B. TUJUAN PERCOBAAN
Menjelaskan prinsip konduktometri
Melakukan titrasi konduktometri
Mencari hantaran (konduktivitas) dari beberapa konsentrasi larutan
C. PERINCIAN KERJA
Kalibrasi konduktometri
Titrasi asam-basa
Hubungan antara konduktivitas dengan konsentrasi
100 x k 20
X
x 20 20
Titrasi Konduktometri
Titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk menentukan kadar ion,
dengan syarat ion tersebut terlibat dalam reaksi kimia sehingga terjadi
penggantian satu jenis ion dengan yang lain yang berarti terjadi perubahan
konduktivitas. Misalnya titrasi HCl dengan NaOH berdasarkan persamaan sebagai
berikut :
H+ + Cl- + OH- + Na+ H2O + Cl- + Na+
Sebelum ditambah NaOH, didalam larutan terdapat ion H+ dan Cl- yang
masing-masing mempunyai harga konduktivitas molar ( 25 °C ) sebesar 349,8
cm2/mol dan 76,3 cm2/mol. Pada penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H +
dengan OH- membentuk H2O, sehingga jumlah H+ didalam larutan berkurang
sedangkan jumlah NaOH bertambah. Na+ mempunyai harga konduktivitas molar
50,1 S cm-1/mol yang jauh lebih kecil dari H+ sehingga harga konduktivitas total
dari larutan turun. Pada titik akhir titrasi, H+ dalam larutan telah bereaksi
seluruhnya dengan OH-, sehingga penambahan NaOH lebih lanjut akan
menaikkan harga konduktivitas total larutan, karena terdapat OH- dengan
konduktivitas molar 198,3 S cm-1/mol.
Titik akhir dapat ditentukan dalam grafik titrasi sebagai berikut :
Titrasi konduktometri sangat sesuai untuk asam atau basa lemah, karena
penggunaan potensiograph/titroprocessor dengan elektroda kaca menghasilkan
titik akhir yang kurang jelas. Namun titrasi konduktometri tidak dapat dilakukan
dalam cuplikan yang mengandung konsentrasi ion lain yang tinggi, karena titik
akhir menjadi kurang tajam. Titrasi konduktometri sangat berguna untuk
melakukan titrasi pengendapan. Keuntungan titrasi konduktometri adalah grafik
titrasi seluruhnya digunakan untuk menentukan titik akhir sedangkan pada kurva
titrasi potensiometri titik akhir ditentukan dari bentuk grafik dekat titik akhir saja.
Kepekaan cara konduktometri jauh lebih baik. Titrasi konduktometri masih
memberi titik akhir yang jelas untuk asam atau basa lemah dalam konsentrasi
encer, sedangkan dengan potensiometri titik akhir tidak jelas lagi.
Pemeliharaan Elektroda
Elektroda yang kering sebelum dipakai direndam sebentar dalam etanol
lalu dibilas dengan air. Sehabis dipakai elektroda dibilas lagi dengan air lalu
disimpan lagi dalam air. Elektroda yang akan disimpan untuk jangka waktu yang
panjang harus dikeringkan lalu disimpan kering. Sekali-sekali elektroda perlu
dilapis ulang dengan platinum (platinizing) sesuai dingin procedure dalam
manual.
Secara berkala dan sehabis setiap kali platinizing elektroda perlu
dikalibrasi ulang dengan larutan kalibrasi yang telah disediakan oleh metrohm,
lasimnya dengan larutan kalibrasi KCl. Tetapan elektroda distel pada 1,0 x 1 di
konduktometer, lalu koefisien suhu 2,0 untuk KCl 1 mol/liter. Tetapan elektroda
dihitung dengan rumus :
x tabel
k
xterukur
G. PROSEDUR KERJA
a. Kalibrasi Konduktometri
1. Memasang sel konduktivitas dengan konstanta sel tertentu pada socket
warna hitam (A1 dan B2) dan resistan thermometer Pt-100 pada socket
warna merah (A3 dan B4).
2. Memasukkan harga konstanta sel pada konduktometer. Untuk sel dengan
konstanta 0,77 cm-1 maka kita memasukkan angka 7,7 kemudian menekan
tombol (x 0,1) yang ada pada deretan diatasnya sebagai factor pengali
sehingga nilai konstanta sel menjadi 0,77 cm-1 ( 7,7 x 0,1 = 0,77).
3. Memasukkan temperatur larutan pada “temp” dan menekan tombol
“temp”. Kemudian memilih (set) temperatur pengukuran (0,0……99,9ºC)
yaitu 150ºC. Kita tidak menggunakan Pt-100, maka kita menekan tombol
“temp” karena kita menggunakan titrasi manual dan bukan otomatis.
4. Mengatur koefisien temperatur pada harga (1,0…..3,9) sesuai dengan tabel
dibawah ini, untuk zat yang tidak tercantum dalam tabel ini memasukkan
harga 2,0. Karena kita menggunakan KCl dengan koefisien suhu 1,95
maka kita membulatkannya senilai 2,0.
5. Tabel koefisien temperatur dari beberapa zat
11. Dengan melihat tabel konduktivitas diatas maka memutar tombol “coars”
sampai angka pada display menunjukkan sama dengan nilai konduktivitas
yang ada pada tabel diatas.
12. Untuk pengaturan yang lebih halus, memutar tombol “fine” lalu menekan
tombol “stand by”.
13. Kalibrasi telah selesai dan jangan memutar kembali tombol “coars” dan
“fine”.
14. Jika harga pada table diatas tidak dapat tercapai maka tetapan sel dihitung
k tabel
dari persamaan K h
k pengukur
15. Nilai Kh (hasil perhitungan) dikalikan dengan tetapan yang tertera pada
cell, dan nilai tersebut dimasukkan kedalam konduktometer.
I. PERHITUNGAN
a. Pembuatan Larutan NaOH
Pembuatan larutan NaOH 1M
V1 . N1 = V2 . N2
50 mL . 1M = V2 · 1M
V2 = 50 ml
Pembuatan larutan NaOH 0,5M
V1 . N1 = V2 . N2
50 mL . 0,5M = V2 · 1M
V2 = 25 ml
Pembuatan larutan NaOH 0,1M
V1 . N1 = V2 . N2
50 mL . 0,1M = V2 · 1M
V2 = 5 ml
Pembuatan larutan NaOH 0,05M
V1 . N1 = V2 . N2
50 mL . 0,05M = V2 · 1M
V2 = 2,5 ml
Pembuatan larutan NaOH 0,01M
V1 . N1 = V2 . N2
50 mL . 0,01M = V2 · 1M
V2 = 0,5 ml
K. KESIMPULAN
Konsentrasi NaOH pada akhir titrasi adalah 0,2050N dan nilai
konduktivitasnya sebesar 2,05 mS.
Sedangkan nilai konduktivitas suatu zat berbanding lurus dengan
konsentrasi yang ia miliki.
L. DAFTAR PUSTAKA
Buku Panduan Praktikum Analisis Instrumentasi, Politeknik Negeri Ujung
Pandang Tahun 2004 dari File PEDC Bandung.