Anda di halaman 1dari 15

Penerapan “Caregiver Skill Program”

untuk Mereduksi Inatensi pada Anak ADHD


Alice Zellawati
Fakultas Psikologi Universitas AKI

Abstract

Parents attempt to resolve inattention symptom problem in child with ADHD. This
research involves a major redesigning of parenting techniques into a medication-free approach
called the Caregiver Skill Program (CSP). This study focuses to reduce attention deficit in
ADHD child with Caregiver Skill Program (CSP). CSP is a skill method where parents give child
considerable attention and assistance by giving time out sanction. When CSP was done at home,
parents always got feedback written in the daily report card everyday from the class teacher. The
subject of the research is a boy, aged 9 years old. He is an ADHD child based on DSM IV. The
method of the research was a single subject design (ABC with 1 month follow up). After the
parents were trained and began implementing the CSP, inattention as a target behavior seemed
decrease. After one month follow up, it indicated that the attention of the this child had improved
and be stable. The result of the study showed that CSP may reduce the attention deficiency of
ADHD child.

Key words: CSP; parent home-based management; inattention; the daily report card; time out

Pendahuluan seperti yang diharapkannya, misalnya :


Setiap orangtua sangat anaknya tidak bisa duduk tenang, tidak bisa
menginginkan anaknya tumbuh dan mengerjakan tugasnya dengan baik, prestasi
berkembang secara sempurna. Anak yang akademik tidak memuaskan, bahkan
berprestasi, kooperatif, dan secara fisik tidak seringkali dianggap sebagai anak nakal.
ada kekurangan, itulah dambaan setiap Jika gangguan itu sampai terjadi, maka perlu
orangtua, namun “Apa yang terjadi apabila adanya upaya-upaya meminimalkan gejala-
sebaliknya?”. Orangtua seringkali bingung gejala perilaku yang timbul. Gangguan
dan gelisah karena perilaku anaknya tidak perkembangan itu dapat dikarenakan anak

-87-
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 2 No. 2, Mei 2011

mengalami gangguan Attention Deficit and paling berat di sekolah karena ia gagal
Hyperactivity Disorder (ADHD). menyelesaikan pekerjaannya, tidak
ADHD adalah gangguan pada anak mempunyai motivasi untuk mengerjakan
yang timbul pada masa perkembangan dini tugas-tugas kelas, tidak mendengarkan
(sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama petunjuk guru dan sulit mentaati aturan-
ketidakmampuan memusatkan perhatian aturan di kelas.
inatensi, impulsif, dan hiperaktif (DSM-IV Menurut Hartono (1998 : 13),
1994 : 78). Ciri utama ini mewarnai kompleks sekali permasalahan pada anak
berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga ADHD, maka kompleks juga
dewasa (Zaviera 2007 : 12). penanganannya. Pendekatan bisa melalui
Gejala inatensi pada anak-anak beberapa aspek. Aspek pendidikan di
ADHD, dapat dilihat dari kegagalan anak keluarga dan sekolah, program-program
dalam memberikan perhatian secara utuh perbaikan hubungan anak dan orangtua,
terhadap sesuatu. Anak yang mengalami latihan-latihan untuk memusatkan perhatian
kesulitan dalam pemusatan perhatian, juga dengan suatu terapi kognitif, metode terapi
ditandai dengan kurang mendengarkan perilaku dan obat-obatan.
lawan bicara atau tidak mau menatap lawan Pemberian obat-obatan pada anak
bicaranya. Hambatan ini membuatnya ADHD mungkin saja dianggap efektif untuk
cenderung tidak bisa cermat dan gagal menurunkan sikap agresif dan
menyelesaikan tugas seperti layaknya anak hiperaktivitasnya, namun pengaruh negatif
lain. Kurangnya pemusatan perhatian juga dari pemakaian jangka panjang perlu
membuat anak tidak mampu melakukan pemantauan. Oleh karena itu, menurut
sesuatu secara teratur. Kesulitannya dalam Widyorini (1998 : 19) pemberian medikasi
memusatkan perhatian di kelas, pada oleh dokter saja belum cukup, karena itu
beberapa anak ADHD juga menunjukkan perlu penanganan dengan terapi perilaku dan
sikap membantah atau membangkang pada kognitif, yang melibatkan orangtua dan
petunjuk guru atau peraturan-peraturan. guru. Perlakuan pada anak ADHD dapat
Gejala inatensi pada anak ADHD sangat dilaksanakan secara individual maupun
menjadikan masalah terutama dalam proses kelompok. Ada beberapa langkah dalam
belajar di sekolah. Menurut Widyorini (1998 pengelolaan perilaku secara individual
:15), anak ADHD mengalami masalah maupun kelompok. Pertama adalah

-88-
Penerapan “Caregiver Skill Program” Untuk Mereduksi Inatensi Pada Anak ADHD (Alice Z)

mengenali betul mengenai gejala dan untuk menurunkan gejala-gejala perilaku


perkembangan gangguan tersebut. pada anak-anak ADHD.
Selanjutnya pahami betul mengenai Pelham dan Fabiano (2008) me-
karakteristik anak (misalnya temperamen, review penelitian-penelitian sebelumnya
sosiabilitas, kebiasaan anak dsb) situasi- tentang Psychosocial treatments untuk anak
situasi apa yang memberikan kemungkinan ADHD dan menyimpulkan bahwa :
ia bermasalah. Sebelum program teknik memberikan pelatihan pada orangtua dan
pengelolaan perilaku ini dilakukan manajemen kelas oleh guru cukup efektif
ditentukan dulu target perilaku yang akan dalam mereduksi gejala-gejala yang ada
dikelola (diatur). Kemudian dapat dilakukan pada anak ADHD.
beberapa teknik antara lain : Home token, Menurut Ekowarni (1998 : 25), ada
Time out, Response Cost. dua metode yang dapat dilakukan sebagai
Beberapa penelitian menunjukkan intervensi untuk anak ADHD, yang pertama
bahwa keterlibatan keluarga dan sekolah adalah metode pelatihan kognitif atau
dalam memberikan perlakuan pada anak Cognitive Training, dengan tujuan untuk
ADHD atau disebut Psychosocial treatments melatih kemampuan anak dalam berpikir
membawa hasil yang positif. Penelitian mengenai segala sesuatu yang menyangkut
Barkley (2002) menyatakan bahwa dirinya. Pada prinsipnya metode ini melatih
treatment dengan melibatkan orangtua dan anak untuk melihat, mendengar, berpikir dan
guru kelas sangat efektif untuk menangani baru melakukan sesuatu yang menuju
anak ADHD. Teknik-teknik yang kepada arah yang jelas. Dengan langkah
didalamnya meliputi : reinforcement (pujian, tersebut maka anak akan belajar untuk
tokens atau time out) dan hukuman. memusatkan perhatiannya.
Demikian juga Evans et al (2008); Metode yang kedua adalah metode
McGuinness (2008) menyatakan meskipun Modifikasi Perilaku, secara sederhana
terapi obat sangat umum dilakukan pada metode ini bertujuan untuk membantu anak
anak-anak ADHD, namun tidak selalu memahami bahwa suatu perilaku yang
efektif hasilnya. Pada saat ini, terapi dengan dilakukan akan menimbulkan suatu akibat
melibatkan orangtua dan sekolah sangatlah (konsekuensi) yang dapat diperkirakan
menunjukkan kemajuan yang memuaskan hasilnya. Cara yang digunakan adalah
dengan memberikan penguat atau

-89-
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 2 No. 2, Mei 2011

reinforcer. Menurut Martin & Pear (1992 : emosi mempengaruhi perilaku (Ronen,
169), dalam modifikasi perilaku, selain 1993).
penguat dapat juga diberikan hukuman Metode pelatihan kognitif
(punishment) yaitu : hukuman fisik, teguran sangat mengharapkan peran dari lingkungan
keras, time out, dan response cost. anak, baik lingkungan di rumah maupun
Menurut Kendal (1996) menyatakan sekolah. Perlakuan atau terapi yang
bahwa indikasi dari ciri-ciri kunci kognitif dilakukan oleh seorang terapis tidak akan
anak-anak ADHD adalah karena mereka berhasil apabila orangtua dan guru di
“tidak dapat berpikir”, ditambahkan oleh sekolah tidak mendukung dan terlibat
Braswell dan Bloomquist (1991) bahwa didalamnya.
pelatihan kognitif – behavioral - based Menurut Petersen (2005 :
parent management untuk anak-anak ADHD 126), salah satu cara penerapan praktis
memiliki kesuksesan yang meningkat dari melatih kognitif anak untuk meningkatkan
ringan ke sedang (dikutip dalam Stein, atensi atau memusatkan perhatian pada anak
1999). ADHD adalah dengan metode STOP THINK
Petersen (1992) mengemukakan DO. Langkah-langkah pada pelatihan
tentang pendekatan kognitif-behavioral kognitif dengan metode STOP THINK DO
untuk memberikan saran juga penguatan menggunakan analogi isyarat-isyarat rambu
pada perilaku-perilaku yang tidak diinginkan lalu lintas yaitu :
karena hal itu berhubungan, sementara anak a. Stop atau “berhenti” (lambang lalu lintas
memulai untuk berperilaku yang benar berwarna merah)
(dikutip dalam Stein, 1999). Tahap Stop, menekankan pengontrolan
Alasan utama mengapa para terapis reaksi impulsif. Anak diarahkan untuk
kognitif meyakini bahwa anak dapat duduk tenang, kemudian mengingat
mengambil manfaat dari terapi kognitif kebiasaan atau perilakunya sehari-hari,
adalah bahwa anak memiliki kemampuan dengan tujuan agar anak
untuk belajar (Safaria, 2004 : 69). Jika anak- MENGHENTIKAN ( STOP ) perbuatan
anak mampu mempelajari tentang mengapa atau kebiasaanya yang tidak baik.
air bisa mendidih, tentu saja mereka bisa b. Think atau “berpikir” (lambang lalu lintas
memahami bagaimana pikiran mampu berwarna kuning)
mengubah emosi seseorang dan bagaimana

-90-
Penerapan “Caregiver Skill Program” Untuk Mereduksi Inatensi Pada Anak ADHD (Alice Z)

Pada tahap ini anak diajak untuk perlu adanya pemberian pelatihan kognitif
berpikir atau bertukar pikiran secara tepat. Ada beberapa perlakuan yang
mengenai solusi-solusi apa yang memberikan pelatihan kognitif menjadi
bisa dicoba untuk mengatasi bagian dari rangkaian suatu intervensi.
permasalahan yang terjadi dan Pada tahun 1999, Stein mengadakan
konsekuensi apa yang mungkin penelitian untuk menanggapi secara positif
ditimbulkan dari pilihan tersebut, keluhan orangtua-orangtua yang anaknya
kemudian MEMIKIRKAN (THINK) mengalami ADHD tentang penghindaran
sesuatu seperti, “Apa yang seharusnya terhadap obat sebagai terapi. Penelitian ini
kamu kerjakan saat ini?” menggunakan The Caregivers Skills
c. Do atau “melakukan” (lambang lalu Program (CSP), yaitu orangtua diberi tugas
lintas berwarna hijau) menyadarkan, mengingatkan dan
Pada tahap ini anak menentukan mendampingi anaknya di rumah. Sebelum
pilihan dan keputusan serta masuk dalam CSP, tahap yang harus dilalui
melaksanakan rencana kerja program oleh anak adalah tahap pelatihan kognitif
solusi yang diambil untuk mencapai dengan metode Stop Think Do atau disebut
tujuan. MELAKUKAN (DO) misalnya tahap pre-CSP dan juga orangtua diberikan
duduk tegak dan memandang muka pelatihan pendampingan anak di rumah atau
guru, mendengarkan perintah guru, dan parent home-based management untuk
berusaha bertanya bila belum mengerti. menerapkan CSP di rumah, terutama tentang
(Petersen, 2005 : 126) aturan-aturan yang berlaku dalam CSP.
Pemikiran pokok CSP didasari pada teori
Pelatihan kognitif sangatlah penting dasar dari Cognitive-Behavioral.
diberikan pada anak, dengan asumsi bahwa Stein (1999) melakukan penelitian
kemampuan anak berpikir sangat dengan jumlah subyek 12 anak ADHD
dipengaruhi oleh bagaimana anak dapat dengan rentang usia 5 sampai 11 tahun.
menggunakan kognitif-nya secara optimal. Target perilaku pada penelitian berjumlah
Anak-anak dengan gejala ADHD seringkali 13 perilaku yaitu tidak melakukan seperti
dianggap bodoh karena hasil akademisnya yang dikatakan, melawan perintah, temper
selalu tidak memuaskan, padahal bukan tantrum, pernyataan “ketidakmampuan diri”,
berarti kerusakan pada kognitif-nya, namun pernyataan-pernyataan negatif, rengekan,

-91-
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 2 No. 2, Mei 2011

menyela pembicaraan orang, keluhan fisik dilakukan pengukuran kembali (follow-up)


bahwa orangtua telah menghukum, tidak dan hasilnya menunjukkan adanya
dapat memusatkan perhatian, tidak sopan, konsistensi dengan pengukuran pada tahap
perilaku agresi, hubungan yang tidak baik CSP. Dua belas target perilaku yang saat
dengan saudara kandung, dan school baseline mempunyai skor tinggi mengalami
performance yang buruk. Tujuan utama penurunan pada saat pengukuran tahap CSP
dalam penelitiannya adalah anak mampu dan skor-skor pada tahap CSP dalam
berpikir sendiri dan memonitor perilakunya, kondisi tetap pada pengukuran follow-up,
mengontrol perilakunya dalam segala kecuali perilaku agresi yang tidak ada
keadaan, meningkatkan fungsi otak / respon atau tidak ada perubahan dari
kognitif tanpa mengkonsumsi obat-obatan. baseline, perlakuan sampai pada follow-up.
Hipotesisnya adalah CSP dapat mereduksi Penelitian ini mengacu pada
secara efektif masalah perilaku, problem- penelitian Stein (1999) yaitu penerapan
problem pemusatan perhatian, dan Caregiver Skill Program (CSP) namun
mengoptimalkan pola berpikir. Metode detail CSP sudah dimodifikasi sesuai
yang digunakan A Single Case Study, kebutuhan penelitian. Target perilaku
dengan pola ABC with 1 year follow up, penelitian ini adalah inatensi, dengan satu
yaitu baseline (A) selama 4 minggu, subyek saja dan dalam waktu penelitian
kemudian duakali perlakuan yaitu : yang lebih pendek ( selama 3 bulan ).
perlakuan pertama pelatihan kognitif (pre-
CSP) selama 4 minggu dan pelatihan Hipotesis
pendampingan anak di rumah oleh orangtua Hipotesis yang diajukan adalah
atau parent home-based management untuk Penerapan Caregiver Skill Program (CSP)
penerapan CSP (B) kemudian dilanjutkan dapat mereduksi inatensi pada anak ADHD.
perlakuan kedua pelaksanaan CSP di rumah
selama 4 minggu (C), setelah perlakuan Metodologi Penelitian
selesai atau dihentikan, satu tahun kemudian Metode penelitian yang digunakan
dilakukan follow-up . Pengukuran yang dalam penelitian ini adalah metode
dilakukan pada tahap CSP menunjukkan penelitian kuasi eksperimen dengan subyek
adanya penurunan secara signifikan pada tunggal (Single Subject Design).
target-target perilaku, satu tahun kemudian

-92-
Penerapan “Caregiver Skill Program” Untuk Mereduksi Inatensi Pada Anak ADHD (Alice Z)

Subyek Penelitian untuk tugasnya


Subyek dalam penelitian ini 11. Tidak mendengarkan lawan bicara
adalah seorang anak laki-laki yang di 12. Tidak menatap lawan bicara saat diajak
diagnosa ADHD , berusia 9 tahun, memiliki bicara secara langsung
inteligensi rata-rata (skala Coloured 13. Tidak dapat tenang pada keadaan
Progressive Matrices, grade III+ dan II) dan tertentu, misalnya : pada saat upacara.
kurang dapat memusatkan perhatian secara
menyeluruh ( inatensi ). Skala Rating Inatensi berisi target
perilaku subyek yang diisi oleh 3 orang
Alat Ukur observer yaitu guru, seorang lulusan
Alat ukur yang digunakan dalam psikologi strata satu, dan orangtua. Skor
penelitian ini adalah Skala Rating Inatensi penilaian dengan 5 pilihan yaitu (0) tidak
tentang gejala inatensi pada anak ADHD pernah, (1) pernah, (2) kadang-kadang, (3)
yang berisi 13 pernyataan yang diambil dari sering, (4) selalu. Semakin besar skor yang
ADHD Rating Scale dan DSM IV yaitu : diperoleh menunjukkan bahwa subyek
1. Tidak mengerjakan pekerjaan rumah mengalami gejala inatensi yang tinggi,
(PR) demikian sebaliknya, semakin rendah skor
2. Mudah terganggu yang diperoleh berarti gejala inatensi pada
3. Tidak mengerjakan tugas sampai akhir subyek rendah atau kecil.
atau selesai
4. Mudah menyerah dalam mengerjakan
tugas
5. Sulit untuk memusatkan perhatian
6. Tidak bisa menyimpan barangnya
sendiri
7. Kesulitan mengatur tugas-tugas dan
kegiatan
8. Sulit untuk mengikuti perintah
9. Sering berpindah dari satu aktivitas ke
aktivitas lainnya tanpa menyelesaikan
10. Menghilangkan sesuatu yang penting

-93-
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 2 No. 2, Mei 2011

Total skor hasil Skala Rating Inatensi dapat dikaregorikan menjadi lima (5) yaitu :

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi


0 10 20 32 42 52

Skala ini diisi pada saat baseline reliabilitas seorang rater adalah 0,939 yang
(sebelum perlakuan), pada saat perlakuan berarti sangat reliabel. Tabel dan grafik
diberikan dan pada saat follow up (sesudah berdasarkan skor-skor dari guru kelas
perlakuan diberi jeda waktu) dengan tujuan subyek, dikarenakan rata-rata reliabilitas
untuk melihat ada atau tidaknya perubahan seorang rater mempunyai hasil yang tinggi,
inatensi setelah perlakuan dihentikan, yang dan tujuan penelitian untuk melihat inatensi
diisi oleh guru kelas, seorang observer subyek di sekolah.
lulusan psikologi strata satu dan ibu subyek.
Desain Eksperimen
Validitas dan Reliabilitas Penelitian ini menggunakan metode
Validitas alat ukur yang digunakan kuasi eksperimen dengan Single Subject
dalam penelitian ini adalah validitas isi yaitu Design dengan pola ABC with 1 month
validitas yang diestimasi lewat pengujian Follow Up (Harbert, Barlow, Hersen, &
terhadap isi tes dengan analisis rasional atau Austin, h.150, 1984) yang merupakan
lewat professional judgment (Azwar, 2008 : sebuah desain penelitian untuk
45). mengevaluasi efek suatu perlakuan dalam
Reliabilitas yang digunakan adalah Subyek tunggal. Pada desain ini baseline
reliabilitas interrater yang merupakan suatu (A) dilakukan pengukuran terhadap variabel
prosedur evaluasi melalui rating yang tergantung yang telah dimiliki subyek.
dilakukan lebih dari seorang pemberi rating Kemudian (B) pada saat perlakuan I
(rater) untuk meminimalkan pengaruh (Pelatihan Kognitif) dilakukan pengukuran
subyektivitas dalam pemberian skor (Azwar, dan (C) perlakuan II (parent home-based
2008, h.105). Hasil reliabilitas alat ukur management) penerapan CSP dilakukan
dengan tiga rater adalah 0,979 , yang pengukuran, setelah perlakuan dihentikan,
berarti sangat reliabel. Estimasi rata-rata dengan jeda waktu 1 bulan dilakukan

-94-
Penerapan “Caregiver Skill Program” Untuk Mereduksi Inatensi Pada Anak ADHD (Alice Z)

pengukuran kembali atau follow up terhadap Analisis data dengan melihat grafik
variabel tergantung dengan alat ukur yang perubahan inatensi subyek penelitian pada
sama. saat baseline, selama perlakuan (Pelatihan
Kognitif dan Parent Home-Based
Analisis Data Management) dan satu bulan setelah
perlakuan dihentikan yaitu follow up.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil Pengukuran Inatensi
Tabel Total skor yang diperoleh pada saat baseline, perlakuan, dan follow up
BAS ELINE PERLAKUAN PERLAKUAN 1 MONTH FOLLOW UP
ITEM - ITEM
B1 B2 B3 B4 B5 B6 T1.1 T1.2 T1.3 T1.4 T1.5 T1.6 T2.1 T2.2 T2.3 T2.4 T2.5 T2.6 F1 F2 F3 F4 F5 F6
Tidak mengerjakan PR 4 3 4 3 4 3 4 4 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0
Mudah terganggu 4 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 1 1 1 1
Tidak mengerjakan tugas 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 2 2 2 2 0 0 0 2 1 1 1 0 1 1
Mudah menyerah 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 0 0 1 1
Sulit untuk memusatkan perhatian 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1
Tidak bisa menyimpan barangnya 4 3 3 3 3 3 4 4 3 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 0 0 2 0
Kesulitan mengatur tugas 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1
Sulit untuk mengikuti perintah 4 3 2 3 3 3 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1
Sering berpindah aktivitas 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 0
Menghilangkan sesuatu yang penting 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1 0 1 2 1 1 0 1 2 1 0 0 1 1
Tidak mendengarkan lawan bicara 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1
Tidak menatap lawan bicara 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 0 1 0 0
Tidak dapat tenang pada saat tertentu 3 3 3 2 2 2 3 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 0 1 1 1
TOTAL 43 37 38 35 37 36 43 40 30 22 21 18 22 23 19 21 17 18 18 17 7 8 14 9

Grafik total skor pada saat baseline, perlakuan dan follow up

-95-
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 2 No. 2, Mei 2011

Penelitian dilakukan dalam jangka subyek tergolong tinggi ( berdasarkan


waktu tiga bulan yaitu mulai tanggal 11 Mei kategori ).
– 27 Juli 2009 dengan 18 x pengisian Skala Hasil dari perlakuan menunjukkan
Rating Inatensi. Berdasarkan grafik 1., bila bahwa skor-skor yang diperoleh pada saat
dicermati dengan seksama, perolehan skor perlakuan pertama dalam Pelatihan Kognitif
pada baseline menjadi naik pada perlakuan (pre-CSP) menunjukkan skor menurun pada
pertama (T1.1 dan T1.2), hal ini dikarenakan akhir pelatihan kognitif . Skor total yang
perilaku inatensi pada subyek masih sangat diperoleh pada perlakuan pertama yaitu 43 –
terpengaruh dengan lingkungannya, 18, kemudian perlakuan kedua dalam parent
sedangkan pelatihan kognitif masih pada home-based management (penerapan CSP)
tahap pemetakan di awal pelatihan STOP menunjukkan adanya penurunan yaitu
THINK DO, sehingga perubahan subyek diperoleh total skor 17 – 23 yaitu inatensi
belum nampak. Namun apabila garis grafik pada kategori sedang, kemudian pada saat
dilihat secara keseluruhan dan berakhir pada follow up diperoleh total skor 7 – 18 yaitu
follow up maka dapat disimpulkan bahwa inatensi pada kategori rendah, yang berarti
secara umum penerapan CSP dapat adanya kestabilan dan tendensi atau
mereduksi inatensi pada subyek. Skor-skor kecenderungan menurunnya sikap inatensi
pada Skala Rating Inatensi yang diperoleh dibandingkan pada saat baseline dan
dari baseline menjadi turun pada perlakuan perlakuan (pre-CSP dan CSP).
(Pelatihan Kognitif dan Parent
Management), satu bulan kemudian pada Pembahasan
saat follow up dapat dilihat skor-skor yang Hasil penelitian menunjukkan
diperoleh menunjukkan penurunan dan Penerapan Caregiver Skill Program (CSP)
cenderung stabil dibandingkan pada saat dapat untuk mereduksi inatensi pada anak
CSP. ADHD. Skor secara keseluruhan yang
Hasil dari baseline relatif stabil ( diperoleh dari Skala Rating Inatensi
Tabel Total Skor ), hal ini menunjukkan menunjukkan adanya kecenderungan
bahwa sesi perlakuan dapat dilanjutkan. menurunnya inatensi pada subyek, yang
Pada baseline skor subyek bergerak dari 35 berarti subyek lebih dapat memusatkan
– 43. Hal ini menunjukkan bahwa inatensi perhatiannya selama di sekolah. Hasil

-96-
Penerapan “Caregiver Skill Program” Untuk Mereduksi Inatensi Pada Anak ADHD (Alice Z)

tersebut sesuai dengan penelitian mengkombinasikan dua perlakuan yaitu


sebelumnya yaitu mengatasi gangguan pelatihan kognitif dan pendampingan anak
perilaku pada anak ADHD dengan terapi di rumah oleh orangtua atau parent home-
kognitif – behavioral dan melibatkan based management dengan bekerjasama
orangtua serta guru sekolah dalam dengan guru di sekolah yang disebut metode
pendampingan anak. Barkley (1995), Caregiver Skill Program (CSP), yang
menggunakan pendekatan dengan pelatihan kemudian menjadi acuan dalam penelitian
orangtua untuk mendampingi anak, dan ini.
hasilnya cukup efektif untuk mengatasi Pada tahap pre-CSP yaitu pelatihan
gangguan anak ADHD. kognitif , hasil observasi pada minggu
Anak ADHD dianggap bodoh, pertama perlakuan adalah subyek tidak bisa
melakukan segala sesuatu secara spontan duduk tenang, kakinya digoyang-goyang,
tanpa dipikirkan akibatnya dan selalu matanya melihat kemana-mana dan
menjadi sumber masalah, sehingga bicaranya kadang-kadang tidak fokus, hal ini
seringkali didiagnosa karena kerusakan terlihat dari jawaban yang diberikan subyek.
otaknya, padahal menurut Kendall (1996) Subyek hanya mau duduk sekitar 15 menit,
hal tersebut karena mereka hanya belum kemudian lari meninggalkan tempat
dapat menggunakan fungsi otaknya secara duduknya, keluar ruang terapi dan lari
benar, sehingga otak perlu dilatih secara kesana-kemari tanpa tujuan jelas. Setelah
tepat dan benar. seminggu dalam pelatihan kognitif,
Menurut Hartono (1998), semakin perilaku subyek mulai lebih tenang, lebih
kompleks permasalahan pada anak ADHD, kooperatif dan mau berusaha mengerjakan
maka semakin kompleks juga tugas-tugasnya. Pada sesi pelatihan kognitif
penanganannya. Pendekatan bisa melalui yang terakhir, inatensi subyek mulai
beberapa aspek, seperti : aspek pendidikan tereduksi dengan skor-skor yang diperoleh
di keluarga dan sekolah, program-program dari Skala Rating Inatensi semakin kecil
perbaikan hubungan anak dan orangtua, secara keseluruhan, demikian juga
latihan-latihan untuk memusatkan perhatian berdasarkan observasi dan wawancara
dengan suatu terapi kognitif, metode terapi dengan guru kelas.
perilaku dan obat-obatan. Stein (1999) Pada saat role play untuk time out
melakukan penelitian dengan metode yang berdasarkan kartu laporan harian yang

-97-
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 2 No. 2, Mei 2011

ditulis oleh guru kelasnya, antara lain : penerapan CSP di rumah berdampak positif
ketika subyek tidak menyelesaikan tugas dan terjadi peningkatan atensi pada subyek,
malahan jalan-jalan di dalam kelas hal ini berdasarkan observasi dan
kemudian ditegur gurunya, subyek mau taat wawancara dengan guru-guru di sekolah dan
kembali ke tempat duduk namun berjalan orang tua di rumah.
sambil memukul temannya. Terapis Setelah CSP, subyek melakukan
memberikan sanksi time out, subyek mau aktivitasnya tanpa perlakuan apapun selama
duduk diam dan berpikir, kemudian dia satu bulan. Kemudian dilakukan follow up
berkata,” Sudah bu, aku tahu... aku tidak dengan mengambil skor Skala Rating
boleh jalan-jalan kalau pelajaran, aku harus Inatensi dalam proses belajar di sekolah
belajar baik ya... tidak boleh memukul selama dua minggu. Hasil yang diperoleh
temanku.” Subyek dapat mengungkapkan sangat menggembirakan, karena perilaku
dengan benar apa saja kesalahannya serta inatensi subyek mengalami penurunan, yang
dapat mengatakan perilaku yang seharusnya artinya Caregiver Skill Program (CSP)
dilakukan. Demikian juga berdasarkan dapat mereduksi inatensi pada anak ADHD.
wawancara dengan guru dan orangtua, Hal ini dapat dilihat dari hasil pengisian
subyek menjadi lebih baik perilakunya, mau Skala Rating Inatensi, wawancara dengan
menurut dan kooperatif. orangtua dan guru, serta observasi di
Setelah pelatihan kognitif, orangtua sekolah, dimana subyek lebih sering
yang sebelumnya juga sudah diberikan mengerjakan pekerjaan rumahnya tanpa
pelatihan melakukan penerapan CSP di disuruh orangtuanya, di kelas subyek lebih
rumah. Tugas utama orangtua adalah memperhatikan pelajaran dan bila mulai
pendampingan anak di rumah (parent home- terganggu perhatiannya saat di kelas, subyek
based management) dan mengingatkan mau taat ketika diingatkan oleh guru,
subyek untuk tetap dapat memusatkan sehingga hampir semua tugas yang
perhatiannya di sekolah. Apabila subyek diberikan pada subyek dapat
melakukan perilaku inatensi, maka subyek diselesaikannya. Subyek tidak lagi banyak
harus menjalani time out. Ibu berperan aktif berkeluh kesah tentang sulitnya tugas yang
dalam time out sebagai supervisor, sehingga harus dikerjakannya, tetapi mau
ketegasan dan konsistensi dibutuhkan dalam mengerjakan dengan perhatian dan terus
perlakuan pada subyek. Selama dua minggu menerus, bahkan jarang sekali terlihat

-98-
Penerapan “Caregiver Skill Program” Untuk Mereduksi Inatensi Pada Anak ADHD (Alice Z)

subyek berpindah aktivitas lainnya tanpa cara berpikir subyek, sehingga subyek mulai
menyelesaikan. Subyek sudah mulai jarang belajar berpikir dengan benar sebelum
kehilangan alat-alat tulisnya dan barangnya berperilaku. Kemampuan berpikir dan
yang lain, karena setiapkali selesai memecahkan masalah yang sudah diperoleh
menggunakannya, subyek mau subyek selama pelatihan kognitif menjadi
menyimpannya sendiri. Subyek juga sudah tetap bertahan pada saat dilakukan
mulai dapat mengatur beberapa tugas dan pendampingan orangtua di rumah (parent
kegiatannya, meskipun kadang-kadang home-based management) dengan
masih harus diingatkan. Subyek cukup patuh penerapan CSP. Sesuai dengan CSP,
kepada guru dan orangtuanya, hal ini orangtua memberikan reinforcement positif
ditunjukkan dengan kepatuhannya dalam berupa pujian dan reinforcement negatif
mengikuti perintah. Perilaku yang tampak berupa time out kepada subyek. Berdasarkan
berubah juga dapat dilihat ketika mengikuti penelitian ini, CSP yang menggunakan teori
upacara di sekolah, subyek lebih tenang dan dasar dari Cognitive-Behavioral Therapy
mengikuti dengan baik. menunjukkan bahwa inatensi pada subyek
Pada penelitian ini, perilaku yang dapat tereduksi.
hendak direduksi adalah inatensi pada anak Dari hasil ke-13 item pada Skala
ADHD. Mengacu pada penelitian Rating Inatensi, ada 7 (tujuh) item yang
sebelumnya yang dilakukan oleh Stein konsisten perubahan atau penurunannya,
(1999) bahwa perilaku inatensi dapat yaitu : item mudah terganggu, sulit untuk
direduksi. Maka hasil pada penelitian memusatkan perhatian terhadap tugas secara
sebelumnya sama dengan penelitian yang terus menerus, sulit untuk mengikuti
dilakukan pada saat ini, keadaan subyek perintah, sering berpindah dari satu aktivitas
sebelum mendapat perlakuan memiliki ke aktivitas lainnya tanpa menyelesaikan,
inatensi tinggi, setelah mendapatkan tidak mendengarkan lawan bicara, tidak
perlakuan dengan CSP, maka hasilnya menatap lawan bicara saat diajak bicara
inatensi pada subyek dapat tereduksi, yang secara langsung, tidak dapat tenang pada
artinya subyek menjadi lebih dapat keadaan tertentu Disamping itu, ada 6
memusatkan perhatiannya terutama dalam (enam) item yang penurunannya tidak
proses belajar di sekolah. Pelatihan kognitif konsisten, sehingga kecenderungan
dengan STOP THINK DO dapat mengubah perubahannya belum dapat diprediksi secara

-99-
Majalah Ilmiah INFORMATiKA Vol. 2 No. 2, Mei 2011

pasti, yaitu : item tidak mengerjakan Demikian juga sikap orangtua menjadi lebih
pekerjaan rumah, tidak mengerjakan tugas positif yaitu orangtua menjadi lebih
sampai akhir atau selesai, mudah menyerah perhatian pada anaknya.
dalam mengerjakan tugas, tidak bisa
menyimpan barangnya sendiri, kesulitan Daftar Pustaka
mengatur tugas-tugas dan kegiatan, American Psychiatric Ass. (1994).
Diagnostic and Statistical Manual of
menghilangkan sesuatu yang penting untuk
Mental Disorder (fourth ed).
tugasnya. Item yang penurunannya tidak Washington : DC / APA
konsisten merupakan item-item yang lebih
Azwar, S. (2008). Reliabilitas dan
berkaitan dengan tanggungjawab terhadap Validitas. cetakan pertama, edisi
kelima. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
tugas atau benda, sehingga keterlibatan
Offset.
lingkungan subyek secara aktif masih
Barkley, R. A. (2002). Psychosocial
diperlukan dalam pendampingan.
Treatments for Attention Deficit /
Peneliti menyadari bahwa penelitian Hyperactivity Disorder in Children.
Journal Clinical Psychiatry, 63,
ini tentu saja tidak terlepas dari kelemahan-
36 – 43.
kelemahan. Kelemahan dalam penelitian ini
Ekowarni, E. (1998). Beberapa Teknik
terjadi karena peneliti hanya menggunakan
Melatih Anak Hiperaktif dalam
satu subyek sehingga skor-skor yang Semiloka Mengenal dan
Membimbing Anak Hiperaktif.
diperoleh tidak dapat dibandingkan dengan
Semarang: P2GPA.
yang lain.
Evans, S. W., Schultz, B. K., Sadler, J.
M. (2008). Psychosocial
Kesimpulan Interventions Used to Treat
Children with ADHD : Safety
Berdasarkan hasil dan diskusi, dapat
and Efficacy. Journal of
disimpulkan bahwa inatensi dapat Psychosocial Nursing & Mental
Services, 46, 49-57.
diturunkan dengan Caregiver Skill Program
(CSP). Penelitian terbukti efektif meskipun Harbert, Barlow, Hersen, & Austin.
(1984). Single Case Experimental
dilakukan dalam kurun waktu 3 (tiga) bulan,
Designs dalam Strategies for
hal ini dikarenakan keterlibatan orangtua Studying Behavior Change.
Pergamon Press.
secara intensif pada waktu yang relatif
singkat sehingga dalam menerapkan Hartono, B. (1998). Pokok-pokok Dalam
Mengenal Anak Hiperaktif dalam
program ini di rumah menjadi konsisten.
Semiloka Mengenal dan

-100-
Penerapan “Caregiver Skill Program” Untuk Mereduksi Inatensi Pada Anak ADHD (Alice Z)

Membimbing Anak Hiperaktif.


Semarang: P2GPA. Ronen, T. (1993). Adapting Treatment
Techniques to Children's Needs.
Kendall, P.C. ( 2006 ). Child and British Journal of Social Work, 23,
Adolescent Therapy. New York : 281-296.
The Guilford Press.
Safaria, T. (2004). Terapi Kognitif –
Martin, G. & Pear, J. (1992). Behavior Perilaku Untuk Anak. Yogyakarta :
Modification. New Jersey : A Simon Graha Ilmu.
& Schuster Company.
Stein, D. B. (1999) A Medication-Free
Mc Guinness, T. M. (2008). Helping Parents Parent Management Program for
Decide on ADHD Treatment for Children Diagnosed as
Their Children. Journal of ADHD.Journal Ethical Human
Psychosocial Nursing, 46, 23-26. Sciences and Services, 61-79.

Pelham, W. E., Fabiano, G. A. (2008). Widyorini, E. (1998). Mengasuh Dan


Evidence-Based Psychosocial Membimbing Anak Hiperaktif dalam
Treatments for Attention-Deficit/ Semiloka Mengenal dan
Hyperactivity Disorder. Journal of Membimbing Anak Hiperaktif.
Clinical Child & Adolescent Semarang: P2GPA
Psychology, 37, 184-214.
Zaviera, F. 2007. Anak Hiperaktif : Cara
Petersen, L. (2005). Bagaimana Cerdas Menghadapi Anak
Memotivasi Anak Belajar dalam Hiperaktif dan Gangguan
STOPand Think Learning. Jakarta : Konsentrasi. Jogjakarta : Katahati.
PT Gramedia.

-101-

Anda mungkin juga menyukai