DPK
Tahun (%) (Rp) SBI ( %) (Rp Milyar)
2008 11,19 10.950 9,25 1.753.292
2009 2,75 9.400 6,50 1.973.042
2010 6,76 8.991 6,50 2.338.824
2011 3,72 9.068 6,00 2.784.912
2012 4,96 9.670 5,75 3.225.198
Sumber : Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia-Bank Indonesia, 2012
Tabel di atas menunjukkan bahwa inflasi, kurs, SBI dan DPK pada bank umum di
Indonesia tahun 2008 – 2012 berfluktuasi ( mengalami kenaikan dan penurunan).
Inflasi cenderung menurun dari 11,19% pada tahun 2008 menjadi 4,96 % pada tahun
2012 , kurs (nilai tukar rupiah terhadap dollar AS) cenderung menurun dari
Rp 10.950,- pada tahun 2008 menjadi Rp 9.670,- pada tahun 2012, SBI cenderung
turun dari 9,25 % pada tahun 2008 menjadi 5,75 % pada tahun 2012. Sedangkan
DPK cenderung naik dari Rp 1.753.292 milyar pada tahun 2008 menjadi
Rp 3.225.198 milyar pada tahun 2012.
Perumusan Masalah
Berlandaskan permasalahan di atas maka dapat disimpulkan pertanyaan
penelitian sebagai berikut :
1. Apakah inflasi berpengaruh terhadap DPK pada bank umum ?
2. Apakah kurs berpengaruh terhadap DPK pada bank umum?
3. Apakah suku bungs SBI berpengaruh terhadap DPK pada bank umum?
2
Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi - ISSN 0853 – 8778 No. 34 / Th. XX / April 201
TIELAAH PUSTAKA
Inflasi
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara
umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai
termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang (Suparmoko, 2000).
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara
kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat
harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi.
Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika
proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-
memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan
persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
3
Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi - ISSN 0853 – 8778 No. 34 / Th. XX / April 201
Kurs
Kurs atau tukar(kurs) adalah harga dalam negeri dari uang luar negeri (asing).
Suatu kenaikan kurs tukar disebut depresiasi atau pengurangan nilai mata uang dalam
negeri dalam hubungannya dengan mata uang asing, sedangkan penurunan kurs tukar
disebut apresiasi atau kenaikan nilai mata uang dalam negeri dalam hubungannya
dengan mata uang asing. (Dahlan Siamat, 2001 ). Kebijakan nilai tukar mata uang
besar pengaruhnya terhadap kegiatan transaksi perusahaan. terutama perusahaan
yang tergantung pada impor dan yang berorientasi pada pasar luar negeri . Hal ini
dapat terjadi karena besarnya nilai tukar akan mempengaruhi harga barang yang
diperdagangkan, sekaligus berpengaruh terhadap besarnya investasi.
Penelitian Terdahulu
Berikut ini penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu
yang relevan dengan penelitian ini.
1. Fitria Sanusi (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “ Faktor - Faktor Yang
Mempengaruhi Penghimpunan Dana Masyarakat Pada Perbankan Syariah Periode
2000-2007” menunjukkan bahwa kurs berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap enghimpunan Dana Masyarakat (DPK)
2. Isabella Hutasoit(2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh
Tingkat Suku Bunga Dan Inflasi Terhadap Penghimpunan Dana Pihak Ketiga Di
4
Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi - ISSN 0853 – 8778 No. 34 / Th. XX / April 201
PT. BRI Persero Tbk Cabang Bali” menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap DPK
3. Aldrin Wibowo & Susi Suhendra (2009) dalam penelitiannya yang berjudul
“Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Inflasi Dan Tingkat Suku Bunga Terhadap Dana
Pihak Ketiga Pada Bank Devisa Di Indonesia ” menunjukkan bahwa nilai kurs,
inflasi dan tingkat suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap DPK
4. Nikmatul Umroh (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh
BI Rate dan UU No. 21 tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Terhadap Dana
Pihak Ketiga Dan perkembangan Perbankan Syariah ” menunjukkan bahwa BI
rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPK pada Perbankan Syariah.
Gambar 1.
Kerangka Pikir Penelitian
H1
Inflasi
H2
Kurs DPK
Gambar di atas menunjukkan bahwa inflasi, kurs dan suku bunga SBI berpengaruh
terhadap DPK dalam hal ini DPK pada bank-bank umum di Indonesia.
5
Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi - ISSN 0853 – 8778 No. 34 / Th. XX / April 201
METODE PENELITIAN
Definisi Operasional Variabel
1. Inflasi
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-
menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor (Suparmoko, 2000). Inflasi dalam penelitian ini adalah inflasi per bulan
yang diukur dengan satuan prosentase (%)
2. Kurs
Menurut Dahlan Siamat (2001) Kurs atau tukar(kurs) adalah harga dalam negeri
dari uang luar negeri (asing). Kurs dalam penelitian ini adalah nilai Rupiah
terhadap Dollar Amerika per bulan yang diukur dengan satuan Rupiah
3. Suku Bunga SBI
SBI adalah surat berharga dalam mata uang Rupiah yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek (Sinungan, 2000).
Suku bunga SBI dalam penelitian ini adalah suku bunga SBI per bulan yang
diukur dengan satuan prosentase (%)
4. DPK
Dana - dana yang dihimpun dari masyarakat atau dana pihak ketiga ( DPK)
ternyata merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank
( Lukman Dendawijaya, 2005). Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.
6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada
bank dapat berupa giro, tabungan, dan deposito. Dalam penelitian ini DPK yang
diukur per bulan dalam satuan milyar rupiah.
6
Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi - ISSN 0853 – 8778 No. 34 / Th. XX / April 201
7
Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi - ISSN 0853 – 8778 No. 34 / Th. XX / April 201
ANALISIS DATA
1. Koefisien Determinasi
Tabel 2.
Koefisien Determinasi
Model Summary
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square = 0,622 yang berarti
bahwa kontribusi pengaruh ketiga variabel bebas ( inflasi, kurs dan suku bunga
SBI) terhadap DPK sebesar 62,2 % sedangkan yang 37,8 % dipengaruhi faktor
lainnya diantaranya modal bank, kondisi perekonomian dan lainnya.
Tabel 3.
Nilai ANOVA
F hitung
b
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 9.742E+12 3 3.25E+12 33.366 .000a
Residual 5.450E+12 56 9.73E+10
Total 1.519E+13 59
a.
SumberPredictors: (Constant), SBI (X3), Inflasi (X1), Kurs (X2)
: Data sekunder yang diolah, 2012
b. Dependent Variable: DPK (Y)
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai F hitung = 33,366 > F tabel = 2,76 dapat
dilihat pada lampiran-3 dan angka signifikansi = 0,000 < α = 0,05 sehingga signifikan
( Ho ditolak dan Ha diterima).
Berdasarkan hasil uji koefisien dan uji F di atas dapat disimpulkan bahwa model yang
digunakan dalam penelitian ini layak digunakan.
8
Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi - ISSN 0853 – 8778 No. 34 / Th. XX / April 201
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dapat dijelakan berdasarkan tabel di
bawah ini .
Tabel 4.
Koefisien Regresi
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 4399809.77 497668.79 8.841 .000
Inflasi (X1) -57811.19 87619.89 -.058 -.660 .512
Kurs (X2) 50.95 61.49 .082 .829 .411
SBI (X3) -386215.25 45986.43 -.823 -8.398 .000
a.
SumberDependent Variable:
: Data sekunder yangDPK (Y)2012
diolah,
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai t hitung yaitu sebesar - 0,660
> t tabel = -2,000 dan angka signifikansi = 0,512 > α = 0,05 sehingga tidak
Nilai t hitung yaitu sebesar 0,829 < t tabel = 2,000 dan angka signifikansi =
Nilai t hitung yaitu sebesar -8,398 < t tabel = -2,000 dan angka signifikansi =
9
Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi - ISSN 0853 – 8778 No. 34 / Th. XX / April 201
2. Koefisien regresi b2 = 50,95 (tidak signifikan) karena tidak signifikan maka tidak
dapat dilakukan interpretasi.
3. Koefisien regresi atau b3 = -386.215,25 (signifikan) mempunyai arti bahwa
kenaikan suku bunga SBI sebesar 1 % akan menurunkan DPK sebesar
Rp 386.215,25 milyar pada bank umum di Indonesia ( faktor lain dianggap tetap)
Pembahasan
Hasil analisis menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif (b1 = -
57.811,190) namun tidak signifikan ( sig.= 0,512 ) terhadap DPK pada bank umum di
Indonesia, karena tidak signifikan maka tidak dapat dilakukan interpretasi. Hasil
penelitian ini sesuai hasil penelitian Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra (2009) yang
menunjukkan bahwa suku bunga, kurs dan inflasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap DPK pada Bank Devisa di Indonesia. Namun tidak sesuai dengan hasil
penelitian Isabella Hutasoit (2009) yang menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap DPK di PT. BRI Persero Tbk Cabang Balige.
Kurs berpengaruh positif (b2 = 50,95 ) namun tidak signifikan ( sig.= 0,411)
terhadap DPK pada bank umum di Indonesia, karena tidak signifikan maka tidak dapat
dilakukan interpretasi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aldrin Wibowo dan
Susi Suhendra (2009) yang menunjukkan bahwa kurs tidak berpengaruh signifikan
terhadap DPK pada Bank Devisa di Indonesia. Namun tidak sejalan dengan hasil
penelitian Fitria Sanusi (2008) yang menunjukkan bahwa kurs berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap DPK Pada Perbankan Syariah Periode 2000-2007.
Suku bunga SBI berpengaruh negatif (b3 = -386.215,25) dan signifikan (sig. =
0,000 ) terhadap DPK pada bank umum di Indonesia, sehingga dapat kenaikan suku
bunga SBI sebesar 1 % akan menurunkan DPK sebesar Rp 386.215,25 milyar
pada bank umum di Indonesia ( faktor lain dianggap tetap). Hasil penelitian ini
mendukung penelitian yang Nikmatul Umroh (2010) menemukan adanya pengaruh
negatif dan signifikan pengaruh BI rate terhadap DPK pada Perbankan Syariah.
Namun tidak mendukung penelitian Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra (2009) yang
menunjukkan bahwa suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap DPK pada
Bank Devisa di Indonesia
10
Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi - ISSN 0853 – 8778 No. 34 / Th. XX / April 201
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil uji hiotesis menunjukkan bahwa inflasi berpengaruh negatif namun tidak
signifikan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) sehingga hipotesis 1 (H1) bahwa inflasi
berpengaruh terhadap DPK tidak terbukti. Dengan demikian kenaikan tingkat inflasi
tidak mempengaruhi DPK pada bank umum di Indonesia.
2. Kurs berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap DPK sehingga hipotesis 2
(H2) bahwa kurs berpengaruh terhadap DPK tidak tidak terbukti.. Dengan demikian
perubahan kurs (rupiah terhadap Dollar AS) tidak mempengaruhi DPK pada bank
umum di Indonesia.
3. Suku bunga SBI berpengaruh negatif dan signifikan terhadap DPK sehingga hipotesis
3 (H3) bahwa suku bunga SBI berpengaruh terhadap DPK terbukti. Dengan demikian
kenaikan suku bunga SBI akan menurunkan DPK pada bank umum di Indonesia.
Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini
adalah bahwa Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter perlu menurunkan
suku bunga SBI pada tingkat yang optimal sehingga akan dapat meningkatkaan DPK
pada umum di Indonesia. Dengan demikian akan dapat meningkatkan kemampuan
bank umum dalam menyalurkan kreditnya kepada masyarakat yang selanjutnya akan
dapat meningkatkan perekonomian nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Aldrin Wibowo dan Susi Suhendra.2009. Analisis Pengaruh Nilai Kurs, Inflasi Dan
Tingkat Suku Bunga Terhadap Dana Pihak Ketiga Pada Bank Devisa Di
Indonesia. Tesis. Jakarta : Pascasarjan – Universitas Gunadharma
Dahlan Siamat, 2001. Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta : LPFE-UI
Djarwanto, 2001.Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian, Yogyakarta :
Liberty
11
Jurnal Ekonomi Manajemen Akuntansi - ISSN 0853 – 8778 No. 34 / Th. XX / April 201
12