Anda di halaman 1dari 5

Perdarahan Uterus Abnormal

Marendra Mahathir
1506795073

Perdarahan uterus abnormal meliputi semua kelainan haid baik dalam hal jumlah
maupun lamanya. Manifestasi klinis dapat berupa perdarahan banyak, sedikit, siklus
haid yang memanjang atau tidak beraturan. Terminologi menoragia saat ini diganti
dengan perdarahan haid banyak atau heavy menstrual bleeding (HMB) sedangkan
perdarahan uterus abnormal yang disebabkan faktor koagulopati, gangguan
hemostasis lokal endometrium dan gangguan ovulasi merupakan kelainan yang
sebelumnya termasuk dalam perdarahan uterus disfungsional (PUD).

Anamnesis yang dilakukan, seperti: identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat menstruasi,
riwayat pernikahan, riwayat obstetri, riwayat penggunaan akontrasepsi dan riwayat
sosial.
Pada kasus ginekologi yang sering dikeluhkan berupa keluhan gangguan haid. siklus
mentruasi normal memiliki siklus rata-rata 28 hari (normal 21-35 hari). lama
perdarahan 3-7 hari dan jumlah perdarahan kurang dari 80 cc. Pada siklus mentruasi
normal dipengaruhi oleh siklus hipotalamus-hipofisis anterior, siklus ovarium dan
siklus endometrium (Gambar 1).

Pada hipotalamus akan menghasilkan GnRH untuk memicu hipotalamus anterior


untuk menghasilkan hormon FSH dan LH. Selanjutnya hormon FSH dan LH akan
bekerja dengan sel granulosa dan sel teka untuk menghasilkan hormon esterogen dan
progesteron pada siklus ovarium. Pada siklus ini dapat terbagi menjadi fase folikuler
dan fase lutheal. Dimana pada fase folikuler, hormon FSH akan mematangkan folikel
dan bekerja di sel granuosa untuk menghasilkan esterogen (gambar 2). Pada fase ini
akan lebih banyak di dominasi oleh hormon esterogen, selanjutnya memberikan
feedback negatif ke hipofisis untuk mencegah terjadinya folikel baru dan disaat
bersamaan juga memberikan feedback positif untuk menghasilkan esterogen lebih
banyak hingga terjadi lonjakan dari hormon LH dan terjadilah ovulasi. Pada saat
bersamaan, efek esterogen akan menebalkan lapisan endometrium (proliferasi
endometrium).
Gambar 1. Perubahan hormon selama siklus mentruasi normal pada hipotalamus
hipofisis, ovarium dan endometrium
gambar 2. Pengkatan hormon esterogen oleh sel garnulosa yang dipengaruhi oleh
mekanisme hormon LH di sel teka dan hormon FSH di sel granulosa.

Lonjakan hormon LH yang terjadi mengakibatkan ovulasi dan dengan tidak adanya
fertilisasi, selanjutnya akan masuk ke fase lutheal dimana hormon FSH dan LH akan
bekerja di sel granulosa dan sel teka untuk menghasilkan progesteron. Pada fase ini
akan lebih banyak di dominasi oleh hormon progesteron (gambar 3). Hormon
progesteron yang dihasilkan akan bekerja untuk mempersiapkan endometrium dlam
proses implantasi bila terjadi fertilisasi.

gambar 3. Peningkatan hormon progesteron oleh sel granulosa dan sel teka yang
dipengaruhi oleh hormon FSH dan LH.
Untuk mengevaluasi jumlah perdarahan, warner, dkk membuat suatu cara untuk
mengevaluasi jumlah perdarahan selama menstruasi dengan menggunakan tampon
dan underpad (gambar 4). Sistem scoring tersebut akan ditanyakan kepada pasien
mengenai jumlah perdarahan dalam satu hari yang didiskripsikan menggunakan
tampon dan akan di sckoring. Bila total score melebih 100 maka jumlah perdarahan
telah melebihi 80 cc.

Gambar 4. Skoring jumlah perdarahan dievaluasi dengan menggunakan tampon dan


underpad

Adapun beberapa istilah gangguan yang dapat ditemukan pada siklus mentruasi yaitu
siklus menstuasi dan jumlah perdarahan yang melebihi siklus normal (Menorrhagia),
dimana perdarahan lebih dari 7 hari atau jumlah perdarahan melebihi 80 cc per hari.
Breakthrough bleeding, sama seperti menorrhagia namun dipengaruhi oleh obat-obat
hormonal. Pada wanita yang mengeluhkan perdarahan lebih dari 7 hari dan
perdarahan lebih dari 80 cc disebut dengan menometrorrhagia. Pada wanita yang
mengeluh siklus mentruasi yang memendek dan jumlah perdarahan yang sedikit
disebut juga dengan hypomenorrhea. Wanita dengan siklus mentruasi yang melebihi
35 hari disebut juga dengan oligomenorrhea. Terakhir, pada wanita dengan
perdarahan yang unprediktable dan tidak dipengaruhi olah obat-obatan hormonal
disebut juga dengan withdrawal bleeding. Akan tetapi pada tahun 2011, Malcom G.
Munro, dkk. telah melebur semua istilah tersebut menjadi abnormal uterine bleeding
dan membagi berdasarkan penyebabnya yang disingkat dengan PALM-COEIN
(Gambar 5). Pembagian tersebut dapat dibedakan berdasarkan siklus mentruasi yang
siklik atau non-siklik, nyeri saat mentruasi (dysmenorea), jumlah perdarahan,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Gambar 5. Pembagian PALM - COEIN

oleh karena itu, selain dari siklus mentruasi, perlu ditanyakan mengenai keluhan lain
seperti benjolan di abdomen (nyeri, lokasi, waktu dan progesifitas massa), penurunan
atau peningkatan berat badan, riwayat pernikahan, eiwayat penggunaan kontrasepsi,
keluhan saat berhubungan (post coital bleeding, dysparenia), keluhan buang air kecil
(dysuria), keluhan buang air besar (dyskezia), adakah riwayat keganasan terdahulu
atau di keluarga dan adakah riwayat pernah dilakukan scrining pap semar ataupun
Inspeksi visual dengan asam astat sebuelumnya.

REFERENSI
 Barakat R, Markman M, ME R. Principle and practice of Gynaecology
Oncology.
 Barbara L. Hoffman, MD, dkk, Williams Gynecology, 2nd ed. Mcgraw hills.
2012

Anda mungkin juga menyukai