Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KEGIATAN PUSKESMAS

Oleh :
Kelompok : 2 (DUA)
1. Arinda Stevani 1518011
2. Astara Ginarana 1518011
3. Celine Grace 1518011090
4. Fakhri Wisa A 1518011
5. Fiana Deswita 1518011
6. Ahmad Mufid NA 1518011
7. Nisrina Aulia A 1518011
8. Nabila Ulfiani 1518011
9. Sany Setiwan 1518011158
10. Zihan Zetira 1518011

Pembimbing :
Dr. Dian Isti Agraini

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Puskesmas merupakan kesatuan organisasi fungsional yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu,

merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta

aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh

pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang

optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes,

2009).

Di Indonesia Masyarakat merupakan tulang punggung pelayanan

kesehatan tingkat pertama dengan wilayah kerja tingkat kecamatan atau

pada suatu daerah dengan jumlah penduduk 30.000 – 50.000 jiwa

(Entjang, 2000). Puskesmas adalah salah satu alternative utama dalam

pemilihan pelayanan kesehatan, tetapi sampai saat ini pemanfaatan

pelayanan puskesmas masih rendah.

Menurut Depkes RI (2004) upaya kesehatan di Indonesia belum

terselenggara secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Jumlah

sarana dan prasarana kesehatan masih rendah tercatat jumlah Puskesmas

untuk seluruh Indonesia sebanyak 7.237 unit, Puskesmas pembantu


(Pustu) 21.267 unit, Puskesmas Keliling (Pusling) 6.392 unit. Penyebaran

sarana dan prasarana kesehatan belum merata. Rasio sarana dan prasarana

kesehatan terhadap jumlah penduduk diluar pulau jawa lebih baik

dibandingkan dengan pulau jawa hanya saja keadaan transportasi diluar

pulau jawa lebih baik dibandingkan dengan pulau jawa.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Kepmenkes RI No.1116

tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans

Epidemiologi Kesehatan menyebutkan bahwa surveilans adalah proses

pengumpulan, pengolahan, analisis, interpretasi data secara sistematik dan

terus menerus serta melakukan penyebaran informasi kepada unit yang

membutuhkan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau

kebijakan.

Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang

meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan,

dan status gizi masyarakat sehingga banyak program-program kesehatan

yang dilakukan pemerintah terutama pada penduduk usia rentan, seperti

program Safe Motherhood Initiative, program Kesehatan Ibu dan Anak

(KIA), program Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE), dan

program Pemberantasan Penyakit Menular.

. Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Surveilans Terpadu (SST)

berbasis data, Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP),

dan Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah mengalami

beberapa kali perubahan dan perbaikan. Disamping keberadaan SST telah


juga dikembangkan beberapa sistem Surveilans khusus penyakit

Tuberkulosa, penyakit malaria, penyakit demam berdarah, penyakit

campak, penyakit saluran pernapasan dan lain sebagainya.

Surveilans epidemiologi merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan

terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan

kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan

penyaki atau masalah-masalah kesehatan (Depkes RI, 2003). Surveilans

epidemiologi dilaksanakan dengan dua cara yaitu aktif dan pasif.

Surveilans pasif berupa pengumpulan keterangan tentang kejadian

penyakit secara pasif, dengan menggunakan data penyakit yang harus

dilaporkan (reportable diseases) yang tersedia di fasilitas pelayanan

kesehatan. Sementara surveilans aktif menggunakan petugas khusus

surveilans yang telah ditugaskan yang berasal dari Institusi kesehatan

(Puskesmas atau Dinas Kesehatan) untuk pengumpulan data kunjungan

berkala ke lapangan, desa-desa, tempat praktik pribadi dokter dan tenaga

medis lainnya, puskesmas, klinik, dan rumah sakit, dengan tujuan

mengidentifikasi kasus baru penyakit atau kematian, disebut penemuan

kasus (case finding), dan konfirmasi laporan kasus indek.

1.2 Tujuan Kegiatan

1. Mengetahui peran puskesmas dalam kesehatan masyarakat

2. Mengetahui visi misi puskesmas

3. Mengetahui fungsi puskesmas

4. Mengetahui struktur puskesmas


6. Mengetahu tata kerja puskesmas

7. Mengetahui penyelenggaraan pelayanan kesehatan oleh puskesmas

8. Mengetahui program pokok puskesmas

9. Mengetahui masalah atau kendala – kendala yang dihadapi puskesmas

10. Mengetahui kegiatan surveillance campak di puskesmas

1.3 Manfaat Kegiatan

Manfaat dari kegiatan kunjungan ke puskesmas adalah:

1. Sebagai sarana pembelajaran tentang data umum, struktur organisasi, serta

kegiatan surveilans campak di Puskesmas


BAB II
HASIL KEGIATAN

2.1 Gambaran Puskesmas Karang Anyar

2.1.1 Visi, Misi, Motto dan Tata Nilai


Visi

Menjadikan Puskesmas Karang Anyar sebagai puskesmas Rawat

Jalan yang bermutu dan profesional, serta menjadi pendamping

masyarakat dalam menuju Kecamatan Jati Agung Sehat.

Misi

1. Menyelenggarakan pelayanan Kesehatan yang berkualitas dengan

berorientasi pada kebutuhan pelanggan

2. Meningkatkan kapasitas SDM puskesmas yang berbasis

kompetensi

3. Mengembangkan kapasitas system, sarana prasarana, dan tata

kelola pelayanan kesehatan yang baik.

4. Mengembangkan sarana unit pelayanan kesehatan yang inovatif


Motto : CINTA

 Cekatan : Cepat menanggapi masalah-masalah kesehatan

yang ada diwilayah puskesmas Karang Anyar

 Inovatif : Pengetahuan, keterampilan, sarana dan mutu selalu

berkembang yang terbaru menuju perbaikan untuk meningkatkan

pelayanan yang sesuai kebutuhan masyarakat

 Nyaman : Mengedepankan kenyamanan klien dengan

Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun

 Terampil : SDM memenuhi standar kompetensi

 Aspiratif : Menampung ide-ide/saran keluhan masalah

kesehatan yang ditanggapi sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Tata Nilai budaya 5 S :

Senyum-Sapa-Salam-Sopan-Santun

2.1.2 Jenis Pelayanan Puskesmas Karang Anyar

Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) terdiri dari :


• Pelayanan Pemeriksaan Umum
• Pelayanan Gigi dan Mulut
• Pelayanan KIA-KB
• Pelayanan Konseling (UKP)
• Laboratorium Farmasi

Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial meliputi :


• KIA-KB
• Upaya Gizi Masyarakat
• Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Menular dan tidak
menular)
• Promosi Kesehatan-UKS
• Kesehatan Lingkungan
• Perkesmas

Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan meliputi :


• UKGMD
• Kesehatan Usila
• Pengobatan Tradisional
• Kesehatan Olahraga
• Kesehatan Jiwa

2.1.3 Sasaran Penduduk (Tahun 2017)

No Desa Jml. Jml kk Jml. Persentase


Penduduk Penduduk Penduduk
miskin Miskin
1. Way Huwi 8.103 2.901 1.480 19,3
2. Fajar Baru 5.839 1.902 1.543 27,2
3. Jatimulyo 13.792 5.166 5.054 37,8
4. Karang Anyar 14.474 5.300 3.137 22,3
5. Rejomulyo 6.614 1.590 1.824 28,5
6. Marga Kaya 3.682 1.020 541 15,2
7. Marga Agung 4.769 1.070 855 18,5
8. Sinar Rejeki 7.977 1.975 2.098 27,1
9. Sidoharjo 3.315 805 769 23,8
10. Purwotani 2.941 620 940 32,9
11. Karang Sari 3.815 1.303 1.504 40,9
12. Karang Rejo 6.072 1.401 3.137 53,3

Jumlah 81.393 24.953 23.593 29,9


2.1.4 Tenaga Kesehatan Puskesmas Karang Anyar Tahun 2017

No Jenis Tenaga Standar Sumber Kekurangan


Permen Daya
kes No. Tenaga
75 yg ada
Tahun
2014
1. Dokter umum 1 2 -
2. Dokter gigi 1 - 1
3. Sarjana Kesehatan Masyarakat 1 2 -
4. S1. ekonomi - 1 -
5. Gizi 1 1 -
6. Farmasi/Apoteker 1 3 -
7. Kesehatan lingkungan 1 1 -
8. Analis kesehatan 1 2 -
9. Perawat gigi - 2 -
10. Perawat (SPK/Akper/Skep.) 5 16 -
11. Bidan (Puskesmas/ Bidan desa) 4 36 -
12. Pekarya kesehatan 1 1 -
13. Supir, Honda dan Administrasi 2 9 -
Lain-lain

JUMLAH 19 76 1
2.1.5 Evaluasi Masalah Kesehatan Puskesmas Karang Anyar 2017

2.5

Jumlah Kasus 1.5

1 2 2
0.5

0 0
Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017

2.1.6 Evaluasi 10 penyakit terbanyak di puskesmas karang anyar

Kandidiosis
mulut; 4%
; DM tipe 2;
4%
Diare;; 8% Bronchitis Akut;;
5% Influenza; 21%

Chepalgia;; 8%
gastritis; 16%

faringitis;
9%
Hipertensi; 13%
Myalgia; 12%
2.1.7 Cakupan Indikator PIS dan PK desa MargaKaya

2.1.8 Cakupan Indikator PIS-PK Desa Jatimulyo


2.2 Struktur Organisasi
2.3 Tugas Program

2.3.1 Puskesmas

a. Pengumpulan Data

Semua kasus tersangka campak yang datang puksesmas,

pelayanan kesehatan swasta maupun ke dokter, bidan maupun

perawat praktek dicatat dalam formulir C1 dan dilaporkan ke

puskesmas di wilayah kerjanya setiap bulan.

b. Pencatatan dan Pelaporan

1) Petugas surveilans harus memastikan bahwa setiap kasus

campak yang ditemukan, baik yang berasal dari dalam maupun

luar wilayah kerja, telah dicacat dalam form C1 dan dilaporkan

ke dinas kesehatan kabupaten/ kota setiap bulan sebagai

lampiran STP

2) Setiap minggu direkap dalam W2/ PWS KLB dan

dilaporkan ke dinas kesehatan kabupaten/ kota sebagai alat

SKD KL.

c. Umpan Balik

Umpan balik yang dilakukan oleh puskesmas sasarannya

adalah kepala puskesmas dan seluruh pengelola program, dan

petugas pustu dengan frekuensi tiap bulan. Caranya adalah

dengan mengadakan pertemuan mini lokakarya bulanan

puskesmas.
2.3.2 Rumah Sakit

Kegiatan surveilans campak di RS lebih ditekankan pada

penemuan kasus secara aktif. Oleh sebab itu, perlu ditetapkan

contact person RS yang bertanggung jawab terhadap pelaporan

kasus.

a. Penemuan Kasus

Setiap hari contact person di bangsal dan poliklinik anak

memeriksa adanya kasus maupun kematian campak. Perlu diingat,

bahwa kematian akibat campak sebagian besar disebabkan oleh

bronco pneumonia, diare, dan encephalitis. Oleh sebab itu, bila ada

kematian yang disebabkan oleh penyakit tersebut harus ditelusuri

apakah kondisi tersebut merupakn komplikasi campak.

b. Pencatatan dan Pelaporan

Setiap kasus atau kematian campak dicatat dalam form C1

(individual). Sebagian besar kasus campak tidak dirawat inap.

Oleh sebab itu, sebaiknya poliklinik anak tersedia formulir C1.

Apabila ada penderita campak, maka contactperson di poliklinik

anak langsung mengisi formulir C1. Formulir C1 yang

sudahterisi tersebut akan diambil oleh petugas surveilans aktif

kabupaten/ kota setiap minggu pada saat melaksanakan

surveilans aktif AFP, campak, dan TN.


2.3.3 Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota

a. Penemuan Kasus

Setiap minggu petugas puskesmas dinas kesehatan

kabupaten/ kota mengunjungi rumah sakit di wilayah kerjanya

untuk mencari dan menemukan secara aktif kasus campak.

Setiap kasus campak yang dilaporkan dari rumah sakit segera

dikonfirmaiskan ke puskesmas lokasi kasus untuk pencarian

kasus tambahan.

b. Pencatatan dan Pelaporan

Kegiatan surveilans yang ada di kabupaten/ kota adalah

membuat rekapitulasi data campak dari laporan C1 puskesmas

dan laporan surveilans aktif RS setiap bulan kedalam formulir

integrasi K. Dinas kesehatan kabupaten/ kota juga membuat

absensi laporan bulanan C1 dan kelengkapan kegiatan

surveilans aktif RS serta laporan minggguan PWS KLB atau W2

diintgrasikan dengan surveilans AFP menggunakan form

absensi K laporan yang haris dikirim setiap bulan ke propinsi

adalah laporan integrasi, laporan rekapitulasi KLB campak dan

laporan kelengkapan laporan RS dan puskesmas.


c. Umpan Balik

Sasaran umpan balik adalah puskesmas dan rumah sakit

dengan frekuensi yaitu setiap bulan. Caranya yaitu dengan

tertulis yang disampaikan pada saat pertemuan. Umpan balik

dapat juga menggunakan SMS atau telepon yang bersifat

insidental.

2.3.4 Alur Pelaporan Surveilans Campak

Table/ alur zihan


2.3.5 Monitoring dan Evaluasi

Untuk memantau jalannya pelaksanaan program, maka perlu

dilakukan kegiatan monitoring dan evaluasi yang meliputi:

1. Analisis pencapaian kinerja surveilans campak, untuk

mengevaluasi pelaksanaan surveilans campak dimana

melakukan analisa terhadap pencapaian masing-masing

indikator kinerja surveilans campak dan analisis terhadap data

campak. Hasil kajian dapat mengarahkan pengelola surveilans

untuk mengidentifikasi permasalahn dan menentukan alternatif

solusinya. Hasil analisis diumpanbalikkan kepada pengelola

surveilans dan program imunisasi.

2. Pertemuan review atau pertemuan validasi data, dalam

pelaksanaan pertemuan review di tingkat kabupaten/ kota

maupun di tingkat propinsi dapat dibahas tentang:

a. Pencapaian kinerja surveilans campak

b. Analisis kasus campak

c. Permasalahan dan upaya pemecahannya

3. Bimbingan teknis dilakukan ke setiap tingkat kabupaten/ kota,

puskesmas dan rumah sakit. Dalam melakukan bimbingan teknis

agar menggunakan check list supervise. Hasil bimbingan teknis di

umpanbalikkan kepada pimpian maupun pengelola surveilans.


2.4 Fungsi Surveilan Campak

` Fungsi surveilan campak pada lingkup puskesmas ialah pengumpulan

data dari puskesmas, pembantu, praktek dokter,bidan,perawat dan pelayanan

kesehatan swasta lainnya, masyarakat posyandumaupun petugas desa siaga.

Setelah dilaksanakan pengumpulan data laludilakukan pencatatan dan

pelaporan ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Kemudian pengolahandata,

analisis dan interpretasi hingga menjadi informasi, dan penyebarluasan

informasi tersebut kepada penyelenggara program.

2.5 Fasilitas Surveilan Campak

Sarana dan prasarana meliputi:

a. Alat kantor

Kelengkapan alat kantornya antara lain: komputer, mesin ketik, printer,

kalkulator, formulir perekam, telefon, faksimili, internet.

b. Perangkat lunak

Puskesmas harus mempunyai perangkat lunak meliputi: epi info, epi map,

SPSS, microsoft office.

c. Alat transportasi

Terdapat dua jenis alat transportasi yang digunakan dalam mendukung

kegiatan surveilans.

d. Formulir pencatatan laporan

Formulir pencatatan laporan antara lain: formulir laporan campak (C-1), formulir

standar informasi minimal faktor risiko pada penyelidikan KLB campak (C-2),

formulir rekapitulasi data hasil penyelidikan KLB Campak (C-3).


2.6 Permasalahan Program Surveilan

Pengumpulan data oleh surveilen melalui laporan dari bidan desa yang

dilakukan setiap bulannya. Apabila ada KLB maka bidan desa langsung

melaporkan ke surveilen melalui jaringan komunikasi dan surveilen akan menuju

tempat adanya KLB.

Permasalahan program surveilen hanya ketika pada saat pengumpulan

laporan sering ada keterlambatan dari bidan desa, akan tetapi permasalahan

tersebut bisa diatasi dengan cara surveilen menghubungi langsung bidan desa

melalui jaringan komunikasi untuk mengingatkan mengumpulkan laporan atau

terlebih dahulu menanyakan data sebelum laporan dikumpul.


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Analisis Permasalahan Pada Kegiatan

3.1.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data Surveilans Campak

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan bahwakegiatan


pelaksanaan pengumpulan data di Puskesmas Karang Anyar masih
menggunakan metode surveilans pasif. Petugas surveilans hanya
menunggu laporan pada saat pengumpulan data yang dilakukan oleh
bidan desa melalui SMS mingguan/ EWARS desa. Petugas surveilans
hanya tinggal rekap data SMS mingguan/ EWARS desa, mencatat, dan
menjumlahkan saja.Kelebihan pengumpulan data secara pasif adalah
lebih murah dan mudah untukdilakukan, namun memiliki kekurangan
yaitukurang sensitif dalam mendeteksikecenderungan penyakit.

Bidan yang menemukan kasus dengan gejala mirip campak seperti


demam, batuk, pilek, mata merah, dan diikuti dengan bercak kemerahan
pada kulit (rash) akan segera merujuk pasien ke puskesmas untuk
pemeriksaan laboratorium. Di Puskesmas Karang Anyar hanya bisa
melakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan serologi yang
nantinya sampel atau spesimen yang sudah di ambil akan dikirimkan ke
laboratorium kesehatan di Jakarta. Hasil pemeriksaan serologi dari
laboratorium kesehatan di Jakarta akan diiformasikan kembali ke pihak
puskemas Karang Anyar.

Pencatatan dan pelaporan yang sumber datanya berasal dari bidan desa
akan dicatat dalam form C-1 dan dilaporkan ke dinas kesehatan
kabupaten/ kota setiap bulan sebagai lampiran surveilans terpadu dan
setiapminggu mengirimkan laporan W2/EWARSyang berupa SMS ke
dinas kesehatan kabupatensebagai alat SKD KLB. Pelaksanaan
pengumpulan data surveilans campak telah sesuai dengan buku
Petunjuk Teknis Surveilans Campak. Ada atau tidaknya kejadian
penyakit campak di wilayah kerja Puskemas Karang Anyar, pelaporan
tetap berjalan.

Petugas surveilans campak di Puskesmas Karang Anyar mengatakan


masalah yang kadang terjadi dalam pengumpulan data ini adalah
keterlupaan pelaporan dari bidan desa ke puskesmas. Namun karena
pihak puskemas dan bidan saling mengingatkan sehingga hal tersebut
dapat diatasi dan tidak ada keterlambatan dalam pengumpulan data.

3.1.2 Pelaksanaan Pengolahan Dan Penyajian Data Surveilans Campak

Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan diperoleh hasil


bahwapelaksanaan pengolahan dan penyajian data surveilans campak
terdapat di Puskesmas Karang Anyar menggunakan program microsoft
excel dengan penyajian data berupa tabulasi.

Kegiatan pengolahan dan penyajian data di Puskesmas Karang Anyar


telah sesuai dengan Petunjuk Teknis Surveilans Campak dari
DirektoratJenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
LingkunganKementerian Kesehatan RepublikIndonesia Tahun 2012
tentang pengolahan dan analisis data dimana kemajuan teknologi
komputerisasi dapat dimanfaatkan dalam proses pengolahan data,
terutama untuk kemudahan menyajikan hasil dan tidak membuat
kesalahan selama proses pengolahan data (Kemenkes RI, 2012).

3.1.3 Pelaksanaan Analisis dan Interpretasi Data Surveilans Campak

Sebelum melakukan analisis dan interpretasi data, petugas surveilans


campak Puskesmas Karang Anyar melihat kualitas data yang
kemungkinan terjadi tidak lengkapnya data yang dikumpulkan baru
kemudian menginterpretasikan analisis tersebut dalam bentuk analisis
berdasarkan tempat dananalisis kasusberdasarkankelompok umur yang
disajikan dalam bentuk tabel.

Kegiatan analisis dan interpretasi data surveilans campak untuk


Puskesmas Karang Anyar telah sesuai dengan Panduan Praktis
Surveilans Epidemiologi Penyakit dari Direktorat Jenderal
Pemberantasan Penyakit Melular Departemen Kesehatan Republik
Indonesia Tahun 2003 tentang pelaksanaan analisis dan interpretasi data
dimana kegiatan ini sangat tergantung pada keterampilan petugas
kesehatan khususnya surveilans dan dapat membuat rekomendasi atau
saran-saran yang akan yang perlu dilakukan untuk tindakan selanjutnya
(Depkes, 2003).

3.1.4 Pelaksanaan Penyebarluasan Informasi dan Umpan Balik

Puskesmas Karang Anyar dalam pelaksanaan kegiatan penyebarluasan


informasi dan umpan balik dilakukan dalam tiga arah yaitu pertama
ditujukan ke tingkat. administrasi yang lebih tinggi dalam hal ini adalah
dinas kesehatan kabupaten sebagai informasi untuk dapat menentukan
kebijakan selanjutnya dari dinas kesehatan dalam menangani kasus
campak yang ada. Kedua, ditujukan kepada bidan desa setempat
sebagai pengumpul dan pelapor data dalam bentuk umpan balik. Ketiga,
disebarluaskan kepada instansi lain yang membutuhkan data tersebut.
Hal yang dilaporkan ke dinas kesehatan berupa hasil analisis dan
interpretasi dan laporan kasus campak di lembar C-1 campak.

Kegiatan penyebarluasan informasi dan umpan balik di Puskesmas


Karang Anyar telah sesuai dengan Petunjuk Teknis Surveilans Campak
dari DirektoratJenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
LingkunganKementerian Kesehatan RepublikIndonesia Tahun 2012
tentang mekanisme umpan balik dan penyebarluasan informasi yang
mana mekanismenya harus menjadi sistem komunikasi yang baik
kepada semua sumber laporan sehingga unit terkait dapat melakukan
respon penanggulangan yang cepat dan tepat (Kemenkes RI, 2012).

3.1.5 Pelaksanaan Evaluasi Surveilans Campak

Pelaksanaan kegiatan evaluasi ini bertujuan untuk menilai apakah


program-programtersebut sudah berjalan dengan baik atau belum.
Menurut pemaparan petugas surveilans campak Puskemas Karang
Anyar, terdapat riteria keberhasilan pelaksanaan surveilans campak
dapat ditunjukan dengan beberapa indikator kinerja surveilans campak,
antara lain kelengkapan laporan puskesmas (C-1) memenuhi minimum
target sebanyak = 90%, ketepatan laporan puskesmas (C-1) memenuhi
minimum target sebanyak = 80%.Kelengkapan dan ketepatan laporan
surveilans campak di Puskemas Karang Anyar sudah mencapai 100%.

Secara keseluruhan, kegiatan surveilans campak di Puskemas Karang


Anyar tidak ada masalah yang berarti dan sudah berjalan dengan
baik.Permasalahan yang ditemukan dalam kegiatan surveilans campak
hanya ditemukan dalam pengumpulan data ini yaitu keterlupaan
pelaporan dari bidan desa ke puskesmas. Namun hal tersebut dapat
diatasi dengan saling mengingatkan antara pihak puskesmas dan bidan
desa sehingga tidak ada keterlambatan dalam pengumpulan data.

Dari hasil evaluasi pelaksanaan surveilans campak, tidak ditemukan


adanya data kejadian penyakit campak di daerah wilayah kerja
Puskesmas Karang Anyar. Yang ditemukan hanyalah penderita dengan
tersangka campak karena memiliki gejala demam, batuk, pilek, mata
merah, dan diikuti dengan bercak kemerahan pada kulit (rash). Namun
setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium, semua spesimen yang
dikirimkan ke laboratorium kesehatan di Jakarta hasilnya ternyata
positif rubella dan negatif untuk penyakit campak.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

(bagian Fahri)

4.2 Saran

(bagian fahri)

4.3 Lampiran

(bagian Fahri)

Anda mungkin juga menyukai