Anda di halaman 1dari 10

30

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Lokasi Tempat Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM Pratomo Bagansiapiapi terletak

di jalan Pahlawan No 13 Bagansiapiapi, telepon (0767) 21731- 21864

terletak di Ibu Kota Kabupaten Rokan Hilir, Kecamatan Bangko. Adapun

Misi dan Visi nya sebagai berikut :

a. Misi

1) Menciptakan suasana yang asri dan kondusif.

2) Memberikan pelayanan kesehatan secara tepat, akurat, ramah, dan

terjangkau.

3) Meningkatkan SDM dan sarana mengikuti perkembangan zaman

(IT).

b. Visi

Menjadi rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan

terbaik diwilayah regional secara prima, komprehensif, profesional, dan

humanisme.

30
31

2. Penjelasan Tentang Tempat Penelitian

Rumah sakit ini merupakan rumah sakit tipe C. RSUD Dr. RM

Pratomo merupakan Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Daerah Rokan

Hilir, Sebagai pusat rujukan yang jarak tempuhnya cukup strategis

terhadap 15 Puskesmas yang ada diwilayah Kabupaten Rokan Hilir.

Fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. RM Pratomo untuk saat ini adalah :

1. Pelayanan Unit Gawat Darurat /UGD 24 jam.

2. Pelayanan Rawat Jalan / Poli Klinik

a. Poli Klinik Dr umum

b. Poli Klinik Dr. Spesialis

3. Pelayanan Rawat Inap

Dengan 123 tempat tidur terdiri dari VVIP 3 TT (Tempat Tidur), VIP

10 TT (Tempat Tidur), kelas 1 terdiri dari 27 TT (Tempat Tidur), kelas

2 terdiri dari 10 TT (Tempat Tidur), kels 3 terdiri dari 51 TT (Tempat

Tidur), ruang bersalin terdiri dari 2 TT (Tempat Tidur), ruang bayi baru

lahir terdiri dari 9 TT (Tempat Tidur), ruang isolasi terdiri dari 3 TT

(Tempat Tidur), Ruang HCU terdiri dari 6 TT (Tempat Tidur)

4. Kamar Bedah/Operasi terdiri dari 2 TT (Tempat Tidur)

5. Farmasi

6. Laboratorium, Radiology

7. Pelayanan Penunjang non medis seperti : dapur, ruang gizi, laundry,

security, ambulance serta cleaning servis

31
32

3. Struktur Organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM. Pratomo

Bagansiapiapi

STRUKTUR ORGANISASI RSUD DR. RM. PRATOMO


BAGANSIAPIAPI TAHUN 2017
DIREKTUR

BAGIAN TATA
KELOMPOK USAHA
JABATAN
FUNGSIONAL

SUB BAGIAN UMUM


DAN KEPEGAWAIAN

SUB BAGIAN
KEUANGAN

SUB BAGIAN
PERENCANAAN
DAN PROGRAM

BIDANG PELAYANAN BIDANG PELAYANAN BIDANG SARANA


MEDIS DAN PENUNJANG DAN PRASANA
KEPERAWATAN

SUB BIDANG SUB BIDANG


SUB BAGIAN PELAYANAN SARANA DAN
PELAYANAN MEDIS PENUNJANG MEDIS PRASARANA

SUB BIDANG SUB BIDANG SUB BIDANG


KEPERAWATAN PELAYANAN PEMELIHARAAN
PENUNJANG NON MEDIS

Gambar 4.1 Struktural Organisasi RSUD Dr RM Pratomo

Bagansiapiapi Tahun 2017

32
33

B. Hasil Penelitian

1. Hasil Univariat

Berdasarkan hasil penelitian mengenai hubungan ketuban pecah dini

dengan kejadian bayi berat lahir rendah di Rumah Sakit Umum Daerah

Dr. RM Pratomo Bagansiapiapi Tahun 2016 diperoleh hasil

penelitian secara univariat yaitu :

a. Ketuban Pecah Dini

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi ketuban pecah

dini di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM Pratomo Bagansiapiapi

Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Ketuban Pecah Dini di Rumah


Sakit Umum Daerah Dr. RM Pratomo Bagansiapiapi
Tahun 2016 berdasarkan ketuban pecah dini

No Ketuban Pecah Dini N %


1 Preterm : UK < 37 Minggu 64 46.7

2 Aterm : UK > 37 Minggu 73 53.3

Jumlah 137 100


Sumber : Data Rekam Medik di RSUD Dr. RM Pratomo Bagansiapiapi
Tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.1 diatas dari 137 ibu bersalin yang

mengalami ketuban pecah dini di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

RM Pratomo Bagansiapiapi Tahun 2016 diperoleh bahwa Ketuban

Pecah Dini dengan Usia Kehamilan < 37 minggu (preterm) sebanyak

64 orang (46,7%), sedangkan Ketuban Pecah Dini dengan Usia

Kehamilan > 37 minggu (aterm) sebanyak 73 orang (53,3%)

33
34

b. Bayi Berat Lahir Rendah

Berdasarkan hasil penelitian distribusi frekuensi kejadian bayi

berat lahir rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM Pratomo

Bagansiapiapi Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Bayi yang Mengalami Kejadian


Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum
Daerah Dr. RM Pratomo Bagansiapiapi Tahun 2016

No Bayi N %
1 BBLR 34 24,8

2 Tidak BBLR 103 75.2

Jumlah 137 100


Sumber : Data Rekam Medik di RSUD Dr. RM Pratomo Bagansiapiapi
Tahun 2016

Berdasarkan tabel 4.2 diatas, dari 137 ibu bersalin yang

mengalami Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.

RM Pratomo Bagansiapiapi Tahun 2016 diperoleh bahwa ibu yang

mengalami KPD dengan BBLR sebanyak 34 orang (24,8%),

sedangkan ibu yang mengalami KPD dengan tidak BBLR sebanyak

103 (75,2%).

34
35

2. Hasil Bivariat

Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian Bayi Berat

Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM Pratomo

Bagansiapiapi Tahun 2016.

Adapun analisa hubungan ketuban pecah dini dengan kejadian bayi

berat lahir rendah yang menggunakan uji statistik Chi-Square dapat

dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini :

Tabel 4.3 Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian Bayi


Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
RM Pratomo Bagansiapiapi Tahun 2016.

Ketuban Pecah Bayi Berat Lahir Total P value POR


Dini
BBLR Tidak
BBLR

N % N % N %

Preterm : UK < 37 26 76,47 38 36,89 64 46,71 0.000 5.559


Minggu (2.288-13507)
8 23,53 65 63,11 73 53,28
Aterm : UK > 37
Minggu
Jumlah 34 100 103 100 137 100
Sumber : Data Rekam Medik di RSUD Dr. RM Pratomo Bagansiapiapi Tahun
2016

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa dari 64 ibu yang

mengalami ketuban pecah dini (preterm) UK < 37 minggu yang

mengalami BBLR sebanyak 26 orang (76,47%) dan yang tidak

mengalami BBLR sebanyak 38 (36,89%), serta dari 73 ibu yang

mengalami ketuban pecah dini (aterm) UK > 37 minggu yang

mengalami BBLR sebanyak 8 orang (23,53%) dan yang tidak

mengalami BBLR sebanyak 65 orang (63,11%).

35
36

C. Pembahasan Penelitian

Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan Kejadian Bayi Berat Lahir

Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. RM Pratomo

Bagnsiapiapi Tahun 2016

63,11 %
70

60

50
36,89 %
40 Preterm
76,47% UK < 37
30 Minggu
Aterm UK
20 > 37
Minggu
23,53%
10

0
BBLR TIDAK BBLR

Berdasarkan Gambar 4.2 diatas diketahui bahwa dari 64 ibu yang

mengalami ketuban pecah dini (preterm) usia kehamilan < 37 minggu

yang mengalami BBLR sebanyak 26 orang (76,47%) dan yang tidak

mengalami BBLR sebanyak 38 (36,89%), serta dari 73 ibu yang

mengalami ketuban pecah dini (aterm) usia kehamilan > 37 minggu yang

mengalami BBLR sebanyak 8 orang (23,53%) dan yang tidak mengalami

BBLR sebanyak 65 orang (63,11%).

36
37

Dari hasil uji statistik Chi-Square diperoleh p value 0,000 < ∝ (0,05)

maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya ada Hubungan Ketuban Pecah

Dini dengan kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum

Daerah Dr. RM Pratomo Bagansiapiapi Tahun 2016.

Dari hasil uji statistik juga diperoleh nilai POR (Prevalensi Odds

Ratio) = 5.559 (CI:95% : 2.288-13.507) hal ini menunjukkan bahwa ibu

yang mengalami ketuban pecah dini preterm usia kehamilan < 37 minggu

mempunyai peluang sebesar 5.559 kali untuk mengalami bayi berat lahir

rendah dibandingkan dengan ibu yang mengalami ketuban pecah dini

aterm usia kehamilan > 37 minggu.

Hal ini sesuai dengan teori ketuban pecah dini yaitu pecahnya selaput

ketuban sebelum waktunya melahirkan. Ketuban pecah dini merupakan

komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan, dan

mempunyai pengaruh yang besar pada angka kematian perinatal pada bayi

kurang bulan. Khususnya pada ibu yang mengalami ketuban pecah dini <

37 minggu lebih beresiko untuk terjadinya kelahiran BBLR dibandingkan

dengan ketuban pecah dini dengan usia kehamilan > 37 minggu.

37
38

Hasil penelitian di atas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Ana Dwi Andriyani (2008) tentang Hubungan Ketuban Pecah Dini dengan

kejadian Partus Prematur di RSU Muhamddiyah Bantul Tahun 2008.

Berdasarkan uji stastistik dengan program SPSS for Windows 15 diperoleh

nilai p value 0,521 dengan taraf signifikansi 0,004 sehingga terdapat

hubungan yang signifikan antara ketuban pecah dini dengan kejadian

partus prematurus.

Sedangkan menurut penelitian Lutfi Humaeroh (2014) salah satu

faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR adalah ketuban pecah dini.

KPD terjadi pada aterm dan preterm, pada aterm 90% terjadi dalam 24

jam sedangkan pada preterm sering lebih lama, dengan hasil uji statistik

didapat p value = 0,015 (< 0,05) berarti ada hubungan antara KPD Dengan

BBLR. Nilai OR = 3,063, Artinya ibu dengan kejadian KPD memiliki

peluang 3,063 kali untuk mengalami BBLR dibandingkan ibu yang tidak

KPD.

38
39

D. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih banyak keterbatasan

yang dihadapi dalam melaksanakan penelitian, hingga penyajian hasil, hal

ini di sebabkan karena keterbatasan serta kemampuan yang dimiliki.

Adapun keterbatasan dalam penelitian ini antara meliputi: keterbatasan

waktu untuk memantau pelaksanaan dokumentasi kebidanan,

pengungkapan ide serta pendapat kurang tepat, penggunaan data, teknik

pengolahan data, serta analisa data yang kurang sempurna. Selain itu

penelitian ini perlu ditindak lanjuti melalui penelitian dengan skala yang

lebih luas serta metode yang lebih bervariasi untuk memberikan keyakinan

terhadap hasil yang diperoleh sehingga hasilnya lebih bermanfaat dan

dapat diterapkan.

39

Anda mungkin juga menyukai